Anda di halaman 1dari 7

BAB 10

Bab 10

Perumusan Tujuan Keperawatan Keluarga

10.1 Pendahuluan
Perumusan tujuan keperawatan keluarga adalah merupakan hal yang penting
dalam proses keperawatan keluarga yang profesional. Friedman, Bowden, Jones
(2003) menjelaskan bahwa tujuan merupakan serangkaian kegiatan menentukan
hasil kesehatan atau klinis, respon keluarga dan kompetensi perilaku yang
diharapkan. Hal ini membutuhkan pemikiran kritis di mana perawat berusaha
mengikutsertakan pasien atau anggota keluarga dalam menentukan hasil yang
akan dicapai. Sehingga sangat penting untuk menetapkan tujuan dalam
memberikan asuhan keperawatan keluarga, walau tujuan-tujuan ini dapat
dimodifikasi berdasarkan perubahan-perubahan situasi pasien atau keluarga.
Untuk itu penting juga untuk meninjau ulang tujuan tujuan yang diharapkan
secara periodik sebagai arah untuk kesinambungan asuhan keperawatan
ditetapkan.

10.2 Perumusan Tujuan Keluarga Keperawatan


Tujuan keperawatan keluarga merupakan bagian yang penting keperawatan, yaitu
setelah penetapan diagnosa keperawatan dan sebelum menentukan
perencanaan. Menurut ANA (1991) dalam Friedman, Bowden. Jones (2003)
perencanaan pertama kali melibatkan perumusan tujuan-tujuan yang dapat
dicapai di mana berpusat pada klien. Sedangkan Ross dan Cobb (1990) dalam
Hanson, et al (2010), menyebutkan bahwa "tahap perencanaan adalah
merupakan proses di mana tujuan-tujuan ditentukan, selanjutnya intervensi-
intervensi dipilih dan ditetapkan, dan kemudian rencana asuhan keperawatan
ditulis..." Adapun perumusan tujuan yang diharapkan adalah merupakan proses
yang bersifat individu." Pasien, perawat, anggota keluarga dan tim pelayanan
kesehatan lain bekerjasama dalam mengidentifikasi tujuan yang realistik
(realistic), dapat dicapai (attainable), dan hemat biaya (cost effective). Kemudian
selanjutnya adalah menentukan intervensi-intervensi. mengidentifikasi dan
menggerakkan sumber-sumber (termasuk kekuatan keluarga dan kapasitas
perawatan keluarga sendiri), pelaksanaan rencana (termasuk menetapkan
prioritas dan merinci bagaimana rencana tersebut akan dilakukan secara
bertahap). dalam

10.2.1 Prinsip Perumusan Tujuan Keperawatan Keluarga


Prinsip menetapkan tujuan keperawatan keluarga mencakup realistik (realistic),
dapat dicapai (attainable) dan hemat biaya (cost effective). Menurut Berman
Snyder, Erb (2012), untuk menetapkan tujuan yang realistik, dapat dicapai dan
hemat biaya, perawat keluarga harus menentukan tujuan yang layak dalam
pemulihan dan status kesehatan yang terbaik. Perawat diharapkan juga dapat
memberikan perawatan yang optimal terkait situasi terkini dan pasien dan
keluarga. Kejelasan waktu untuk mencapai tujuan harus juga ditetapkan, walau
tidak jarang kondisi-kondisi dapat berubah sewaktu-waktu Kondisi klien
kemungkinan bertambah baik lebih cepat atau lebih lambat dan waktu yang telah
ditetapkan. Ataupun tidak dipungkiri, tujuan tercapai pada tingkat yang lebih
rendah atau lebih tinggi dari yang telah ditetapkan. Adalah penting untuk
mengidentifikasi hasil yang potensial yang mana dapat meningkatkan
kemungkinan ketercapaian tujuan atau sasaran yang ditetapkan Perumusan
tujuan keperawatan keluarga mencakup komponen subjek perlaku, kriteria
performans, dan kerangka waktu. Beberapa contoh

pernyataan tujuan menurut Kaakinen, Gedaldy-Duff, Cochlo, D.P., Hanson

(2010) sebagai berikut:


Klien atau anggota keluarga akan menyebutkan pengertian dari regimen
pengobatan yang sedang dijalankan. Berat badan Ibu. N akan turun 2-3

kg dalam tiga minggu dengan menggunakan panduan penatalaksanaan diet


penyakit jantung RS 3. Klien akan mendemonstrasikan tatalaksana injeksi insulin
pada 25 Januari.

10.2.2 Penetapan Tujuan Bersama

Penetapan tujuan bersama keluarga adalah merupakan landasan bagi


perencanaan yang efektif. Salah satu prinsip mendasar dalam keperawatan
keluarga adalah klien memiliki tanggung jawab utama untuk mengelola hidup
mereka secara mandiri. Hal ini terkait dengan prinsip penentuan nasib sendiri
iself-determination) dan menghargai keyakinan individu (Coulter, 2012). Upaya
memberikan informasi yang relevan tentang kondisi klien dan keluarga dapat
menolong keluarga untuk menentukan tujuan yang akan dicapai. Hal ini juga
membantu agar keluarga mampu membuat keputusan yang lebih sehat dan tepat
tentang tujuan ataupun layanan yang diharapkan dalam perencanaan kemudian.
Sehingga penentu utama dari tujuan yang ditetapkan adalah keluarga (Coulter
2011). Penetapan tujuan bersama dengan anggota keluarga adalah lebih baik
daripada sepihak, karena memiliki beberapa keunggulan. Ketiga keunggalan
tersebut mencakup: 1) memberikan efek interaksi positif dengan keluarga; 2)
memberi kecenderungan untuk bekerjasama dengan baik untuk mencapai tujuan
yang keluarga pilih; 3) memberikan kecenderungan keluarga lebih akuntabel
terhadap keputusan yang dibuat (Coulter 2012).

Dalam menetapkan tujuan bersama dengan keluarga dengan berbagai masalah


yang membutuhkan penyelesaian melalui intervensi keperawatan, maka perlukan
kolaborasi dengan agen layanan kesehatan lainnya. Interdisiplin pelayanan
kesehatan dapat berupa: 1) layanan kesehatan lembaga penjamin baya seperti
asuransi kesehatan yang disediakan oleh pemerintah (BPJS); 2) keluarga haruslah
berpusat pada keluarga di mana perawat keluarga berperan konsultasi nutrisi; 3)
layana perawatan luka sebagai mediator dalam tim konferens untuk menjamin
keberlangsungan Perawatan keluarga. Dengan demikian perencanaan dan
penetapan tujuan perawatan yang bersifat kolaboratif bersama agen layanan
kesehatan s dapat membantu untuk pemahaman yang lebih baik tentang
kebutuhan klien Selain itu pula berguna memetakan siapa untuk melakukan apa
(Hanson, 200 Gruman, 2010).

10.2.3 Tingkatan Tujuan Keperawatan Keluarga

Tujuan disusun dengan berfokus kepada masalah dalam lingkup pencegahan


resolusi dan rehabilitasi. Ada beberapa tingkatan dari tujuan. Tingkat pertama
mencakup tujuan yang spesifik, segera dan terukur dari tujuan jangka pendek
Tujuan jangka pendek adalah penting dalam memotivasi dan memberikan
kepercayaan kepada keluarga dan individu di mana kemajuan sedang dibuat Pada
saat yang bersamaan juga memberikan arahan kepada keluarga untuk tujuan
yang lebih luas dan komprehensif. Pernyataan mengidentifikasi perubahan dalam
perilaku yang dapat dicapai dalam waktu yang singkat, biasanya dalam beberapa
jam atau hari. Di tengah-tengah rangkaian kesatuan tingkatan tujuan adalah
tujuan jangka menengah. Pada akhir dari rangkaian tujuan adalah tujuan jangka
panjang yang bersifat umum di mana tujuan akhir mengindikasikan tujuan yang
luas. Tujuan jangka panjang mengindikasikan sebuah tujuan untuk dicapai dalam
periode yang lebih lama, biasanya beberapa minggu atau bulan. Tujuan jangka
panjang penting untuk harapan besar secara luas yang mungkin memerlukan
perawatan atau pemeliharaan kesehatan yang berkelanjutan (Moorhead,
Johnson, Maas, Swanson., 2013).

10.2.4 Alternatif untuk Mencapai Tujuan

Setelah tujuan ditetapkan, perawat dan keluarga akan merancang alternatif


alternatif cara untuk mencapai tujuan tersebut. Pada saat yang sama sumber daya
yang mungkin dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan diidentifikasi.
Sumber daya tersebut dapat mencakup kekuatan internal keluarga, sumber-
sumber perawatan mandiri, sistem pendukung keluarga, dan sumber-sumber
pendampingan fisik dan masyarakat (Duke, 2015). Kekuatan keluarga adalah
sangat bermanfaat dalam menolong perawat dan keluarga dalam menyelesaikan
masalah kesehatan. Seringkali kekuatan dan kemampuan keluarga kurang
disadari. Sehingga sangat penting bagi tenaga kesehatan profesional untuk
menggali kekuatan keluarga dan individu dengan menggunakan kalimat terbuka.
Diharapkan keluarga dapat melaporkan kesuksesan menggunakan metode
kekuatan keluarga dalam konseling keluarga. Bila kekuatan keluarga dapat
diidentifikasi, lebih lanjut dapat indikator dari hasil yang ditetapkan menjadi alat
ukur keberhasilan intervensi keperawatan yang menggunakan skala.

Aturan untuk standarisasi hasil yang peka terhadap tindakan keperawatan adalah
sebagai berikut:
1. Label hasil harus ringkas (ditulis dalam kurang dari 5 kata)
2. Label hasil harus ditulis dalam istilah yang tidak bersifat evaluasi
3. Label hasil harus menggunakan istilah yang lazim dalam keperawatan
4. Label hasil harus tidak menjabarkan intervensi atau perilaku perawat
5. Label hasil tidak ditulis seperti diagnosa keperawatan
6. Hasil harus menggambarkan keadaan, perilaku, atau persepsi yang secara
inheren berupa variabel yang dapat diukur
7. Hasil harus dikonseptualisasikan dan dinyatakan pada tingkat abstraksi
menengah
8. Hasil dapat dikembangkan dengan menggunakan satu atau dua skala
pengukuran
9. Hasil harus didefinisikan sesuai dengan skala pengukuran
10. Pernyataan indikator-indikator harus distandarisasi sebanyak mungkin untuk
hasil dan menggunakan skala pengukuran yang sama
11. Titik dua harus digunakan untuk membuat label konsep yang lebih luas
menjadi lebih spesifik, namun label yang lebih luas dinyatakan pertama, dengan
titik dua dan label yang lebih spesifik sebagai berikut (contoh, Status Gizi: Asupan
Gizi, Perawatan Diri: Mandi).

Pada tabel 10.1 di bawah adalah merupakan salah satu contoh skala pengukuran
atau indikator hasil yang mungkin dapat dicapai dari sebuah tujuan.

Anda mungkin juga menyukai