Anda di halaman 1dari 17

Bab 12

Evaluasi Keperawatan Keluarga

12.1 Pendahuluan

Evaluasi merupakan tahap terakhir dalam proses keperawatan, meskipun

demikian tahap ini penting karena pada tahap ini perawat memberikan

penilaian dan pertimbangan terhadap tujuan dan hasil yang diharapkan.

Tahapan evaluasi dilakukan untuk menentukan apakah perencanaan dan

pelaksanaan yang diberikan kepada klien sudah berhasil atau belum. Evaluasi

memiliki tujuan dan perencanaan berkelanjutan yang disusun bersama-sama

antara klien dan perawat dalam menentukemajuan yang dialami klien

apakah sesuai dengan capaian tujuan yang sudah ditentukan, dan untuk menilai

keefektifan rencana asuhan keperawatan. Proses evaluasi akan menentukan

apakah perencanaan keperawatan yang diberikan pada klien harus dihentikan,

dilanjutkan atau dilakukan modifikasi (Berman & Snyder, 2012). Evaluasi

merupakan proses yang berlangsung secara terus menerus atau berkelanjutan,

sehingga perawat dapat memperbaiki setiap kekurangan dan melakukan

modifikasi rencana keperawatan sesuai dengan kebutuhan. Evaluasi akan

dilakukan secara berkelanjutan oleh perawat sampai tujuan dan kemampuan

keluarga tercapai, di mana keluarga sudah dapat dilepas dari asuhan atau

pembinaan sesuai dengan tingkat kemandirian yang diinginkan (Friedman, et

al., 2013). Keberhasilan evaluasi bergantung pada keefektifan langkah-langkah

proses keperawatan yang dilakukan sebelumnya. Perawat melakukan penilaian

136

Keperawatan Keluarga

terhadap data-data harus lengkap dan akurat, sehingga dapat merumuskan

diagnosa keperawatan yang tepat dan menghasilkan tujuan yang diharapkan.

Ketika perawat membuat tujuan yang ditetapkan dalam kriteria hasil, maka

tujuan harus konkret atau nyata, dapat dicapai/realistis dan dapat diukur.
Kriteria hasil yang dapat terukur adalah: 1) Perubahan fungsi tubuh (keadaan

fisik); 2) Aspek Afektif/Psikologis; 3) Aspek Kognitif (Pengetahuan); dan 4)

Aspek Psikomotor (Perilaku). Untuk mencapai tujuan maka perawat akan

menentukan perencanaan, kemudian akan dilanjutkan dengan tahap penerapan

atau pelaksanaan untuk kemudian dilakukan proses evaluasi (Nadirawati.

2018)

Selama tahap evaluasi berlangsung, perawat mengumpulkan data hasil dan

membandingkannya dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya,

melakukan penilaian terhadap keefektifan asuhan keperawatan yang diberikan

kepada keluarga. Tahap evaluasi menunjukkan tanggung jawab dan

akuntabilitas perawat terhadap Tindakan keperawatan. Perawat dalam

melakukan tindakan keperawatan mengharapkan untuk mendapatkan hasil

yang efektif, walaupun tindakan yang dilakukan belum efektif, maka perawat

akan melakukan modifikasi untuk mendapatkan hasil yang efektif.

12.2 Proses Evaluasi

Metode yang dapat digunakan dalam melakukan evaluasi adalah melalui:

observasi langsung, wawancara, memeriksa laporan dan melakukan simulasi

(Setiadi, 2013). Evaluasi yang dapat dilakukan dalam proses keperawatan

meliputi: evaluasi kuantitatif dan kualitatif (Harmoko, 2016).

1. Evaluasi kuantitatif

Evaluasi kuantitatif adalah evaluasi yang dilaksanakan dalam

kuantitas, jumlah pelayanan atau kegiatan yang telah dikerjakan.

Evaluasi kuantitatif sering digunakan bersamaan dengan evaluasi

kualitatif, Contoh: jumlah keluarga binaan, jumlah kegiatan

imunisasi, jumlah pelayanan keluarga berencana, dll

2. Evaluasi Kualitatif

Evaluasi kualitatif adalah evaluasi terhadap mutu yang difokuskan

pada salah satu dimensi berikut:


137

a.

Struktur atau sumber. Evaluasi ini terkait dengan tenaga manusia

atau bahan yang diperlukan dalam melaksanakan satu kegiatan.

Dalam melakukan evaluasi proses keperawatan, maka hal yang

terlibat adalah: kualifikasi perawat, minat, waktu atau tenaga

yang digunakan, banyak dan macam alat yang digunakan, serta

dana yang tersedia.

b. Proses. Evaluasi proses yang berhubungan dengan kegiatan-

kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan sebelumnya. Misalnya, mutu penyuluhan kesehatan

yang diberikan kepada keluarga dengan masalah TB paru.

c. Hasil. Evaluasi hasil difokuskan pada meningkatnya

kesanggupan keluarga dalam menjalankan upaya kesehatan.

Evaluasí dilakukan terhadap proses tindakan keperawatan yang diberikan dan

berfokus pada keberhasilan dalam pencapaian tujuan. Evaluasi berpusat pada

tiga dimensi, yaitu:

1. Keefektifan, berfokus pada capaian hasil.

2. Efisiensi atau tepat guna, berkaitan dengan sumber daya yang

digunakan, seperti uang, usaha atau bahan.

3. Kecocokan, kesesuaian antara tindakan keperawatan dengan

pertimbangan profesional.

4. Kecukupan, kelengkapan, kelengkapan tindakan keperawatan dalam

mencapai tujuan yang diinginkan (Harmoko, 2016).

Berman dan Snyder (2012) mengatakan bahwa sebelum melakukan evaluasi,

perawat terlebih dahulu mengidentifikasi indikator yang sudah ditentukan

terlebih dahulu dalam pencapaian tujuan, Hasil yang diinginkan memiliki

tujuan untuk: menetapkan jenis data evaluatif dan standar yang digunakan

untuk menilai data.


Berikut adalah contoh kriteria hasil yang ditetapkan sehingga perawat dapat

mengetahui data apa yang harus dikumpulkan:

Tekanan darah kurang dari 140/90 mmHg

2. Keluarga dapat mengetahui penyebab penyakit TB Paru

Mendemonstrasikan cara batuk efektif

138

Keperawatan Keluarga

4. Dalam tahap evaluasi terdapat lima komponen, yaitu:

5. Mengumpulkan data terkait hasil yang diharapkan

Pengkajian

Mengumpulkan data

Membandingkan data dengan hasil yang

diharapkan

Menghubungkan tindakan keperawatan

dengan hasil

Mengambil kesimpulan terhadap status

masalah

Melanjutkan, mengubah atau

mengakhiri rencana keperawatan

Diagnosa

Implementasi

Perencanaan

Gambar 12.1: Tahap Evaluasi dalam Proses Keperawatan (Berman &

Snyder, 2012)

12.2.1 Mengumpulkan Data

Data yang dikumpulkan oleh perawat berdasarkan hasil pengkajian adalah data

yang digolongkan pada data subyektif dan obyektif. Data subyektif adalah data

yang dikemukakan atau dikeluhkan oleh keluarga, sedangkan data obyektif


adalah data yang ditemukan oleh perawat.

Data subyektif: "Saya batuk sudah sebulan, dahaknya banyak keluar, saya

hanya beli obat batuk di warung…

Data Obyektif: pernapasan tampak tersengal-sengal, batuk (+), pemapasan : 30

x/menit

Beberapa data mungkin memerlukan interpretasi, misalnya keluhan mual atau

nyeri pada data subyektif dan data derajat turgor kulit klien yang mengalami

dehidrasi untuk data obyektif. Semua data yang terkumpul harus dicatat secara

ringkas dan akurat untuk memudahkan bagian selanjutnya dari proses evaluasi.

189

12.2.2 Membandingkan Data dengan Hasil

Pada tahap ini, baik perawat maupun keluarga berperan aktif dalam

membandingkan hasil yang ditemukan pada keluarga dengan hasil yang

Harapkan. Dalam menentukan apakah tujuan yang telah ditetapkan

«belumnya telah tercapai, maka perawat dapat menyimpulkan salah satu dari

dibawah ini:

1. Tujuan tercapai, artinya respon atau data yang ditemukan sesuai

dengan hasil atau tujuan yang diharapkan.

2. Tujuan tercapai sebagian, artinya tujuan jangka pendek tercapai tetapi

tujuan jangka panjang tidak tercapai atau tujuan yang diharapkan

tidak tercapai.

Tujuan tidak tercapai

Setelah perawat menentukan apakah tujuan sudah tercapai atau tidak, maka

evaluasi dapat dirumuskan dalam pernyataan berupa kesimpulan dan data

pendukung. Kesimpulan adalah pernyataan bahwa tujuan/hasil yang

diinginkan telah tercapai, sebagian tercapai atau tidak tercapai (Setiadi, 2013).

Sedangkan data pendukung adalah daftar data yang ditemukan pada klien yang

mendukung kesimpulan, contohnya:


Tujuan tercapai: menyebutkan minimal 2 penyebab penyakit TB paru: tertular

orang yang menderita TB; lingkungan rumah tidak sehat; kurang gizi

12.2.3 Tindakan Keperawatan dengan Hasil

Selanjutnya, tahapan evaluasi yang akan dilakukan oleh perawat adalah

tindakan keperawatan yang dilakukan apakah ada hubungannya

hasil. Perawat tidak dapat mengambil kesimpulan bahwa tindakan

keperawatan yang sudah dilakukan menjadi penyebab tujuan tercapai, tercapai

atau tidak tercapai. Dalam hal ini perawat harus dapat menilai apakah

tindakan keperawatan yang dilakukan efektif atau ada tindakan

yang tidak efektif dalam mencapai hasil yang diharapkan. Bisa

dari beberapa strategi tindakan keperawatan yang dilakukan hanya satu

Kakan keperawatan yang memberikan pengaruh terhadap hasil yang

atau sebaliknya hanya satu tindakan keperawatan yang tidak

pengaruh terhadap hasil yang diharapkan, Langkah selanjutnya,

mengumpulkan data-data yang mendukung tentang apa yang

140

Keperawatan Keluar

sebenarya dilakukan oleh keluarga sehingga tujuan tercapai, tercapai seba

atau tidak tercapai (Berman & Snyder, 2012).

sebagian

12.2.4 Mengambil Kesimpulan

Berman dan Snyder (2012) menjelaskan bahwa perawat melakukan penilaian

terhadap tujuan yang tercapai untuk menentukan rencana keperawatan yang

dibuat, apakah dapat menyelesaikan, mengurangi atau mencegah masalah

yang dialami oleh keluarga. Apabila tujuan yang sudah ditetapkan bersama-

sama antara perawat dan keluarga, sudah tercapai, maka perawat dapat

mengambil salah satu dari kesimpulan dibawah ini:

1. Masalah aktual yang ada dalam masalah keperawatan telah


diselesaikan, atau masalah potensial dapat dicegah dan tidak

ditemukan faktor resiko.

Dalam hal ini perawat akan

mendokumentasikan bahwa tujuan telah tercapai dan menghentikan

perawatan untuk masalah keperawatan tersebut.

2. Masalah potensial yang ada dalam masalah keperawatan sudah dapat

dicegah tetapi masih ditemukan faktor resiko. Dalam hal ini, perawat

tetap menyimpan atau mencatat masalah tersebut dalam asuhan

keperawatan keluarga.

3.

3. Masalah aktual masih ada meskipun beberapa tujuan telah tercapai,

maka perawat akan terus melanjutkan rencana keperawatan yang

sudah dibuat. Dalam hal ini, perawat akan melakukan pengkajian

ulang terhadap masalah atau respon yang belum akurat, membuat

outcome yang baru atau melakukan evaluasi terhadap tindakan

keperawatan yang mungkin belum tepat atau efektif.

Apabila tujuan telah tercapai sebagian atau bahkan belum tercapai, maka

perawat dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

Rencana keperawatan mungkin perlu diperbaiki atau direvisi karena masalah

hanya teratasi sebagian. Perbaikan atau revisi kembali mungkin perlu

dilakukan pada fase pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan, atau rencana

keperawatan tidak perlu diperbaiki atau direvisi, karena keluarga mungkin

memerlukan waktu lebih banyak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya. Perawat harus melakukan penilaian mengapa tujuan hanya

tercapai sebagian dan apakah terlalu cepat dalam melakukan evaluasi

141

225 Melanjutkan, Modifikasi atau Mengakhiri Rencana

Asuhan Keperawatan
Setelah perawat mengambil kesimpulan terhadap masalah yang dialami oleh

keluarga, maka perawat dapat melanjutkan, melakukan perubahan/modifikasi

terhadap rencana keperawatan sesuai dengan indikasi atau menghentikan

asuhan keperawatan. Tetapi sebelum melakukan perubahan atau modifikasi,

perawat terlebih dahulu harus menentukan keefektifan rencana secara

keseluruhan pada setiap langkah dalam proses keperawatan (Friedman, et al.,

2013).

Berikut penilaian terhadap langkah-langkah proses keperawatan yang

dilakukan oleh perawat:

1. Pengkajian

Pada tahap pengkajian, perawat harus mendapatkan data-data yang

lengkap untuk mendapatkan rencana keperawatan yang efektif. Jika

masih ada data yang belum lengkap, perawat dapat melakukan

pengkajian ulang. Ketika perawat melakukan pengkajian ulang, bisa

saja ditemukan data-data baru, sehingga akan menghasilkan diagnosa

keperawatan, tujuan/capaian hasil, dan rencana keperawatan yang

baru.

2. Diagnosa Keperawatan

Melalui pengkajian ulang yang dilakukan, perawat melakukan

analisis terhadap data-data yang baru ditemukan. Perawat melakukan

identifikasi terhadap masalah, apakah diagnosa keperawatan masih

relevan dengan temuan data yang baru. Kemudian perawat

melakukan revisi atau dapat juga menambahkan diagnosa

keperawatan yang baru sesuai dengan kebutuhan keluarga.

3.

3. Perencanaan

Apabila diagnosa keperawatan tidak tepat, maka tujuan/capaian hasil

perlu ditinjau ulang atau direvisi, tetapi bila diagnosa keperawatan

sudah tepat, perawat akan memeriksa apakah tujuan yang dibuat


sudah realistis, dapat dicapai, tindakan sudah tepat dan faktor

lingkungan apa yang tidak dapat diatasi, Apabila ditemukan tujuan

yang tidak realistis, maka perawat harus melakukan perbaikan.

142

Keperawatan Keluarga

Sebagai contoh, perawat dan keluarga dapat bersama-sama meninjau

kembali waktu capaian hasil yang mungkin terlalu singkat sehingga

perlu dilakukan perpanjangan waktu, Perawat perlu melakukan

penilaian ulang terhadap rencana keperawatan yang sudah dibuat

meskipun diagnosa keperawatan dan tujuan/capaian hasil sudah tepat,

bisa saja rencana keperawatan yang dipilih kurang tepat untuk

tujuan/capaian hasil yang diharapkan. Rencana keperawatan yang

baru akan menghasilkan perubahan dalam asuhan keperawatan sesuai

dengan kebutuhan keluarga, termasuk dalam perubahan jadwal,

mengatur ulang tindakan keperawatan atau memberi waktu lebih

lama bagi keluarga. Sebelum perawat membuat rencana keperawatan

yang baru, perawat terlebih dahulu memastikan apakah rencana

keperawatan tersebut sudah dilakukan atau belum, ada kemungkinan

rencana keperawatan tersebut belum dilakukan dengan tepat, atau

tidak dapat dilakukan karena tidak jelas atau tidak masuk akal karena

kendala waktu, peralatan atau hal lainnya.

Adanya diagnosa keperawatan yang baru tentu saja memerlukan

rencana keperawatan yang baru juga. Sebagai contoh: perawat

mendapatkan hasil pengkajian pada keluarga Bapak A ditemukan

masalah: bersihan jalan nafas tidak efektif: batuk. Dalam hal ini,

perawat dan keluarga dapat menentukan beberapa pilihan rencana

keperawatan yang dapat diterapkan. Jika beberapa rencana

keperawatan sudah dilaksanakan tetapi masih terdapat keluhan batuk,


maka perawat dapat mencari alternatif rencana keperawatan

psikomotor atau perilaku kesehatan, seperti mendemonstrasikan cara

mengatasi batuk dengan menggunakan ramuan tradisional.

4. Modifikasi

Modifikasi rencana keperawatan sering sulit untuk dilakukan dan

dapat menimbulkan frustasi bagi perawat maupun keluarga, terutama

bila rencana keperawatan yang sudah disusun ternyata tidak efektif

ketika dilaksanakan, Kenyataan yang sering ditemukan adalah ketika

perawat dan keluarga bersama-sama menjalankan rencana asuhan

keperawatan dalam jangka waktu yang lama sehingga melihat hasil

yang diharapkan sangat lambat atau bahkan tidak ada perubahan

sama sekali. Perawat perlu memastikan bahwa dengan melakukan

pengkajian ulang maka akan mendapatkan diagnosa keperawatan

yang baru dan lebih akurat atau rencana keperawatan yang lebih

efektif. Tentu saja upaya yang dilakukan perawat dan keluarga akan

memberikan banyak peluang untuk berhasil sesuai dengan capaian

hasil yang diharapkan. Perlu diingat bahwa keluarga mempunyai hak

untuk membuat keputusan terhadap diri mereka dan keluarga juga

mempunyai hak untuk memutuskan apa yang terbaik bagi diri mereka

sendiri (Friedman, et al., 2013).

5.

5. Implementasi

Setelah perawat membuat perubahan atau modifikasi terhadap

rencana keperawatan sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh

keluarga, perawat harus memeriksa dan memastikan terlebih dahulu

rencana tersebut belum dilakukan. Selanjutnya perawat dapat

menerapkan rencana keperawatan tersebut. Rencana keperawatan

dijalankan dengan melakukan kunjungan berkelanjutan dan membuat


catatan perkembangan.

Untuk memudahkan perawat dalam melakukan proses evaluasi dalam

memberikan asuhan keperawatan keluarga, maka dapat menggunakan daftar

periksa seperti yang ada pada tabel 14.2 berikut ini:

Tabel 12.1: Daftar Periksa Evaluasi Keperawatan Keluarga (Berman &

Snyder, 2012)

Pengkajian

Diagnosa Keperawatan Perencanaan

Apakah data

Apakah diagnosa

Outcome Yang

lengkap, akurat keperawatan relevan dan Diharapkan:

dan valid?

Apakah data

baru perlu

dirubah dalam

rencana

keperawatan?

akurat?

Apakah diagnosa

keperawatan didukung

oleh data?

Apakah status masalah

berubah (potensial,

aktual, resiko)?

Apakah diagnosa

keperawatan baru

membutuhkan tujuan

baru?
Apakah cukup waktu

dalam capaian tujuan?

Implementasi

Apakah masukan

dari keluarga

diperoleh pada

setiap langkah

proses

keperawatan?

Apakah tujuan dan

Apakah tujuan realistik? rencana

keperawatan dapat

diterima oleh

keluarga?

144

Apakah

keperawatan jelas dan

menggunakan format

yang benar?

Apakah ada diagnosa

keperawatan yang telah

diselesaikan?

Apakah tujuan

menangani aspek

masalah?

keluarga masih

setuju dengan tujuan?

Sudahkah prioritas
masalah keluarga

berubah?

Rencana Keperawatan

Apakah rencana

keperawatan perlu ditulis

untuk diagnosa

keperawatan dan tujuan

yang baru?

Apakah

diberi

terlebih

sebelum

Apakah rencana

keperawatan ada

hubungan dengan

tujuan?

Apakah ada alasan untuk

membenarkan setiap

rencana keperawatan?

Apakah rencana

keperawatan jelas,

spesifik, dan terperinci?

Apakah tersedia sumber

daya baru?

Apakah rencana

keperawatan menangani

semua aspek tujuan?

Apakah intervensi

keperawatan benar-benar
dilakukan?

145

12.3 Terminasi Perawat - Keluarga

Setelah menjalankan asuhan keperawatan keluarga, sulit untuk mengetahui

kapan waktu yang tepat untuk mengakhiri hubungan. Menurut Wright dan

Leahey (2000) dalam (Friedman, et al., 2013) yang menjadi indikator penting

dalam mengakhiri hubungan (terminasi) dalam asuhan keperawatan keluarga

adalah kemampuan keluarga untuk menjalankan kehidupan yang bermasalah,

bukan untuk mengurangi masalah. Perawat dan keluarga sebaiknya

mendiskusikan terlebih dahulu tentang terminasi di awal proses terapeutik,

sehingga baik perawat maupun keluarga mendapat gambaran yang jelas

tentang capaian yang diharapkan selama proses asuhan keperawatan. Kapan

waktu melakukan terminasi, sebaiknya disetujui oleh keluarga dan perawat,

sehingga berdasarkan waktu yang disepakati, hasil proses asuhan keperawatan

yang telah diselesaikan dapat disampaikan. Terminasi akhir dapat diusulkan

oleh perawat, atau keluarga, atau layanan kesehatan lain. Hal yang perlu

diperhatikan perawat dalam proses terminasi adalah kemampuan untuk

melakukan penilaian tingkat kemandirian keluarga, apakah keluarga telah

mampu dan menunjukkan tingkat kemandiriannya; jika tidak, dengan

melanjutkan hubungan dengan keluarga akan menimbulkan ketergantungan

keluarga.

Nadirawati (2018) mengatakan bahwa ketika perawat melakukan pengkajian

maka pengkajian kemandirian keluarga perlu dilakukan untuk mengetahui

tingkat kemandirian keluarga sebelum memberikan pembinaan atau tindakan

keperawatan keluarga. Lebih lanjut dikatakan bahwa dalam proses evaluasi

dilakukan untuk mengetahui tingkat kemandirian keluarga setelah pembinaan

atau tindakan keperawatan dilakukan. Berdasarkan Keputusan Menteri

Kesehatan RI No: 279/2006, penilaian kemandirian keluarga dijadikan


outcome pelaksanaan perawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas) di Pusat

Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Kemandirian keluarga dimulai dari

tingkat kemandirian paling rendah sampai dengan paling tinggi. Tahap

terminasi terapeutik melibatkan hubungan perawat dan keluarga dengan

menggunakan tindakan keperawatan berikut: melakukan peninjauan terhadap

kontrak, mengurangi frekuensi sesi, memberikan pujian kepada keluarga untuk

perubahan yang dilakukan, melakukan evaluasi kepada keluarga melalui

wawancara, memberikan pelayanan rujukan (Friedman, et al., 2013).

146

Tabel 12.2: Indikator Tingkat Kemandirian Keluarga (RI, 2006)

Kriteria

Menerima petugas

Menerima pelayanan sesuai rencana keperawatan

Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar

Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran

Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran

Melakukan tindakan pencegahan secara aktif

Melakukan tindakan peningkatan/promotif secara aktif

Penjelasan tingkat kemandirian keluarga dapat dilihat pada tabel 12.3 di bawah

ini:

Tabel 12.3: Definisi Operasional Kemandirian Keluarga (Nadirawati, 2018)

Kriteria

Keluarga menerima perawat

Definisi Operasional

Keluarga menerima perawat untuk melakukan asuhan keperawatan, dan keluarga bersedia menerima
kunjungan perawat berikutnya

Keluarga menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana keperawatan keluarga


Keluarga menyepakati perencanaan keperawatan yang telah dibuat oleh perawat dan keluarga

Keluarga tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar

Keluarga dapat menjelaskan masalah kesehatan prioritas secara lengkap (pengertian, penyebab, tanda
dan gejala,makibat bila tidak tertangani)

Keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran

Keluarga mengetahui fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat dimanfaatkan oleh keluarga dan
melakukan kunjungan sesuai anjuran perawat

Keluarga melakukan Keluarga dapat melakukan tindakan keperawatan sesuai tindakan keperawatan
dengan perencanaan keperawatan sederhana sesuai anjuran

Keluarga melakukan tindakan pencegahan secara aktif

Keluarga dapat melakukan tindakan pencegahan secara aktif terhadap masalah kesehatan prioritas

Keluarga melakukan tindakan promotif secara aktif

Keluarga dapat melakukan tindakan promosi kesehatan di keluarga dan masyarakat secara aktif

12.4 Refleksi Perawat

Proses keperawatan keluarga berakhir pada langkah di mana perawat terlibat

dalam kegiatan refleksi secara kritis dan kreatif bersama keluarga untuk

menilai apa yang sudah dilakukan bersama antara perawat. dan keluarga

(Kaakinen, et al., 2010).

Langkah refleksi dalam proses keperawatan keluarga terdiri dari tiga tujuan

yang berbeda, yaitu:

1. Langkah di mana perawat memberikan refleksi terhadap keberhasilan

outcome keluarga. Refleksi memerlukan pemikiran perawat tentang

proses berpikir terhadap keluarga sebagai klien, dalam hal ini perawat

dapat menghubungkan antara ide dan konsekuensi secara logis

dengan menggunakan pernyataan "jika

maka Perawat

dapat melakukan pendekatan analisis komparatif terhadap masalah


keluarga, menilai dan melakukan analisis terhadap kekuatan dan

kelemahan keluarga. Perawat dapat memutuskan untuk menyusun

ulang masalah yang dialami keluarga atau kebutuhan prioritas dengan

menghubungkan makna yang berbeda dengan isi atau konteks situasi

dalam keluarga berdasarkan pengujian, penilaian atau perubahan

dalam konteks atau isi riwayat keluarga.

Perawat diharapkan untuk dapat mengembangkan keahlian mereka

dengan merefleksikan riwayat keluarga dan praktik yang dilakukan

pada setiap keluarga.

Pada tahap ini, perawat dapat membuat kumpulan riwayat keluarga sehingga ketika perawat
menemukan

riwayat atau masalah keluarga yang sama, perawat mendapatkan ide

dari pengalaman sebelumnya. Aspek refleksi ini sangat membantu

perawat dalam pengenalan pola.

3. Tujuan refleksi yang ketiga adalah perawat diharapkan untuk terlibat

dalam refleksi dan evaluasi diri. Melalui strategi berpikir kritis,

perawat dapat belajar dari kesalahan dan memperkuat tindakan

keperawatan yang membantu perawat untuk bergerak maju dalam

praktik keperawatan dari pemula sampai menjadi perawat keluarga

yang ahli.

Anda mungkin juga menyukai