Anda di halaman 1dari 23

KESEHATAN

REPRODUKSI
MASA PANDEMI
Kesehatan Reproduksi
Keadaan sehat secara fisik, mental dan sosial
secara utuh, tidak semata-mata bebas dari
penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan
sistem, fungsi, dan proses reproduksi pada laki-
Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi laki dan perempuan
(UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 71 Ayat 1)
ICPD Cairo, 1994 PP 61 tahun 2014
Kespro 1. Pelayanan kesehatan ibu (Pelayanan Kesehatan
Lansia Reproduksi Remaja; pelayanan Kesehatan Masa
D e t e k s i
Dini Ca
KIA Sebelum Hamil, Hamil, Persalinan, dan
Cervics Sesudah Melahirkan; pengaturan kehamilan,
PP pelayanan kontrasepsi dan kesehatan
Infertilitas KB seksual; dan Pelayanan Kesehatan Sistem
Kesehatan Reproduksi)
Reproduksi
PP IMS, PP 2. Indikasi kedaruratan medis dan perkosaan
HIV-AIDS Aborsi
sebagai pengecualian atas larangan aborsi; dan
Kekerasan Kespro 3. Reproduksi dengan bantuan atau kehamilan di luar
Seksual Remaja
Kes.
Seksual
cara
alamiah.
Setiap Perempuan berhak atas pelayanan Kesehatan sistem reproduksi
(PP No 61 Tahun 2014 pasal 30)
MASALAH KESEHATAN IBU DAN ANAK
ANGKA KEMATIAN ANGKA
KEMATIAN
1 IBU/ 2 BAYI /1.000
100.000 KH
KH

2010 SP 2015 SUPAS 2024 SDKI 2012 SDKI 2017 2024

346 305 183 32 24 16


TARGET TARGET

3 PREVALENSI 4 TOTAL FERTILITY RATE /TFR


STUNTING

2013 2018 2019 2024 SDKI 2012 SDKI 2017 SKAP 2019 TARGET 2024
RISKESDAS RISKESDAS SSGBI TARGET*

37.2 30.8 27.7 14 2.6 2.4 2.45 2.1


MASALAH KELUARGA BERENCANA
MODERN
AGE SPECIFIC FERTILITY RATE (ASFR)
CONTRACEPTIVE PREVALENSI PEMAKAIAN
15-19 TAHUN KONTRASEPSI (MKJP)
PREVALENCE RATE
mCPR
(KB cara modern )

SDKI 2012 SDKI 2017 SKAP 2019 TARGET 2024 SDKI 2012 SURVEY 2016
SDKI 2012 SDKI SUSENAS TARGET 2024 SUSENAS 2019 TARGET 2024

48 36 33 18 18.3 21.6 21.39 28.39


2019
63,41
2017

58 57,2 54,55
UNMET NEED TINGKAT PUTUS PAKAI
KB PASCA PERSALINAN KONTRASEPSI

SDKI 2012 SDKI 2017 SUSENAS 2019 TARGET 2024


SDKI 2012

11 11 19.78 7,4
RISKESDAS 2018 TARGET 2024 SDKI 2017 TARGET 2024

23 40 27.1 28.8 20
Masalah Kesehatan Reproduksi
1 dari 5 remaja
GIZI ANEMIA (3) merasa pernah di JIWA Prevalensi
gangguan mental
• Perempuan : 23,9% bully (8)
2 dari 3 remaja tidak emosional pada
sarapan (8) • Ibu Hamil: 48,9% 1 dari 20 usia ≥15 tahun
remaja pernah sebesar 9,8% (3)
1 dari 2 remaja KEK (3)
merasa ingin 7 dari 1000 rumah
konsumsi makanan • WUS 15-49 th : 31,8%
bunuh diri (8) tangga mempunyai
siap saji ≥ 1 sehari • Ibu hamil : 17,3% 2 dari 3 anggota rumah
(8)
1 dari 2 remaja remaja tangga mengidap
4 dari 5 remaja 1 dari 4 remaja minum
kurang makan
merasa kesepian merasa psikosis (3)
soft dan khawatir (8) orangtua tidak
sayur dan buah drink ≥ 1 sehari (8)
(8) mengerti (8)
FERTILITAS PERNIKAHAN PENYAKIT MENULAR & TIDAK MENULAR
Prevalensi infertilitas diperkirakan
30.8 % Perempuan usia
sekitar 15-25% dari semua PUS (9) Ca Payudara: 30,9% dan Ca Cervix
20-24 tahun menikah
17,2% dari semua jenis kanker
ASFR 15-19: TFR : sebelum usia 18
2,45 pada perempuan 8)
36% (3) (2)
tahun
• KEGUGURAN
(2)
pada perempuan Persentase Infeksi HIV tertinggi (Okt-
pernah kawin pada usia 10-59 Des 2019)(7): umur 25-49 thn
KEKERASAN tahun : 4% dan (69,3%), 20-24 thn (15,8%)
1 dari 3 perempuan
PENGGUGURAN : 3,5% 4) Hipertensi (pengukuran) pada perempuan:
usia 15-56 thn • Kematian Ibu terjadi pada 36,85% (3)
mengalami kekerasan kehamilan < 20 minggu
fisik dan/atau seksual 406.178 perempuan (abortus/keguguran) : 4%
oleh pasangan dan mengalami kekerasan
selain pasangan 6) 5)

(7) Laporan Perkembangan HIV AIDS


(1) SUPAS 2015 (2) SKAP 2019 (3) Riskesdas 2018 (4) Riskesdas 2010 (5) CATAHU 2019 (6) SPHPN 2016
(8) Globocan 2018 (9) Riskesdas 2013
dan PIMS Triwulan III Tahun 2019
ü Ibu hamil diminta mempelajari dan
menerapkan buku KIA dalam kehidupan sehari-hari.
ü Pada ibu hamil suspek, probable, dan
terkonfirmasi COVID-19, saat pelayanan antenatal
mulai diberikan KIE mengenai pilihan IMD, rawat
gabung, dan menyusui agar pada saat persalinan
sudah memiliki pemahaman dan keputusan untuk
perawatan bayinya.
ü Konseling perjalanan untuk ibu hamil. Ibu hamil
sebaiknya tidak melakukan perjalanan ke luar
negeri atau ke daerah dengan transmisi lokal/ zona
merah (risiko tinggi) dengan mengikuti anjuran
perjalanan (travel advisory) yang dikeluarkan
pemerintah. Dokter harus menanyakan riwayat
perjalanan terutama dalam 14 hari terakhir dari
daerah dengan penyebaran COVID-19 yang luas.
ü Ibu hamil melakukan isolasi mandiri minimal 14
hari sebelum taksiran persalinan atau sebelum
tanda persalinan
ü Semua persalinan dilakukan di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
Ø Pelayanan Pasca Salin (ibu nifas dan bayi
baru lahir) dalam kondisi normal tidak
terpapar COVID-19 : kunjungan minimal
dilakukan minimal 4 kali
Ø Ibu nifas dengan status suspek, probable,
dan terkonfirmasi COVID-19 setelah pulang ke
rumah melakukan isolasi mandiri selama 14
hari. Kunjungan nifas dilakukan setelah isolasi
mandiri selesai.
Ø Ibu nifas dan keluarga diminta mempelajari
dan menerapkan buku KIA dalam perawatan
nifas dan bayi baru lahir di kehidupan sehari-
hari, termasuk mengenali tanda bahaya pada
masa nifas dan bayi baru lahir. Jika ada
keluhan atau tanda bahaya, harus segera
memeriksakan diri dan atau bayinya ke
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN

Pelayanan pemeriksaan kesehatan bagi calon


pengantin yang ditunda selama masa awal pandemi,
dapat dilakukan kembali pada daerah yang sudah
menerapkan tatanan hidup baru (new normal)
dengan membuat perjanjian terlebih dahulu dan
memperhatikan pencegahan penularan COVID 19

Materi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi


(KIE) terkait kesehatan reproduksi calon
pengantin dapat diperoleh secara online atau
konseling via telepon. diakses melalui web
bimbingan perkawinan
( www.bimbinganperkawinan.com )
PELAYANAN KESEHATAN BAGI KORBAN KEKERASAN
TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (KtP/A)
Pelayanan Kesehatan Bagi Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak
(KtP/A) tetap tersedia dan dapat diakses selama masa pandemi

• Penguatan tim dan jejaring dalam upaya mencegah dan


menangani KtP/A mengingat kemungkinan terjadi
peningkatan kasus, terutama pada kelompok rawan seperti
keluarga yang dulunya pernah mendapat KDRT, keluarga
yang mempunyai masalah ekonomi.
• Mensosialisasikan adanya pelayanan bagi korban KtP/A.
• Kasus rujukan dari jejaring penanganan dilakukan dengan
membuat perjanjian terlebih dahulu.
• Dukungan psikososial dan konseling lanjutan kasus KtP/A dapat
dilakukan secara
online, lewat telepon, atau melalui media sosial lainnya.

Anda mungkin juga menyukai