Anda di halaman 1dari 8

KULIAH 4

BAB III
IDENTITAS NASIONAL

A. Pengertian Identitas Nasional.


Kata Identitas berasal dari kata Identitu, yang memiliki arti tanda-
tanda, ciri-ciri, atau jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang
membedakannya dengan yang lain, sedangkan kata “nasional” merupakan
identitas yang melekat pada kelompok-kelompok yang lebih besar yang diikat oleh
kesamaan-kesamaan fisik, baik fisik seperti budaya, agama dan bahasa maupun
nonfisik seperti cita-cita, keinginan dan tujuan. Himpunan kelompok inilah yang
kemudian disebut dengan identitas bangsa atau identitas nasional yang pada
akhirnya melahirkan tindakan kelompok yang diwujudkan dalam bentuk
organisasi atau pergerakan-pergerakan yang diberi atribut-atribut nasional.
Istilah “Identitas Nasional” secara terminologi adalah suatu ciri yang
dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa
tersebut dengan bangsa lain. Berdasarkan pengertian yang demikian ini
maka setiap bangsa di dunia ini akan memiliki identitas sendiri-sendiri
sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri serta karakter dan bangsa tersebut.
Demikian pula hal ini sangat ditentukan oleh proses bagaimana bangsa
tersebut terbentuk secara historis. Berdasarkan hakikat pengertian “
Identitas Nasional “ yang tidak dapat dipisahkan dengan jati diri suatu
bangsa atau lebih populer disebut sebagai kepribadian bangsa.
Pengertian kepribadian sebagai suatu identitas sebenarnya pertama
kali muncul dari pakar psikologi. Manusia sebagai individu sulit dipahami
manakala Ia terlepas dan manusia lainnya. Oleh karena itu manusia dalam
melakukan interaksi dengan individu lainnya senantiasa memiliki suatu
sifat kebiasaan, tingkah laku serta karakter yang khas yang membedakan
manusia tersebut dengan manusia lainnya. Namun demikian pada
umumnya pengertian atau istilah kepribadian sebagai suatu identitas
adalah keseluruhan atau totalitas dari faktor-faktor biologis, psikologis dan
sosiologis yang mendasari tingkah laku individu. Tingkah laku tersebut
terdiri atas kebiasaan sikap, sifat-sifat serta karakter yang berada pada
seseorang sehingga seseorang tersebut berbeda dengan orang yang lainnya.
Oleh karena itu kepribadian adalah tercermin pada keseluruhan tingkah
laku seseorang dalam hubungan dengan manusia lain.
Jikalau kepribadian sebagai suatu identitas dari suatu bangsa, maka
persoalannya adalah bagaimana pengertian suatu bangsa itu. Bangsa pada
hakikatnya adalah sekelompok besar manusia yang mempunyai persamaan
nasib dalam proses sejarahnya, sehingga mempunyai persamaan watak atau
karakter yang kuat untuk bersatu dan hidup bersama serta mendiami suatu
wilayah tertentu sebagai suatu “kesatuan nasional”.
Secara umum pengertian kepribadian sebagai suatu identitas nasional
suatu bangsa, adalah keseluruhan atau totalitas dan kepribadian individu-
individu sebagai unsur yang membentuk bangsa tersebut. Oleh karena itu
pengertian identitas nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan
pengertian “Peoples Characeter “, “National Character” atau “National
Identity”. Dalam hubungannya dengan identitas nasiona! Indonesia,
kepribadian bangsa Indonesia kiranya sangat sulit jikalan hanya
dideskripsikan berdasarkan ciri khas fisik. Hal ini mengingat bangsa
Indonesia itu terdini atas berbagai macam unsur etnis, ras, suku,
kebudayaan, agama, serta karakter yang sejak asalnya memang memiliki
suatu perbedaan. Oleh karena itu kepribadian bangsa indonesia sebagal
suatu identitas nasional secara historis berkembang dan menernukan jati
dirinya setelah Prokiamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Namun demikian
identitas nasional suatu bangsa tidak cukup hanya dipahami secara statis
mengingat bangsa adalah merupakan kumpulan dan manusia-manusia
yang senantiasa berinteraksi dengan bangsa lain di dunia dengan segala
hasil budayanya. Oleh karena itu identitas nasional suatu bangsa termasuk
identitas nasional Indonesia juga harus dipahami dalam konteks dinamis.
Sebagaimana kita ketahui di dunia internasional bahwa bangsa
hangsa besar yang telah mengembangkan identitasnya secara dinamis
membawa nama bangsa tersebut baik dalam khasanah dunia ilmu
pengetahuan maupun dalam khasanah dunia pergaulan antar bangsa di
dunia. Kebesaran bangsa Inggris tidak terlepas dan jerih payah serta
kreativitas bangsa tersebut dalam melakukan akselerasi pembangunannya.
Dalam sejarah dunia kita ketahui bahwa banyak anak-anak bangsa Inggris
menemukan ilmu pengetahuan, yang kemudian dikembangkan melalui
teknologi. Atas karya besar tersebut bangsa Inggris mengalami suatu
revolusi kehidupan yaitu “Revolusi Industni”. Dengan revolusi industri
tersebut bangsa Inggris mulai menjelajahi benua lain, sehingga diberbagai
benua, bangsa Inggris menanamkan karya besarnya yang dikembangkan
karena kreativitas dan bangsa tersebut. Hal ini dengan sendirinya tanpa
mengesampingkan aspek negatifnya, yaitu bangsa Inggris melakukan
penjajahan di berbagai benua di dunia. Atas kebesaran penemuan bangsa
Inggris tersebut maka bangsa di seluruh dunia berniat untuk menimba iimu
pengetahuan dan teknologinya, sehingga tidak rnengherankan jikalau
bahasa Inggris yang merupakan salah satu identitas nasional bangsa Inggris
dipelajari oleh bangsa di seluruh dunia.
Bagi bangsa Indonesia dimensi dinamis identitas nasional Indonesia
belum menunjukkan perkembangan ke arah sifat kreatif serta dinamis.
Setelah bangsa Indonesia mengalami kemerdekaan pada 17 Agustus 1945,
berbagai perkembangan ke arah kehidupan kebangsaan dan kenegaraan
mengalami kemerosotan dari segi identitas nasional. Pada masa
mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia dihadapkan pada kemelut
kenegaraan sehingga tidak membawa kemajuan bangsa dan negara.
Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 Bangsa Indonesia kembali ke
UUD 1945 Pada saat itu dikenal periode Orde Lama dengan penekanan
kepada kepemimpinan yang sifatnya sentralistik. Pada periode tersebut
partai komunis semakin berkembang dengan subur, bahkan tatkala
mencapai kejayaannya berupaya untuk menumbangkan pemerintahan
Indonesia, yang ditandai dengan timbulnya gerakan G. 30 S/PKI. Rakyat
Indonesia menjadi semakin tidak menentu. Identitas dinamis bangsa
Indonesia saat itu ditandai dengan perang saudara yang memakan banyak
korban rakyat kecil. Maka muncullah gerakan aksi dan para pemuda,
pelajar dan mahasiswa untuk menyelamatkan bangsa dan negara dari
bahaya negara atheistik
Kejatuhan kekuasaan Orde Lama diganti dengan kekuasaan Orde
Baru dengan munculnya pemimpin kuat yaitu Jendral Soeharto. Pada
periode Orde Baru, Soeharto banyak rnengembangkan program
Pembangunan Nasional yang sangat populer dengan program Repelita.
Memang sudah banyak yang dilakukan Soeharto melalui Pembangunan
yang banyak dinikmati rakyat, namun dalam kenyataannya pemerintah saat
itu banyak melakukan hutang ke dana moneter Intemasional, sehingga
rakyat kembali dihadapkan pada beban yang sangat berat yaitu
menanggung hutang negara. Selama kurang Iebih tiga puluh dua tahun
Soeharto berkuasa seakan-akan bangsa Indonesia menunjukkan kepada
masyarakat dunia Internasiona bahwa bangsa Indonesia sebagai bangsa
yang demokratis. Namun dalam kenyataannya hanya semu belaka,
pemerintah melakukan Pemilu memilih wakil-wakil rakyat namun secara
langsung atau tidak langsung juga mengarah kepada model kepemimpinan
yang sentralistik bahkan juga ditandai dengan kekuasaan militer. Pada saat
itu bangsa Indonesia berupaya secara dinamis akan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi melalui Menristek, bahkan juga
dikembangkannya teknologi modern dengan mengebangkan perusahaan
Pesawat Terbang “Nurtanio” yang dipeloponi oleh B.J. Habibie. Meskipun
seakan-akan pemerintah saat itu mengembangkan teknologi modern,
namun dalam kenyataannya industri pesawat terbang tersebut belum
memberikan peningkatan kesejahteraan rakyat. Yang paling
memprihatinkan saat itu adalah berkembangnya budaya korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN), yang mengakar pada pejabat pemerintahan negara,
sehingga konsekuensinya identitas nasional Indonesia saat itu dikenal
sebagai bangsa yang “korup”. Selain itu penguasa Orde Baru saat itu
menempatkan filsafat negara Pancasila yang sekaligus juga sebagai identitas
bangsa dan negara Indonesia, sebagai alat legitimasi politis untuk
mempertahankan kekuasaan. Oleh karena itu akibatnya saat ini sebahagian
rakyat bahkan banyak kalangan elit politik memiliki pemahaman
epistemologis yang sesat yaitu Pancasila sebagai dasar filsafat negara dan
kepribadian bangsa Indonesia, seakan-akan identik dengan kekuasaan Orde
Baru.
Pasca kekuasaan Orde Baru bangsa Indonesia melakukan suatu
gerakan nasional yang populer dewasa ini disebut sebagai gerakan
“reformasi”. Rakyat dengan ditokohi oleh kalangan elit politik, para
intelektual termasuk mahasiswa, melakukan reformasi dengan tujuan
untuk peningkatan kesejahteraan atas kehidupan rakyat. Diharapkan pada
era reformasi dewasa ini kehidupan rakyat menjadi semakin bebas,
demokratis, dan yang terlebih penting lagi adalah meningkatkan
kesejahteraannya baik lahir maupun batin. Sudah banyak memang yang
dilakukan pemerintahan negara Indonesia dalam melakukan reformasi, baik
di bidang politik, hukum, ekonomi, militer, pendidikan serta bidang-bidang
lainnya. Satu hal yang sangat memprihatinkan dewasa ini adalah
seharusnya kita bersyukur kepada Tuhan yang Maha Esa, kita dikaruniai
kesempatan untuk melakukan suatu reformasi dalam kehidupan
kenegaraan dan kebangsaan, namun saat ini kita lupa akan tujuan hidup
berbangsa dan bernegara, arah kehidupan kita tidak jelas, ideologi dan
filsafat bangsa dan negara hanya sebagai simbol kosong belaka.
Konsekuensinya dewasa ini ideologi kebangsaan dan kenegaraan bangsa
Indonesia adalah reformasi itu sendiri, sementara arah dan makna
reformasi juga dimaknai secara beragam. Unsur-unsur filosofi bangsa
Indonesia yang menekankan kebersamaan dalam hidup berbangsa dan
bernegara di samping berbagai perbedaan, dewasa ini dianggap kosong
belaka. Akibatnya dalam era reformasi dewasa ini muncullah berbagai
konflik perbedaan yang bahkan ditandai dengan konflik fisik di antara
elemen-elemen masyarakat sebagai pembentuk bangsa Indonesia.
Contohnya, kaus konflik Ambon, Sampit antara saku Madura dengan
Dayak, Sambas, Kalimantan Barat, Poso, konflik antar daerah di berbagai
wilayah, konflik antar pemeluk agama, misalnya kasus Achmadiyah, serta
kasus konifik antar pemeluk agama lainnya. Selain itu juga konflik politik
baik dalam tubuh partal politik, proses Pilkada, bahkan ironisnya juga
terjadi di dunia kehidupan kampus.
Nampaknya makna kebebasan dalam era reformasi dewasa ini
dimaknai lain oleh sebagian besar masyarakat, bahkan kadangkala aparat
penegak hukum serta peraturan perundang-undangan dibuat tidak berdaya.
Berbagai konflik tersebut di atas memakan banyak korban nyawa anak-
anak bangsa yang tidak berdosa, dan anehnya tidak ada seorangpun yang
mau bertanggungjawab atas musibah tersebut.
Oleh karena itu dalam hubungannya dengan identitas nasional secara
dinamis, dewasa ini bangsa Indonesia harus memiliki visi yang jelas dalam
melakukan reformasi, melalui dasar filosofi bangsa dan negara yaitu
Bhinneka Tunggal Ika, yang terkandung dalam filosofi Pancasila.
Masyarakat harus semakin terbuka, dan dinamis namun harus
berkeadaban serta kesadaran akan tujuan hidup bersama dalam berbangsa
dan bernegara. Dengan kesadaran akan kebersamaan dan persatuan
tersebut maka bangsa indonesia akan mampu mengukir identitas
nasionalnya secara dinamis di dunia internasional.

B. Faktor-faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional


Kelahiran identitas nasional suatu bangsa memiliki sifat, ciri khas
serta keunikan sendiri-sendiri, yang sangat ditentukan oleh faktor-faktor
yang mendukung kelahiran identitas nasional tersebut. Adapun faktor-
faktor yang mendukung kelahiran identitas nasional bangsa Indonesia
meliputi: falrtor objektif yang meliputi faktor geografis ekologis dan
demografis, faktor subjektif, yaitu faktor historis, sosial, politik, dan
kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia
Kondisi geografis-ekologis yang membentuk Indonesia sebagai wilayah
kepulauan yang beriklim tropis dan terletak di persimpangan jalan
komunikasi antar wilayah dunia di Asia Tenggara, ikut mempengaruhi
perkembangan kehidupan demografis, ekonomis, sosial dan kultural bangsa
Indonesia. Selain itu faktor historis yang dimiliki Indonesia ikut
mempengaruhi proses pembentukan masyarakat dan bangsa Indonesia
beserta identitasnya, melaluli interaksi berbagai faktor yang ada di
dalamnya. Hasil dari interaksi dan berbagai faktor tersebut melahirkan
proses pembentukan masyarakat, bangsa, dan negara. bangsa beserta
identitas bangsa Indonesia, yang muncul tatkala nasionalisme berkembang
di Indonesia pada awal abad XX.
Robert de Ventos, dalam bukunya, The Power of Identity,
mengemukakan teori tentang munculnya identitas nasional suatu bangsa
sebagai hasil interaksi historis antara empat faktor penting, yaitu:
1. Faktor Pertama, mencakup etnisitas, teritorial, bahasa, agama dan
yang sejenisnya. Bagi bangsa Indonesia yang tersusun atas
berbagai macam etnis, bahasa, agama wilayah serta bahasa
daerah, merupakan suatu kesatuan meskipun berbeda-beda
dengan kekhasan masing-masing. Unsur-unsur yang beraneka
ragam yang masing-masing memiliki ciri khasnya sendiri-sendiri
menyatukan diri dalam suatu persekutuan hidup bersama yaitu
bangsa Indonesia. Kesatuan tersebut tidak menghilangkan
keberanekaragaman, dan hal inilah yang dikenal dengan Bhinneka
Tunggal Ika.
2. Faktor Kedua, meliputi pembangunan komunikasi dan teknoiogi,
lahirnya angkatan bersenjata modern dan pembangunan lainnya
dalam kehidupan Negara. Dalam hubungan ini bagi suatu bangsa
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembangunan
negara dan bangsanya juga merupakan suatu identitas nasional
yang bersit dinamis. Oleh. karena itu bagi bangsa Indonesia proses
pembentukan identitas nasional yang dinamis ini sangat
ditentukan oleh tingkat kemampuan dan prestasi bangsa Indonesia
dalam membangun bangsa dan negaranya. Dalam hubungan ini
sangat diperlukan persatuan dan kesatuan bangsa, serta langkah
yang sama dalam memajukan bangsa dan Negara Indonesia.
3. Faktor Ketiga, mencakup kodifikasi bahasa dalam gramatika yang
resmi, tumbunya birokrasi, dan pemantapan sistem pendidikan
nasional. Bagi bangsa Indonesia unsur bahasa telah merupakan
bahasa persatuan dan kesatuan nasional, sehingga bahasa
Indonesia telah merupakan bahasa resmi negara dan bangsa
Indonesia. Bahasa Melayu telah dipilih sebagai bahasa antar etnis
yang ada di Indonesia, meskipun masing-masing etnis atau daerah
di Indonesia telah memiliki bahasa daerah masing-masing.
Demikian pula menyangkut birokrasi senta pendidikan nasional
telah dikembangkan sedemikian rupa meskipun sampai saat ini
masih senantiasa dikembangkan.
4. Faktor Keempat, meliputi penindasan, dominasi, dan pencarian
identitas alternatif melalui memori kolektif rakyat. Bangsa
Indonesia yang hampir tiga setengah abad dikuasai oleh bangsa
lain sangat dominan dalam mewujudkan faktor keempat melalui
memori kolektif rakyat Indonesia. Pendenitaan, dan kesengsaraan
hidup serta semangat bersama dalam memperjuangkan
kemerdekaan merupakan faktor yang sangat strategis dalam
membentuk memori kolektif rakyat. Semangat perjuangan,
pengorbanan, menegakkan kebenaran dapat merupakan identitas
untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara
Indonesia.
Keempat faktor tersebut pada dasarnya tercakup dalam proses
pembentukan identitas nasional bangsa Indonesia, yang telah berkembang
dari masa sebelum bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan dari
penjajahan bangsa lain. Pencarian identitas nasional bangsa Indonesia pada
dasarnya melekat erat dengan perjuangan bangsa IndonesIa untuk
membangun bangsa dan Negara dengan konsep nama Indonesia. Bangsa
dan negara Indonesia ini dibangun dari unsur-unsur masyarakat yang
dibangun menjadi suatu kesatuan bangsa dan negara dengan prinsip
nasionalisme modern. Oleh karena itu pembentukan identitas nasional
Indonesia melekat erat dengan unsur-unsur lainnya seperti sosial, ekonomi,
budaya, etnis, agama serta geografis, yang saling berkaitan dan terbentuk
melalui suatu proses yang cukup panjang.

Anda mungkin juga menyukai