Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN GANGGUAN BRONKHOPNEMONIA

A. Anatomi Fisiologi.

Pengertian :
1. Rongga hidung
Rongga hidung adalah organ yang sangat penting karena berfungsi
sebagai tempat masuknya udara menuju tenggorokan.Di samping itu, rongga
hidung menjaga kelembapan, suhu, dan tekanan udara.Di dalam rongga, terdapat
selaput lendir dan bulu hidung.Rongga hidung berfungsi untuk melembabkan,
menghangatkan, dan menyaring (filter) udara yang masuk ke tubuh.
2. Faring
Faring adalah nama lain dari tenggorokan dan berperan untuk pernapasan
sekaligus pencernaan. Makanan, air, dan udara yang masuk ke dalam tubuh akan
melewati faring sebelum masuk ke sistem pencernaan atau pernapasan. Fungsi
faring dalam sistem pernapasan manusia adalah menyalurkan aliran udara dari
hidung dan mulut, ke trakea.
3. Trakea
Fungsi trakea dalam sistem pernapasan cukup penting, yaitu mengalirkan
udara dari dan menuju paru-paru.Organ ini berbentuk tabung berongga lebar,
yang menghubungkan laring ke bronkus paru-paru.Trakea menyuplai udara ke
paru-paru agar udara dapat masuk dan keluar dari paru-paru.Selain
itu, trakea juga mampu menghangatkan serta melembapkan udara yang masuk ke
paru-paru.
4. Bronkus
 bronkus merupakan cabang batang tenggorokan yang terletak setelah
tenggorokan atau trakea dan sebelum paru-paru. Di sini bronkus berperan sebagai
jalur keluar masuknya udara, yaitu ke dalam dan ke luar paru-paru.
5. Bronkiolus
Bronkiolus berfungsi untuk menyalurkan udara dari bronkus ke alveoli.
Selain itu, bronkiolus juga berfungsi untuk mengontrol jumlah udara yang masuk
dan keluar saat proses bernapas berlangsung.
6. Alveolus
Fungsi alveolus dalam sistem pernapasan manusia yang pertama adalah
tempat terjadinya pertukaran gas pada paru-paru.Ini menjadi salah satu fungsi
alveolus yang utama.Di dalam alveolus adalah tempat terjadinya pertukaran
oksigen dan karbondioksida. Dari alveolus, oksigen dialirkan ke seluruh tubuh
melalui darah dan karbon dioksida dikeluarkan lewat napas

B. Pengertian
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam
bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya (Nurarif,
2015).
Bronkopneumonia adalah radang paru-paru pada bagian lobularis yang
ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh agen
infeksius seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang ditandai dengan
gejala demam tinggi, gelisah, dispnoe, napas cepat dan dangkal (terdengar
adanya ronkhi basah), muntah, diare, batuk kering dan produktif (Saputri,2008
dalam Dicky, 2017).
C. Etiologi.
1) Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
2) Virus : Legionella Pneumoniae
3) Jamur : Aspergillus Spesies, Candida Albicans
4) Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung kedalam paru.
(Nurarif dan Kusuma, 2015).

D. Menifestasi Klinis.
Manifestasi klinis yang muncul pada penderita bronkopneumonia menurut
Wijayaningsih (2016), ialah :
a. Biasanya didahului infeksi traktus respiratori bagian atas.
b. Demam (39 – 40oC) kadang-kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
c. Anak sangat gelisah, dan adanya nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk, yang
dicetuskan saat bernafas dan batuk.
d. Pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis
sekitar hidung dan mulut.
e. Kadang-kadang disertai muntah dan diare.
f. Adanya bunyi tambahan pernafasan seperti ronchi, wheezing.
g. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius.
h. Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mokus yang menyebabkan
atelectasis absorbsi.

E. Alur Masalah
a. Patofisiologi.
Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah mikroorganisme
(jamur, bakteri, virus) awalnya mikroorganisme masuk melalui percikan ludah
(droplet) invasi ini dapat masuk kesaluran pernafasan atas dan menimbulkan
reaksi imonologis dari tubuh.
reaksi ini menyebabkan peradangan, dimana ketika terjadi peradangan
ini tubuh menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam pada penderita.
Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan sekret, semakin lama sekret
semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi semakin sempit
dan pasien dapat merasa sesak.
Tidak hanya terkumpul dibronkus lama-kelamaan sekret dapat sampai
ke alveolus paru dan mengganggu sistem pertukaran gas di paru. Tidak hanya
menginfeksi saluran nafas, bakteri ini juga dapat menginfeksi saluran cerna
ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat membuat flora normal dalam
usus menjadi agen patogen sehingga timbul masalah pencernaan.
Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan
mikroorganisme, keadaan ini disebabkan adanya mekanisme pertahanan paru.
Terdapatnya bakteri didalam paru menunjukkan adanya gangguan daya tahan
tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembangbiak dan
mengakibatkantimbulnya infeksi penyakit.Masuknya mikroorganisme
kedalam saluran nafas dan paru dapat melalui berbagai cara, antara lain inhalasi
langsung dari udara, aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring
serta perluasan langsung dari tempat-tempat lain, penyebaran secara hematogen
(Nurarif & Kusuma, 2015).

b. Pathway.

F. Pemeriksaan Penunjang.
1. Pemeriksaan laboratium : pemeriksaan darah lengkap, leokosit, hemoglobin.
2. Pemeriksaan radiologi : foto thorak
G. Penatalaksanaan.
a. Terapi oksigen jika pasien mengalami pertukaran gas yang tidak adekuat
ventilasi dengan nilai normal sebagai berikut:
1. Nasal kabul: 1-5 LPM
2. Nasal masker: 5-10 LPM
3. Nasal NRM: 10-15 LPM
b. mekanik mungkin diperlukan jika nilai normal GDA tidak dapat di
pertahankan
c. Blok saraf interkostal untuk mengurangi nyeri.
d. Pada pneumonia aspirasi bersihkan jalan nafas yang tersumbat.
e. Perbaiki hipotensi pada pneumonia aspirasi dengan penggantian volume
cairan.
f. Terapi antimikrobial berdasarkan kultur dan sensitivitas.
g. Supresan batuk jika batuk bersifat nonproduktif.
h. Analgesik untuk mengurangi nyeri pleuritic.
i. (Alexander & Anggraeni, 2017).

H. Komplikasi.
a. Empiema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga
pleura yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.
b. Otitis media akut adalah suatu peradangan sebagian atau seluruh mukosa
telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid
c. Atelektasis adalah penyakit restriktif akut yang mencangkup kolaps
jaringan paru (alveoli) atau unit fungsional paru
d. Emfisema adalah gangguan pengembangan paru-paru yang ditandai oleh
pelebaran ruang udara di dalam paru-paru disertai destruktif jaringan
e. Meningitis adalah infeksi akut pada selaput meningen (selaput yang
menutupi otak dan medula spinalis).
f. (Hidayat, 2015).

I. Masalah keperawatan.
a. Bersihan jalan napas tidak efektif
b. Pola napas tidak efektif.
c. Defisit Nutrisi.
d. Intoleransi aktivitas

Asuhan keperawatan secara Teori.

1. Data Umum
a. Pengkajian
dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien, data-data yang
dikumpulkan atau dikaji meliputi :
a) Identitas pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,
alamat rumah, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan terakhir,
nomor registrasi, pekerjaan pasien, dan nama penanggung jawab.

2. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering muncul atau yang paling dirasakan pada pasien
dengan penyakit pneumonia.

3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat yang dirasakan pasien saat ini pada pasien dengan penyakit
pneumonia : Nafas pendek,batuk berdahak dan nyeri dada.
b. Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan juga apakah pasien sebelumnya pernah menderita
penyakit lain seperti TB Paru, DM, Asma, Kanker, dan lain-lain. Hal ini perlu
diketahui untuk melihat ada tidaknya faktor predisposisi.
c. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit
yang sama atau mungkin penyakit-penyakit lain yang mungkin dapat
menyebabkan penyakit pneumonia.

4. Data Subjektif
a. Kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual
a. Bernafas
Pasien umumnya mengeluh sesak dan kesulitan dalam bernafas karena
ekspansi paru terganggu.
b. Makan dan minum
Observasi seberapa sering pasien makan dan seberapa banyak pasien
menghabiskan makanan yang diberikan.Minum seberapa banyak dan
seberapa sering pasien minum.

c. Eliminasi
Observasi BAB dan BAK pasien, bagaimana BAB atau BAK nya
normal atau bermasalah, seperti dalam hal warna feses /urine, seberapa
sering, seberapa banyak, cair atau pekat, ada darah tau tidak, dll.
d. Gerak dan aktivitas
Observasi apakah pasien masih mampu bergerak, melakukan aktivitas
atau hanya duduk saja (aktivitas terbatas).Biasanya pasien dengan anemia
mengalami kelemahan pada tubuhnya akibat kurangnya suplai oksigen ke
jaringan tubuh.
e. Istirahat dan tidur
Kaji kebutuhan / kebiasaan tidur pasien apakah nyenyak / sering
terbangun di sela-sela tidurnya.
f. Kebersihan diri
Kaji bagaimana toiletingnya apakah mampu dilakukan sendiri atau
harus dibantu oleh orang lain dan kaji berapa kali pasien mandi.
g. Rasa nyaman
Kaji apakah pasien mengatakan adanya keluhan yang mengganggu
kenyamanan pasien.
h. Rasa aman
Kaji pasien apakah merasa cemas atau gelisah dengan sakitnya.
i. Sosialisasi dan komunikasi
Observasi apakah pasien mampu berkomunikasi dengan keluarganya,
seberapa besar dukungan keluarganya.
j. Rekreasi
Observasi apakah sebelumnya pasien sering rekreasi dan sengaja
meluangkan waktunya untuk rekreasi.Tujuannya untuk mengetahui teknik
yang tepat saat depresi.
k. Pengetahuan atau belajar
Seberapa besar keingintahuan pasien untuk mengatasi mual yang
dirasakan dan caranya meningkatkan nafsu makannya.Disinilah peran kita
untuk memberikan HE yang tepat.
5. Data Objektif
a. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Tampak sakit berat dan sesak napas, KU sangat lemah, kesadaran
Compos Mentis, TB 77 cm, BB 10 kg.
TTV :RR 30 x/mnt, N : 178 x/mnt, S :37oc

a) Rambut dan hygene kepala


Warna rambut hitam, tidak berbau, rambut tumbuh subur, dan kulit
kepala bersih.
b) Mata (kanan/kiri)
Posisi mata simetris, konjungvita merah muda, skelera putih, dan pupil
sokor, dan respon cahaya baik
c) Hidung
Simetris kiri dan kanan tidak ada pembengkakkan, dan berfungsi
dengan baik tetapi pola nafas tidak efetif.

d) Mulut dan tenggorokan


Rongga normla, mukosa terlihat pecah-pecah, tonsil tidak ada
pembesaran.
e) Telinga
Simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, dan pendengaran tidak
terganggu
f) Leher
Kelenjar getah bening, sub mandibula, dan sekitar telinga tidak ada
pembesaran.
g) Dada / thorak
Inspeksi :
a. Pola nafas cepat RR : 30 x/mnt spo2 :95.
b. Penggunaan alat bantu tambahan
 Palpasi : Pada palpasi, Taktil fremitus getaran menurun di dada kanan
 Perkusi : Pada perkusi di dapatkan hipersonor di dada kanan
 Auskultasi : Ditemukan ronki,suara pernafasan bronkian,suara pernafasan
melemah
h) Abdomen
Kaji apakah terjadi pembengkakan , ada nyeri tekan atau tidak ,
biasanya pada penderita sirosis hepatis ada nyeri dibagian abdomen sebelah
kanan atas.
i) Pencernaan
Misalnya anoreksi disertai mual, nafsu makan menurun.
j) Muskuloskeletal / integumen
Misalnya massa otot menurun, adanya edema atau tidak, pada kulit
bersih atau tidak , ada kelainan kulit atau tidak

2. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dikerjakan adalah pemeriksaan
laboratorium dan radiologi.
Pemeriksaan laboratorium berguna untuk membantu penegakan diagnosis,
diagnosis etiologi, serta untuk penilaian prognosis pasien. Pemeriksaan
tersebut antara lain:
 Pemeriksaan darah rutin, didapati leukositosis yang bermakna dan pergeseran
ke kiri (shift to the left) pada hitung jenis leukosit terutama pada infeksi oleh
S. pneumoniae, H. influenzae, dan bakteri batang gram negatif. Leukopenia
dapat terjadi pada infeksi masif oleh pneumokokus dan bakteri batang gram
negatif.
 Biomarker, acute phase reactant meningkat akibat respon inflamasi terutama
akibat infeksi bakteri. Biomarker tersebut adalah prokalsitonin dan C-reactive
protein.
 Peningkatan prokalsitonin dapat digunakan untuk penanda kebutuhan
pemberian antibiotik dan penghentian antibiotik bila kadarnya telah menurun
di bawah ambang batas bawah.
 Pewarnaan sputum dan kultur sputum, pewarnaan gram pada sputum berguna
untuk mengidentifikasi spesies bakteri yang menjadi etiologi infeksi,
sementara kultur sputum untuk mengidentifikasi patogen dalam jumlah yang
lebih besar serta dilanjutkan dengan uji resistensi dan uji sensitivitas terhadap
antibiotik.
 Kultur darah, hasil positif pada kultur darah pada umumnya rendah
 pemeriksaan serologis, peningkatan IgM spesifik pada serum menunjukkan
infeksi pada fase akut dan fase konvalesen
 Tes antigen urin, pemeriksaan untuk mendekteksi antigen Legionella dan
pneumokokus pada urin. Pemeriksaan masih bisa menunjukkan positif
walaupun terapi antibiotik telah dimulai
 pemeriksaan RadiologiPemeriksaan foto x-ray toraks sangat diperlukan untuk
menyingkirkan kelainan yang lainnya. Foto toraks tidak dapat dijadikan acuan
untuk etiologi pneumonia tertentu. 
1. Diagnose.
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernafasan.
2. Bersihan nafas tidak efektif berhungan dengan proses infeksi.
3. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan menelan.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

a. Intervensi.

DIAGNOSA SLKI INTERVENSI (SIKI)


KEPERAWATA
N
Pola nafas tidak Dispnea Obsevasi
efektif Menurun(5) Identifikasi faktor
berhubungan Ortopnea penyebab kolaps: trauma,
dengan inspeksi Meurun(5) infeksi komplikasi
paru Pernafasan cuping mekanik pernapasan.
hidung Kaji kualitas, frekuensi
Menurun(5) dan kedalaman napas,
Frekuensi napas laporkan setiap perubahan
Membaik(5) yang terjadi
Kedalaman napas Terapeutik
Membaik(5) pemberian oksigen
Ekskursi dada tambahan nasal kanule
Membaik(5) pemberian obat intravena
Edukasi
Edukasikan fisioterapi
dada
Informasikan penting nya
pengukuran respirasi
Kolaborasi
Kolaborasikan pemberian
obat antibiotika

Bersihan jalan Gelisah. (5) Observasi.


nafas tidak efektif Pola nafas.(5) Memonitor posisi selang
berhungan dengan endrotrakeal (ETT) atau
proses infeksi. Mengi (1). setelah mengubah posisi
Wheezing(1). Memonitor tekanan
Sianosis (5) balon ETT setiap 4-8
Sulit bicara (5) jam
Frekuensi nafas (5) Memonitor kulit area
stoma trakeostomi (mis :
pendarahan, drainase,
kemerahan.)
Terapiutik.
Kurangi tekanan balon
secara periodic tiap shif.
Pasang oroparingeal
airway (OPA) untuk
mencegah ETT tergigit.
Cegah ETT terlipat.
Berikan volume pre-
oksigenasi 100% selama
30 detik (3-6 kali
ventilasi).
Lakukan penghisapan
lender kurang dari 15
detik jika perlu.lakukan
perawatan mulut.
Edukasi.
Jelaskan ke pasien atau
keluarga tujuan dan
prosedur pemasangan
jalan nafas buatan.
Kolaborasi.
Kolaborasi intubasi
ulang jika terbentuk
mucous plug yang tidak
dapat dilakukan
penghisapan.
Resiko defisit Serum albumin Observasi.
Nutrisi meningkat. memonitor keluarnya
berhubungan Pengetahuan tentang makanan dan cairan serta
dengan ketidak nutrisi yang tepat kebutuhan kalori.
mampuan menelan meningkat. Terapiutik.
makanan Berat badan membaik. Timbang berat badan
secara rutin.diskusikan
Nafsu makan membaik. perilaku makanan dan
jumlah aktifitas fisik
yang sesuai.
Diskusikn perilaku
makan dan jumlah
aktifitas fisik yang
sesuai.
Lakuakan kontrak
perilaku.
Damping ke kamar
mandi untuk pengamatan
perilaku memuntahkan
kembali makanan.
Berikan penguatan
positif terhadap
keberhasilan target dan
perubahan perilaku.
Berikan konsekuensi jika
tidak mencapai target
sesuia kontrak.
Rencanakan program
pengobatan untuk
perawatan dirumah.
Edukasi.
Anjurkan membuat
catatan harian tentang
perasaan dan situasi
pemicu pengeluaran
makanan.
Ajarkan pengaturan diet
yang tepat.
Ajarkan keterampilan
koping untuk
penyelesaian masalah
perilaku makan.
Kolaborasi.
Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang target berat
badan, kebutuhan kalori
dan pilihan makanan
Intoleransi Frekuensi nadi menurun. Observasi.
aktivitas Saturasi oksigen Identifikasi deficit tingkat
berhubungan meningkat. aktivitas
dengan kelemahan Monitor respons emosional,
Keluhan lelah menurun.
fisik, sosial, dan spiritual
Dispneu saat aktifitas terhadap aktivitas
menurun Terapeutik.
Dispneu setelah aktifitas Koordinasikan pemilihan
menurun aktivitas sesuai usia
Frekuensi nafas membaik Libatkan keluarga dalam
aktivitas
Fasilitasi mengembangkan
motivasi dan penguatan diri
Fasilitasi pasien dan keluarga
memantau kemajuannya
sendiri untuk mencapai
tujuan
Berikan penguatan positif
atas partisipasi dalam
aktivitas
Edukasi
Jelaskan metode aktivitas
fisik sehari-hari, jika perlu
Anjurkan melakukan
aktivitas fisik, sosial,
spiritual, dan kognitif dalam
menjaga fungsi dan
kesehatan
Anjurkan terlibat dalam
aktivitas kelompok atau
terapi, jika perlu
Anjurkan keluarga untuk
memberi penguatan positif
atas partisipasi dalam
aktivitas
Kolaborasi
Kolaborasi dengan terapis
okupasi dalam merencanakan
dan memonitor program
aktivitas, jika sesuai

Anda mungkin juga menyukai

  • Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah-1
    Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah-1
    Dokumen23 halaman
    Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah-1
    Hairun Nisaq
    Belum ada peringkat
  • Sop 3
    Sop 3
    Dokumen4 halaman
    Sop 3
    Hairun Nisaq
    Belum ada peringkat
  • SOP Refleks Fisiologis
    SOP Refleks Fisiologis
    Dokumen3 halaman
    SOP Refleks Fisiologis
    Khoiranisa
    Belum ada peringkat
  • SOP Kel. 4
    SOP Kel. 4
    Dokumen2 halaman
    SOP Kel. 4
    Hairun Nisaq
    Belum ada peringkat
  • Sop KMB 2 Rom Aktif
    Sop KMB 2 Rom Aktif
    Dokumen2 halaman
    Sop KMB 2 Rom Aktif
    Hairun Nisaq
    Belum ada peringkat
  • MAKALAH Gizi
    MAKALAH Gizi
    Dokumen18 halaman
    MAKALAH Gizi
    Hairun Nisaq
    Belum ada peringkat
  • Sop 2
    Sop 2
    Dokumen2 halaman
    Sop 2
    Hairun Nisaq
    Belum ada peringkat
  • Makalah Dokep Kel 4
    Makalah Dokep Kel 4
    Dokumen11 halaman
    Makalah Dokep Kel 4
    Hairun Nisaq
    Belum ada peringkat
  • Diabetes Miletus
    Diabetes Miletus
    Dokumen16 halaman
    Diabetes Miletus
    Hairun Nisaq
    Belum ada peringkat
  • Agama Kel 1
    Agama Kel 1
    Dokumen7 halaman
    Agama Kel 1
    Hairun Nisaq
    Belum ada peringkat
  • Lembar Konsultasi
    Lembar Konsultasi
    Dokumen7 halaman
    Lembar Konsultasi
    Hairun Nisaq
    Belum ada peringkat
  • LP Askep
    LP Askep
    Dokumen9 halaman
    LP Askep
    Hairun Nisaq
    Belum ada peringkat
  • Sap Close Fraktur
    Sap Close Fraktur
    Dokumen11 halaman
    Sap Close Fraktur
    Hairun Nisaq
    Belum ada peringkat
  • KMB Askep
    KMB Askep
    Dokumen11 halaman
    KMB Askep
    Hairun Nisaq
    Belum ada peringkat
  • Askep Fraktur 2
    Askep Fraktur 2
    Dokumen20 halaman
    Askep Fraktur 2
    Dilaa
    Belum ada peringkat
  • Pengertian Thoharoh
    Pengertian Thoharoh
    Dokumen4 halaman
    Pengertian Thoharoh
    Hairun Nisaq
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen1 halaman
    Bab I
    Hairun Nisaq
    Belum ada peringkat
  • Akhlak Dan Budi Pekerti
    Akhlak Dan Budi Pekerti
    Dokumen1 halaman
    Akhlak Dan Budi Pekerti
    Hairun Nisaq
    Belum ada peringkat
  • Agama Islam
    Agama Islam
    Dokumen1 halaman
    Agama Islam
    Hairun Nisaq
    Belum ada peringkat
  • Agama Kel 3
    Agama Kel 3
    Dokumen12 halaman
    Agama Kel 3
    Hairun Nisaq
    Belum ada peringkat
  • Agama Kel 4
    Agama Kel 4
    Dokumen8 halaman
    Agama Kel 4
    Hairun Nisaq
    Belum ada peringkat
  • MAKALAH
    MAKALAH
    Dokumen12 halaman
    MAKALAH
    Hairun Nisaq
    Belum ada peringkat
  • Agama Kel 3
    Agama Kel 3
    Dokumen5 halaman
    Agama Kel 3
    Hairun Nisaq
    Belum ada peringkat
  • Makalah Gadar Kel.4
    Makalah Gadar Kel.4
    Dokumen20 halaman
    Makalah Gadar Kel.4
    Nur Qomariyah
    Belum ada peringkat
  • Form Sop
    Form Sop
    Dokumen2 halaman
    Form Sop
    Hairun Nisaq
    Belum ada peringkat
  • Agama Kel 1
    Agama Kel 1
    Dokumen16 halaman
    Agama Kel 1
    Hairun Nisaq
    Belum ada peringkat
  • Tugaspancasila
    Tugaspancasila
    Dokumen15 halaman
    Tugaspancasila
    Hairun Nisaq
    Belum ada peringkat
  • Pembentukan Sikap
    Pembentukan Sikap
    Dokumen2 halaman
    Pembentukan Sikap
    Hairun Nisaq
    Belum ada peringkat
  • Askep Asma Anak
    Askep Asma Anak
    Dokumen12 halaman
    Askep Asma Anak
    Hairun Nisaq
    Belum ada peringkat