2. Resiko pola nafas tidak afektif b/d penurunan energi dalam bernafas
5. Kurang Pengetahuan
7. Resiko Aspirasi
8. Hipertermia
13. Resiko defisit volume cairan b/d intake yang kurang dan diaporesis
18. Cemas
30. Resiko Aspirasi b/d tidak efektifnya kebersihan jalan nafas dan tidak
adanya reflek muntah
31. Resiko Injury b/d immobilisasi, penekanan sensorik patologi intrakranial
dan ketidaksadaran
39. PK : Hipoglikemia
40. PK : Asidosis
41. PK : Anemia
42. PK : sepsis
Faktor-faktor yang factor yang dapat Buka jalan nafas, guanakan teknik chin
menghambat jalan
berhubungan: nafas lift atau jaw thrust bila perlu
Obesitas
Posisi tubuh
Hipoventilasi sindrom
Nyeri
Kecemasan
Disfungsi Neuromuskuler
Kerusakan
persepsi/kognitif
Imaturitas Neurologis
Obesitas
Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
Posisi tubuh
Kelelahan otot
pernafasan
Hipoventilasi sindrom
Nyeri
Kecemasan
Disfungsi Neuromuskuler
Kerusakan
persepsi/kognitif
Imaturitas Neurologis
g.Sianosis
Airway management
h.Penurunan tingkat
kesadaran Buka jalan nafas, guanakan teknik chin
lift atau jaw thrust bila perlu
i. Nafas dangkal.
Posisikan pasien untuk
1.Sedang memaksimalkan ventilasi
Psikologi
b.tidak berdaya
e.penurunan motivasi
Situasional
d.ketidakcocokan selang
untuk mengurangi
bantuan ventilator
e.ketidakadekuatan
dukungan sosial
Fisiologi
c. ketidaknyamanan atau
nyeri tidak terkontrol
menurunnya fungsi
sfingter esofagus
gangguan menelan
NGT
Operasi/trauma wajah,
mulut, leher
Penurunan motilitas
gastrointestinal
Lambatnya pengosongan
lambung
Selimuti pasien
saat disentuh tangan
terasa hangat Lakukan tapid sponge
pengaruh
medikasi/anastesi
Temperature regulation
ketidakmampuan/penuru
Monitor suhu minimal tiap 2 jam
nan kemampuan untuk
berkeringat Rencanakan monitoring suhu secara
kontinyu
terpapar dilingkungan
panas Monitor TD, nadi, dan RR
Ketidakaktifan
Beritahukan tentang indikasi terjadinya
atau aktivitas berat
keletihan dan penanganan emergency
Dehidrasi
yang diperlukan
Pemberian obat
penenang
Ajarkan indikasi dari hipotermi dan
Paparan dingin
atau hangat/lingkungan penanganan yang diperlukan
yang panas
Berikan anti piretik jika perlu
Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau
mencerna makanan atau
mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan
faktor biologis, psikologis
atau ekonomi.
- Hematokrit meninggi
Faktor-faktor yang
berhubungan:
- Kegagalan mekanisme
pengaturan
- Kegagalan mekanisme
pengaturan
Imonusupresi
Dorong istirahat
Tidak adekuat
Infection Protection (proteksi
pertahanan sekunder
terhadap infeksi)
(penurunan Hb,
Leukopenia, penekanan Monitor tanda dan gejala infeksi
respon inflamasi) sistemik dan lokal
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
Kekhawatiran
Cemas
Fluid Management
Berikan cairan
Fluid Monitoring
Perubahan tekanan
darah di ekstremitas
Bruit
Terlambat sembuh
Pulsasi arterial
berkurang
Cerebral
Abnormalitas bicara
Kelemahan ekstremitas
atau paralis
Perubahan kebiasaan
Kardiopulmonar
Perubahan frekuensi
respirasi di luar batas
parameter
Penggunaan otot
pernafasan tambahan
Perasaan ”Impending
Doom” (Takdir terancam)
Bronkospasme
Dyspnea
Aritmia
Hidung kemerahan
Retraksi dada
Nyeri dada
Faktor-faktor yang
berhubungan :
Hipovolemia
Hipervolemia
Exchange problems
Hipoventilasi
Kerusakan transport
oksigen melalui alveolar
dan atau membran kapiler
Keracunan enzim
Perubahan afinitas/ikatan
O2 dengan Hb
Penurunan konsentrasi
Hb dalam darah
psikologis untuk
Monitor pola tidur dan lamanya
meneruskan atau
tidur/istirahat pasien
menyelesaikan
aktifitas yang
diminta atau
Activity Therapy
aktifitas sehari hari.
Kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik
Immobilitas fisik
Radiasi
Kelembaban kulit
Obat-obatan
Internal :
Perubahan status
metabolik
Tulang menonjol
Defisit imunologi
Faktor yang
berhubungan dengan
perkembangan
Perubahan sensasi
Perubahan pigmentasi
Perubahan sirkulasi
Perubahan turgor
(elastisitas kulit)
Perfusi jaringan
baik
Menunjukkan
pemahaman
dalam proses
perbaikan kulit
dan mencegah
terjadinya sedera
berulang
Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan
alami
Set alarm
Kriteria Hasil :
Monitor tekanan perfusi serebral
1. mendemonstrasika
n status sirkulasi Catat respon pasien terhadap stimuli
yang ditandai
Monitor tekanan intrakranial pasien dan
dengan :
respon neurology terhadap aktivitas
Tekanan systole
Monitor jumlah drainage cairan
dandiastole dalam
serebrospinal
rentang yang
diharapkan
Tidak ada Monitor intake dan output cairan
ortostatikhipertensi
Restrain pasien jika perlu
Tidk ada tanda
Monitor suhu dan angka WBC
tanda peningkatan
tekanan Kolaborasi pemberian antibiotik
intrakranial (tidak
Posisikan pasien pada posisi semifowler
lebih dari 15
mmHg) Minimalkan stimuli dari lingkungan
2. mendemonstrasika
n kemampuan
Peripheral Sensation Management
kognitif yang
(Manajemen sensasi perifer)
ditandai dengan:
Monitor adanya daerah tertentu yang
berkomunikasi
hanya peka terhadap
dengan jelas dan
panas/dingin/tajam/tumpul
sesuai dengan
kemampuan Monitor adanya paretese
Bergerak menyebabkan
nafas menjadi pendek
Bergerak menyebabkan
tremor
Faktor yang
berhubungan :
Pengobatan
Terapi pembatasan
gerak
Kurang pengetahuan
tentang kegunaan
pergerakan fisik
Kerusakan persepsi
sensori
Kerusakan
muskuloskeletal dan
neuromuskuler
Intoleransi
aktivitas/penurunan
kekuatan dan stamina
Penurunan kekuatan
otot, kontrol dan atau
masa
Keengganan untuk
memulai gerak
Membatasi pengunjung
Biologikal ( contoh :
tingkat imunisasi dalam
masyarakat,
mikroorganisme)
Internal
Psikolgik (orientasi
afektif)
Mal nutrisi
Disfugsi gabungan
Disfungsi efektor
Hipoksia jaringan
Perkembangan usia
(fisiologik, psikososial)
Menjaga daerah
Monitor tanda dan gejala diare
sekitar rectal dari
Observasi turgor kulit secara rutin
iritasi
Ukur diare/keluaran BAB
Tidak mengalami
diare Hubungi dokter jika ada kenanikan
bising usus
Menjelaskan
penyebab Instruksikan pasien untukmakan rendah
diare
dan rasional serat, tinggi protein dan tinggi kalori jika
tendakan memungkinkan
penyakit, anemia,
Endurance Energy Management
malnutrisi
Concentration Observasi adanya pembatasan klien
dalam melakukan aktivitas
Energy
conservation Dorong anal untuk mengungkapkan
perasaan terhadap keterbatasan
Nutritional status :
energy Kaji adanya factor yang menyebabkan
kelelahan
Kriteria Hasil :
Monitor nutrisi dan sumber energi
Memverbalisasikan
tangadekuat
peningkatan
energi dan Monitor pasien akan adanya kelelahan
merasa lebih baik fisik dan emosi secara berlebihan
Electrolyte and
Ajarkan pasien untuk menggunakan
Acid base obat antidiare
Balance
Instruksikan pasien/keluarga
Kriteria Hasil : untukmencatat warna, jumlah,
frekuenai dan konsistensi dari feses
Feses berbentuk,
BAB sehari
Evaluasi intake makanan yang masuk
sekali- tiga hari
Identifikasi factor penyebab dari diare
Menjaga daerah
Monitor tanda dan gejala diare
sekitar rectal dari
iritasi Observasi turgor kulit secara rutin
Bowel Training
38 PK : Syok Septik Tujuan : setelah a. Pantau adanya tanda dan gejala syok
dilakukan tindakan septic
keperawatan
b. Kolaborasi pemberian antimikrobal,
diharapkan dapat
suplemen intravena, pemeriksaan
meminimalkan
laboratorium kultur/sputum/pewarnaan
terjadinya syok
gram, hitung darah lengkap, tes
septik
serologis, laju sedimentasi, elektrolit
a. pernafasan cepat
danlambat
b. sakit kepala
f. kalsium serum
meningkat
h. penurunan HCO3
a. takikardi
b. disritmia
c. berkeringat
d. mual/muntah
e. gelisah
f. dyspneu
g. peningkatan usaha
nafas
h. penurunan frekuensi
pernafasan
i. peningkatan PCO2
j. peningkatan kalsium
serum
k. penurunan natrium
klorida
b. konsul kemungkinan
penggunaan ventilasi mekanis
2. Monitor kadar Hb
A. Pengertian
Gagal Jantung adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan jantung sehingga jantung
kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolic secara abnormal
Gagal jantung mengakibatkan ketidakmampuan untuk memberikan keluaran yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan jaringan dan menyebabkan terjadinya kongestif pulmonal dan sistemik
Gagal jantung sering juga disebut gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan akan oksigen
Dari pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan gagal jantung merupakan suatu keadaan
jantung yang mengalami kelainan yang dapat menyebakan jantung tidak mampu memompakan
darah ke seluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan akan oksigen dan
nutrisi.
B. Etiologi
1. Kelainan otot jantung, gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
fungsi otot jantung mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan penyakit otot
ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
3. Hipertensi sistemik atau pulmonal meningkatkan beban kerja jantung pada gilirannya
mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut (hipertrofi miokard) dapat dianggap
4. Faktor sistemik terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal
jantung. Meningkatnya laju metabolisme, hipoksia, dan anemia memerlukan peningkatan curah
jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen. Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan suplai
oksigen ke jantung. Asidosis (respiratorik atau metabolik) dan abnormalitas elektrolit dapat
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan kontraktilitas jantung,
yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Secara konsep curah
jantung adalah perkalian dari fungsi frekuensi jantung dan volume sekuncup. Frekuensi jantung
adalah fungsi sistem saraf otonom. Bila curah jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan
kompensasi ini gagal untuk mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume
sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung. Tetapi
pada gagal jantung dengan masalah utama kerusakan dan kekakuan serabut otot jantung, volume
Volume sekuncup, jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi tergantung pada tiga faktor
yaitu : preload, kontraktilitas dan afterload. Preload adalah jumlah darah yang mengisi jantung
berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut otot
jantung. Kontraktilitas mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel
dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium. Afterload
mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah
Pada gagal jantung, jika satu atau lebih dari ketiga faktor tersebut terganggu, hasilnya curah
jantung berkurang, menyebabkan volume sekuncup tidak dapat melakukan kompensasi yang
fungsional yaitu :
2. Manifestasi klinik
a. Gagal jantung kiri : kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak
mampu memompa darah yang datang dari paru.Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru
menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru. Manifestasi klinis yang dapat terjadi meliputi :
1) Dispnea dapat terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu pertukaran gas.
Dispnea bahkan dapat terjadi pada saat istirahat atau dicetuskan oleh gerakan minimal atau
sedang.
2) Ortopnea kesulitan bernafas saat berbaring, beberapa pasien hanya mengalami ortopnea pada
malam hari, hal ini terjadi bila pasien, yang sebelumnya duduk lama dengan posisi kaki dan
tangan di bawah, pergi berbaring ke tempat tidur. Setelah beberapa jam cairan yang tertimbun
diekstremitas yang sebelumnya berada di bawah mulai diabsorbsi, dan ventrikel kiri yang sudah
terganggu, tidak mampu mengosongkan peningkatan volume dengan adekuat. Akibatnya tekanan
tersering adalah batuk basah yaitu batuk yang menghasilkan sputum berbusa dalam jumlah yang
4) Mudah lelah dapat terjadi akibat curah jantung yang kurang menghambat jaringan dari sirkulasi
normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme, juga terjadi akibat
b. Gagal jantung kanan : bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera dan
jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume
darah dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasikan semua darah yang secara normal
kembali dari sirkulasi vena. Manifestasi klinis yang tampak dapat meliputi edema ekstremitas
bawah, peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena leher, asites, anoreksia, mual dan
nokturia.
1.) Edema dimulai pada kaki dan tumit juga secara bertahap bertambah ke tungkai, paha dan
2.) Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat pembesaran vena
di hepar. Bila proses ini berkembang, maka tekanan dalam pembuluh darah portal meningkat
sehingga cairan terdorong keluar rongga abdomen, suatu kondisi yang dinamakan ascites.
Pengumpulan cairan dalam rongga abdomen ini dapat menyebabkan tekanan pada diafragma dan
distress pernafasan.
3.) Anoreksia dan mual terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam rongga abdomen.
4.) Nokturia terjadi karena perfusi renal yang didukung oleh posisi penderita pada saat berbaring.
Diuresis terjadi paling sering pada malam hari karena curah jantung membaik saat istirahat.
5.) Kelemahan yang menyertai gagal jantung sisi kanan disebabkan karena menurunnya curah
jantung, gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk sampah katabolisme yang tidak adekuat
3. Komplikasi
a. Trombosis vena dalam, karena pembentukan bekuan vena karena stasis darah.
b. Syok Kardiogenik, merupakan stadium akhir dari disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung
kongestif, terjadi bila vetrikel kiri mengalami kerusakan yang sangat luas. Tanda syok
kardiogenik adalah tekanan darah rendah, nadi cepat dan lemah, hipoksia otak yang
termanifestasi dengan adanya konfusi dan agitasi, penurunan haluaran urin, serta kulit yang
D. Penatalaksanaan medis
1. Non Farmakologi
a. Pembatasan natrium ditujukan untuk mencegah, mengatur atau mengurangi edema seperti pada
c. Manajemen stress ditujukan untuk mengurangi stress karena stress emosi dapat menghasilkan
a. Diuretik : diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air melalui ginjal, penggunaan harus
b. Digoxin : meningkatkan kontraktilitas dan memperlambat frekuensi jantung. Obat ini tidak
digunakan untuk kegagalan diastolik yang mana dibutuhkan pengembangan ventrikel untuk
relaksasi,
c. Isobarbide dinitrat : mengurangi preload dan afterload untuk disfungsi sistolik, hindari
d. Terapi vasodilator : digunakan untuk mengurangi tekanan terhadap penyemburan darah oleh
ventrikel.
E. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal pada proses asuhan keperawatan dimana pengkajian
kesehatan dan keperawatan fisik, mental, sosial dan lingkungan (Doenges, 2000).
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari, insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea
Tanda : Gelisah, perubahan status mental misalnya letargi, tanda-tanda vital berubah pada aktivitas.
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya, penyakit jantung, bedah jantung,
endokarditis, anemia, syok septik, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.
Tanda : TD : mungkin rendah (gagal pemompaan), tekanan nadi : mungkin sempit, menunjukan
penurunan volume sekuncup, irama jantung : disritmia, misal fibrilasi atrium, kontraksi ventrikel
prematur/takikardia, blok jantung, frekuensi jantung : takikardia, nadi apikal : PMI mungkin
menyebar dan merubah posisi secara inferior ke kiri, bunyi jantung : S3 (gallop) adalah
diagnostik, S4 dapat terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah, murmur sistolik dan diastolik dapat
menandakan adanya stenosis katup atau insufisiensi, nadi : nadi perifer berkurang, perubahan
dalam kekuatan denyutan dapat terjadi nadi sentral mungkin kuat, misal nadi jugularis, karotis,
abdominal terlihat, warna : kebiruan, pucat, atau sianotik, punggung kuku pucat atau sianotik
hepatojugularis, bunyi napas : krekels, ronkhi, edema mungkin dependen, umum atau pitting
3. Integritas Ego
Gejala : Ansietas, khawatir dan takut, stres yang berhubungan dengan penyakit/keperihatinan finansial
Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, misalnya : ansietas, marah, ketakutan dan mudah tersinggung.
4. Eliminasi
Gejala : Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih malam hari (nokturia), diare/konstipasi.
5. Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambahan berat badan signifikan, pembengkakan
pada ekstremitas bawah, pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi garam/makanan yang telah
Tanda : Penambahan berat badan cepat, distensi abdomen (asites) serta edema (umum, dependen,
6. Hygiene
7. Neurosensori
8. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas, sakit pada otot.
Tanda : Tidak tenang, gelisah, fokus menyempit (menarik diri), perilaku melindungi diri.
9. Pernapasan
Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan bantal, batuk dengan/tanpa pembentukan
sputum, sputum : mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih (edema pulmonal), bunyi
napas : mungkin tidak terdengar, fungsi mental : mungkin menurun, kegelisahan, letargi, warna
10. Keamanan
Gejala : Perubahan dalam fungsi mental, kehilangan kekuatan/tonus otot, kulit lecet.
11. Interaksi sosial
12. Pembelajaran/pengajaran
Pemeriksaan Diagnostik
1. EKG : hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia, dan kerusakan pola
mungkin terlihat. Disritmia, misalnya takikardia, fibrilasi atrial. Kenaikan segmen ST/T persisten
6 minggu atau lebih setelah infark miokard menunjukan adanya aneurisma ventrikuler (dapat
2. Sonogram : dapat menunjukan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur katup
tekanan pulmonal abnormal, misalnya : pulgus pada pembesaran jantung kiri dapat menunjukkan
aneurisma ventrikel.
5. Elektrolit : mungkin berubah karena perpindahan cairan/ penurunan fungsi ginjal, terapi diuretik.
6. Oksimetri nadi : saturasi oksigen mungkin rendah, terutama jika gagal jantung kiri akut
7. AGD : gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan (dini) atau hipoksemia
8. BUN, kreatinin : peningkatan BUN menandakan penurunan perfusi ginjal, kenaikan baik BUN
A. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan tahap kedua dari proses keperawatan yang mana didukung
oleh penyebab serta tanda-tanda dan gejalanya. Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya
5. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan program pengobatan berhubungan
jantung.
B. Intervensi Keperawatan
Merupakan tahap ketiga proses keperawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien
kriteria hasil, mengidentifikasi tindakan keperawatan yang tetap untuk mencapai tujuan.
teria hasil : Tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia terkontrol atau hilang) dan bebas gejala
gagal jantung, melaporkan penurunan episode dispnea, angina, ikut serta dalam aktivitas yang
ervensi :
Rasional : biasanya terjadi takikardi (meskipun pada saat istirahat) untuk mengkompensasi
Rasional : S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa. Irama Gallop umum (S3
dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah ke serambi yang distensi. Murmur dapat menunjukkan
Rasional : penurunan curah jantung dapat menunjukkan menurunnya nadi radial, popliteal,
dorsalis, pedis dan posttibial. Nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi dan
pulsus alternan.
d. Pantau TD.
Rasional : pada GJK dini, sedang atau kronis tekanan darah dapat meningkat. Pada HCF lanjut
tubuh tidak mampu lagi mengkompensasi dan hipotensi tidak dapat normal lagi.
Rasional : pucat menunjukkan menurunnya perfusi perifer sekunder terhadap tidak adekuatnya
curah jantung, vasokontriksi dan anemia. Sianosis dapat terjadi sebagai refraktori GJK. Area
yang sakit sering berwarna biru atau belang karena peningkatan kongesti vena.
f. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker dan obat sesuai indikasi (kolaborasi).
Rasional : meningkatkn sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk melawan efek
Penurunan preload paling banyak digunakan dalam mengobati pasien dengan curah jantung
relative normal ditambah dengan gejala kongesti. Diuretik mempengaruhi reabsorpsi natrium dan
air. Vasodilator digunakan untuk meningkatkan curah jantung, menurunkan volume sirkulasi dan
tahanan vaskuler sistemik, juga kerja ventrikel. Antikoagulan digunakan untuk mencegah
pembentukan thrombus/emboli pada adanya faktor risiko seperti statis vena, tirah baring,
disritmia jantung.
Rasional : karena adanya peningkatan tekanan ventrikel kiri, pasien tidak dapat mentoleransi
peningkatan volume cairan (preload). Pasien GJK juga mengeluarkan sedikit natrium yang
Rasional : depresi segmen ST dan datarnya gelombang T dapat terjadi karena peningkatan
kebutuhan oksigen miokard, meskipun tak ada penyakit arteri koroner. Foto dada dapat
ria hasil : Berpartisipasi pada aktivitas yang di inginkan, memenuhi perawatan diri sendiri, mencapai
peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan
kelelahan.
Intervensi :
a. Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila klien menggunakan
Rasional : hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat (vasodilasi),
b. Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia, dispnea berkeringat
dan pucat.
selama aktivitas dapat menyebabkan peningkatan segera frekuensi jantung dan kebutuhan
pada aktivitas menghindari kerja jantung/konsumsi oksigen berlebihan. Penguatan dan perbaikan
fungsi jantung dibawah stress, bila fungsi jantung tidak dapat membaik kembali.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya
ria hasil : Klien akan mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan dan
pengeluaran, bunyi nafas bersih/jelas, tanda vital dalam rentang yang dapat diterima, berat badan
stabil dan tidak ada edema, menyatakan pemahaman tentang pembatasan cairan individual.
Intervensi :
a. Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat hari dimana diuresis terjadi.
Rasional : pengeluaran urine mungkin sedikit dan pekat karena penurunan perfusi ginjal. Posisi
terlentang membantu diuresis sehingga pengeluaran urine dapat ditingkatkan selama tirah baring.
c. Pertahakan duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selama fase akut.
Rasional : posisi tersebut meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH sehingga
meningkatkan diuresis.
Rasional : hipertensi dan peningkatan CVP menunjukkan kelebihan cairan dan dapat
e. Kaji bising usus, catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan konstipasi.
Rasional : kongesti viseral (terjadi pada GJK lanjut) dapat mengganggu fungsi gaster/intestinal.
Rasional : diuretik meningkatkan laju aliran urine dan dapat menghambat reabsorpsi
natrium/klorida pada tubulus ginjal. Tiazid meningkatkan diuresis tanpa kehilangan kalium
berlebihan.
Rasional : perlu memberikan diet yang dapat diterima klien yang memenuhi kebutuhan kalori
4. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler-
alveolus.
teria hasil : Klien akan mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenisasi adekuat pada jaringan ditunjukkan
oleh oksimetri dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernapasan, berpartisipasi dalam
Intervensi :
intervensi lanjut.
hipoksemia jaringan.
5. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema
kerusakan kulit.
Intervensi :
a. Pantau kulit, catat penonjolan tulang, adanya edema, area sirkulasinya terganggu/pigmentasi atau
kegemukan/kurus.
Rasional : kulit beresiko karena gangguan sirkulasi perifer, imobilisasi fisik dan gangguan status
nutrisi.
c. Ubah posisi sering ditempat tidur/kursi, bantu latihan rentang gerak pasif/aktif.
Rasional: memperbaiki sirkulasi waktu satu area yang mengganggu aliran darah.
d. Berikan perawatan kulit, minimalkan dengan kelembaban/ekskresi. Rasional: terlalu kering atau
Rasional : edema interstisial dan gangguan sirkulasi memperlambat absorbsi obat dan
jantung.
teria hasil : Mengidentifikasi hubungan terapi untuk menurunkan episode berulang dan mencegah
komplikasi, mengidentifikasi faktor resiko dan beberapa teknik untuk menangani, melakukan
ntervensi :
Rasional: pengetahuan proses penyakit dan harapan dapat memudahkan ketaatan pada program
pengobatan.
Rasional : klien percaya bahwa perubahan program pasca pulang dibolehkan bila merasa baik
dan bebas gejala atau merasa lebih sehat yang dapat meningkatkan resiko eksaserbasi gejala.
c. Rujuk pada sumber di masyarakat/kelompok pendukung suatu indikasi.
H. Pelaksanaan Keperawatan
I. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah proses membandingkan efek atau hasil suatu tindakan keperawatan
dengan normal atau kriteria tujuan yang sudah dibuat merupakan tahap akhir dari proses
Formatif : Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon segera pada saat dan setelah dilakukan
tindakan keperawatan.
Sumatif : Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai waktu pada
- Infeksi, disfungsi neuromuskular, Respiratory status : Airway patency Berikan O2 ……l/mnt, metode………
hiperplasia dinding bronkus, alergi jalan Aspiration Control Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam
nafas, asma, trauma Setelah dilakukan tindakan Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Obstruksi jalan nafas : spasme jalan keperawatan selama Lakukan fisioterapi dada jika perlu
nafas, sekresi tertahan, banyaknya …………..pasien menunjukkan Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
mukus, adanya jalan nafas buatan, keefektifan jalan nafas dibuktikan Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
alveolus, adanya benda asing di jalan Mendemonstrasikan batuk efektif dan - ………………………
DO: dengan mudah, tidak ada pursed Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
- Kelainan suara nafas (rales, wheezing) irama nafas, frekuensi pernafasan Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
- Kesulitan berbicara dalam rentang normal, tidak ada Monitor respirasi dan status O2
- Batuk, tidak efekotif atau tidak ada suara nafas abnormal) Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk mengencerkan
- Gelisah mencegah faktor yang penyebab. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang penggunaan
- Perubahan frekuensi dan irama nafas Saturasi O2 dalam batas normal peralatan : O2, Suction, Inhalasi.
- Penurunan energi/kelelahan Vital sign Status Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Kelelahan otot pernafasan Setelah dilakukan tindakan Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Disfungsi Neuromuskuler Mendemonstrasikan batuk efektif dan Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
- Obesitas suara nafas yang bersih, tidak ada Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
- Injuri tulang belakang sianosis dan dyspneu (mampu Monitor respirasi dan status O2
- Nafas pendek Menunjukkan jalan nafas yang Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
- Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi irama nafas, frekuensi pernafasan Informasikan pada pasien dan keluarga tentang tehnik
- Penurunan pertukaran udara per menit dalam rentang normal, tidak ada relaksasi untuk memperbaiki pola nafas.
- Menggunakan otot pernafasan suara nafas abnormal) Ajarkan bagaimana batuk efektif
lama
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Masalah Kolaborasi
Berhubungan dengan : Respiratory Status : Gas exchange Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
ketidakseimbangan perfusi ventilasi Keseimbangan asam Basa, Elektrolit Pasang mayo bila perlu
perubahan membran kapiler-alveolar Respiratory Status : ventilation Lakukan fisioterapi dada jika perlu
DS: Vital Sign Status Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
sakit kepala ketika bangun Setelah dilakukan tindakan Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Takikardi ventilasi dan oksigenasi yang Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
Keletihan Memelihara kebersihan paru paru dan Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan
Iritabilitas bebas dari tanda tanda distress otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan
kebingungan Mendemonstrasikan batuk efektif dan Monitor suara nafas, seperti dengkur
sianosis suara nafas yang bersih, tidak ada Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul,
warna kulit abnormal (pucat, kehitaman) sianosis dan dyspneu (mampu hiperventilasi, cheyne stokes, biot
Hipoksemia mengeluarkan sputum, mampu Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak
hiperkarbia bernafas dengan mudah, tidak ada adanya ventilasi dan suara tambahan
AGD abnormal pursed lips) Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus mental
pH arteri abnormal Tanda tanda vital dalam rentang Observasi sianosis khususnya membran mukosa
frekuensi dan kedalaman nafas normal Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang persiapan
abnormal AGD dalam batas normal tindakan dan tujuan penggunaan alat tambahan (O2,
jantung
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Masalah Kolaborasi
Berhubungan dengan : keterbatasan Kowlwdge : disease process Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
kognitif, interpretasi terhadap informasi Kowledge : health Behavior Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
yang salah, kurangnya keinginan untuk Setelah dilakukan tindakan berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara
sumber-sumber informasi. menunjukkan pengetahuan tentang Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
DS: Menyatakan secara verbal adanya Pasien dan keluarga menyatakan Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang
DO: ketidakakuratan mengikuti instruksi, kondisi, prognosis dan program Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan
Pasien dan keluarga mampu Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan
Pasien dan keluarga mampu Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan
menjelaskan kembali apa yang second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Risiko Aspirasi NOC : NIC:
DO: Respiratory Status : Ventilation Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk dan kemampuan
menurunnya fungsi sfingter esofagus mengalami aspirasi dengan kriteria: Cek nasogastrik sebelum makan
gangguan menelan Klien dapat bernafas dengan mudah, Hindari makan kalau residu masih banyak
NGT tidak irama, frekuensi pernafasan Potong makanan kecil kecil
reflek Pasien mampu menelan, mengunyah Naikkan kepala 30-45 derajat setelah makan
Penurunan motilitas gastrointestinal tanpa terjadi aspirasi, dan
peningkatan metabolisme Setelah dilakukan tindakan Monitor tekanan darah, nadi dan RR
kulit kemerahan Tidak ada perubahan warna Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
pertambahan RR kulit dan tidak ada pusing, Tingkatkan sirkulasi udara
mukosa)
kebutuhan tubuh a. Nutritional status: Adequacy of Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
Ketidakmampuan untuk memasukkan b. Nutritional Status : food and Fluid Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat
atau mencerna nutrisi oleh karena faktor Intake untuk mencegah konstipasi
biologis, psikologis atau ekonomi. c. Weight Control Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan
- Nyeri abdomen keperawatan selama….nutrisi Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
- Kejang perut Albumin serum Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam
nutrisi
Berhubungan dengan: Fluid balance Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
- Kehilangan volume cairan secara aktif Hydration Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa,
- Kegagalan mekanisme pengaturan Nutritional Status : Food and Fluid nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan
DS : Setelah dilakukan tindakan (BUN , Hmt , osmolalitas urin, albumin, total protein )
- Haus keperawatan
selama….. defisit Monitor vital sign setiap 15menit – 1 jam
- Peningkatan denyut nadi, penurunan dengan usia dan BB, BJ urine Berikan penggantian nasogatrik sesuai output (50 –
volume/tekanan nadi
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
- Pengisian vena menurun dalam batas normal Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
- Perubahan status mental Tidak ada tanda tanda dehidrasi, meburuk
- Kehilangan berat badan secara tiba-tiba yang berlebihan Pasang kateter jika perlu
- Penurunan urine output Monitor intake dan urin output setiap 8 jam
Orientasi terhadap waktu dan tempat
batas normal
Berhubungan dengan : Electrolit and acid base balance Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Mekanisme pengaturan melemah Fluid balance Pasang urin kateter jika diperlukan
Asupan cairan berlebihan Hydration Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan
DO/DS : Setelah dilakukan tindakan (BUN , Hmt , osmolalitas urin )
Berat badan meningkat pada waktu keperawatan selama …. Kelebihan Monitor vital sign
yang singkat volume cairan teratasi dengan Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP ,
Asupan berlebihan dibanding output kriteria: edema, distensi vena leher, asites)
Perubahan pada pola nafas, Bunyi nafas bersih, tidak ada Monitor masukan makanan / cairan
dyspnoe/sesak nafas, orthopnoe, suara dyspneu/ortopneu Monitor status nutrisi
nafas abnormal (Rales atau crakles), , Terbebas dari distensi vena jugularis, Berikan diuretik sesuai interuksi
Perubahan status mental, kegelisahan, dan vital sign DBN Monitor berat badan
paparan lingkungan keperawatan selama…… pasien Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
- Malnutrisi tidak mengalami infeksi dengan Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan
patogen Klien bebas dari tanda dan gejala Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi
- Tidak adekuat pertahanan sekunder Menunjukkan kemampuan untuk Tingkatkan intake nutrisi
(penurunan Hb, Leukopenia, penekanan mencegah timbulnya infeksi Berikan terapi antibiotik:.................................
respon inflamasi) Jumlah leukosit dalam batas normal Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
- Penyakit kronik Menunjukkan perilaku hidup sehat Pertahankan teknik isolasi k/p
- Imunosupresi Status imun, gastrointestinal, Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan,
Berhubungan dengan : Self Care : ADLs Observasi adanya pembatasan klien dalam melakuk
Tirah Baring atau imobilisasi Toleransi aktivitas Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
Kelemahan menyeluruh Konservasi eneergi Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
Ketidakseimbangan antara suplei oksigen dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emo
kebutuhan …. Pasien bertoleransi terhadap aktivitas Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (tak
Gaya hidup yang dipertahankan. dengan Kriteria Hasil : nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik
DS: Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
Melaporkan secara verbal adanya kelelahan atau peningkatan tekanan darah, nadi dan RR Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi
kelemahan. Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara merencanakan progran terapi yang tepat
Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat mandiri Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivita
Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi Bantu untuk mengidentifikasi dan mendap
Perubahan ECG : aritmia, iskemia Bantu untuk mendpatkan alat bantuan akt
roda, krek
dalam beraktivitas
penguatan
keperawatan
Tujuan Intervensi
dan
Kriteri
a Hasil
Eksternal Tissue e
Faktor mekanik (misalnya : alat yang dapat menimbulkan luka, tekanan, restraint) Wound longgar
kan Monitor
elastisitas, mobilisasi
temperatur pasien
) Memandikan
Perfusi Kaji
jaringan lingkungan
Menunjukka yang
n menyebabkan
pemaham tekanan
an dalam Observasi
perbaikan dimensi,
mencegah luka,
terjadinya karakteristik,w
berulang granulasi,
Mampu jaringan
melindungi nekrotik,
alami dan
Menunjukka perawatan
n luka
Cegah
kontaminasi
Lakukan
tehnik
perawatan
luka dengan
steril
Berikan posisi
yang
mengurangi
tekanan pada
luka
ancaman kematian, perubahan konsep Setelah dilakukan asuhan selama Gunakan pendekatan yang menenangkan
diri, kurang pengetahuan dan ……………klien kecemasan teratasi Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
hospitalisasi dgn kriteria hasil: Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan
DO/DS: mengungkapkan gejala cemas Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
- Kontak mata kurang menunjukkan tehnik untuk Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan
- Berfokus pada diri sendiri Vital sign dalam batas normal Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
- Iritabilitas Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik
- Kesulitan bernafas
- Bingung
- Sulit berkonsentrasi
Hasil
DS : Peningkatan ketegangan,panik, keperawatan selama......takut Jelaskan semua tes dan pengobatan pada pasien dan
penurunan kepercayaan diri, cemas klien teratasi dengan kriteria hasil keluarga
Penurunan produktivitas, kemampuan Memiliki informasi untuk perilaku untuk mengurangi takut
masalah, mengidentifikasi obyek ketakutan, Menggunakan tehnik relaksasi Kurangi stimulasi lingkungan yang dapat menyebabkan
mulut kering, diare, mual, pucat, muntah, sosial dan fungsi peran Dorong mengungkapkan secara verbal perasaan,
perubahan tanda-tanda vital Mengontrol respon takut persepsi dan rasa takutnya
yang sama
irama jantung, stroke volume, pre load Cardiac Pump effectiveness Evaluasi adanya nyeri dada
dan afterload, kontraktilitas jantung. Circulation Status Catat adanya disritmia jantung
Vital Sign Status Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput
DO/DS: Tissue perfusion: perifer Monitor status pernafasan yang menandakan gagal
- Kelelahan output klien teratasi dengan kriteria Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan
- Distensi vena jugularis Tanda Vital dalam rentang normal Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari
- Penurunan denyut nadi perifer Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada Monitor toleransi aktivitas pasien
- Oliguria, kaplari refill lambat kelelahan Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu
- Nafas pendek/ sesak nafas Tidak ada edema paru, perifer, dan Anjurkan untuk menurunkan stress
- Perubahan warna kulit tidak ada asites Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
- Batuk, bunyi jantung S3/S4 Tidak ada penurunan kesadaran Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
- Kecemasan AGD dalam batas normal Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
Tidak ada distensi vena leher Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah
jantung
perifer
efektif b/d gangguan afinitas Hb Cardiac pump Effectiveness Monitor nyeri dada (durasi, intensitas dan faktor-faktor
- Sesak nafas Tekanan systole dan diastole dalam Evaluasi oedem perifer dan denyut nadi
- AGD abnormal CVP dalam batas normal Instruksikan pada pasien untuk tidak mengejan selama
- Bronko spasme Tidak ada oedem perifer dan asites Jelaskan pembatasan intake kafein, sodium, kolesterol dan
- Kapilare refill > 3 dtk Denyut jantung, AGD, ejeksi fraksi lemak
- Retraksi dada dalam batas normal Kelola pemberian obat-obat: analgesik, anti koagulan,
- Penggunaan otot-otot tambahan Bunyi jantung abnormal tidak ada nitrogliserin, vasodilator dan diuretik.
Nyeri dada tidak ada Tingkatkan istirahat (batasi pengunjung, kontrol stimulasi
penurunan konsentrasi Hb, Neurologic status Monitor AGD, ukuran pupil, ketajaman, kesimetrisan dan
transport O2, gangguan aliran arteri dan Setelah dilakukan asuhan Monitor adanya diplopia, pandangan kabur, nyeri kepala
- Gangguan status mental Tekanan systole dan diastole dalam Catat perubahan pasien dalam merespon stimulus
- Perubahan reaksi pupil Komunikasi jelas Tinggikan kepala 0-45o tergantung pada konsisi pasien dan
- Kesulitan menelan Menunjukkan konsentrasi dan orientasi order medis
Hipervolemia, Hipoventilasi, gangguan Electrolite and Acid Base Balance Monitor irama jantung
Tissue perfusion :abdominal organs elektrolit (membran mukosa kering, sianosis, jaundice)
DS: Setelah dilakukan asuhan Kelola pemberian suplemen elektrolit sesuai order
- Nyeri selama………ketidakefektifan perfusi Kolaborasi dengan ahli gizi jumlah kalori dan jumlah zat gizi
rentang normal
normal
batas normal
Tidak ada bunyi nafas tambahan
gangguan afinitas Hb oksigen, Circulation status Observasi status hidrasi (kelembaban membran mukosa,
penurunan konsentrasi Hb, Electrolite and Acid Base Balance TD ortostatik, dan keadekuatan dinding nadi)
Hipervolemia, Hipoventilasi, gangguan Fluid Balance Monitor HMT, Ureum, albumin, total protein, serum
vena Tissue Prefusion : renal Observasi tanda-tanda cairan berlebih/ retensi (CVP
- Oliguria/ anuria hasil: Observasi terhadap dehidrasi, kram otot dan aktivitas
kognitif dan kekuatan otot Monitor BUN, Creat, HMT dan elektrolit
Na, K, Cl, Ca, Mg, BUN, Creat dan Timbang BB sebelum dan sesudah prosedur
Tdak ada rasa haus yang abnormal Monitor adanya respiratory distress
normal
Berhubungan dengan : penurunan atau Self care : Activity of Daily Living Self Care assistane : ADLs
kurangnya motivasi, hambatan (ADLs) Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.
lingkungan, kerusakan muskuloskeletal, Setelah dilakukan tindakan Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk
kerusakan neuromuskular, nyeri, keperawatan selama …. Defisit kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.
kerusakan persepsi/ kognitif, perawatan diri teratas dengan Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk
Klien terbebas dari bau badan Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang
ketidakmampuan untuk mandi, kemampuan untuk melakukan ADLs Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan
ketidakmampuan untuk berpakaian, Dapat melakukan ADLS dengan ketika klien tidak mampu melakukannya.
ketidakmampuan untuk makan, bantuan Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk
ketidakmampuan untuk toileting memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu
untuk melakukannya.
aktivitas sehari-hari.
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
- Tissue Integrity : Skin and Mucous Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang
Hipertermia atau hipotermia - Tissue Perfusion:perifer Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
Substansi kimia - Dialiysis Access Integrity Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam
Faktor mekanik (misalnya : alat yang Setelah dilakukan tindakan Monitor kulit akan adanya kemerahan
dapat menimbulkan luka, tekanan, keperawatan selama…. Gangguan Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang
Radiasi Integritas kulit yang baik bisa Monitor status nutrisi pasien
Usia yang ekstrim dipertahankan Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
Kelembaban kulit Melaporkan adanya gangguan sensasi Gunakan pengkajian risiko untuk memonitor faktor risiko
Obat-obatan atau nyeri pada daerah kulit yang pasien (Braden Scale, Skala Norton)
Ekskresi dan sekresi mengalami gangguan Inspeksi kulit terutama pada tulang-tulang yang menonjol
Internal : Menunjukkan pemahaman dalam dan titik-titik tekanan ketika merubah posisi pasien.
Perubahan status metabolik proses perbaikan kulit dan mencegah Jaga kebersihan alat tenun
Tulang menonjol terjadinya sedera berulang Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian tinggi protein,
Berhubungan dengan dengan mempertahankan kelembaban kulit Monitor serum albumin dan transferin
kekurusan)
Perubahan pigmentasi
Perubahan sirkulasi
Intake yang berlebihan terhadap Nutritional Status : nutrient Intake antara intake makanan, latihan, peningkatan
tidak ada aktivitas lebih teratasi dengan kriteria gaya hidup dan factor herediter yang dapat
Lipatan kulit tricep > 25 mm untuk Mengerti factor yang meningkatkan Diskusikan bersama pasien mengenai risiko yang
wanita dan > 15 mm untuk pria berat badan berhubungan dengan BB berlebih dan
BB 20 % di atas ideal untuk tinggi dan Mengidentfifikasi tingkah laku dibawah penurunan BB
kerangka tubuh ideal kontrol klien Dorong pasien untuk merubah kebiasaan makan
Makan dengan respon eksternal Memodifikasi diet dalam waktu yang Perkirakan BB badan ideal pasien
disfungsi pola makan (misal : Menggunakan energy untuk aktivitas Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
memasangkan makanan dengan sehari hari dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
Konsentrasi intake makanan pada Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
harian.
dibutuhkan
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, Pain Level, Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
psikologis), kerusakan jaringan pain control, lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
- Laporan secara verbal keperawatan selama …. Pasien Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
- Posisi untuk menahan nyeri kriteria hasil: Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
- Tingkah laku berhati-hati Mampu mengontrol nyeri (tahu suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
- Gangguan tidur (mata sayu, tampak penyebab nyeri, mampu Kurangi faktor presipitasi nyeri
capek, sulit atau gerakan kacau, menggunakan tehnik nonfarmakologi Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
menyeringai) untuk mengurangi nyeri, mencari Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala,
- Terfokus pada diri sendiri bantuan) relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
- Fokus menyempit (penurunan persepsi Melaporkan bahwa nyeri berkurang Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...
penurunan interaksi dengan orang dan nyeri Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri,
lingkungan) Mampu mengenali nyeri (skala, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi
- Tingkah laku distraksi, contoh : jalan- intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) ketidaknyamanan dari prosedur
jalan, menemui orang lain dan/atau Menyatakan rasa nyaman setelah Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
kaku)
minum
(metastase kanker, injuri neurologis, Pain control Monitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri
DS: keperawatan selama …. nyeri kronis Jelaskan pada pasien penyebab nyeri
- Kelelahan pasien berkurang dengan kriteria Lakukan tehnik nonfarmakologis (relaksasi, masase
- Anoreksia interpersonal
- Gangguan metabolisme sel Mobility Level Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan dan lihat respon
- Pengobatan Transfer performance Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi
- Keterbatasan ketahan kardiovaskuler keperawatan selama….gangguan Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan
- Kehilangan integritas struktur tulang mobilitas fisik teratasi dengan kriteria cegah terhadap cedera
- Terapi pembatasan gerak hasil: Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik
pergerakan fisik Mengerti tujuan dari peningkatan Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
- Indeks massa tubuh diatas 75 tahun mobilitas Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara
percentil sesuai dengan usia Memverbalisasikan perasaan dalam mandiri sesuai kemampuan
- Kerusakan persepsi sensori meningkatkan kekuatan dan Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi
- Kerusakan muskuloskeletal dan Memperagakan penggunaan alat Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.
neuromuskuler Bantu untuk mobilisasi (walker) Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan
- Intoleransi aktivitas/penurunan bantuan jika diperlukan
- Kerusakan kognitif
atau masa
digunakan, deconditioning
DO:
langkah pendek)
- Keterbatasan ROM
tremor
melakukan ADL
terkoordinasi
Faktor-faktor risiko Safety Behavior : Fall Prevention Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
Internal: Safety Behavior : Fall occurance Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan
Kelemahan, penglihatan menurun, Safety Behavior : Physical Injury kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat
penurunan sensasi taktil, penurunan Tissue Integrity: Skin and Mucous penyakit terdahulu pasien
koordinasi otot, tangan-mata, kurangnya Membran Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya
mengalami trauma dengan kriteria Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
Membatasi pengunjung
penyebab penyakit.
Faktor-faktor risiko : Immune status Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
- Fisik (contoh : rancangan struktur dan Setelah dilakukan tindakan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat
arahan masyarakat, bangunan dan atau keperawatan selama…. Klien tidak penyakit terdahulu pasien
perlengkapan; mode transpor atau cara mengalami injury dengan kriterian Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya
pelayanan) Klien terbebas dari cedera Memasang side rail tempat tidur
- Biologikal ( contoh : tingkat imunisasi Klien mampu menjelaskan Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
dalam masyarakat, mikroorganisme) cara/metode untukmencegah Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah
alkohol, kafein, nikotin, bahan Klien mampu menjelaskan factor Membatasi pengunjung
pengawet, kosmetik; nutrien: vitamin, risiko dari lingkungan/perilaku Memberikan penerangan yang cukup
jenis makanan; racun; polutan) personal Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
- Psikolgik (orientasi afektif) untukmencegah injury Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
- Mal nutrisi Menggunakan fasilitas kesehatan Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau
- Bentuk darah abnormal, contoh : yang ada pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan
Mampu mengenali perubahan status
leukositosis/leukopenia kesehatan penyebab penyakit.
- Trombositopeni
- Sickle cell
- Thalassemia,
- Penurunan Hb,
berfungsinya sensoris)
- Disfugsi gabungan
- Disfungsi efektor
- Hipoksia jaringan
psikososial)
- Fisik (contoh : kerusakan kulit/tidak
utuh, berhubungan dengan mobilitas)
gaster, obat kemoterapi, toksin Hidrasil Pencatatan intake output secara akurat
abdominal, penyakit oesofagus / keperawatan selama …. mual pasien vital sign adekuat)
- Situasional: faktor psikologis seperti Melaporkan bebas dari mual Jelaskan untuk menggunakan napas dalam untuk
mengurangi mual Batasi minum 1 jam sebelum, 1 jam sesudah dan selama
Hipersalivasi Status hidrasi: hidrasi kulit membran Instruksikan untuk menghindari bau makanan yang
Penigkatan reflek menelan mukosa baik, tidak ada rasa haus menyengat
Menyatakan mual / sakit perut yang abnormal, panas, urin output Berikan terapi IV kalau perlu
Situasional: efek dari medikasi, Fluid Balance Kelola pemeriksaan kultur sensitivitas feses
kontaminasi, penyalah gunaan laksatif, Hidration Evaluasi pengobatan yang berefek samping
makanan per NGT Setelah dilakukan tindakan Evaluasi jenis intake makanan
Fisiologis: proses infeksi, inflamasi, keperawatan selama …. diare Monitor kulit sekitar perianal terhadap adanya iritasi dan
Tidak ada diare Ajarkan pada keluarga penggunaan obat anti diare
DS: Feses tidak ada darah dan mukus Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk mencatat
Nyeri perut Nyeri perut tidak ada warna, volume, frekuensi dan konsistensi feses
Urgensi Pola BAB normal Ajarkan pada pasien tehnik pengurangan stress jika perlu
Kejang perut Elektrolit normal Kolaburasi jika tanda dan gejala diare menetap
DO: Asam basa normal Monitor hasil Lab (elektrolit dan leukosit)
- Lebih dari 3 x BAB perhari Hidrasi baik (membran mukosa Monitor turgor kulit, mukosa oral sebagai indikator
normal, hematokrit dan urin output Konsultasi dengan ahli gizi untuk diet yang tepat
Hasil
o Perilaku defekasi tidak teratur Setelah dilakukan tindakan Monitor tanda-tanda ruptur bowel/peritonitis
o Perubahan lingkungan keperawatan selama …. Jelaskan penyebab dan rasionalisasi tindakan pada
privasi dengan kriteria hasil: Konsultasikan dengan dokter tentang peningkatan dan
o Psikologis: depresi, stress emosi, gangguan Pola BAB dalam batas normal penurunan bising usus
mental Feses lunak Kolaburasi jika ada tanda dan gejala konstipasi yang
antikonvulsan, antidepresan, kalsium Aktivitas adekuat Jelaskan pada pasien manfaat diet (cairan dan serat)
hemoroid, gangguan neurologis, obesitas, Kolaburasi dengan ahli gizi diet tinggi serat dan cairan
obstruksi pasca bedah, abses rektum, tumor Dorong peningkatan aktivitas yang optimal
o Fisiologis: perubahan pola makan dan jenis Sediakan privacy dan keamanan selama BAB
DS:
- Nyeri perut
- Ketegangan perut
- Anoreksia
- Nyeri kepala
- Mual
DO:
- Distensi abdomen
- Feses keras
- Perkusi tumpul
- Sering flatus
- Muntah
Hasil
kelelahan, takut, kesendirian. Pain Level Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
- Lingkungan : kelembaban, kurangnya Rest : Extent and Pattern Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur
medikasi (depresan, stimulan),kebisingan. Setelah dilakukan tindakan Ciptakan lingkungan yang nyaman
Fisiologis : Demam, mual, posisi, urgensi keperawatan selama Kolaburasi pemberian obat tidur
DO : normal
usia
hambatan reflek, spingter kuat Urinary Contiunence Monitor intake dan output
Bladder terasa penuh pasien teratasi dengan kriteria hasil: Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk mencatat
Distensi bladder Tidak ada residu urine >100-200 cc Sediakan privacy untuk eliminasi
Terdapat urine residu Intake cairan dalam rentang normal Stimulasi reflek bladder dengan kompres dingin pada
Inkontinensia tipe luapan Bebas dari ISK abdomen.
Urin output sedikit/tidak ada Tidak ada spasme bladder Kateterisaai jika perlu
Balance cairan seimbang Monitor tanda dan gejala ISK (panas, hematuria,
berhubungan dengan: Tissue integrity : skin and mucous Pressure ulcer prevention
(ekskresi dan sekresi tubuh, medikasi), Wound healing : primary and Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang
keterbatasan pengetahuan, faktor Setelah dilakukan tindakan Jaga kulit agar tetap bersih dan kering
mekanik (tekanan, gesekan),kurangnya keperawatan selama ….kerusakan Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam
ekstrim) pasien teratasi dengan kriteria hasil: Monitor kulit akan adanya kemerahan
DO : Perfusi jaringan normal Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah yang
integumen, subkutan) Ketebalan dan tekstur jaringan normal Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
dalam proses perbaikan kulit dan Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
mencegah terjadinya cidera berulang Kaji lingkungan dan peralatan yang menyebabkan
Hasil
Biofisika (penyakit kronis), kognitif/persepsi Self esteem Kaji secara verbal dan nonverbal respon klien terhadap
krisis situasional, trauma/injury, pengobatan keperawatan selama Monitor frekuensi mengkritik dirinya
(pembedahan, kemoterapi, radiasi) ….gangguan body image Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan
Perasaan negatif tentang tubuh Body image positif Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat
gaya hidup personal Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok
Hasil
Konflik dalam memutuskan terapi, konflik Knowledge : treatment regimen Kaji pengetahuan pasien tentang penyakit, komplikasi
kehilangan kekuatan, defisit support sosial keperawatan selama Interview pasien dan keluarga untuk mendeterminasi
DS: ….manejemen regimen masalah yang berhubungan dengan regimen pengobatan
Pilihan tidak efektif terhadap tujuan terapeutik tidak efektif pasien tehadap gaya hidup
Pernyataan keluarga dan pasien tidak Mengembangkan dan mengikuti Hargai pengetahuhan pasien
mendukung regimen regimen terapeutik Hargai lingkungan fisik dan sosial pasien
pengobatan/perawatan, Mampu mencegah perilaku yang Sediakan informasi tentang penyakit, komplikasi dan
mendukung/ tidak mengurangi faktor risiko Menyadari dan mencatat tanda- Dukung motivasi pasien untuk melanjutkan pengobatan
DO : kesehatan
Hasil
membosankan, depresi, stress Energy Conservation - Monitor respon kardiorespirasi terhadap aktivitas
Lingkungan: kelembaban, cahaya, Nutritional Status: Energy (takikardi, disritmia, dispneu, diaphoresis, pucat, tekanan
Situasi: Kejadian hidup yang negatif, keperawatan selama …. - Monitor dan catat pola dan jumlah tidur pasien
Psikologis: Anemia, status penyakit, kelelahan pasien teratasi dengan - Monitor lokasi ketidaknyamanan atau nyeri selama
malnutrisi, kondisi fisik yang buruk, kriteria hasil: bergerak dan aktivitas
DS: Mempertahankan nutrisi adekuat - Monitor pemberian dan efek samping obat depresi
Gangguan konsentrasi Keseimbangan aktivitas dan - Instruksikan pada pasien untuk mencatat tanda-tanda
Tidak tertarik pada lingkungan istirahat dan gejala kelelahan
Meningkatnya komplain fisik Menggunakan tehnik energi - Ajarkan tehnik dan manajemen aktivitas untuk mencegah
Secara verbal menyatakan kurang energi Mempertahankan interaksi sosial - Jelaskan pada pasien hubungan kelelahan dengan
- Penurunan kemampuan dan psikologis yang - Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
Aktivitas listrik jantung terjadi akibat ion (partikel bermuatan seperti natrium, kalium
dan kalsium) bergerak menembus membran sel. Perbedaan muatan listrik yang
tercatat dalam sebuah sel mengakibatkan apa yang dinamakan potensi aksi
jantung.
Pada keadaan istirahat, otot jantung dalam keadaan terpolarisasi, artinya terdapat
perbedaan muatan listrik antara bagian dalam membran yang bermuatan negatif
dan bagian luar yang bermuatan positif. Siklus jantung bermula saat dilepaskannya
impuls listrik, mulailah fase depolarisasi. Permeabilitas membran sel berubah dan
ion bergerak melintasinya. Dengan bergeraknya ion kedalam sel, maka bagian
dalam sel akan menjadi positif. Kontraksi otot terjadi setelah depolarisasi. Sel otot
jantung normalnya akan mengalami depolarisasi ketika sel-sel tetangganya
mengalami depolarisasi. Depolarisasi sebuah sel sistem hantaran khusus yang
memadai akan mengakibatkan depolarisasi dan kontraksi seluruh miokardium.
Repolarisasi terjadi saat sel kembali ke keadaan dasar (menjadi lebih negatif). dan
sesuai dengan relaksasi otot miokardium.
Setelah influks natrium cepat ke dalam sel selama depolarisasi, permeabilitas
membran sel terhadap kalsium akan berubah, sehingga memungkinkan ambilan
kalsium ke dalam sel. influks kalsium, yang terjadi selama fase plateu repolarisasi,
jauh lebih lambat dibanding natrium dan berlangsung lebih lama. Interaksi antara
perubahan voltase membran dan kontraksi otot dinamakan kopling
elektromekanikal.
Otot jantung, tidak seperti otot lurik atau otot polos, mempunyai periode refraktori
yang panjang, pada saat sel tidak dapat di stimulasi untuk berkontraksi. Hal tersebut
melindungi jantung dari kontraksi berkepanjangan, yang dapat mengakibatkan henti
jantung mendadak.
Kopling elektromekanikal dan kontraksi jantung yang normal tergantung pada
komposisi cairan interstisial sekitar otot jantung. Komposisi cairan tersebut pada
gilirannya tergantung pada komposisi darah. Maka perubahan konsentrasi kalsium
dapat mempengaruhi kontraksi serabut otot jantung. Perubahan konsentrasi kalium
darah juga penting, karena kalium mempengaruhi voltase listrik normal sel
(Smeltzer & bare, 2002. hal 723).
3. Hemodinamika Jantung
Prinsip penting yang menentukan arah aliran darah adalah aliran cairan dari daerah
bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Tekanan yang bertanggung jawab
terhadap aliran darah dalam sirkulasi normal dibangkitkan oleh kontraksi otot
ventrikel. Ketika otot berkontraksi, darah terdorong dari ventrikel ke aorta selama
periode di mana tekanan ventrikel kiri melebihi tekanan aorta. Bila kedua tekanan
menjadi seimbang, katup aorta akan menutup dan keluaran dari ventrikel kiri
terhenti. Darah yang telah memasuki aorta akan menaikkan tekanan dalam
pembuluh darah tersebut. Akibatnya, terjadi perbedaan tekanan yang akan
mendorong darah secara progresif ke arteri, kapiler, dan ke vena. Darah kemudian
kembali ke atrium kanan karena takanan dalam kamar ini lebih rendah dari tekanan
vena. Perbedaan tekanan juga bertanggung jawab terhadap aliran darah dari arteri
pulmonalis ke paru dan kembali ke atrium kiri. Perbedaan tekanan dalam sirkulasi
pulmonal secara bermakna lebih rendah dari tekanan sirkulasi sistemik karena
tahanan aliran di pembuluh darah pulmonal lebih rendah.
4. Siklus jantung
Perhatikan perubahan tekanan yang terjadi dalam kamar jantung selama siklus
jantung, dimulai dengan diastolik saat ventrikel berelaksasi. Selama diastolik, katup
atrioventrikularis terbuka, dan darah yang kembali dari vena mengalir ke atrium dan
kemudian ke ventrikel. Mendekati akhir periode diastolik tersebut, otot atrium akan
berkontraksi sebagai respon terhadap sinyal yang ditimbulkan oleh nodus sinoatrial.
Kontraksi kemudian meningkatkan tekanan di dalam atrium dan mendorong
sejumlah darah ke ventrikel. Darah yang masuk tadi akan meningkatkan volume
ventrikel sebanyak 15% – 25%. Ventrikel itu sendiri mulai berkontraksi (sistolik)
sebagai respons terhadap propagasi impuls listrik yang dimulai di nodus sinoatrial
beberapa milidetik sebelumnya.
Selama sistolik, tekanan didalam ventrikel dengan cepat meningkat, mendorong
katup atrioventrikularis untuk menutup. konsekuensinya tidak ada lagi pengisian
ventrikel dari atrium, dan darah yang disemburkan dari ventrikel tidak dapat
mengalir balik ke atrium. Peningkatan tekanan secara cepat di dalam ventrikel akan
mendorong katup pulmonalis dan aorta terbuka, dan darah kemudian disemburkan
ke arteri pulmonalis dan ke aorta. Keluarnya darah mula-mula cepat, dan kemudian,
ketika tekanan masing-masing ventrikel dan arteri yang bersangkutan mendekati
keseimbangan, aliran darah bertahap lambat.
Pada saat berakhir sistolik, otot ventrikel berelaksasi dan tekanan dalam kamar
menurun dengan cepat. Penurunan tekanan ini cederung mengakibatkan darah
mengalir balik dari arteri ke ventrikel, yang mendorong katup semilunar untuk
menutup. Secara bersamaan, begitu tekanan di dalam ventrikel menurun drastis
sampai dibawah tekanan atrium, nodus Atrio akan membuka, ventrikel mulai terisi,
dan urutan kejadian terulang kembali (Smeltzer & Bare, 2002. hal 723)
5. Curah jantung
Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompa oleh ventrikel selama satu satuan
waktu. Curah jantung pada orang dewasa normal sekitar 5 L/menit namun sangat
bervariasi, tergantung kebutuhan metabolisme tubuh. Curah jantung (Cardiac
Output) sebanding dengan volume sekuncup (Stroke Volume) kali frekuensi jantung.
CO = SV x Heart Rate (HR). Volume sekuncup adalah sejumlah darah yang
disemburkan setiap denyut. Maka curah jantung dapat dipengaruhi oleh perubahan
volume sekuncup maupun frekuensi jantung. Frekuensi jantung istirahat pada orang
dewasa rata-rata 60-80 denyut/menit dan rata-rata volume sekuncup sekitar 70
ml/denyut.
Kontraksi frekuensi jantung. Karena fungsi jantung adalah menyuplai darah
keseluruh jaringan tubuh, maka keluarannya harus dapat berubah sesuai perubahan
kebutuhan metabolisme jaringan itu sendiri.
Perubahan frekuensi jantung dapat terjadi akibat kontrol refleks yang dimediasi oleh
sistem saraf otonom, meliputi bagian simpatis dan parasimpatis. Impuls
parasimpatis, yang berjalan ke jantung melalui nervus vagus, dapat memperlambat
frekuensi jantung, sementara impuls simpatis meningkatkannya. Efek terhadap
frekuensi jantung berakibat mulai dari aksi pada nodus sinoatrial untuk
meningkatkan maupun menurunkan kecepatan depolarisasi intrinsiknya.
Keseimbangan antara ke dua refleks tadi mengontrol sistem yang normalnya
menetukan frekuensi jantung. Frekuensi jantung dirangsang juga oleh katekolamin
(yang disekresi oleh kelenjar adrenal) dan adanya kelebihan hormon tiroid, yang
menghasilkan efek menyerupai katekolamin.
Kontrol volume sekuncup. Volume sekuncup terutama ditentukan oleh tiga faktor :
(1) kontraktilitas intrinsik otot jantung, (2) derajat peregangan otot jantung sebelum
kontraksi (preload), dan (3) tekanan yang harus dilawan otot jantung untuk
menyemburkan darah selama kontraksi (afterload).
Kontraktilitas intrinsik adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan tenaga yang
dapat dibangkitkan oleh kontraksi miokardium pada kondisi tertentu. Kontraksi ini
dapat meningkat akibat katekolamin yang beredar, aktivitas saraf simpatis dan
berbagai obat (seperti digitalis). Peningkatan kontraktilitas dapat terjadi pada
peningkatan volume sekuncup.
Preload merupakan tenaga yang menyebabkan otot ventrikel meregang sebelum
mengalami eksitasi dan kontraksi. Preload ventrikel ditentukan oleh volume darah
dalam ventrikel akhir diastolik. Semakin besar preload, semakin besar volume
sekuncupnya sampai pada titik dimana otot sedemikian teregangnya dan tidak
mampu berkontraksi lagi. Hubungan antara peningkatan volume sekuncup dan
peningkatan volume akhir diastolik ventrikel pada kontraktilitas intrinsik tertentu
dinamakan hukum starling jantung, yang didasarkan pada kenyataan bahwa
semakin besar panjang awal atau keregangan otot jantung, semakin besar pula
derajat pemendekan yang akan terjadi. Akibat terjadi peningkatan interaksi antara
sarkomer filament tebal dan tipis.
Afterload merupakan suatu tekanan yang harus dilawan ventrikel untuk
menyemburkan darah. Tahanan terhadap ejeksi ventrikel kiri dinamakan tahanan
vaskuler sistemik (SVR). Tahanan oleh tekanan pulmonal tehadap ejeksi ventrikel
dinamakan tahanan vaskuler pulmonal (PVR). Peninggian afterload akan
mengakibatkan penurunan volume sekuncup (Smeltzer & Bare, 2002. hal 725).
3. Etiologi
Menurut Smeltzer & Bare (2002) penyebab Gagal jantung kongestif adalah :
a. Kelainan otot jantung
Gagal jantung yang paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. kondisi yang mendasari penyebab
kelainan fungsi otot mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan
penyakit otot degeneratif atau inflamasi.
b. Aterosklorosis koroner
Menyebabkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot
jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat).
c. Hipertensi sistemik atau pulmonal
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi
serabut otot jantung. efek tersebut dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi
karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi untuk alasan yang tidak
jelas, hipertrofi otot jantung tidak dapat berfungsi secara normal, dan akhirnya akan
terjadi gagal jantung.
d. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif.
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak
serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
e. Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya tidak
secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme yang biasanya terlihat
mencakup gangguan aliran darah melalui jantung.
f. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal
jantung. Meningkatnya laju metabolime (misal : demam, tirotoksikosis), hipoksia dan
anemia memerlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan
oksigen sistemik.
4. Patofisiologi
a. Mekanisme dasar
Kelainan instrinsik pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal jantung
akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel
yang efektif. kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi volume sekuncup,
dan meningkatkan volume residu ventrikel. dengan meningkatnya volume residu
ventrikel, terjadi peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri. Derajat
peningkatan tekanan bergantung pada kelenturan ventrikel. Dengan meningkatnya
tekanan akhir diastolik ventrikel kiri, terjadi pula peningkatan tekanan atrium kiri
karena atrium dan ventrikel berhubungan langsung selama diastol. Peningkatan
tekanan atrium diteruskan ke belakang ke dalam pembuluh darah paru-paru,
meningkatkan tekanan kapiler dan vena paru-paru. Apabila tekanan hidrostatik
anyaman kapiler paru-paru melebihi tekanan onkotik pembuluh darah, akan terjadi
transudasi cairan kedalam interstisial. Jika kecepatan transudasi cairan melebihi
kecepatan drainase limfatik, akan terjadi edema interstisial. Peningkatan tekanan
lebih lanjut dapat mengakibatkan cairan merembes ke dalam alveoli dan terjadilah
edema paru.
Tekanan arteri paru-paru dapat meningkat akibat peningkatan kronis tekanan vena
paru. Hipertensi pulmonalis meningkatkan tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan.
Serangkaian kejadian seperti yang terjadi pada jantung kiri, juga akan terjadi pada
jantung kanan yang akhirnya akan menyebabkan edema dan kongesti sistemik.
Perkembangan dari edema dan kongesti sistemik atau paru dapat diperberat oleh
regurgitasi fungsional dari katup-katup trikuspidalis atau mitralis secara bergantian
( Price & Wilson, 2006. hal 634 )
b. Respons Kompensatorik
Sebagai respon terhadap gagal jantung, ada tiga mekanisme primer yang dapat
dilihat : (1) meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis, (2) meningkatnya beban
awal akibat aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron, dan (3) hipertrofi ventrikel.
ketiga respon kompensatorik ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan
curah jantung.
1. Peningkatan aktivitas adrenergik simpatis
Menurunnya volume sekuncup pada gagal jantung akan membangkitkan respon
simpatis kompensatorik. Meningkatnya aktivitas adrenergik simpatik merangsang
pengeluaran katekolamin dari saraf-saraf adrenergik jantung dan medula adrenal.
Denyut jantung dan kekuatan kontriksi akan meningkat untuk menambah curah
jantung.
Seperti yang diharapkan, kadar katekolamin dalam darah akan meningkat pada
gagal jantung, terutama selama latihan. Jantung akan semakin bergantung pada
katekolamin yang beredar dalam darah untuk mempertahankan kerja ventrikel.
2. Peningkatan beban awal melalui aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron
Aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron menyebabkan retensi natrium dan air
oleh ginjal, meningkatkan volume ventrikel dan regangan serabut. Peningkatan
beban awal ini akan menambah kontraktilitas miokardium. Mekanisme pasti yang
mengakibatkan aktivasi sistem angiotensin aldosteron pada gagal jantung masih
belum jelas.
Penurunan curah jantung pada gagal jantung akan memulai serangkaian peristiwa
berikut : (1) penurunan aliran darah ginjal dan akhirnya laju filtrasi glomerulus, (2)
pelepasan renin dari aparatus jukstaglomerulus, (3) interaksi renin dengan
angiotensinogen dalam darah untuk menghasilkan angiotensin I, (4) konversi
angiotensin I menjadi angiotensin II, (5) rangsangan sekresi aldosteron dari kelenjar
adrenal, dan (6) retensi natrium dan air tubulus distal dan duktus pengumpul.
3. Hipertrofi Ventrikel
Respon kompensatorik terakhir pada gagal jantung adalah hipertrofi miokardium
atau bertambahnya tebal dinding. Hipertrofi meningkatkan jumlah sarkomer dalam
sel-sel miokardium, sarkomer dapat bertambah secara paralel atau serial
bergantung pada jenis beban hemodinamik yang mengakibatkan jantung ( Price &
Wilson, 2006. 635 ).
c. Mekanisme Kompensatorik lainnya
Mekanisme lain bekerja pada tingkat jaringan untuk meningkatkan hantaran oksigen
ke jaringan. Kadar 2,3 difosfogliserat plasma meningkat sehingga mengurangi
afinitas hemoglobin dengan oksigen. Akibatnya mempercepat pelepasan dan
ambilan oksigen oleh jaringan. Ekstraksi oksigen dari darah ditingkatkan untuk
mempertahankan suplai oksigen ke jaringan pada saat curah jantung rendah.
d. Efek negatif respons kompensatorik
Awalnya, respons kompensatorik sirkulasi memiliki efek yang menguntungkan:
namun akhirnya mekanisme kompensatorik dapat menimbulkan gejala,
meningkatkan kerja jantung dan memperburuk derajat gagal jantung. Retensi cairan
yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan kontraktilitas menyebabkan
terbentuknya edema dan kongesti vena paru dan sistemik. Vasokontriksi arteri dan
redistribusi aliran darah mengganggu perfusi jaringan pada anyaman vaskular yang
terkena, serta menimbulkan gejala dan tanda, (misal : berkurangnya jumlah
keluaran urine dan kelemahan tubuh). Vasokontriksi arteri juga meningkatkan beban
akhir dengan memperbesar resistensi tehadap ejeksi ventrikel; beban akhir juga
meningkat karena dilatasi ruang jantung. Akibatnya, kerja jantung dan kebutuhan
oksigen miokardium (MVO2) juga meningkat. Hipertrofi miokardium dan rangsangan
simpatis lebih lanjut akan meningkatkan kebutuhan MVO2. Jika peningkatan MVO2
ini tidak dapat dipenuhi dengan meningkatkan suplai oksigen miokardium, akan
terjadi iskemia miokardium dan gangguan miokardium lainnya (Price & Wilson 2006.
hal 636).
6. Pemeriksaan diagnostik
Menurut Doenges (2000) pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk
menegakkan diagnosa Gagal Jantung Kongestif :
1. EKG (Elektrokardiogram)
Hipertrofi atrial atau ventrikular, penyimpangan aksis, iskemia, dan kerusakan pola
mungkin terlihat. Disritmia, mis: takikardi, fibrilasi atrial.
takikardi
fibrilasi atrial
7. Penatalaksanaan
Menurut Muttaqin (2009) penatalaksanaan dari Gagal Jantung Kongestif adalah :
a. Terapi oksigen
Pemberian oksigen terutama ditujukan pada klien dengan gagal jantung yang
disertai dengan edema paru. Pemenuhan oksigen akan mengurangi kebutuhan
miokardium akan oksigen dan membantu memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.
b. Terapi nitrat dan vasodilatasi koroner
Penggunaan nitrat, baik secara akut maupun kronik, sangat dianjurkan dalam
penatalaksanaan gagal jantung. Jantung mangalami unloaded (penurunan afterload
– beban akhir) dengan adanya vasodilator perifer. Peningkatan curah jantung lanjut
akan menurunkan pulmonary artery wedge pressure (pengukuran yang
menunjukkan derajat kongesti vaskuler pulmonal dan beratnya gagal ventrikel kiri)
dan penurunan pada konsumsi oksigen miokardium.
c. Terapi diuretik
Selain tirah baring, klien dengan gagal jantung perlu pembatasan garam dan air
serta pemberian diuretik baik oral atau parenteral. Tujuan agar menurunkan preload
(beban awal) dan kerja jantung. Diuretik memiliki efek antihipertensi dengan
meningkatkan pelepasan air dan garam natrium. Hal ini menyebabkan penurunan
volume cairan dan menurunkan tekanan darah. Jika garam natrium ditahan, air juga
akan bertahan dan tekanan darah akan meningkat. Banyak jenis diuretik yang
menyebabkan pelepasan elektrolit-elektrolit lainnya, yaitu kalium, magnesium,
klorida dan bikarbonat. Diuretik yang meningkatkan ekskresi kalium digolongkan
sebagai diuretik yang tidak menahan kalium, dan diuretik yang menahan kalium
disebut hemat kalium.
d. Terapi digitalis
Digitalis, salah satu obat-obatan tertua, dipakai sejak tahun 1200, dan hingga saat
ini diuretik masih terus digunakan dalam bentuk yang telah dimurnikan. Digitalis
dihasilkan dari tumbuhan foxglove ungu dan putih dan dapat bersifat racun. Pada
tahun 1785, William Withering dari inggris menggunakan digitalis untuk
menyembuhkan “sakit bengkak”, yaitu edema pada ektremitas akibat insufisiensi
ginjal dan jantung. Dimasa itu, Withering tidak menyadari bahwa “sakit bengkak”
tersebut merupakan akibat dari gagal jantung.
Digitalis adalah obat utama untuk meningkatkan kontraktilitas. Digitalis bila diberikan
dalam dosis yang sangat besar dan diberikan secara berulang dengan cepat,
kadang-kadang menyebabkan klien mengalami mabuk, muntah, pandangan kacau,
objek yang terlihat tampak hijau atau kuning, klien melakukan gerakan yang sering
dan kadang-kadang tidak mampu untuk menahannya. Digitalis juga menyebabkan
sekresi urine meningkat nadi lambat hingga 35 denyut dalam satu menit, keringat
dingin, kekacauan mental, sinkope dan kematian. Digitalis juga bersifat laktasif.
Pada kegagalan jantung, digitalis deberikan dengan tujuan memperlambat frekuensi
ventrikel dan meningkatkan kekuatan kontraksi serta meningkatkan efisiensi
jantung. Saat curah jantung meningkat, volume cairan yang melewati ginjal akan
meningkat untuk difiltrasi dan diekskresi, sehingga volume intravaskuler menurun.
e. Terapi inotropik positif
Dopamin merupakan salah satu obat inotropik positif, bisa juga dipakai untuk
meningkatkan denyut jantung (efek bata-1) pada keadaan bradikardia saat
pemberian atropin pada dosis 5-20 mg/kg/menit tidak menghasilkan kerja yang
efektif.
Kerja dopamin bergantung pada dosis yang diberikan, pada dosis kecil (1-2
ug/kg/menit), dopamin akan mendilatasi pembuluh darah ginjal dan pembuluh darah
mesentrik serta menghasilkan peningkatan pengeluaran urine (efek dopaminergik) ;
pada dosis 2-20 ug/kg/menit, dopamin akan meningkatkan curah jantung melalui
peningkatan kontarktilitas jantung (efek beta) dan meningkatkan tekanan darah
melalui vasokontriksi (efek alfa-adrenergik). Penghentian pengobatan dopamin
harus dilakukan secara bertahap, penghentian pemakain yang mendadak dapat
menimbulkan hipotensi berat.
Dobutamin (dobutrex) adalah obat simpatomimetik dengan kerja beta-1 adrenergik.
Efek bata-1 adalah meningkatkan kekuatan kontraksi miokardium (efek inotropik
positif) dan meningkatkan denyut jantung (efek kronotropik positif).
f. Terapi sedatif
Pada keadaan gagal jantung berat, pemberian sedatif dapat mengurangi
kegelisahan. Obat-obatan sedatif yang sering digunakan adalah Phenobarbital 15-
30 mg empat kali sehari dengan tujuan untuk mengistirahatkan klien dan
memberikan relaksasi pada klien.
Konsep Dasar Keperawatan
Dari seluruh dampak masalah di atas, maka diperlukan suatu asuhan keperawatan
yang komprehensif. Pola asuhan keperawatan yang tepat adalah melalui proses
keperawatan yang merupakan suatu metode bagi perawat untuk memberikan
asuhan keperawatan pada klien.
Proses keperawatan terdiri atas lima tahap yang berurutan dan saling berhubungan,
yaitu pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dari tahap proses keperawatan. Dalam mengkaji,
harus memperhatikan data dasar pasien. Informasi yang didapat dari klien (sumber
data primer), data yang didapat dari orang lain (data skunder), catatan kesehatan
klien, informasi atau laporan laboratorium, tes diagnostik, keluarga dan orang
terdekat, atau anggota tim kesehatan merupakan pengkajian data dasar (Hidayat, A.
Azis Alimul, 2001. hal 12).
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang mencakup
pengumpulan, penyusunan, validasi, dan pencatatan data. pengkajian merupakan
proses yang kontinu dilakukan pada semua tahap proses keperawatan (Sumijatun,
2006. hal 83).
Data yang dikumpulkan akan bergantung pada letak, keparahan, dan durasi
patologi. Pengkajian pada klien Gagal Jantung kongestif menurut Doenges (2000),
meliputi :
a. Aktivitas / istirahat
Gejala :Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari, insomnia,nyeri dada
dengan aktivitas, dispnea pada istirahat atau pada pengerahan tenaga.
Tanda :Gelisah, perubahan status mental, misalnya letargi, tanda vital berubah pada
aktivitas.
b. Sirkulasi
Gejala :Riwayat hipertensi, Infark Miokard baru/akut, episode Gagal Jantung
Kongestif sebelumnya, penyakit katup jantung, bedah jantung dan endokarditis,
Anemia, syok septik.
Tanda :TD: mungkin rendah (gagal pemompaan) : normal (Gagal Jantung Kongestif
ringan atau kronis), atau tinggi (kelebihan beban cairan). Tekanan nadi : mungkin
sempit, menunjukkan penurunan volume sekuncup. Frekuensi jantung : Takikardia
(gagal jantung kiri). Irama jantung :disritmia, misalnya fibrilasi atrium, kontraksi
ventrikel prematur/takikardia, blok jantung. Nadi apikal : PMI mungkin menyebar dan
berubah posisi secara inferior ke kiri. Bunyi jantung S3 (gallop) adalah diagnostik:S4
dapat terjadi: S1 dan S2 mungkin melemah. Murmur sistolik dan diastolik dapat
menandakan adanya stenosis katup atau insufisiensi. Nadi: nadi perifer berkurang:
perubahan dalam kekuatan denyutan dapat terjadi: Nadi sentral mungkin kuat misal,
nadi jugularis, karotis abdominal terlihat. Warna: Kebiruan, pucat, abu-abu dan
sianotik. Punggung kuku:Pucat dan sianotik dengan pengisian kapiler lambat. Hepar
:Pembesaran/dapat teraba, refleks hepatojugularis. Bunyi napas: krekel, ronkhi.
Edema :Mungkin dependen, umum, pitting,
kuku siagnosis yang menandakan perfusi jaringan keperifer tidak adequat akibat menurunan
pompa jantung
c. Integritas Ego
Gejala :Ansietas, kuatir, takut. stress yang berhubungan dengan
penyakit/keprihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis)
Tanda :Berbagai manifestasi prilaku, misal, ansietas, marah, ketakutan, mudah
tersinggung.
d. Eliminasi
Gejala :Penurunan berkemih, urine berwarna gelap. Berkemih malam hari
(nokturia). Diare/konstipasi.
e. Makanan/cairan
Gejala :Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambahan berat badan
signifikan. Pembengkakan pada ektremitas bawah. Pakaian/sepatu terasa sesak.
Diet tinggi garam / makanan yang telah diproses, lemak, gula dan kafein.
penggunaan deuretik.
Tanda :Penambahan berat badan cepat. Distensi abdomen, (asites): Edema
(umum, dependen, tekanan, pitting).
f. Higiene
Gejala :Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas perawatan diri.
Tanda :Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.
g. Neurosensori
Gejala :Kelemahan, pening, episode pingsan.
Tanda :Letargi, kusut pikir, disorientasi, perubahan prilaku dan mudah tersinggung.
h. Nyeri/kenyamanan
Gejala :Nyeri dada, angina akut atau kronis. Nyeri abdomen kanan atas. Sakit pada
otot.
Tanda :Tidak tenang, gelisah, fokus menyempit (menarik diri) perilaku melindungi
diri.
i. Pernapasan
Gejala :Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk, atau dengan beberapa bantal.
batuk atau dengan pembentukan sputum, riwayat penyakit paru kronis, penggunaan
k. Interaksi sosial
Gejala :Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
l. Pembelajaran dan pengajaran
Gejala :Menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung, misal, penyekat
saluran kalsium.
Tanda :Bukti tentang ketidakberhasilan untuk meningkatkan.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual atau potensial dari pasien
yang dapat diatasi secara bertanggung jawab dengan tindakan keperawatan yang
mandiri. Diagnosa keperawatan yang dinyatakan dalam istilah yang ringkas tentang
masalah spesifik pasien akan menuntut perawat dalam menyusun rencana asuhan
keperawatan (Smeltzer & Bare, 2002. hal 37) .
Diagnosa keperawatan dapat dibedakan menjadi lima kategori (carpenito, 2000) yaitu :
a. Aktual : Menjelaskan masalah yang sedang terjadi saat ini dan harus sesuai dengan data-
data klinik yang diperoleh.
b. Resiko : Menjelaskan masalah kesehatan yang akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi
keperawatan.
c. Potensial : Data tambahan diperlukan untuk memastikan masalah keperawatan yang
potensial. Pada keadaan ini data penunjang dan masalah belum ditemukan tetapi sudah ada
faktor yang dapat menimbulkan masalah.
d. Sejahtera : Diagnosis keperawatan sejahtera (wellness) merupakan keputusan klinik
tentang status kesehatan klien, keluarga, dan/masyarakat dalam transisi dari tingkat
sejahtera tertentu ketingkat sejahtera yang lebih tinggi.
e. Sindrom : Diagnosis keperawatan sindrom adalah diagnosis yang terdiri atas beberapa
diagnosis aktual dan risiko tinggi yang diperkirakan akan muncul karena suatu
kejadian/situasi tertentu.
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien yang mengalami Gagal
Jantung Kongestif, menurut Doenges (2000), yaitu :
1. Menurunnya curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
miokardial/perubahan inotropik, perubahan frekuensi, irama, konduksi listrik,
perubahan struktural (misal, kelainan katup, aneurisme ventrikuler).
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen/kebutuhan, kelemahan umum dan tirah baring lama/imobilisasi.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi
glomerulus (menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi
natrium/air.
4. Risiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan membran kapiler/alveolus, contoh pengumpulan/ perpindahan cairan
kedalam area interstisial/alveoli.
5. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring
lama edema dan penurunan perfusi jaringan.
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai kondisi, program
pengobatan berhubungan dengan kurang pemahaman/kesalahan persepsi tentang
hubungan fungsi jantung/penyakit/gagal.
4. Intervensi keperawatan
Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan
yang meliputi tujuan perawatan, penetapkan pemecahan masalah, dan menentukan
tujuan perencanaan untuk mengatasi masalah pasien. Perawat dapat menggunakan
strategi pemecahan masalah untuk mengatsi masalah pasien melalui intervensi dan
manajemen yang baik (Hidayat, A. Azis Alimul, 2001. hal 30)
Menurut Doenges (2000), rencana keperawatan pada pasien yang mengalami
Gagal Jantung Kongestif berdasarkan diagnosa keperawatan terdiri dari :
a. Diagnosa keperawatan I
Menurunnya curah jantung
mungkin berhubungan dengan : perubahan kontraktilitas miokardial/ perubahan
inotropik, Perubahan frekuensi, irama, konduksi listrik, perubahan struktural (mis,
kelainan katup, aneurisme ventrikuler).
Kemungkinan dibuktikan oleh : Peningkatan frekuensi jantung (takikardi), disritmia,
perubahan gambaran pola EKG, perubahan tekanan darah (TD)
(hipotensi/hipertensi), Bunyi jantung ekstra (S3,S4), penurunan haluaran urine, nadi
perifer tidak teraba, kulit dingin kusam, diaforesis, ortopnea, krakles, JVD,
perbesaran hepar, edema, dan nyeri dada.
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi
Klien akan : Menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas yang dapat diterima
(disritmia terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung, melaporkan
penurunan episode dispnea, angina, ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi
beban kerja jantung.
Intervensi dan rasional