Kata Identitas berasal dari kata Identitu, yang memiliki arti tanda- tanda, ciri-ciri, atau jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain, sedangkan kata “nasional” merupakan identitas yang melekat pada kelompok-kelompok yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan-kesamaan fisik, baik fisik seperti budaya, agama dan bahasa maupun nonfisik seperti cita-cita, keinginan dan tujuan. Himpunan kelompok inilah yang kemudian disebut dengan identitas bangsa atau identitas nasional yang pada akhirnya melahirkan tindakan kelompok yang diwujudkan dalam bentuk organisasi atau pergerakan-pergerakan yang diberi atribut-atribut nasional. Istilah “Identitas Nasional” secara terminologi adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain. Berdasarkan pengertian yang demikian ini maka setiap bangsa di dunia ini akan memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri serta karakter dan bangsa tersebut. Demikian pula hal ini sangat ditentukan oleh proses bagaimana bangsa tersebut terbentuk secara historis. Berdasarkan hakikat pengertian “ Identitas Nasional “ yang tidak dapat dipisahkan dengan jati diri suatu bangsa atau lebih populer disebut sebagai kepribadian bangsa. Pengertian kepribadian sebagai suatu identitas sebenarnya pertama kali muncul dari pakar psikologi. Manusia sebagai individu sulit dipahami manakala Ia terlepas dan manusia lainnya. Oleh karena itu manusia dalam melakukan interaksi dengan individu lainnya senantiasa memiliki suatu sifat kebiasaan, tingkah laku serta karakter yang khas yang membedakan manusia tersebut dengan manusia lainnya. Namun demikian pada umumnya pengertian atau istilah kepribadian sebagai suatu identitas adalah keseluruhan atau totalitas dari faktor-faktor biologis, psikologis dan sosiologis yang mendasari tingkah laku individu. Tingkah laku tersebut terdiri atas kebiasaan sikap, sifat-sifat serta karakter yang berada pada seseorang sehingga seseorang tersebut berbeda dengan orang yang lainnya. Oleh karena itu kepribadian adalah tercermin pada keseluruhan tingkah laku seseorang dalam hubungan dengan manusia lain. Jikalau kepribadian sebagai suatu identitas dari suatu bangsa, maka persoalannya adalah bagaimana pengertian suatu bangsa itu. Bangsa pada hakikatnya adalah sekelompok besar manusia yang mempunyai persamaan nasib dalam proses sejarahnya, sehingga mempunyai persamaan watak atau karakter yang kuat untuk bersatu dan hidup bersama serta mendiami suatu wilayah tertentu sebagai suatu “kesatuan nasional”. Secara umum pengertian kepribadian sebagai suatu identitas nasional suatu bangsa, adalah keseluruhan atau totalitas dan kepribadian individu- individu sebagai unsur yang membentuk bangsa tersebut. Oleh karena itu pengertian identitas nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan pengertian “Peoples Characeter “, “National Character” atau “National Identity”. Dalam hubungannya dengan identitas nasiona! Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia kiranya sangat sulit jikalan hanya dideskripsikan berdasarkan ciri khas fisik. Hal ini mengingat bangsa Indonesia itu terdini atas berbagai macam unsur etnis, ras, suku, kebudayaan, agama, serta karakter yang sejak asalnya memang memiliki suatu perbedaan. Oleh karena itu kepribadian bangsa indonesia sebagal suatu identitas nasional secara historis berkembang dan menernukan jati dirinya setelah Prokiamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Namun demikian identitas nasional suatu bangsa tidak cukup hanya dipahami secara statis mengingat bangsa adalah merupakan kumpulan dan manusia-manusia yang senantiasa berinteraksi dengan bangsa lain di dunia dengan segala hasil budayanya. Oleh karena itu identitas nasional suatu bangsa termasuk identitas nasional Indonesia juga harus dipahami dalam konteks dinamis. Sebagaimana kita ketahui di dunia internasional bahwa bangsa hangsa besar yang telah mengembangkan identitasnya secara dinamis membawa nama bangsa tersebut baik dalam khasanah dunia ilmu pengetahuan maupun dalam khasanah dunia pergaulan antar bangsa di dunia. Kebesaran bangsa Inggris tidak terlepas dan jerih payah serta kreativitas bangsa tersebut dalam melakukan akselerasi pembangunannya. Dalam sejarah dunia kita ketahui bahwa banyak anak-anak bangsa Inggris menemukan ilmu pengetahuan, yang kemudian dikembangkan melalui teknologi. Atas karya besar tersebut bangsa Inggris mengalami suatu revolusi kehidupan yaitu “Revolusi Industni”. Dengan revolusi industri tersebut bangsa Inggris mulai menjelajahi benua lain, sehingga diberbagai benua, bangsa Inggris menanamkan karya besarnya yang dikembangkan karena kreativitas dan bangsa tersebut. Hal ini dengan sendirinya tanpa mengesampingkan aspek negatifnya, yaitu bangsa Inggris melakukan penjajahan di berbagai benua di dunia. Atas kebesaran penemuan bangsa Inggris tersebut maka bangsa di seluruh dunia berniat untuk menimba iimu pengetahuan dan teknologinya, sehingga tidak rnengherankan jikalau bahasa Inggris yang merupakan salah satu identitas nasional bangsa Inggris dipelajari oleh bangsa di seluruh dunia. Bagi bangsa Indonesia dimensi dinamis identitas nasional Indonesia belum menunjukkan perkembangan ke arah sifat kreatif serta dinamis. Setelah bangsa Indonesia mengalami kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, berbagai perkembangan ke arah kehidupan kebangsaan dan kenegaraan mengalami kemerosotan dari segi identitas nasional. Pada masa mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia dihadapkan pada kemelut kenegaraan sehingga tidak membawa kemajuan bangsa dan negara. Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 Bangsa Indonesia kembali ke UUD 1945 Pada saat itu dikenal periode Orde Lama dengan penekanan kepada kepemimpinan yang sifatnya sentralistik. Pada periode tersebut partai komunis semakin berkembang dengan subur, bahkan tatkala mencapai kejayaannya berupaya untuk menumbangkan pemerintahan Indonesia, yang ditandai dengan timbulnya gerakan G. 30 S/PKI. Rakyat Indonesia menjadi semakin tidak menentu. Identitas dinamis bangsa Indonesia saat itu ditandai dengan perang saudara yang memakan banyak korban rakyat kecil. Maka muncullah gerakan aksi dan para pemuda, pelajar dan mahasiswa untuk menyelamatkan bangsa dan negara dari bahaya negara atheistik Kejatuhan kekuasaan Orde Lama diganti dengan kekuasaan Orde Baru dengan munculnya pemimpin kuat yaitu Jendral Soeharto. Pada periode Orde Baru, Soeharto banyak rnengembangkan program Pembangunan Nasional yang sangat populer dengan program Repelita. Memang sudah banyak yang dilakukan Soeharto melalui Pembangunan yang banyak dinikmati rakyat, namun dalam kenyataannya pemerintah saat itu banyak melakukan hutang ke dana moneter Intemasional, sehingga rakyat kembali dihadapkan pada beban yang sangat berat yaitu menanggung hutang negara. Selama kurang Iebih tiga puluh dua tahun Soeharto berkuasa seakan-akan bangsa Indonesia menunjukkan kepada masyarakat dunia Internasiona bahwa bangsa Indonesia sebagai bangsa yang demokratis. Namun dalam kenyataannya hanya semu belaka, pemerintah melakukan Pemilu memilih wakil-wakil rakyat namun secara langsung atau tidak langsung juga mengarah kepada model kepemimpinan yang sentralistik bahkan juga ditandai dengan kekuasaan militer. Pada saat itu bangsa Indonesia berupaya secara dinamis akan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui Menristek, bahkan juga dikembangkannya teknologi modern dengan mengebangkan perusahaan Pesawat Terbang “Nurtanio” yang dipeloponi oleh B.J. Habibie. Meskipun seakan-akan pemerintah saat itu mengembangkan teknologi modern, namun dalam kenyataannya industri pesawat terbang tersebut belum memberikan peningkatan kesejahteraan rakyat. Yang paling memprihatinkan saat itu adalah berkembangnya budaya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), yang mengakar pada pejabat pemerintahan negara, sehingga konsekuensinya identitas nasional Indonesia saat itu dikenal sebagai bangsa yang “korup”. Selain itu penguasa Orde Baru saat itu menempatkan filsafat negara Pancasila yang sekaligus juga sebagai identitas bangsa dan negara Indonesia, sebagai alat legitimasi politis untuk mempertahankan kekuasaan. Oleh karena itu akibatnya saat ini sebahagian rakyat bahkan banyak kalangan elit politik memiliki pemahaman epistemologis yang sesat yaitu Pancasila sebagai dasar filsafat negara dan kepribadian bangsa Indonesia, seakan-akan identik dengan kekuasaan Orde Baru. Pasca kekuasaan Orde Baru bangsa Indonesia melakukan suatu gerakan nasional yang populer dewasa ini disebut sebagai gerakan “reformasi”. Rakyat dengan ditokohi oleh kalangan elit politik, para intelektual termasuk mahasiswa, melakukan reformasi dengan tujuan untuk peningkatan kesejahteraan atas kehidupan rakyat. Diharapkan pada era reformasi dewasa ini kehidupan rakyat menjadi semakin bebas, demokratis, dan yang terlebih penting lagi adalah meningkatkan kesejahteraannya baik lahir maupun batin. Sudah banyak memang yang dilakukan pemerintahan negara Indonesia dalam melakukan reformasi, baik di bidang politik, hukum, ekonomi, militer, pendidikan serta bidang-bidang lainnya. Satu hal yang sangat memprihatinkan dewasa ini adalah seharusnya kita bersyukur kepada Tuhan yang Maha Esa, kita dikaruniai kesempatan untuk melakukan suatu reformasi dalam kehidupan kenegaraan dan kebangsaan, namun saat ini kita lupa akan tujuan hidup berbangsa dan bernegara, arah kehidupan kita tidak jelas, ideologi dan filsafat bangsa dan negara hanya sebagai simbol kosong belaka. Konsekuensinya dewasa ini ideologi kebangsaan dan kenegaraan bangsa Indonesia adalah reformasi itu sendiri, sementara arah dan makna reformasi juga dimaknai secara beragam. Unsur-unsur filosofi bangsa Indonesia yang menekankan kebersamaan dalam hidup berbangsa dan bernegara di samping berbagai perbedaan, dewasa ini dianggap kosong belaka. Akibatnya dalam era reformasi dewasa ini muncullah berbagai konflik perbedaan yang bahkan ditandai dengan konflik fisik di antara elemen-elemen masyarakat sebagai pembentuk bangsa Indonesia. Contohnya, kaus konflik Ambon, Sampit antara saku Madura dengan Dayak, Sambas, Kalimantan Barat, Poso, konflik antar daerah di berbagai wilayah, konflik antar pemeluk agama, misalnya kasus Achmadiyah, serta kasus konifik antar pemeluk agama lainnya. Selain itu juga konflik politik baik dalam tubuh partal politik, proses Pilkada, bahkan ironisnya juga terjadi di dunia kehidupan kampus. Nampaknya makna kebebasan dalam era reformasi dewasa ini dimaknai lain oleh sebagian besar masyarakat, bahkan kadangkala aparat penegak hukum serta peraturan perundang-undangan dibuat tidak berdaya. Berbagai konflik tersebut di atas memakan banyak korban nyawa anak- anak bangsa yang tidak berdosa, dan anehnya tidak ada seorangpun yang mau bertanggungjawab atas musibah tersebut. Oleh karena itu dalam hubungannya dengan identitas nasional secara dinamis, dewasa ini bangsa Indonesia harus memiliki visi yang jelas dalam melakukan reformasi, melalui dasar filosofi bangsa dan negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika, yang terkandung dalam filosofi Pancasila. Masyarakat harus semakin terbuka, dan dinamis namun harus berkeadaban serta kesadaran akan tujuan hidup bersama dalam berbangsa dan bernegara. Dengan kesadaran akan kebersamaan dan persatuan tersebut maka bangsa indonesia akan mampu mengukir identitas nasionalnya secara dinamis di dunia internasional.
B. Faktor-faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional
Kelahiran identitas nasional suatu bangsa memiliki sifat, ciri khas serta keunikan sendiri-sendiri, yang sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas nasional tersebut. Adapun faktor- faktor yang mendukung kelahiran identitas nasional bangsa Indonesia meliputi: falrtor objektif yang meliputi faktor geografis ekologis dan demografis, faktor subjektif, yaitu faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia Kondisi geografis-ekologis yang membentuk Indonesia sebagai wilayah kepulauan yang beriklim tropis dan terletak di persimpangan jalan komunikasi antar wilayah dunia di Asia Tenggara, ikut mempengaruhi perkembangan kehidupan demografis, ekonomis, sosial dan kultural bangsa Indonesia. Selain itu faktor historis yang dimiliki Indonesia ikut mempengaruhi proses pembentukan masyarakat dan bangsa Indonesia beserta identitasnya, melaluli interaksi berbagai faktor yang ada di dalamnya. Hasil dari interaksi dan berbagai faktor tersebut melahirkan proses pembentukan masyarakat, bangsa, dan negara. bangsa beserta identitas bangsa Indonesia, yang muncul tatkala nasionalisme berkembang di Indonesia pada awal abad XX. Robert de Ventos, dalam bukunya, The Power of Identity, mengemukakan teori tentang munculnya identitas nasional suatu bangsa sebagai hasil interaksi historis antara empat faktor penting, yaitu: 1. Faktor Pertama, mencakup etnisitas, teritorial, bahasa, agama dan yang sejenisnya. Bagi bangsa Indonesia yang tersusun atas berbagai macam etnis, bahasa, agama wilayah serta bahasa daerah, merupakan suatu kesatuan meskipun berbeda-beda dengan kekhasan masing-masing. Unsur-unsur yang beraneka ragam yang masing-masing memiliki ciri khasnya sendiri-sendiri menyatukan diri dalam suatu persekutuan hidup bersama yaitu bangsa Indonesia. Kesatuan tersebut tidak menghilangkan keberanekaragaman, dan hal inilah yang dikenal dengan Bhinneka Tunggal Ika. 2. Faktor Kedua, meliputi pembangunan komunikasi dan teknoiogi, lahirnya angkatan bersenjata modern dan pembangunan lainnya dalam kehidupan Negara. Dalam hubungan ini bagi suatu bangsa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembangunan negara dan bangsanya juga merupakan suatu identitas nasional yang bersit dinamis. Oleh. karena itu bagi bangsa Indonesia proses pembentukan identitas nasional yang dinamis ini sangat ditentukan oleh tingkat kemampuan dan prestasi bangsa Indonesia dalam membangun bangsa dan negaranya. Dalam hubungan ini sangat diperlukan persatuan dan kesatuan bangsa, serta langkah yang sama dalam memajukan bangsa dan Negara Indonesia. 3. Faktor Ketiga, mencakup kodifikasi bahasa dalam gramatika yang resmi, tumbunya birokrasi, dan pemantapan sistem pendidikan nasional. Bagi bangsa Indonesia unsur bahasa telah merupakan bahasa persatuan dan kesatuan nasional, sehingga bahasa Indonesia telah merupakan bahasa resmi negara dan bangsa Indonesia. Bahasa Melayu telah dipilih sebagai bahasa antar etnis yang ada di Indonesia, meskipun masing-masing etnis atau daerah di Indonesia telah memiliki bahasa daerah masing-masing. Demikian pula menyangkut birokrasi senta pendidikan nasional telah dikembangkan sedemikian rupa meskipun sampai saat ini masih senantiasa dikembangkan. 4. Faktor Keempat, meliputi penindasan, dominasi, dan pencarian identitas alternatif melalui memori kolektif rakyat. Bangsa Indonesia yang hampir tiga setengah abad dikuasai oleh bangsa lain sangat dominan dalam mewujudkan faktor keempat melalui memori kolektif rakyat Indonesia. Pendenitaan, dan kesengsaraan hidup serta semangat bersama dalam memperjuangkan kemerdekaan merupakan faktor yang sangat strategis dalam membentuk memori kolektif rakyat. Semangat perjuangan, pengorbanan, menegakkan kebenaran dapat merupakan identitas untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Indonesia. Keempat faktor tersebut pada dasarnya tercakup dalam proses pembentukan identitas nasional bangsa Indonesia, yang telah berkembang dari masa sebelum bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan dari penjajahan bangsa lain. Pencarian identitas nasional bangsa Indonesia pada dasarnya melekat erat dengan perjuangan bangsa IndonesIa untuk membangun bangsa dan Negara dengan konsep nama Indonesia. Bangsa dan negara Indonesia ini dibangun dari unsur-unsur masyarakat yang dibangun menjadi suatu kesatuan bangsa dan negara dengan prinsip nasionalisme modern. Oleh karena itu pembentukan identitas nasional Indonesia melekat erat dengan unsur-unsur lainnya seperti sosial, ekonomi, budaya, etnis, agama serta geografis, yang saling berkaitan dan terbentuk melalui suatu proses yang cukup panjang.