Bangsa Indonesia yang berada di pelbagai pulau di Nusantara adalah bangsa yang bhinneka atau bangsa yang majemuk, terdiri atas pelbagai suku bangsa atau etnis, bermacam-macam agama, beraneka kebudayaan, dan pelbagai bahasa daerah, yang dimanunggalkan. Semua ini merupakan unsur-unsur pembentuk identitas nasional Indonesia. a. Suku Bangsa Suku bangsa adalah kesatuan sosial yang dapat dibedakan dan kesatuan sosial lain berdasarkan kesadaran akan identitas perbedaan kebudayaan, khususnya bahasa. Dengan demikian pembahasan tentang suku bangsa tidak lepas dan kebudayaan dan bahasanya sebagai unsur- unsur pembentuk identitas nasional. Indonesia terdiri atas pelbagai suku bangsa atau kelompok etnis yang bertempat tinggal di pelbagai pulau besar maupun kecil, dan Sabang sampai Merauke yang disebut Nusantara. Pelbagai suku bangsa ini disatukan atau dimanunggalkan dengan Bhinneka Tunggal Ika, keanekaragaman suku, agama, bahasa, dan berbagai aspek kebudayaan yang lain di Indonesia, akan tetapi tetap bersatu di dalam wadah keindonesiaan. Dengan demikian bangsa Indonesia adalah bangsa majemuk yang dimanunggalkan, manunggal dalam bangsa dan nusanya, maka perlu dibina kesadaran nasional, dan membutuhkan tokoh-tokoh penyatuannya. Kesadaran nasional merupakan hal yang paling dasar dalam manunggalkan bangsa, yaitu sadar berbangsa dan bernegara Indonesia, dengan semangat persatuan dan kesatuan untuk mewujudkan cita-cita bersama dalam satu organisasi kenegaraan. Bangsa Indonesia adalah bangsa manunggal yang bersifat terbuka menerima bangsa lain sebagai satu kesatuan, seperti etnis Tionghoa, etnis Arah, dan sebagainya, yang menyadari dan mengakui Indonesia sebagai tanah airnya. b. Agama Bangsa Indonesia sejak dahulu sampai sekarang termasuk bangsa yang beragama, balk agama Hindu, Buddha, Islam, Katolik, maupun Kristen. Di antara kelima agama tersebut, againa Islam merupakan agama yang dianut oleh mayoritas bangsa Indonesia. Walaupun demikian, tidak diharuskan bafiwa hukum Islam menjadi hukum negara, kelompok Islam menghonnati kelompok agama lain, dengan sikap tenggang rasa, yaitu: Jangan berbuat sesuatu terhadap kelompok agama lain apa yang tidak saudara kehendaki orang lain berbuat demikian terhadap agama saudara. Indonesia merupakan negara yang multiagama, maka Indonesia dapat dikatakan sebagai negara yang rawan terhadap disintegrasi bangsa. Semua agama di Indonesia harus menganjurkan para umatnya untuk bersatu dan saling menghomiati dalam beragama. indonesia bukan negara ateis, dan juga bukan negara. teokrasi, tetapi negara “Theis Demokratis” yakni: Negara yang berketuhanan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi semna agama, sikap terhadap agama melindungi dan menjamin agama- agama yang diberi kesempatan yang sama. Sifat-sifat pelaksanaannya negara yang demikian ini adalah: a. Negara mewajibkan warga negara untuk mengikuti pelajaran ketuhanan Yang Maha Esa yang pelaksanaannya dalam ajaran-ajaran agama. b. Negara menjamin kemerdekaan kepada warganegaranya dalam hal memeluk agama dan beribadat menurut keyakinannya masing- masing. c. Negara mempersilakan agama untuk menentukan syari’atnya sendiri, sejauh tidak bertentangan dengan kepentingan umum dan tidak mewajibkan dengan hukum negara. Menghormati berarti mengakui secara positif dalam agama dan kepercayaan orang lain juga mampu belajar satu sama lain. Sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan memungkinkan penganut agama-agama yang berbeda bersaina-sama berjuang demi pembangunan yang sesuai dengan martabat yang diterima manusia dan Tuhan. c. Kebudayaan Kebudayaan merupakan keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengajarannya dan yang menjadi pedoman tingkah laku dan amal perbuatan. Pedoman ini merupakan norma dasar yang harus diikuti oleh masing-masing suku bangsa Indonesia yang mendiami wilayah Nusantara sebagai kebudayaan daerah yang akhirnya menjadi kebudayaan nasional. Norma dasar telah lama saling berkomunjkasj dan berinteraksi, serta saling berintegrasi dalam kebudayaan masing-masing suku bangsa dari dengan kebudayaan luar, yaita proses penyesuaian antara unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga mencapai suatu keserasian fungsi di kehidupan masyarakat. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dapat dikatakan bahwa kebudayaan daerah merupakan kerangka dasar yang saling berintegrasi menuju ke kesatuan kebudayaan bangsa atau kebudayaan nasional. Dengan demikian perkembangan kebudayaan bangsa atau kebudayaan nasional tidak akan terlepas dan perkembangan kebudayaan daerah. Integrasi kebudayaan merupakan kerangka dasar untuk rnewujudkan integrasi bangsa atau integrasi nasional yang kukuh dan tangguh. Integrasi nasional yang dimaksudkan adalah proses penyatuan berbagai kelompok sosial budaya ke dalam kesatuan wilayah dan pembentukan suatu identitas nasional. Kebudayaan nasional juga merupakan hash interaksi dan integrasi dan nilai-nilai budaya yang telah ada dengan budaya luar (asing), yang kemudian juga diterima sebagai nilai bersama seluruh bangsa Indonesia. Hal yang penting adalah bahwa interaksi dan integrasi budaya tersebut harus berjalan secara wajar dan alamiah, tanpa unsur pemaksaan dan dominasi budaya satu daerah tertentu terhadap budaya daerah lainnya. Dengan demikian kebudayaan nasional tumbuh dun berkembang sejalan dengan tumbuh dan berkembangnya budaya daerah, demikian juga majunva budaya daerah berarti majunya kebudayaan nasional, dan majunya kebudayaan nasional karena majunya budaya daerah. Kebudayaan nasional merupakan identitas dan menjadi kebanggaan Indonesia. Bangsa Indonesia telab sepakat menggunakan Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia, sehingga nilal-nilal yang terkandung di dalam Pancasila yaitu nilai ketuhanan atau religius, nilai kemanusiaan atau hak asasi manusia, nilai persatuan atau nilai nasionalisme, nilai kerakyatan atau demokrasi, serta nilai keadilan sosial, akan menjadi tuntunan dasar dan segenap sikap, perilaku, dan gaya hidup bangsa Indonesia dalam hermasyarakat berbangsa dan bernegara. Dengan demikian Pancasila sebagai dasar tindakan atau jiwa bangsa Indonesia. d. Bahasa Bahasa adalah sistem lambang yang bersifat sewenang-wenang dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan digunakan sebagai sarana komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Di Nusantara banyak terdapat ragam bahasa daerah sebagai sarana interaksi antar manusia yang mewakili banyaknya suku bangsa atau etnis. Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional. Di antara banyaknya bahasa, yang paling banyak digunakan sebagai alat komunikasi antarsuku adalah bahasa Melayu yang merupakan bahasa penghubung berbagai etnis yang mendiami kepulauan Nusantara. Selain menjadi bahasa komunikasi di antara suku-suku di Nusantara, bahasa Melayu juga menempati posisi bahasa transaksi perdagangan internasional di kawasan kepulauan Nusantara yang digunakan oleh berbagai suku bangsa Indonesia dengan para pedagang asing. Kemudian pada 1928 bahasa Melayu mengalami perkembangan yang luar biasa, dengan nama bahasa Indonesia, melalui peristiwa Sumpah Pemuda Indonesia, para tokoh pemuda dan berbagai latar belakang suku dan kebudayaan menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia, dan setelah kemerdekaan ditetapkan menjadi bahasa nasional.
B. Pancasila sebagai Kepribadian dan Identitas Nasienal.
Bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa dan masyarakat Internasional memiliki sejarah serta prinsip dalam hidupnya yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Tatkala bangsa Indonesia berkembang menuju fase nasionalisme modem, djletajçkanlah pninsip- prinsip dasar filsafat sebagai suatu asas dalam hidup berbangsa dan bernegara. Para pendiri negara menyadari akan pentingnya dasar filsalat ini, kemudian melakukan suatu penyelidikan yang dilakukan oleh badan yang akan meletakkan dasar filsafat bangsa dan negara yaitu BPUPKI. Prinsipprinsip dasar itu ditemukan oleh para pendiri bangsa tersebut yang diangkat dan filsafat hidup atau pandangan hidup bangsa Indonesia, yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu prinsip dasar flisafat negara yaitu Pancasila. Jadi dasar filsafat suatu bangsa dan negara berakar pada pandangan hidup yang bersumber kepada kepribadiannya sendiri. Dapat pula dikatakan bahwa pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan negara Indonesia pada hakikatnya bersumber kepada nilal nilai budaya dan keagamaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai kepribadian bangsa. Jadi filsafat Pancasila itu bukan muncuf secara tiba-tiba dan dipaksakan oleh suatu rezim atau penguasa melainkan melalui suatu fase historis yang cukup panjang. Pancasila sebelum dirumuskan secara formal yuridis dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai dasar filsafat negara Indonesia, nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia, dalam keflidupan sehari-hani sebagai suatu pandangan hidup, sehingga materi Pancasila yang berupa nilai-nilai tersebut tidak lain adalah dan bangsa Indonesia sendiri. Dalam pengertian seperti ini, menurut Notonagoro bangsa Indonesia adalah sebagai causa materialis Pancasila. Nilai-nilai tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan secam formal oleh pam pendiri negara untuk dijadikan sebagai dasar negara Republik Indonesia. Proses perumusan mateni Pancasila secara formal tersebut dilakukan dalam sidang-sidang BPUPKI pertama, sidang “Panitia 9”, sidang BPUPKI kedua, serta akhimya di syahkan secara formal yunidis sebagai dasar filsafat negara Republik indonesia. Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang. Berdasarkan kenyataan objektif tersebut maka untuk memahami jati diri bangsa Indonesia serta identitas nasional Indonesia maka tidak dapat dilepaskan dengan akar-akar budaya yang mendasar identitas nasional Indonesia. Kepnibadian, jati din, serta identitas nasional Indonesia yang terumuskan dalam filsafat Pancasila harus dilacak dan dipahami melalui sejarah terbentuknya bangsa Indonesia sejak zaman Kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit serta kerajaan lainnya sebelum penjajahan bangsa asing di Indonesia. Nilai-nilai esensial yang terkandung dalam Pancasila yatu Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan serta Keadilan dalam kenyataannya secara objektif telah dimiliki oleh bangsa Indones sejak zaman dahulu kala sebelum mendinikan negara. Proses terbentuknya bangsa dan negara Indonesia melalui suatu proses sejanafi yang cukup panjang yaitu sejak zaman kerajaan-kerajaan pada abad ke IV, Ke V kemudian dasar-dasar kebangsaan Indonesia elah mulai nampak pada abad ke VII, yaitu ketika timbulnya kerajaan Sniwijaya dibawah wangsa Syailendra di Palembang, kemudian kerajaan Ainlangga dan Majapahit di Jawa Timur serta kerajaan-kerajaan lainnya. Proses terbentuknya nasionalisme yang berakar pada budaya ini menurut Yamin dinintis diistilahkan sebagai fase terbentuknya nasionalisme lama, dan oleh karena itu secara objektif sebagai dasar identitas nasonalisme Indonesia. Dasar-dasar pembentukan nasionalisme modern menunit Yamin dirintis oleh para pejuang kemerdekaan bangsa, antara lain rintisan yang dilakukan oleh para tokoh pejuang kebangkitan nasional pada tahun 1908, kemudian dicetuskan pada Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Akhimya titik kulminasi sejanah perjuangan bangsa Indonesia untuk menemukan identitas nasionalnya sendini, mementuk suatu bangsa dan negara Indonesia tercapai pada tanggal 17 Agustus 1945 yang kemudian diprokiamasikan sebagai suatu kemerdekaan bangsa Indonesia. Oleh karena itu akar-akar nasionalisme Indonesia yang berkembang dalam perspektif sejarah sekaligus juga merupakan unsur- unsur identitas nasional, yaltu nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam sejarah terbentuknya bangsa Indonesia.