Anda di halaman 1dari 34

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENURUNAN

TOTAL FERTILITY RATE


DALAM RANGKA MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU DI INDONESIA

dr. HASTO WARDOYO, Sp. OG (K)


Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

Disampaikan pada Kegiatan


Jambore Nasional Pelayanan Kesehatan II
Jakarta, 5 November 2019
Agenda Pemaparan

Pendahuluan
01
Capaian Program
02
Strategi Menurunkan AKI
03
PENDAHULUAN
Visi, Misi dan Tujuan BKKBN

Membangun kemitraan, jejaring kerja, peran serta Mengendalikan pertumbuhan penduduk dalam rangka
masyarakat dan kerjasama global menjaga kualitas dan struktur penduduk seimbang
VISI
“Terwujudnya
Memperkuat inovasi, teknologi, informasi dan
Keluarga Berkualitas Menyelenggarakan keluarga berencana dan
dan Pertumbuhan kesehatan reproduksi secara komprehensif
komunikasi
Penduduk yang
Seimbang“

Membangun kelembagaan, meningkatkan kapasitas dan Menyelenggarakan pembangunan keluarga yang holistik
kesejahteraan SDM aparatur integratif sesuai siklus hidup
Misi

Tujuan
1.Terwujudnya keluarga berkualitas, yaitu keluarga yang tentram,
mandiri dan bahagia.
2.Tercapainya pengendalian penduduk agar terbentuk Penduduk
Tumbuh Seimbang (PTS) dengan sumber daya manusia yang
berkualitas sehingga terwujud bonus demografi yang
bermanfaat bagi pembangunan

Referensi: Rancangan Teknokratik BKKBN 2020-2024


Latar Belakang

▪ Melemahnya kinerja program KB pasca desentralisasi sehingga diperlukan


inovasi kebijakan/program
▪ Angka Kematian Ibu masih tinggi
▪ Komitmen pemerintah dalam tujuan pembangunan milenium (MDGs) dan
tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs)
▪ Bagian dari komitmen pemerintah dalam mendukung inisiatif global FP2020,
yaitu untuk menjamin hak perempuan (menikah) agar dapat mengatur
kehamilan dan jumlah anak yang diinginkannya.
▪ Program KB berkontribusi penting dalam meningkatkan kualitas hidup
masyarakat
Program KB di Indonesia
Diakui dunia sebagai salah satu program yang berhasil.

Program yg dijalankan secara tersentralisasi, dengan


dukungan politis yg kuat.
➢ Peningkatan penggunaan kontrasepsi modern yg
dramatis
➢ Penurunan tingkat fertilitas yg tajam

Program terus berevolusi mengikuti perkembangan jaman,


konteks nasional maupun global:
➢ Desentralisasi
➢ Komitmen untuk mencapai kesehatan semesta

6
Evolusi Program KB (1)
• 1970an s/d pertengahan 1980an
✓ Kebijakan terfokus pada population control
✓ Berhasil merubah norma sosial:
Dari Banyak Anak Banyak Rejeki menjadi Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera &
berhasil mempromosikan norma Dua Anak Cukup

• Awal 1990an
Pelibatan pihak swasta → KB Mandiri
✓ Berhasil mengembangkan “demand”
✓ Berhasil dalam memobilisasi pihak swasta ➔ Program Lingkaran Biru

• ICPD Cairo 1994


✓ Menandai perubahan paradigma ➔ paradigma baru dalam KB
✓ Pergeseran fokus pada pemenuhan kebutuhan dan Kualitas Pelayanan

7
Evolusi Program KB (2)
• 1997an s/d awal 2000an
– Indonesia mengalami krisis ekonomi
– Reformasi politik
– Desentralisasi ➔ Tantangan :
• Perubahan dari manajemen sentralistik menjadi desentralistik
• Ownership & dukungan dari pemerintah daerah

• 2007
➔ Disahkannya UU dan PP untuk revitalisasi KB
– 3 obligatory functions
– Pemerintah daerah untuk membentuk “institusi” KB & mengalokasikan anggaran
untuk KB
– BKKBN menyediakan DAK

• Jan 2014
➔ Era Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

8
CAPAIAN PROGRAM
Capaian
Program Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi
2014 2015 2016 2017 Target
Description Unit Status
(Baseline) Target Realization Target Realization Target Realization 2019
2,28 2,34 2,4
Total Fertility Rate (TFR) Children 2,6 (IDHS) 2,37 2,36 2,33 2,28
(Supas 2015) (SRPJM) (2017 IDHS)

60,64
Contraceptive Prevalence (Susenas) 59,98 60,90 63,6
Rate (CPR) Any Method % 65,20 65,40 65,6 66,00
61,9 (Susenas) (SRPJM) (2017 IDHS)
(2012 IDHS)

59,39
58,99
Contraceptive Prevalence 57,9 (Susenas) 57,2
Rate (CPR) Modern Method % 60,5 (Susenas) 60,7 60,9 61,3
(2012 IDHS) 59,5 (2017 IDHS)
(SRPJM)

• Active Long-term method 18,3 17,29 21,5 23,4


Family Planning User % 20,5 21,1 21,7 23,5
(MKJP) (2012 IDHS) (SRPJM) (SRPJM) (2017 IDHS)

22,3 (SKAP)
27,1
• Dicountinuation Rate % 26 - 25,7 20,6 (SKAP) 25,3 28,8 24,6
(2012 IDHS)
(2017 IDHS)

11,4 18,3 17,3 10,6


Unmet Need % 10,6 10,48 10,26 9,91
(2012 IDHS) (Susenas) (Susenas) (2017 IDHS)

Age Specific Fertility Rate 1000 48 36 38,2 36


(ASFR) 15 – 19 tahun 46 44 42 38
Livebirths (2012 IDHS) (Supas 2015) (SKAP) (2017 IDHS)

Median Age of First Marr 20,1 20,5 21 20,8


aige Year 20,6 20,7 20,8 21,0
(2012 IDHS) (Susenas) (SKAP) (2017 IDHS)

Source: Bappenas, 2018, 2014-2019 RPJMN Monitoring and Evaluation


Variasi TFR antar Provinsi • TFR selama 5 tahun
terakhir turun dari 2,6
Angka Fertilitas Total (TFR) menjadi 2,4 setelah
menurut Karakteristik stagnan lebih dari 1
dasawarsa
• Sebagian besar provinsi
mengalami penurunan TFR,
tetapi tidak semua provinsi
akan mencapai momentum
demogrfaii yang sama
dalam perubahan struktur
usia
• Beberapa provinsi, terutama
di wilayah timur memiliki
TFR > 2.4
• Sebagain besar provinsi di
Maluku, Papua, Sulawesi,
Kalimantan and Sumatera
memiliki TFR lebih tinggi di
atas angka nasional
• Provinsi- provinsi yang
selama ini menjadi
penyangga program KB
nasional rata-rata memiliki
TFR mendekati
replacement level (2,1) dan
sedang mengalami transisi
Sumber: SKAP BKKBN 2018 Sumber: SDKI 2017 demografis yang cepat.
Status TFR Per Provinsi • Provinsi yang yang sudah
mencapai tingkat Replacement
level 2,1 (low fertility) adalah
Klasifikasi didasarkan pada: Gubhaju, Bhakta. (2007). “Fertility Decline in Asia: Opportunities and Bali dan Jawa Timur
Challenges”. The Japanese Journal of Population, Vol.5, No.1 (March 2007)
• Provinsi dengan kategori TFR
Near Replacement Level (2,2 –
4
Transitional 2,4) sama dengan atau
Fertility 3.4 dibawah TFR nasional antara
3.5 3.3 3.3
3.2 lain DKI Jakarta, Kepri, Sulut,
2.9 2.9 2.9 Babel, Banten, Bengkulu,
3 2.8 2.8
Near 2.6
2.7 2.7 2.7 2.7 2.7 Jambi, Jateng, Lampung, Jabar,
2.5 2.5 2.5 2.5 Kalsel, Sulsel.
TFR 2.5
2.2 2.2 2.2 2.2
2.3 2.3 2.3 2.3 Repelcement
2.3 2.3
2.4 2.4 2.4 2.4

2.1 2.1
• Provinsi dengan kategori TFR
2
Low Near Replacement Level (2,5 –
2,9) di atas TFR nasional
1.5 Fertility antara lain Sumbar, Kalteng,
Critically Low
NTB, Gorontalo, Sumsel,
1 Kalbar, Aceh, Kaltim, Sulbar,
Sulteng, Kaltara, Sultra, Riau,
0.5 Sumut, Malut.
0 • Provinsi yang baru mulai
masuk ke periode transisi
fertilitas (3,0 – 4,9) antara lain
Maluku, Papua, NTT

Critically Low: ≦ 1,5 Low: 1,6 – 2.1 Near Replacement: 2.2 – 2,9 Transitional: 3,0 –
• Ada tiga provinsi yang
memiliki tren fertilitas naik
4,9 High: ≧ 5,0
antara lain Riau, NTT dan
Sumber: Diolah dari SDKI 2017 oleh Kedeputian Dalduk Maluku
Capaian CPR dan mCPR SDKI 2017
CPR mCPR
SDKI 2017 SDKI 2017

▪ CPR untuk semua


metode mengalami
peningkatan

▪ mCPR mengalami
stagnasi

▪ Peningkatan metode
tradisional di provinsi
yang memiliki TFR lebih
tinggi daripada tingkat
nasional (2017)
▪ Penurunan mCPR di
Jakarta, Yogyakarta, Jawa
Barat dan Jawa Tengah

Sumber: Diolah dari SDKI 2017 oleh Kedeputian Dalduk


Situasi Capaian CPR

4 4 6.4
3.6 1.8
2.7 0.9 1.2 2.5
2.7 0.7
0.9
13.2 13.2 13.6 12.1
2.7
0.8 15.4 • Method mix sangat penting untuk
17.1 menekan fertilitas– tetapi yang sangat
14.8 dominan adalah suntik dan pil–
meningkatnya metode tradisional
15.2
21.2 27.8
31.8 31.9 29 • Tingginya tingkat putus pakai dengan
11.7
metode kontrasepsi jangka pendek serta
3.1 4.9
meningkatnya pembiayaan untuk
6
4.3 program (biaya layanan)
13.1 4.7
10.3 2.8 3.3
8.1 6.2
4.9 4.7 • Kegagalan serta kehamilan yang tidak
3.9
0.6
2.7
0.7
3.1
0.4
3
0.4
3.7 0.2
3
0.2
3.2
0.2
3.8 diinginkan apabila metode tradisional
yang dipakai.
IDHS 1991 IDHS 1994 IDHS 1997 IDHS 2002 IDHS 2007 IDHS 2012 IDHS 2017
• MKJP sangat rendah
Female Sterilization Male Sterilization IUD
Implant Injectable Pill
Condom Traditional
Tingkat Putus Pakai Pemakaian Kotrasepsi

Discontinuation
leads to high
unintended
pregnancies
leading to
unintended
births or
abortions. Also
linked to
prematurity, low
birth weight and
stunting.
Variasi Unmet Need
Papua Barat 23.7
19.0
Maluku Utara 17.7
17.6
Kalimantan Utara 15.8
15.7
DKI Jakarta 15.7
15.2
Sulawesi Tenggara 15.2
14.6
Sulawesi Selatan 14.4

Sulawesi Utara
12.9 Unmet need for Spacing remains high
12.4
12.3 Unmet need for limiting remains high for all in lowest wealth quintile
Riau 11.3
11.0
Jawa Tengah 10.8
10.7
Sumatera Utara 10.7
10.6
Kalimantan Timur 10.2
10.1
Kalimantan Barat 9.8 ▪ Wilayah Maluku, Papua, sebagian besar provinsi di Sulawesi dan Provinsi NTB, NTT
9.8
Sulawesi Tengah 9.4 dilaporakn lebih tinggi daripada angka nasional
Sumatera Selatan
9.1
8.6
▪ National unmet need stagnan
8.5 ▪ Aceh, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Bali, NNT, Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku, Papua
Lampung 8.4
7.8
Barat Unmet Need meningkat.
Bengkulu 6.9 ▪ Dimensi kualitatif:
6.8
Kalimantan Tengah 6.3
▪ MKJP untuk pasangan yang sudah tidak menginginkan anak lagi
6.3 ▪ Adanya kesenjangan dalam informasi maupun pelayanan untuk pasangan muda
Bangka Belitung 5.6
▪ Pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi sedini mungkin bagi remaja akan
- 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0
mempunyai dampak yang signifikan
Variasi ASFR (15-19) SDKI 2017

▪ ASFR 15-19 tingkat nasional 36


▪ Provinsi dengan ASFR tertinggi adalah Kalimantan Tengah, sedangkan
terendah adalah DI Yogyakarta
▪ Provinsi dengan ASFR 15-19 di bawah level nasional antara lain:
• Sulawesi Utara, Jawa Barat, Kalimantan Utara, Lampung, Jawa Timur,
Sumatera Utara, Banten, Bali, Kepulauan Riau, Aceh, DKI Jakrta,
Sumatera Barat, DI Yogyakarta
▪ Provinsi dengan ASFR 15-19 di atas level nasional antara lain:
• Jawa Tengah, Papua Barat, NTB, Gorontalo, Sulsel, Jambi, Sumsel,
Sultra, Sulbar, Bengkulu, NTT, Babel, Maluku, Kalimantan Timur, Riau,
Kalimantan Selatan, Maluku Utara, Sulteng, Kalbar, Kalteng
▪ Provinsi Papua tidak ada data ASFR 15-19 yang disajikan
STRATEGI MENURUNKAN AKI
STATUS KESEHATAN IBU DAN ANAK
84.37%
80.61%
2016
79.72%
32.007
2015 bayi 2017
33.278 bayi 27.805
bayi

2015 2016 2017


Jumlah Kasus
Cakupan Ibu Bersalin
Kematian Bayi
yang ditolong Nakes di
Fasyankes
2017
2017
(29,6%)
2016
2015 4.912 4.294
4.999 ibu ibu
ibu

Jumlah Kasus 2016


Kematian Ibu (27,5%)
Laporan Rutin Dinas Kesehatan Provinsi 2017 Pemantauan Status Gizi 2016 - 2017
JUMLAH KEMATIAN IBU TAHUN 2017 DAN TAHUN 2018

800 695
Total :
TAHUN 2017
700
600 529
500
475 4,294
400
300 230 193
200 147 138 119 119 117 113 110
107 103 97 91 86 86 75 74
100 61 59 53 53 53 45 44 43 39 34 33 28 24
21
0

KALTARA
RIAU

KALBAR

KALSEL
LAMPUNG

KALTIM

SULTENG

PAPBAR
Banten
JATIM

SUMUT

Bali

Kep. BABEL
MALUKU

DIY
SULUT
MALUT
NTB
NTT

SULBAR
JABAR

SULTRA
SULSEL

SUMBAR

SUMSEL

Kep. RIAU
KALTENG

BENGKULU
JAMBI
PAPUA
ACEH
JATENG

DKI JAKARTA

GORONTALO
Total :
TAHUN 2018
800
700
700 4,221
600 522
500 421
400
300 247
186
200 141 141 139 120
111 102 99 98 95 86
82 81 79 75 74 68 61 60
100 52 51 49 46 44 43 39 35 35 29
10
0

Sumber : Data Rutin Kesga, 2017-2018


Angka Kematian Ibu 346 305 131?
(SP 2010) (SUPAS, 2015) (SDGs 2030,
(100.000 Kelahiran Hidup)
ARR 5,5%)

AKI = 305 /100.000


KH
(SUPAS 2015)
Maka: SRS, 2016

Jumlah ibu yg
meninggal 1 tahun =
AKI x jumlah kelahiran
hidup =
(305/100.000) x 4,8 juta
= 14.640 Jumlah RS: 2.656
Kematian Ibu di RS: 77% (11.272)
Rerata Kematian ibu per RS per
tahun: 4 – 5 orang ibu
Program Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga
dalam Indikator SDGs 2030
Menjamin Kehidupan yang Sehat dan Meningkatkan Kesejahteraan Seluruh Penduduk Semua Usia

• Target 3.1: Pada tahun 2030, mengurangi Rasio Angka Kematian Ibu hingga kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup
o Indicator 3.1.1: Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Rate)
o Indicator 3.1.2: Proporsi perempuan pernah kawin umur 15-49 tahun yang proses melahirkan terakhirnya ditolong
oleh tenaga kesehatan terlatih

• Target 3.2: Pada Tahun 2030, Mengakhiri kematian bayi baru lahir dan balita yang dapat dicegah, dengan seluruh negara
berusaha menurunkan angka kematian neonatal setidaknya hingga 12 per 1000 kelahiran hidup (KH) dan angka
kematian balita 25 per 1000 kelahiran hidup
o Indikator 3.2.1: Angka kematian balita per 1000 kelahiran hidup
o Indikator 3.2.2: Angka kematian neonatal (AKN) dan angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup

• Target 3.3: Pada Tahun 2030, mengakhiri Epidemi Aids, tuberkulosis, malaria, dan penyakit tropis yang terabaikan, dan
memerangi hepatitis, penyakit bersumber air, serta penyakit menular lainnya
o Indikator 3.3.1: Angka Infeksi Baru HIV Per 1000 Populasi Tidak Terinfeksi HIV

• Target 3.7: Pada Tahun 2030, menjamin akses universal terhadap layanan kesehatan seksual dan reporduksi, termasuk
keluarga berencana, informasi dan pendidikan, dan integrasi kesehatan reproduksi ke dalam strategi dan
program nasional
o Indikator 3.7.1: Proporsi pasangan usia subur (15-49 tahun) yang memiliki kebutuhan ber-KB dan menggunakan alat
kontrsepsi metode modern
o Indikator 3.7.2: Angka Kelahiran Pada Perempuan Usia 15-19 Tahun (Age Spesificfertility Rate/ASFR)
Menjamin Kehidupan yang Sehat dan Meningkatkan
Kesejahteraan Seluruh Penduduk Semua Usia

Strategi Umum
1. Penguatan kapasitas faskes yang melayani Keluarga Berencana Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang dan Kesehatan Reproduksi termasuk KB Pasca Persalinan
2. Peningkatan akses layanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di jejaring
dan jaringan faskes termasuk di unit pelayanan Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat
3. Peningkatan kualitas pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi melalui
penguatan kemitraan
4. Peningkatan jangkauan pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di
daerah tertinggal, terpencil, perbatasan, kepulauan, miskin perkotaan dan wilayah
bencana;
5. Peningkatan kesertaan KB Pria melalui penguatan peran motivator/kelompok KB Pria
dan pemenuhan tenaga kesehatan MOP yang kompeten disetiap kab/kota
6. Penguatan promosi dan konseling kesehatan reproduksi berdasarkan siklus hidup
kepada keluarga dan remaja
7. Peningkatan kemandirian Pasangan Usia Subur dalam berKB
• Target 3.1: Pada tahun 2030, mengurangi Rasio Angka
Kematian Ibu hingga kurang dari 70 per 100.000 kelahiran
hidup

346 305
SP 2010 SUPAS 2015

2,4%
Annual Reduction Rate
(ARR)

SDGs Target for MMR:


• Less than 70 maternal deaths per 100.000 live births in 2030
• Hence, it needs ARR 9.4% per year

“Pengurangan angka kematian ibu masih menjadi tantangan besar bagi Indonesia, meskipun telah ada upaya puluhan tahun dalam
meningkatkan kesehatan ibu. Indonesia memiliki rasio kematian ibu (MMR) 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup (SUPAS, 2015)
yang diterjemahkan menjadi 15.000 kematian ibu per tahun, atau sekitar 2 wanita meninggal karena penyebab terkait kehamilan setiap
jam. Angka kematian ibu lebih tinggi pada wanita yang tinggal di daerah pedesaan dan di antara komunitas yang lebih miskin ”

High Maternal Mortality Ratio (MMR) compared to ASEAN and BRIC (Brazil, Russia, India and China) countries with similar GNI (300 per 100,000 live births).
There is one maternal death every hour in Indonesia. The rates are stagnating for the past two decades.
Relasi KB dan Kesehatan Ibu Anak

Kehamilan dan Dampak


Planning of Birth Melahirkan

Untuk 1. Mencegah
Penggunaan Merencanakan:
Alat Infeksi Janin
Waktu (intrauterin) Stunting
Kontrasepsi BBLR
melahirkan 2. BBLR
untuk AKI 
pertama, 3. Kelahiran
program KB AKB 
penjarakan Prematur
kelahiran, 4. Kematian
ukuran keluarga Ibu
( jumlah anak)

Faktor Sosial Ekonomi dan


Demografi

Catatan: Berhubungan Langsung Berhubungan Tidak Langsung


PERANAN KB PASCAPERSALINAN DAN PASCAKEGUGURAN
DLM MENURUNKAN AKI,AKB, DAN TFR

Ta n p a K o m p l i k a s i
k e h a m ila n , T F R 
4T p e r s a l i n a n , n ifa s
( b e r is ik o )
T id a k K o m p lik a s i Ke m a t ia n
Ib u KBPP k e h a m ila n , Ib u d a n
pasca KTD p e r s a l i n a n , n ifa s Ba yi 
b e r s a lin
Aborsi Ko m p lik a s i K e m a t ia n
(b e r is ik o ) Aborsi Ibu

CPR 

K B PP K e s e h a t a n ib u & b a yi 
AKI
Un m e t AKB 
need  TFR 
20
Fakta
2012 SDKI 2012,2017 2017
2,6 Angka Kelahiran Total (TFR) 2,4
57,9 Prevalensi KB Modern 57,4
(CPR Modern)

11,4 Unmet Need KB (%) 10,6


27,1 Tingkat Putus Pakai KB(%) 27,9
10,6 Prev MKJP 13,3
PENYUMBANG KEMATIAN IBU
Kondisi Ibu Hamil Penyebab kematian ibu :
Ibu hamil dengan hipertensi 6.3 % Hipertensi dalam kehamilan 32.4 %
Ibu hamil dengan anemia 37.1 % Perdarahan pasca persalinan 20.3 %
Menikah terlalu muda (<20 tahun) 48.2 % Periode kematian :
Hamil pertama kali <20 tahun 38.2 % Masa Nifas (48 jam setelah lahir) 61.6 %

Catatan, dari kematian ibu > 35 tahun : Tempat kematian :


Menikah pada usia 10 – 16 tahun 20.3 % Di rumah 29.4 %
Menikah pada usia 17 – 19 tahun 35.1 % Usia ibu :
< 20 tahun 6.9 %
> 35 tahun 25.6 %
Sumber:
Teti Tejayanti,
Kajian Pelayanan Kesehatan Ibu, 2014
PERENCANAAN KELUARGA
BAGI CALON PENGANTIN & PASANGAN MENIKAH

POTENSI KEHAMILAN
USIA SUBUR (FERTILITY AGE)
USIA REPRODUKSI SEHAT
DELAYING SPACING LIMITING
DUA ANAK CUKUP
10 15 21 35 40 45 49
USIA KAWIN YANG
SEHAT

1st Option : LONG-TERM


LONG-TERM
2nd Option : SHORT-TERM LONG-TERM
CONTRACEPTIVE
CONTRACEPTIVE METHOD CONTRACEPTIVE METHOD
METHOD

LONG-TERM PERMANENTLY
CONTRACEPTIVE METHOD ARE RECCOMENDED FOR ELIGIBLE COUPLES HAVE ≥2 KIDS

LONG-TERM Contraceptive method Implant, IUD

SHORT-TERM Contraceptive Methods Pills, Injectables, (Condom)

LONG-TERM PERMANENTLY Contraceptive Methods Tubectomy, Vasectomy


STRATEGI PENINGKATAN AKSES DAN KUALITAS PELAYANAN KB DAN KR
Pemberian KIE KB dan
Pemetaan PUS
KR di Lini Lapangan

Penataan Faskes Penguatan Promosi dan


(Sinkronisasi Data Konseling KB dan KR
Faskes dan termasuk pendewasaan
Jejaring/Jaringan) usia perkawinan

Pemenuhan Alokon bagi


Standarisasi Pelayanan
Peserta JKN
KB
( Alokon Program)
Pemetaan dan Peningkatan Kapasitas
Penyediaan Sarana SDM (Pengelola

AKSES
penunjang pelayanan
KB melalui
program dan tenaga
kesehatan) dalam
KUALITAS
pemanfaatan DAK pelayanan KB
Jaminan Pembiayaan Penguatan Kemitraan
Pelayanan KB melalui dalam Jaga Mutu
BPJS Kesehatan Pelayanan KB

Pembinaan Pasca
Penguatan Kemitraan
Pelayanan Kontrasepsi

Penggerakan Peserta
Monitoring dan Evaluasi
KB oleh Tenaga
(termasuk kualitas R/R)
Lapangan
Strategi Penurunan Unmet Need

Pemetaan lokus wilayah unmet need tinggi dan identifikasi penyebab sebagai fokus
garapan (pemanfaatan data PK dan survei)
Penguatan advokasi kepada toga /toma/todat dan kemitraan dengan organisasi profesi

Penguatan KIE KB dan KR:


• Peningkatan pemahaman dan internalisasi “nilai anak dan keluarga sejahtera” kepada
Strategi masyarakat oleh tenaga PKB/PLKB/Kader, motivator/kelompok KB
penurunan • Penanganan rumor tentang kontrasepsi di masyarakat
unmet • Stakeholder/Nakes/toga/toma/todat menjadi “Role model’ KB MKJP
need
Penguatan faskes (jaminan ketersediaan alokon di faskes, jaringan dan jejaringnya;
pemenuhan sarana penunjang pelayanan KB; dan peningkatan kompetensi SDM pemberi
pelayanan KB)
Penguatan konseling KB (melibatkan pasangan) dan peningkatan KB MKJP
Peningkatan cakupan KB pascapersalinan pascakeguguran
Pemanfaatan pembiayaan pelayanan KB melalui Program jaminan Kes.
Pendekatan akses pelayanan KB ke wilayah DTPK dan miskin perkotaan melalui pelayanan
KB bergerak; optimasisasi pelayanan KB di wilayah legok unmet need; serta Memperluas
jejaring kemitraan pelayanan KB terutama di kampung KB dan pemberdayaan UKBM
AYO BER-KB

DUA ANAK CUKUP

Laki Perempuan Sama Saja

BkkbN Indonesia
http://www.bkkbn.go.id

TERIMA KASIH
Terima Kasih

BKKBN
https://www.bkkbn.go.id
Jl. Permata Nomor 1 Halim Perdana Kusuma
Jakarta Timur

Anda mungkin juga menyukai