Anda di halaman 1dari 49

PERCEPATAN PENURUNAN AKI DAN AKB MELALUI

PENGUATAN TIM ACSIA (AKSI CEPAT SAYANG IBU DAN


ANAK)DI KAB. LOMBOK TIMUR

Bidang Kesehatan Masyarakat

22 AGUSTUS 2022
TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
PERPRES NO. 59 / 2017 :

2000 2015 PELAKSANAAN PENCAPAIAN


TPB//SDG 2030

PENEKANAN SDGs:
5P : PEOPLE, PLANET, PEACE, PROSPERITY AND PARTNERSHIP

Pada Tahun 2.1. Mengakhiri kelaparan dan menjamin akses pangan yang 3.1. Mengurangi angka kematian ibu hingga di bawah 70 per 100.000 KH

2030
aman, bergizi, dan mencukupi bagi semua orang, 3.2. Menurunkan Angka Kematian Neonatal setidaknya hingga 12 per
khususnya masyarakat miskin dan rentan termasuk bayi 1.000 KH dan Angka Kematian Balita 25 per 1.000 KH
2.2. Mengakhiri segala bentuk malnutrisi, termasuk mencapai 5. Menjamin kesetaraan gender serta memberdayakan seluruh wanita
target internasional 2025 penurunan stunting dan wasting dan perempuan
pada balita dan mengatasi kebutuhan gizi remaja
perempuan, wanita hamil dan menyusui, serta lansia. 6. Menjamin ketersedian dan pengelolaaan air serta sanitasi yang
berkelanjutan bagi semua orang
Penurunan AKI & AKB sesuai dengan Komitmen SDGs
dan upaya Peningkatan IPM
Pidato
Komitmen SDGs Presiden terpilih (14 Juli 2019)
• Tujuan 3 Target 3.1: “Pada tahun 2030, • KEDUA, pembangunan SDM. Titik dimulainya
mengurangi rasio angka kematian pembangunan SDM adalah dengan menjamin
ibu hingga kurang dari 70 per kesehatan ibu hamil, kesehatan bayi, kesehatan
100.000 kelahiran hidup” balita, kesehatan anak usia sekolah. Ini
merupakan umur emas untuk mencetak
• Tujuan 3 Target 3.2: Pada tahun 2030, manusia Indonesia unggul ke depan. Itu harus
mengakhiri kematian bayi baru dijaga betul. Jangan sampai ada stunting,
lahir dan balita yang dapat kematian ibu, atau kematian bayi
dicegah, dengan seluruh negara meningkat.
berusaha menurunkan Angka Tugas besar kita di situ! ”
Kematian Neonatal setidaknya hingga
12 per 1.000 KH (Kelahiran Hidup) dan
Angka Kematian Balita 25 per 1.000.
ARAH PEMBANGUNAN KESEHATAN
PRIORITAS PEMBANGUNAN KESEHATAN
Arah pengembangan upaya kesehatan, dari (RPJMN KESEHATAN 2015-2019)
kuratif bergerak ke arah preventif, promotif Dilanjutkan 2020 -2024
sesuai kondisi dan kebutuhan

PENDEKATAN
KELUARGA
SPM GERMAS
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
(IPM)
Rata-Rata Lama Sekolah Angka Harapan Hidup
6,71

13,90
Tahun
Harapan Lama Sekolah
Tahun
66,16 Tahun
IPM
Tahun202
1
66,66
Pengeluaran Per
Kapita
9,450 Juta Rp.

Pertumbuhan IPM Capaian IPM Kab/Kota di NTB 2021

0,54% 66,3
66,6 68,61 66,7 66,6
68,0
66,2 6 2 6 68,4 66,6
0 1 76,1
65,35 3 79,1 64,7 71,8 5 6
64 5 1
4 7
37

2017 2018 2019 2020 2021 IPM


NTBThn202 68,65
0
ANALISIS SITUASI

Target Penurunan AKI (/100.000 KH) Target Penurunan AKB (/1.000 KH)

Ancaman COVID-19

183

70

TEMPAT KEMATIAN N EONATUS

67.9
1

16.4
3

13.8
2 Sumber: SRS Indonesia 2018-Balitbangkes

1.9
SRS Litbang, 2016 RUMA FASKES RUMAH PERJALA
H L A I N N YA NAN
SAKIT KE
Juni:162,01

Juni: 10,8
SITUASI KESEHATAN IBU
1
DAN BAYI BARU LAHIR

www.free-powerpoint-templates-design.com
TARGET DAN KEJADIAN AKI NASIONAL- RPJMD
KAB-capaian KABUPATEN 2019-2023
(per 100.000 kelahiran hidup)
300

251
250 237
224
210
197
200 200 196 192 188 184
183
150 157
144

100 107

50

0
2019 2020 2021 2022 2023

TARGET AKI NASIONAL TARGET AKI RPJMD CAPAIAN AKI KABUPATEN


• Angka Kematian Ibu (AKI) Nasional ditargetkan turun dari 251 pada tahun
2019 menjadi 197 per 100. 000 kelahiran hidup pada tahun 2023

• Target Angka Kematian Ibu (AKI) Kabupaten dalam RPJMD 2019-2023


PENJELASAN
ditargetkan turun dari 200 pada tahun 2019 menjadi 184 pada tahun
2023 per 100. 000 kelahiran hidup

• Kejadian Angka kematian Ibu dikabupaten Lombok Timur tahun 2019


sebessar107, tahun 2020 sebesar 157, tahun 2021 sebesar 183, dan
tahun 2022 per Juni 2022 sebesar 144 per 100. 000 kelahiran hidup
AKI tahun 2021 sebesar 183/ 100.000 kelahiran
GRAFIK
Lain-lain DISTRIBUSI
PER- hidup atau sebanyak 45 jiwa
HDK KEMATIAN IBU BERDASARKAN
22% DARAHAN 11% Covid-19 menjadi penyebab kematian ibu
PENYEBAB BULAN DESEMBER 2021 KABUPATEN
13%
tertinggi tahun 2021 yaitu sebesar 29 persen
LOMBOK TIMUR atau 13 orang disusul oleh penyakit tidak
meular seperti penyakit jantung (18 persen
atau 8 jiwa) dan juga perdarahan (13 persen
INFEKSI atau 6 orang)
7%
COVID-19 PTM
29% 18%

NB : PERDARAHAN = 6, HDK= 5, PTM = 8, COVID-19 = 13, INFEKSI = 3, LAIN-LAIN ( Lupus, Emboli Paru,
Abses Cerebri, HIV,Syok Sepsis ) = 10
GRAFIK DISTRIBUSI KEMATIAN IBU BERDASARKAN PENYEBAB
BULAN JANUARI-JUNI 2022 KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PERDARAHAN AKI tahun 2022 sebesar 144/ 100.000


Lain-lain 11%
28%
kelahiran hidup atau sebanyak 18 jiwa (per
INFEKSI Juni 2022)
17%
Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK) menjadi
penyebab kematian ibu tertinggi tahun
2022 yaitu sebesar 33 persen atau 6 orang
disusul oleh penyakit Infeksi sebesar 17
PM/PTM persen atau 3 orang
11% HDK
33%

NB : PERDARAHAN = 2, INFEKSI= 3, HDK= 6, PM/PTM= 2, LAIN-LAIN (Typoid+Peritonitis, Susp. DBD, DM Tipe 1, DOA,
Sirosis Hepatitis) = 5
BERSALI
N
7% Periode kematian ibu terbanyak terjadi saat
HAMIL
periode nifas yaitu sebessar 70 persen atau
Periode Kematian Ibu tahun 2021
23%
31 orang disusul periode hamil dan bersalin

NIFAS
70%
BERSALI
Periode kematian ibu terbanyak terjadi saat
N periode nifas yaitu sebessar 83.3 persen
Periode Kematian
HAMIL
6%
6%
Ibuatau
Januari – Juni
15 orang disusul periode2022
hamil dan
bersalin masing2 5,6 persen atau 1 orang

NIFAS
88%
DISTRIBUSI KEMATIAN IBU
DISTRIBUSI KEMATIAN IBU BERDASAR JUMLAH DESEMBER 2021
BERDASAR UMUR MELAHIRKAN

28%, >4X
< 20 TAHUN
7% <4X
HAMIL
72%
> 35 TAHUN
44%

20-35 TAHUN
49%
TARGET DAN KEJADIAN AKB NASIONAL- RPJMD
KAB-capaian KABUPATEN 2019-2023
(per 1000 kelahiran hidup)
30

25 24
24
22
20.6
19.5
20 20 18.6
18 17.4
16
15

10 10.7
10.6
9.6 9.4

0
2019 2020 2021 2022 2023

TARGET AKB NASIONAL TARGET AKB RPJMD CAPAIAN AKB KABUPATEN


• Angka Kematian Bayi (AKB) Nasional ditargetkan turun dari 24 pada tahun
2019 menjadi 17.4 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2023

• Target Angka Kematian Bayi (AKB) Kabupaten dalam RPJMD 2019-2023


PENJELASAN
ditargetkan turun dari 24 pada tahun 2019 menjadi 16 pada tahun 2023
per 1000 kelahiran hidup

• Kejadian Angka kematian Bayi dikabupaten Lombok Timur tahun 2019


sebesar 10.6, tahun 2020 sebesar 10.7, tahun 2021 sebesar 9.6, dan
tahun 2022 per Juni 2022 sebesar 9.4 per 1000 kelahiran hidup
AKB tahun 2021 sebesar 9,6/ 1000 kelahiran
hidup atau sebanyak 237 jiwa
BBLR menjadi penyebab kematian terbesar
Lain-lain pada tahun 2021 sebesar 40%
GRAFIK DISTRIBUSI KEMATIAN
18%
BAYI
Asfiksia BERDASARKAN
(sesak) menjadi penyebab kedua
PENYEBAB BULAN BBLR
40%
DESEMBER 2021yaitu
terbanyak KABUPATEN
sebesar 23%
LOMBOK TIMUR Kelainan bawaan ( kelainan jantung, tidak ada
tengkorak, tidak ada lubang anus) seperti
menduduki peringkat ketiga sebagai penyebab
KELAINAN kematian bayi yaitu sebesar 19%
BAWAAN
19% ASFIKSIA Lain2 (kurang gula darah, gangguang
23%
pencernaan) menyumbang 18% penyumbang
kematian bayi
GRAFIK DISTRIBUSI KEMATIAN BAYI BERDASARKAN PENYEBAB
BULAN JANUARI-JUNI 2022 KABUPATEN LOMBOK TIMUR
AKB tahun 2022 sebesar 9,4/ 1000 kelahiran hidup
atau sebanyak 118 jiwa
BBLR menjadi penyebab kematian terbesar sebesar
37%
BBLR Asfiksia (sesak) menjadi penyebab kedua terbanyak
LAIN2 37% yaitu sebesar 23%
17% Kelainan bawaan ( kelainan jantung, tidak ada
tengkorak, tidak ada lubang anus) seperti
menduduki peringkat ketiga sebagai penyebab
kematian bayi yaitu sebesar 23%
Lain2 (kurang gula darah, gangguan pencernaan)
KELAINAN
BAWAAN menyumbang 17% kematian bayi
23% ASFIKSIA
24%
8-28 HARI 29 HR-11
10% BL
13%
Periode kematian bayi terbanyak terjadi
Periode Kematian Bayi tahun 2021
saat periode 0-7 hari yaitu sebesar 77
persen dilanjutkan dengan periode umur
29 hari- 11 bulan dan periode umur 8 – 28
hari

0-7 HARI
77%
29 HR-11
BL
26% Periode kematian bayi terbanyak terjadi
saat periode 0-7 hari yaitu sebesar 65
8-28 HARI
9% Periode Kematian Bayi tahun 2022 per Juni 2022
persen dilanjutkan dengan periode umur
29 hari- 11 bulan dan periode umur 8 – 28
hari

0-7 HARI
64%
DISTRIBUSI KEMATIAN IBU
DISTRIBUSI KEMATIAN IBU BERDASAR JUMLAH DESEMBER 2021
BERDASAR UMUR MELAHIRKAN

28%, >4X
< 20 TAHUN
7% <4X
HAMIL
72%
> 35 TAHUN
44%

20-35 TAHUN
49%
Pementukan Tim ACSIA dari tingkat Kaupaten sd
tingkat desa Inovasi dalam penurunan AKI AKB

1
TIM ACSIA DI KAB.
LOMBOK TIMUR

9
DASAR HUKUM PEMBENTUKAN TIM ACSIA
 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 2009
Nomor 144);
 Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2015 tentang Petunjuk
Teknis Bantuan Operasional Kesehatan Tahun 2015;
 Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 4 Tahun 2008 tentang Organisasi dan
Tata Kerja
 Perangkat Daerah Kabupaten Lombok Timur sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Daerah Kabupaten Lombok Timur
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2015 tentang Petunjuk
Teknis Bantuan Operasional Kesehatan Tahun 2015;
 Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 4 Tahun 2008 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lombok Timur sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur
ALASAN PEMBENTUKAN
 ACSIA (Aksi Cepat Sayang Ibu dan Anak) merupakan Upaya untuk
mempercepat penurunan AKI & AKB, melalui peningkatan koordinasi dengan
lintas sektor.
 untuk pengendalian dan upaya penurunan kasus kematian ibu dan anak
diperlukan respon dan penanganan cepat, maka perlu dibentuk Tim Aksi
Cepat Sayang Ibu dan Anak (ACSIA) penurunan kematian ibu dan anak
tingkat Kabupaten Lombok Timur
 Sangat diperlukan adanya upaya yang efektif dan berkesinambungan guna
mencapai target SDG’s pada tahun 2030 melalui peningkatan kualitas
pelayanan KIA dan Koordinasi Lintas sektoral, karena masalah AKI dan AKB
bukan hanya masalah tehnis di Dinas kesehatan
UNSUR UNSUR TERDIRI DARI
Dikes, Lintas Program, Puskesmas , Polindes PMI

Camat, Kades, Kadus DPMD

RSU Dr.R.SOEDJONO, RSUD Lotim, RS Swasta, DP3AKB

Polres, Polsek, Polmas BAPPEDA


Sat Pol PP
Kodim, Danramil, Babinsa BAZNAS

TP PKK Kab s/d Desa BPJS

Kementrian Agama/TOGA Organisasi Profesi kesehatan

Dinas Sosial Dukcapil

Dinas Pendidikan
STRUKTUR

Penasehat : Bupati Lombok Timur


Penanggung Jawab : Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Lombok Timur
Ketua : Kepala Bidang Kesehatan Mayarakat
Sekretaris : Kasie kesga Dikes Lotim
A. Bidang Investigasi dan layanan Informasi : Koordinator : Kabid Yankes Dinkes Lotim
Anggota :
1. Kepala SMF Obsgyn RSUD dr. R. Soedjono
Selong
2. Kasie Layanan Primer dan Akreditasi Pada
Dikes kab.Lotim
3. Kabid pelayanan Medis RSUD dr. R.Soedjono
Selong
4. Kabid KB dan K3 pada DP3AKB Kab.Lotim
5. Kasie Promkes pada Dikes kab.Lotim
 
B. Bidang Advokasi : Koordinator : Kabid Sosbud pada BAPPEDA
  Kab.Lotim
Anggota :
1. Organisasi Profesi Kesehatan
2. Kemenag Lotim
3. Kabid PLKD pada DPMD
4. Wk. Ketua IV TP PKK Kab.Lombok Timur
5. Kabid di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
C. Bidang Koordinasi dan Iintervensi : Koordinator : Kepala Dinas Dukcapil Lotim
  Anggota :
  1. Dandim 1615/Lotim
 
2. Kapolres Lombok Timur
 
  3. Kepala PMI Kab.Lombok Timur
  4. Kepala BAZNAS Kab.Lombok Timur
  5. Kasie Pembiayaan Kesehatan pada Dinkes
Lombok Timur
D. Bidang Dokumentasi, Pencatatan dan Koordinator : Kepala Dinas Sosial Kab.Lotim
Pelaporan Anggota :
  1. Staf Sie Kesga Dikes Lotim
2. Kasubag Propel Dikes Lombok Timur
• Bersifat non struktural, non formal yang berkedudukan di Kabupaten
dengan sekretariat di Dinas Kesehatan, dengan jaringan tim hingga Desa
(PKK Desa, Kepala Desa, Babinsa, Polmas, Toga/Toma, Kepala Puskesmas
dan Bidan Desa)
• Semua anggota tim berperan aktif dlm mengatasi masalah sesuai jenjang
& tugas masing-masing.
• Koordinasi & komunikasi terutama dgn sarana telepon
Komitmen bersama Bupati, Kapolres
dan Dandim Lombok Timur
BEBERAPA KASUS YANG SUDAH DITANGANI TIM ACSIA

Kotaraja:
Perempuan hamil anak ke 2, usia kehamilan 7 bulan,(Gejala keracunana
kehamilan), Nyeri ulu hati, pandangan kabur, datang periksa ke bidan desa.
Saat diperiksa ditemukan tekanan darah 190/110, keadaan umum sedang.
Bidan menyarankan kepada keluarga agar pasien dirujuk. Pasien dan
keluarga setuju dirujuk. Kartu BPJS tidak punya. Pasien menggunakan
Jampersal. Setelah dirawat di RS selama beberapa hari, kondisi pasien
membaik dan diijinkan pulang.
Sebulan setelah pulang dari RS, pasien mengalami keluhan serupa dan
kembali di rujuk ke RS. Beberapa hari dirwat di RS, pasien diijinkan pulang.
Saat akan melahirkan, pasien kembali di rujuk ke RS dengan alasan pasien berisiko
tinggi dan tidak boleh melahirkan di Polindes atau Puskesmas.
Setelah melahirkan, pasien dibolehkan pulang. Seminggu setelah melahirkan,
pasien kembali mengalami sakit tapi lebih parah hingga tidak sadarkan diri. Kali ini
keluarga pasien tidak mau dirujuk dengan alasan membayar pada terakhir kali
masuk RS. Namun dengan bantuan tokoh masyarakat dan Puskesmas, serta
jaminan pembiayaan, keluarga pasien mau dirujuk.
2 minggu sebelum masa nifas selesai, pasien tidak sadarkan. Kali ini keluarga pasien
tidak mau dirujuk dengan alasan tidak ada yang menunggu
Tindakan:
Koordinasi bidan desa berkoordinasi dengan bidan koordinator,dokter
puskesmas,kepala Puskesmas, Sekretaris desa,kepala desa, kepala
dusun dan dinas kesehatan.
Pasien dan keluarganya akhirnya mau dirujuk setelah negosiasi dengan
minta dijamin tidak membayar dan ada yang menunggu pasien dari
pihak non keluarga. Ahirnya diantar tim kesehatan puskesmas dan
kades, bahkanditunggu pak kades di Rumah sakit sampai ada dari
keluarga yang siap untuk menunggu
Suralaga:
Ibu melahirkan anak ke-5, secara operasi karena tekanan darah tinggi
dan sesak karena gagal ginjal. Rumah sakit menyarankan pasien untuk
dilakukan cuci darah,
Kasus belum namun ditolak oleh keluarga dan pasien. Sampai
berhasil
saat ini, pasien masih dirumah dan dalam pemantauan Puskesmas.
Kerjasama lintas sektoral sudah dilakukan, namun belum sesuai dengan
hasil yang diinginkan
Suralaga:
Pasien dirujuk ke RS karena sudah melewati “garis waspada”. Pasien dan keluarga
setuju dirujuk. Pemeriksaan di RS menunjukkan Rapid Ag positif, keluarga
bersikeras membawa pasien pulang ke rumah. Sudah coba dibujuk pihak RS,
koordinasi dikes-puskesmas-Linsek tetap tidak mau melahirkan di RS dan memaksa
harus pulang. Negosiasi mengambil jalan tengah, pasien diupayakan lahir di
Puskesmas walaupun sebelumnya sudah pulang ke rumah dan harus dijemput oleh
Linsek-Puskesmas. Dan ahirnya pasien melahirkan di Puskesmas dengan protocol
covid ketat, Linsek mengamankan kondisi sekitar, dikes mengamati dari depan
Polsek.
Jerowaru:
Ibu melahirkan di RS, saat masa nifas terjadi komplikasi
berupa infeksi daerah operasi, ibu disarankan dilakukan
perawatan luka ulang. Pasien dan keluarga menolak,
setelah koordinasi dengan lintas sektor, kades dan pak
sekcam, ahirnya pasien mau dirujuk ke Rumah sakit
Masalah-masalah yang
sering muncul

29
 Kesulitan merujuk pasien dengan berbagai alasan : keluarga, budaya dll
 Pasien tidak punya biaya, tidak punya BPJS, tidak punya identitas (KTP,KK,dll)
 Keterbatasan ketersediaan darah untuk pertolongan kegawatdaruratan
kebidanan.
 Masih banyak bumil resti karena perkawinan usia muda dan terlalu tua
 Banyak kasus pulang paksa di rumah sakit
 Walaupun beberapa kecamatan dan desa sudah terlibat membantu dalam
menangani masalah-masalah yang membutuhkan koordinasi lintas sektor,
tetapi masih banyak kecamatan dan desa yang belum tersosialisasi peran
masing-masing sebagai tim ACSIA
Terima
Kasih
11. Kotaraja √ - √
12. Masbagik √ - √
13. Ld. Nangka - - √
14. Masbagik Baru √ - √
15. Pringgasela U - - √

16. Dasan Lekong √ - √


17. Kerongkong √ √ √
18. Suralaga √ - √
19. Denggen √ - √
20. Selong √ - √
21. Lb. Haji √ - √
22. Korleko √ - √
23. Batuyang √ - √
24. Lb.Lombok √ - √
25. Suela √ √ √
26. Aikmel √ √ √

27. Kalijaga √ - √
28. Wanasaba - - √
29. Karang Baru - - √
30. Sembalun - - -
31. Sambelia √ √ √
32. Belanting - - √
33. Lenek √ √ √
34. Pringgasela - - √
35. Aikmel Utara √ - √

Anda mungkin juga menyukai