Anda di halaman 1dari 8

KULIAH 1

BAB I
PENGANTAR PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN

A. Pendahuluan
Semangat perjuangan Bangsa Indonesia merupakan kekuatan
mental spiritual yang dapat melahirkan sikap dan perilaku heroik dan
patriotik serta menumbuhkan kekuatan dan kesanggupan yang luar biasa.
Semangat perjuangan tersebut ialah semangat Persatuan dan Kesatuan
yang merupakan syarat utama terbentuknya Negara Indonesia. Semangat
perjuangan inilah yang pada saat sekarang perlu dibina dan ditegakkan
yang harus dimiliki oleh setiap warganegara Indonesia yang merupakan
nilai nasionalisme. Di samping itu nilai-nilai demokrasi dan nilai-nilai
keadilan juga perlu di perjuangkan, yang merupakan asas politik negara
yang dijiwai oleh asas moral negara, yaitu moral agama atau ketuhanan dan
hak asasi manusia atau kemanusiaan, yang terkandung dalam sila pertama
dan sila kedua Pancasila. Semangat perjuangan bangsa ini telah mengalami
penurunan pada titik yang kritis, disebabkan oleh pengaruh globalisasi,
sehingga semangat menegakkan dan membangun rasa persatuan sistem
ekonomi nasional mungkin sulit di wujudkan.
Globalisasi ditandai adanya kemajuan di bidang informasi,
komunikasi, transportasi, dan ekonomi, yang membuat dunia menjadi
transparan. Globalisasi pada awalnya merupakan masa perkembangan
teknologi komputer yang sangat cepat hampir tiap bulan selalu ada
perkembangan baru yang sekaligus mendorong perkembangan informasi
dan komunikasi. Globalisasi ditandai dengan semakin menyatunya negara-
negara di dunia sehingga batas-batas negara dalam arti ekonomi, keuangan
investasi, sumber daya, dan informasi semakin kabur tanpa batas.
Dalam globalisasi pengaruh lembaga lembaga kemasyarakatan
Internasional sangat kuat, negara-negara maju ikut mengatur percaturan
perpolitikan, perekonomian, sosial budaya, dan pertahanan keamanan
secara global. Kondisi ini menumbuhkan berbagai konflik kepentingan, baik
antara negara maju dengan negara berkembang, antara negara berkembang
dan lembaga Internasional maupun antar negara berkembang. Di samping
itu, isu global yang meliputi domokratisasi, hak asasi manusia, dan
lingkungan hidup, turut pula mempengaruhi keadaan nasional Indonesia.
Globalisasi membuat dunia transparan seolah-olah negara tidak
mengenal batas negara. Kondisi ini merupakan kondisi dinamis
menciptakan struktur baru, yaitu struktur global. Kondisi dinamis ini akan
mempengaruhi struktur dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara di Indonesia, dan akan mempengaruhi pola pikir, pola sikap, dan
tindakan masyarakat Indonesia, yang akan mempengaruhi juga kondisi
mental spiritual bangsa Indonesia, yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi solidaritas nasional.
Dalam menghadapi era globalisasi ini dan menatap masa depan
bangsa untuk mengisi kemerdekaan, yaitu harus bersatu, berdaulat, adil
dan makmur, memerlukan perjuangan sesuai dengan bidang profesi
masing-masing. Perjuangan ini pun harus dilandasi nilai-nilai luhur
Pancasila sehingga tetap memiliki wawasan dan kesadaran bernegara, sikap
dan perilaku cinta tanah air, mengutamakan persatuan dan kesatuan
bangsa dan negara, dalam rangka ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara serta bela negara, demi kelangsungan hidup dan tegaknya
bangsa dan negara Indonesia.

B. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan


Pendidikan kewarganegaraan sebenarnya dilakukan dan
dikembangkan di seluruh dunia, meskipun dengan berbagai macam istilah
atau nama. Mata kuliah tersebut sering disebut sebagai civic education,
citizenship education, dan bahkan ada yang menyebut sebagai democracy
education. Mata kuliah ini memiliki peran yang strategis dalam
mempersiapkan warganegara yang cerdas, bertanggung jawab dan
berkeadaban. Berdasarkan rumusan “Civic International” disepakati bahwa
pendidikan demokrasi penting untuk pertumbuhan civic culture. untuk
keberhasilan pengembangan dan pemeliharaan pemerintahan demokrasi
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003. tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan surat keputusan Direktur
Jendral Pendidikan Tinggi Departemen. Pendidikan Nasional Nomor
43/DIKTI/Kep/2006. tentang Rambu-rambu Pelaksanaan Kelompok mata
kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi adalah mata kuliah
Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan. dan Bahasa Indonesia.
Berdasarkan ketentuan tersebut maka kelompok mata kuliah
pengembangan kepribadian tersebut wajib diberikan di semua Fakultas dan
jurusan di seluruh Perguruan Tinggi di Indonesia.
Dengan adanya penyempurnaan kurikulum mata kuliah
pengembangan kepribadian tersebut maka pendidikan kewarganegaraan
memiliki paradigma baru. yaitu Pendidikan Kewarganegaraan berbasis
Pancasila. Kiranya akan menjadi sangat relevan jikalau pendidikan
kewarganegaraan di perguruan tinggi dewasa ini sebagai sintesis antara
“civic education”, “democracy education”, serta “citizenship education” yang
berlandaskan Filsafat Pancasila, serta mengandung muatan identitas
nasional Indonesia, serta muatan makna pendidikan pendahuluan bela
negara.
Hal ini berdasarkan kenyataan di seluruh negara di dunia, bahwa
kesadaran demokrasi serta implementasinya harus senantiasa
dikembangkan dengan basis filsafat bangsa, identitas nasional, kenyataan
dan pengalaman sejarah bangsa tersebut, serta dasar-dasar kemanusiaan
dan keadaban. Oleh karena itu dengan pendidikan kewarganegaraan
diharapkan inlelektual Indonesia memiliki dasar kepribadian sebagai warga
negara yang demokratis, religius, berkemanusiaan dan berkeadaban.
Kewarganegaraan berasal dan kata warga negara yang secara singkat
berarti kelompok manusia yang menjadi anggota suatu negara.
Kewarganegaraan dalam rangka pendidikan, diartikan kesadaran dan
kecintaan serta berani membela bangsa dan negara.
Pendidikan Kewarganegaran adalah usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik dalam mengembangkan kecintaan, kesetiaan, keberanian
untuk berkorban membela bangsa dan tanah air Indonesia.

C. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan


Tujuan pendidikan kewarganegaraan secara singkat adalah
memupuk kesadaran kewajiban asasi dalam usaha pembelaan negara
dengan perilaku cinta tanah air serta dalam usaha pertahanan keamanan
negara dengan kesadaran berbangsa dan bernegara yang berpola pikir
komprehensif integral.
Kompetensi secara singkat diartikan sebagai seperangkat tindakan
cerdas yang berkewenangan untuk menentukan sesuatu dengan penuh rasa
tanggung jawab yang harus dimiliki oleh seseorang agar mampu
melaksanakan tugas dalam bidang tertentu. Oleh karena itu tujuan
pendidikan kewarganegaraan dirumuskan dalam visi dan misi serta
kompetensi berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Nomor:
43/DIKTI/Kep/2006
Visi Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi merupakan
sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan
program studi guna mengantarkan mahasiswa memantapkan
kepribadiannya sebagai manusia Indonesia seutuhnya dan memelihara budi
pekerti kemanusiaan yang luhur.
Misi Pendidiktm Kewarganegaraan di perguruan tinggi membantu
mahasiswa memantapkan kepribadiannya agar secara konsisten mampu
mewujudkan nilai-nilai Dasar Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah
air sepanjang hayat dalam menguasai, menerapkan dan mengembangkan
ilmu pengetahuan teknologi dan seni yang dimilikinya dengan rasa
tanggungjawab serta memegang teguh persatuan dan kesatuan bangsa dan
negara.
Dengan dasar visi dan misi tersebut maka tujuan pendidikan
kewarganegaraan secara umum adalah memupuk kesadaran bela negara
dan berpikir komprehensif integral di kalangan mahasiswa dalam rangka
Ketahanan Nasional sebagai Geostrategi Indonesia, dengan didasari:
1. Kecintaan kepada tanah air.
2. Kesadaran berbangsa dan bemegara.
3. Memupuk rasa persatuan dan kesatuan.
4. Keyakinan akan ketangguhan Pancasila.
5. Rela berkorban demi bangsa dan negara.
Untuk mendasari tujuan tersebut maka Direktur Jenderal Pendidikan
Tinggi memandang perlu menyempurnakan Kurikulum Inti Pendidikan
Kewarganegaraan yang ditetapkan dengan Keputusan Dirjen Dikti Nomor
151/DIKTI/Kep/2000, menjadi Kurikulum Inti Pendidikan
Kewarganegaraan.
Kemudian sebagai keseragaman terakhir tahun 2006, berdasarkan
Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 43/DIKTI/Kep/2006,
tentang Rambu-rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian di Perguruan Tinggi, yang di dalamnya mencantumkan juga
substansi kajian mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
Melalui Pendidikan Kewarganegaraan, warga negara diharapkan
mampu: Memahami, menganalisis, dan menjawab masalah-masalah yang
dihadapi oleh masyarakat, bangsa, dan negaranya secara
berkesinambungan dan konsisten terhadap cita-cita dan tujuan nasionalnya
seperti yang digariskan dalam Pembukaan UUD1945.
Kompetensi lulusan Pendidikan Kewarganegaraan adalah
seperangkat tindakan cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari seorang
warga negara dalam berhubungan dengan negara, dan memecahkan
berbagai masalah hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan
menerapkan konsepsi Filsafat Pancasila, menerapkan Konstitusi Negara
dalam kehidupan sehari-hari, serta Geopolitik Indonesia dan Geostrategi
Indonesia.
Seperangkat tindakan cerdas yang dimaksudkan adalah tampak
pada kemahiran, ketepatan dan keberhasilan bertindak, sedangkan penuh
rasa tanggung jawab diperlihatkan sebagai kebenaran tindakan ditilik dari
nilai ilmu pengetahuan dan teknologi serta etika, ataupun kepatutan
dengan ajaran agama serta kepatutan dengan nilai-nilai Pancasila.
Pendidikan Kewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan sikap
mental yang cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik. Sikap ini
disertai dengan perilaku yang:
1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
menghayati nilai-nilai filsafat hidup bangsa dan negara.
2. Berbudi pekerti kemanusiaan yang luhur serta berdisiplin dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
3. Berjiwa nasionalisme yang kuat, mengutamakan persatuan dan
kesatuan mengatasi kelompok dari seseorang.
4. Bersifat profesional, yang dijiwai oleh kesadaran bela negara,
serta sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga negara.
5. Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni
untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa, dan negara.
Dengan dasar lima perilaku di atas dijiwai oleh nilai-nilai luhur
Pancasila yang diterapkan pada Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan
untuk memperluas cakrawala berpikir para mahasiswa sebagai warga
negara Indonesia sekaligus sebagai pejuang bangsa dalam usaha
menciptakan serta meningkatkan kesejahteraan dan keamanan nasional,
untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara demi terwujudnya
aspirasi perjuangan nasional dengan tujuan untuk memupuk kesadaran
bela negara dan berpikir komprehensif integral (terpadu) di kalangan
mahasiswa dalam rangka ketahanan nasional.
Pendidikan kewarganegaraan diharapkan dapat menumbuhkan
apresiasi kepada mahasiswa sebagai calon pemimpin nasional di masa
mendatang, yang memiliki kemampuan sebagai berikut:
Mampu menghayati dan mengimplementasikan filsafat Pancasila dan
Konstitusi negara Indonesia.
Mampu memahami geopolitik dan geostrategi, serta melaksanakan
materi GBHN sesuai dengan bidang profesinya.
Oleh karena itu kompetensi yang diharapkan terhadap mahasiswa
adalah untuk menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis, berkeadaban. Selain itu
kompetensi yang diharapkan agar mahasiswa menjadi warganegara yang
memiliki daya saing, berdisiplin, berpartisipasi aktif dalam membangun
kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila. Berdasarkan
pengertian tersebut maka kompetensi mahasiswa dalam pendidikan tinggi
tidak dapat dipisahkan dengan filsafat bangsa.

D. Dasar Pemikiran Pendidikan Kewarganegaraan


Setiap warganegara dituntut untuk dapat hidup berguna dan
bermakna bagi nusa dan bangsanya, serta mampu mengantisipasi
perkembangan dan perubahan masa depannya, untuk itu diperlukan
pembekalan ilmu pengetahuannya, teknologi dan seni yang berlandaskan
nila-nilai keagamaan, nilai-nilai moral dan nilai-nilai budaya bangsa. Nilai-
nilai dasar tersebut berperan sebagai panduan dan pegangan hidup setiap
warganegara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Bahasan Pendidikan kewarganegaraan meliputi hubungan antara
waeganegara dan negara, serta Pendidikan Pendahuluan Bela Negara yang
semua ini terkait pada nilai-nilai budaya bangsa.
Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan adalah untuk
menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara serta membentuk sikap
dan prilaku cinta tanah air yang bersendikan kebudayaan bangsa.
E. Landasan Hukum Pendidikan Kewarganegaraan
1. UUD 1945
a. Pembukaan UUD 1945, khusus pada alinea kedua dan keempat,
yang memuat cita-cita tujuan dan aspirasi bangsa Indonesia
tentang kemerdekaannya.
b. Pasal 27 (1) menyatakan bahwa Segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan serta wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya”.
c. Pasal 30 (1) menyatakan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara.”
d. Pasal 31 (1) menyatakan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak
mendapatkan pengajaran.”
2. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000
tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan
Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa dan Nomor 45/U/2002 tentang
Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi telah ditetapkan bahwa Pendidikan
Agama, Pendidkan Bahasa dan Pendidikan Kewargenegaraan merupakan
kelompok Matakuliah Pengembángan Kepribadian, yang wajib diberikan
dalam kurikulum setiap program studi kelompok program studi.
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang menyatakan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat
tentang Pendidikan Kewarganegaraan yang bertujuan untuk membentuk
peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta
tanah air. Dengan telah dituangkannya Pendidikan Kewarganegaraan dalam
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, ini berarti bahwa pendidikan
kewarganegaraan memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam
pembentukan nation and character building.
4. Surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional, Nomor 43/DIKTI/Kep/2006, Tentang rambu-
rambu pelaksanaan kelompok Matakuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi.

F. Ruang Lingkup Pembahasan Pendidikan


Kewarganegaraan
Objek pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan menurut
Keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi No. 43/DIKTI/KEP/2006 dijabarkan
lebih rinci yang meliputi pokok-pokok bahasan sebagal berikut: Substansi
kajian Pendidikan Kewarganegaraan mencakup:
1. Filsafat Pancasila
2. Identitas Nasional
3. Negara dan Konstitusi
4. Demokrasi Indonesia
5. Hak Asasi Manusia dan Hukum
6. Hak dan Kewajiban Warganegara
7. Geopolitik Indonesia
8. Geostrategi Indonesia

Anda mungkin juga menyukai