Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Merokok merupakan salah satu masalah yang terus menerus berkembang dan
belum dapat diatasi sampai saat ini. Menurut WHO tahun 2011,pada tahun 2007
indonesia menempati posisi ke 5 dengan jumlah perokok terbanyak didunia. Merokok
dapat menyebabkan hipertensi akibat dari zat-zat kimia yang terkandung didalam
tembakau yang dapat merusak lapisan dalam dinding arteri,sehingga arteri lebih rentan
dan terjadi penumpukan plak (Arterosklerosis). Hal ini dapat disebabkan oleh nikotin
yang dapat merangsang saraf simpatis sehingga memicu kerja jantung lebih keras dan
menyebabkan penyempitan pembuluh darah,serta peran karbo monoksida yang dapat
menggantikan oksigen dalam darah dan memaksa jantung untuk memenuhi kebutuhan
oksigen didalam tubuh.
Konsumsi rokok meningkat secara pesat dari tahun ketahun salah satunya
Indonesia menduduki peringkat ketiga perokok terbesar didunia pada tahun 2008 setelah
China (WHO 2008). Berdasarkan data WHO (2013),prevalensi penduduk sia dewasa
yang merokok seiap harinya di Indonesia sebesar 29% yang menempati urutan pertama se
asia tenggara. Dedangkan data hasil dari survey Global Adults Tobacco Survey (GATS)
tahun 2011. Indonesia memiliki jumlah perokok aktif pada laki-laki 67% (57,6 juta)
sedangkan pada wanita 2,7% (2,3 juta). Pada tahun 2011, prevalensi merokok lebih tinggi
didaerah pendesaan (37,7%) dibandingkan dengan daerah perkotaan (31,9%).
perilaku merokok merupakan salah satu masalah yang mendunia dan belum
teratasi sampai saat ini. Prevalensi perokok aktif yang mengalami kematian yaitu sekitar
tujuh juta orang setiap tahunnya sedangkan perokok pasif sekitar delapan ratus sembilan
puluh ribuh orang. Perilaku merokok meiliki dampak negative bagi kesehatan dan dapat
menyebabkan ketergantungan,karena didalam rokok mengadung nikotin yang
merangsang peningkatan dopamine dalam otak dan menstimulasikan otak untuk
mengaktifkan rewards patway yang menimbulkan keinginan untuk terus-menerus
merokok sehingga memicu ketergantungan (Setiawati, 2013).
Priaku merokok pada pralansia,paling tinggi pada usia 45-59 tahun (38%) dengan
jumlah rokok dalam perhari sebanyak 13 batang ( Kemenkes RI, 2013). Perilaku
merokok masih cenderung mengalami peningkatan,yaitu 34,2% pada tahun 2007 dan
36,3% pada tahun 2013,yang terdiri dari 64,9% laki-laki dan 2,1% perempuan,dengan
julah sekitar 12,3 batang rokok yang diisap,sedangkan wilayah pengguna rokok paling
rendah terdapat di Yogyakarta dengan jumlah 10 batang dan yang tertinggi di Bangka
Belitung dengan jumlah 18,3 batang (Kemenkes ri,2013).
Aisyiyah (2009), menjelaskan bahwa rokok adalah racun yang bekerja lambat
tetapi pasti. Pada saat rokok diisap maka nikotin dengan seketika masuk ke aliran dalam
darah dan menjangkau otak dalam waktu enam detik,lebih dari 15 % nikotin akan
diserap. Pada saat nikotin menjangkau otak maka sinyal kelenjar adrenal melepaskan
norepineprine dan epinefrin (adrenalin) yang meningkatkan tekanan darah sistolik dan
diastolic. Satu batang rokok sehari dapat menyebabkan pembuluh darah kurang
elastis,sehingga menyebabkan tekanan darah naik. Dan merokok 15 batang perhari dapat
menaikan tekanan darah tinggi 11%(Kompas, 2013).
Balcerzak et al. (2013) menyatakan bahwa para perokok yang lebih dari satu
bungkus rokok dalam perhari memiliki sel darah merah lebih besar dibandingkan dengan
yang bukan perokok. Peningkatan masa sel darah merah sebagai respon terhadap jaringan
yang kekurang untuk mensuplai oksigen akibat dari paparan monoksida (CO) dan dapat
mengurangi aktifitas oksigen terhadap hemoglobin,sehingga dapat mempengaruhi kadar
saturasi oksigen dalam darah. Saturasi oksigen adalah jumlah oksigen yang diangkut oleh
hemoglobin. Menurut Balcerzak et al. (2013). Kadar oksigen dalam darah bisa
dipengaruhi oleh paparan karbo monoksida kronis yang dihirup melalu hidung dan masuk
kedalam paru-paru kemudian diikat oleh hemoglobin dan sebarkan keseluruh tubuh.
Biasanya masa sel darah merah rata-rata pada para perokok secara signifikasi lebih besar
dari pada yang bukan perokok.
Menurut para peneliti,mengatakan bahwa efek akut yang disebabkan oleh
merokok yaitu meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah sehingga peningkatan
kadar hormon epinefri dan norepinefrin karena aktivitas system saraf simpatis,selain itu
juga merokok mepunyai efek jangka panjang dan dapat menigkatkan tekana darah karena
adanya peningkatan inflamasi,disfungsi endotel,pembentukan plak,dan kerusakan
vascular.
Dari hasil penelitian yang didapatkan adanya hubungan kebiasaan merokok
dengan terjadinya hipertensi yaitu dapat dipengaruhi oleh lamanya merokok dan jenis
rokok yang diisap. Sehingga kebiasaan merokok dapat meningkatkan resiko
hipertensi,maka dilakukan penyeluhan kesehatan tentang resiko peningkatan tekanan
darah terhadap penderita hipertensi yang memiliki kebiasaan merokok. Dilakukan
penyeluhan ini agar angka terjadiya hipertensi dapat berkurang terutama pada lansia.
Berdasarkan penelitian Dave (2013) individu yang merokok cenderung memiliki
tekanan darah diastolic yang tidak terkontrol yaitu 90 mmHg. Sedangkan menurut
penelitian Khosarvasi (2014) mengatakan bahwa perilaku merokok berhubungan dengan
terjadinya hipertensi tidak terkontrol. Merokok menginduksi disfungsi
endotel,vasokontriksi,resistensi insulin,dan dislipidemia yang berpontensi meningkatkan
tekanan darah.
A. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka muncul pertanyaan ‘’Apakah ada
hubungan intesitas merokok dengan tekanan darah dan saturasi oksigen pada lansia di
puskesmas lepo-lepo?’’

B. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana hubungan intensitas merokok dengan profile
tekanan darah dan saturasi oksigen pada pra lansia di puskesmas lepo-lepo.
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui hubungan intesitas merokok dengan tekanan darah
b) Mengetahui hubungan intensitas merokok dengan saturasi oksigen

C. MANFAAT PENELITIAN
1) Manfaat teoritis
Bagi penulis diharapkan dapat menambah pengetahuan wawasan tentang
hubungan intensitas merokok dengan tekanan darah dan saturasi oksigen.
2) Manfaat Praktis
a) Bagi profesi keperawatan
Dapat memberikan masukan bagi pengembangan sumber daya
manusia keperawatan, baik pada masa pendidikan maupun ditempat
pelayanan kesehatan, dan sebagai pertimbangan untuk menentukan
hubungan intensitas merokok dengan profile tekanan darah dan saturasi
oksigen.
b) Bagi puskesmas
Memberikan gambaran tentang hubungan intensitas merokok
dengan tekanan darah dan saturasi oksigen pada lansia .

Anda mungkin juga menyukai