DISUSUN OLEH:
2021
KONSEP MEDIS SINDROMA NEFROTIK
1. Pengertian
Sindroma Nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh
kerusakan glomerulus. Peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein
plasma yang dapat menyebabkan terjadinya proteinuria, hipoalbuminemia,
hiperlipidemia dan edema (Betz & Sowden, 2009). Sindroma Nefrotik merupakan
penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia dan
hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria, hipertensi dan
penurunan fungsi ginjal (Ngastiyah, 2014).
Sindroma Nefrotik merupakan penyakit dengan gejala edema, proteinuria,
hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria,
hipertensi dan penurunan fungsi ginjal (Ngastiyah, 2014).
2. Etiologi
Ngastiyah, (2014) mengatakan bahwa belum pasti diketahui penyebab Sindroma
Nefrotik, namun akhir-akhir ini dianggap sebagai penyakit autoimun. Umumnya,
etiologi Sindroma Nefrotik dibagi menjadi:
1. Sindroma Nefrotik Bawaan Sindroma Nefrotik Bawaan diturunkan sebagai
resesif autosomal, klien ini biasanya tidak merespon terhadap pengobatan
yang diberikan. Adapun gejala yang biasanya terjadi yaitu edema pada
masa neonatus. Umumnya, perkembangan pada klien terbilang buruk dan
klien akan meninggal pada bulan-bulan pertama kehidupannya.
2. Sindroma Nefrotik Sekunder Sindroma Nefrotik Sekunder bukan
disebabkan oleh turunan kromosom, namun disebabkan oleh beberapa
masalah seperti:
. Malaria kuartana atau parasit lainnya
Penyakit Lupus Eritematosus Diseminata, purpura dan
anafilaktoid
Glomerulonefritis akut atau kronis, trombosis vena renalis
Penyakit sel sabit, dll
3. Glomerulonefritis Proliferatif
3. Patofisologi
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat
pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria.
Kelanjutan dari proteinuria akan dapat mengakibatkan hipoalbuminemia.
Dengan menurunnya jumlah albumin, terjadilah penurunan tekanan
osmotik plasma sehingga cairan intravaskuler akan berpindah ke
interstisial. Perpindahan cairan tersebut mengakibatkan volume cairan
intravaskuler berkurang dan terjadilah kondisi hipovolemik pada pasien,
kondisi hipovolemik ini jika tidak segera diatasi akan berdampak pada
hipotensi.
Rendahnya volume cairan pada intravaskuler ini akan mempengaruhi
aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan
merangsang produksi renin angiotensin dan peningkatan sekresi
antidiuretik hormon (ADH) dan sekresi aldosteron yang mengakibatkan
retensi terhadap natrium dan air yang berdampak pada edema. Penurunan
daya tahan tubuh juga mungkin terjadi akibat hipoalbuminemia, jika tidak
segera diatasi pasien dengan Sindroma Nefrotik akan rentan terhadap
infeksi seperti peritonitis dan selulitis.
Anak dengan sindroma nefrotik dapat mengalami peningkatan kolesterol
dan trigliserida serum akibat peningkatan dari produksi lipoprotein karena
penurunan plasma albumin dan penurunan onkotik plasma. Selain itu,
peningkatan produksi lipoprotein didalam hepar akibat kompensasi
hilangnya protein dapat mengakibatkan terjadinya hiperlipidemia, dan
akan ditemukan lemak didalam urine atau lipiduria.
Menurunnya kadar natrium dalam darah anak dengan sindroma nefrotik
atau keadaan dehidrasi akibat retensi cairan akan merangsang sekresi
hormon renin yang berperan penting dalam mengatur tekanan darah.
Selanjutnya renin mengubah angiotensin yang disekresi hati menjadi
angiotensin I. Sel kapiler paru selanjutnya mengubah angiotensin I menjadi
angiotensin II yang mengonsentrasi otot polos sekeliling arteriola. Hal
inilah yang menyebabkan anak mengalami tekanan darah tinggi. Dalam
kondisi lain, ketidakseimbangan natrium akibat konsumsi natrium yang
terlalu sedikit akan mengakibatkan anak mengalami hipotensi (Suriadi &
Yuliani, 2010).
4. Pathway
Kerusakan Gromelurus
Proteinuria
a
Sintesispr
Hiperlipi
otein dan hipoalbuminemia
Hipertensi demia
lipit
Edema
MK: Nyeri Sakit Kolesterol
Akut Kepala
SINDROMA NEFROTIK
Blood
Breathing Brain
Bladder
Reabsorbsi
Asites Cardiac
Na & Air
Output
Distensi Menurun
Abdomen Volume Penurunan Volume Cairan Hipoalbumi
Intravaskuler Filtrasi Vaskuler Menurun nemia
Menekan Glomerulus
Perfusi Darah
Diafragma Ke Otak Simulasi
Beban Kerja Protein Tekanan Osmoik
Menurun ReninAngiotensis
Jantung Plasma Menurun
Meningkat terfiltrasi
Penurunan
Ekspansi Paru Sekresi ADH
MK: Risiko Kontraakivitas Penurunan Ig
Keidakefe G & Ig A Tekanan Hidrostaik
Ventrikel
kifan Meningkat
Dyspnea, Menurun Reabsorbsi Na &
Takipnea, Tarikan Perfusi Imunitas Air Meningkat
Dinding Dada Jaringan Menurun
Decompensasi
Otak
Cordis Volume Sekresi Perpindahan
MK : Risiko
Urine menurun Cairan dari
Infeksi
MK : Aritmia, Bradicardi, Intravaskuler
Keidakefekifan Perubahan EKG, Ke Intrasisial
MK: Penurunan MK : Gangguan
Pola Napas Edema,
Curah Jantung Eliminasi Urine
5. Manifestasi klinis
Walaupun gejala pada anak akan bervariasi seiring dengan perbedaan proses
penyakit, gejala yang paling sering berkaitan dengan sindroma nefrotik adalah:
6. Penatalaksanaan
Menurut Betz & Sowden, (2009) penatalaksanaan medis untuk sindrom nefrotik
meliputi :
1. Pengkajian
2. Keluhan Utama
4. Riwayat Pertumbuhan
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan
karena keletihan akibat lambung yang mengalami tekanan oleh
cairan intrastisial dan memberikan persepsi kenyang pada anak.
1. TTV
1. Tekanan Darah: Pada masa anak-anak tekanan darah sistole
normal 80 sampai 100 mmHg dan nilai diastole normal 60
mmHg. Anak dengan hipovolemik akan mengalami hipotensi,
maka akan ditemukan tekanan darah kurang dari nilai normal
atau dapat ditemukan anak dengan hipertensi apabila kolesterol
anak meningkat.
2. Nadi: berdasarkan usia, frekuensi nadi anak usia 2-6 tahun 105x/
menit, frekuensi nadi anak usia 6-10 tahun 95x/menit, frekuensi
nadi anak usia 10-14 tahun 85x/menit dan frekuensi nadi anak
usia 14-18 tahun 82x/menit.
3. Pernapasan: frekuensi napas anak usia 2-6 tahun 21- 30x/menit,
anak 6 sampai 10 tahun 20-26x/menit dan anak usia 10-14 tahun
18-22x/menit.
2. Postur
BB Ideal: bagi anak usia 2-12 tahun dengan cara 2n (umur dalam
tahun) + 8. Perlu ditanyakan kepada orangtua, BB anak sebelum
sakit untuk menentukan adanya peningkatan BB pada anak dengan
sindroma nefrotik. Edema pada anak juga dapat ditandai dengan
peningkatan Berat Badan >30%.
3. Kepala-leher
Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala, normalnya Jugularis
Vein Distention (JVD) terletak 2 cm diatas angulus sternalis pada
posisi 450 , pada anak dengan hipovolemik akan ditemukan JVD
datar pada posisi supinasi, namun pada anak dengan hipervolemik
akan ditemukan JVD melebar sampai ke angulus mandibularis pada
posisi anak 450 .
4. Mata
Biasanya pada pasien dengan Sindroma Nefrotik mengalami edema
pada periorbital yang akan muncul pada pagi hari setelah bangun
tidur atau konjunctiva terlihat kering pada anak dengan hipovolemik.
5. Hidung
Pada pemeriksaan hidung secara umum tidak tampak kelainan,
namun anak dengan Sindroma Nefrotik biasanya akan memiliki pola
napas yang tidak teratur sehingga akan ditemukan pernapasan cuping
hidung.
6. Mulut
Terkadang dapat ditemukan sianosis pada bibir anak akibat
penurunan saturasi oksigen. Selain itu dapat ditemukan pula bibir
kering serta pecah-pecah pada anak dengan hipovolemik .
7. Kardiovaskuler
1. Inspeksi, biasanya tampak retraksi dinding dada akibat pola
napas yang tidak teratur
2. Palpasi, biasanya terjadi peningkatan atau penurunan denyut
jantung
3. Perkusi, biasanya tidak ditemukan masalah
4. Auskultasi, biasanya auskultasi akan terdengar ronki serta
penurunan bunyi napas pada lobus bagian bawah Bila dilakukan
EKG, maka akan ditemukan aritmia, pendataran gelombang T,
penurunan segmen ST, pelebaran QRS, serta peningkatan
interval PR.
8. Paru-Paru
1. Inspeksi, biasanya tidak ditemukan kelainan
2. Palpasi, biasanya dapat ditemukan pergerakan fremitus tidak
simetris bila anak mengalami dispnea
3. Perkusi, biasanya ditemukan sonor
4. Auskultasi, biasanya tidak ditemukan bunyi napas tambahan.
Namun, frekuensi napas lebih dari normal akibat tekanan
abdomen kerongga dada.
9. Abdomen
1. Inspeksi, biasanya kulit abdomen terlihat tegang dan mengkilat
bila anak asites
2. alpasi, biasanya teraba adanya distensi abdomen dan bila diukur
lingkar perut anak akan terjadi abnormalitas ukuran
3. Perkusi, biasanya tidak ada kelainan
4. Auskultasi, pada anak dengan asites akan dijumpai shifting
dullness
10. Kulit
Biasanya, pada anak Sindroma Nefrotik yang mengalami diare akan
tampak pucat serta keringat berlebihan, ditemukan kulit anak tegang
akibat edema dan berdampak pada risiko kerusakan integritas kulit.
11. Ekstremitas
Biasanya anak akan mengalami edema sampai ketungkai bila edema
anasarka atau hanya edema lokal pada ektremitas saja. Selain itu
dapat ditemukan CRT > 2 detik akibat dehidrasi.
12. Genitalia
Biasanya pada anak laki-laki akan mengalami edema pada skrotum
dan pada anak perempuan akan mengalami edema pada labia
mayora.
4 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Urine
1. Urinalisis
1. Proteinuria, dapat ditemukan sejumlah protein dalam urine
lebih dari 2 gr/m2 /hari.
2. emukan bentuk hialin dan granular.
3. Terkadang pasien mengalami hematuri.
2. Uji Dipstick urine, hasil positif bila ditemukan protein dan darah.
3. Berat jenis urine akan meningkat palsu karena adanya proteinuria
( normalnya 50-1.400 mOsm)
4. Osmolaritas urine akan meningkat.
2. Uji Darah
1. Kadar albumin serum akan menurun, dengan hasil kurang dari 2
gr/dl (normalnya 3,5-5,5 gr/dl).
2. Kadar kolesterol serum akan meningkat, dapat mencapai 450-
1000 mg/dl (normalnya
3. Kadar hemoglobin dan hematokrit akan meningkat atau
mengalami hemokonsentrasi ( normalnya Ht pada laki-laki 44-
52% dan pada Perempuan 39-47% ).
4. Kadar trombosit akan meningkat, mencapai 500.000- 1.000.000/
µl (normalnya 150.000-400.000/µl).
5. Kadar elektrolit serum bervariasi sesuai dengan keadaan penyakit
perorangan (normalnya K+ 3,5-5,0 mEq/L, Na+ 135-145 mEq/L,
Kalsium 4-5,5 mEq/L, Klorida 98-106 mEq/L )
3. Uji Diagnostik
Biopsi ginjal dapat dilakukan hanya untuk mengindikasikan status
glomerular, jenis sindrom nefrotik, respon terhadap penatalaksanaan
medis dan melihat proses perjalanan penyakit. (Betz & Sowden,
2009)
2. Diagnosa Keperawatan
4. Catat
intake/output
akurat
3. Monitor tanda-
tanda vital
1. Monitor tekanan
darah, nadi, suhu
dan status
pernapasan
dengan tepat
2. Monitor irama dan
laju pernapasan
3. Monitor warna
kulit, suhu dan
kelembaban
4. Monitor sianosis
sentral dan perife
2. Ketidakefektifan pola napas 1. Status pernapasan 1. Monitor
Batasan Karakteristik : Kriteria hasil : pernapasan
1. Bradipnea 1. Frekuensi 1. Monitor
2. Penurunan tekanan ekspirasi pernapasa kecepatan,
3. Pernapasan cuping hidung 2. Irama pernapasan irama,
4. Fase ekspirasi memanjang 3. Kedalaman kedalaman dan
5. Pernapasan bibir inspirasi kesulitan dalam
4. Suara auskultasi bernapas
Faktor Berhubungan dengan : pernapasan 2. Catat
1. Obesitas 5. Penggunaan otot pergerakan
2. Nyeri bantu napas dada, catat
3. Posisi tubuh 6. Retraksi dinding ketidaksimetrisa
dada n, penggunaan
7. Sianosis otototot bantu
8. Pernapasan pernapasan dan
cuping hidung retraksi dada
3. Monitor suara
napas tambahan
seperti ngorok
4. Monitor pola
napas
(misalnya:bradi
pnea ,takipnea,
hiperventilasi,
kusmaul)
5. Palpasi
kesimetrisan
ekspansi paru
6. Monitor
peningkatan
kelelahan,
kecemasan dan
kekurangan
udara pada
pasien
Manajemen Jalan
Napas
1. Atur posisi
pasien untuk
memaksimalka
n ventilas
2. Catat adanya
suara napas
tambahan
Monitor tanda-
tanda vital
1. Monitor
tekanan darah,
nadi, suhu dan
status
pernapasan
dengan tepat
2. Monitor irama
dan laju
pernapasan
3. Monitor warna
kulit, suhu dan
kelembaba
4. Monitor
sianosis sentral
dan perifer
Pemberian analgetik
1. Cek perintah
pengobatan
meliputi nama,
dosis dan frekuensi
2. Cek adanya riwayat
alergi obat
3. Monitor tanda vital
sebelum dan
sesudah pemberian
terapi
4. Berikan terapi
sesuai dengan
waktu paruhnya
terutama saat nyeri
hebat
5. Evaluasi
keefektifan terapi
analgetik
3. Pengecekan kulit
1. Amati warna,
kehangatan, bengkak,
pulsasi, tekstur, edema
dan ulserasi pada
ekstremitas
2. Monitor warna dan
suhu kulit
3. Monitor warna kulit
untuk memeriksa adanya
ruam atau lecet
4. Monitor kulit untuk
adanya kekeringan atau
kelembaban
5. Monitor infeksi,
terutama dari daerah
edema
5. Diare 1. Eliminasi Usus 1. Manajemen Diare
Batasan Karakteristik : Kriteria Hasil: 1. Tentukan riwayat
1.Bising usus hiperaktif 1. Pola eliminasi diare
2.Nyeri abdomen sedikitnya tiga kali 2. Warna feses 2. Intruksikan pasien
defekasi perhari 3. Suara bising usus atau anggota keluarga
3.Kram untuk mencatat warna,
Faktor yang berhubungan : volume, frekuensi dan
1. Proses infeksi dan parasit konsistensi tinja
2. malabsorbsi 3. Anjurkan pasien
menghindari makanan
pedas dan yang
menimbulkan gas dalam
perut
4. Monitor tanda dan
gejala diare
5. Monitor kulit
perinium terhadap adaya
iritasi dan ulserasi
6. Ukur diare atau
output pencernaan
7. Timbang pasien secara
berkala
8. Beritahu dokter jika
terjadi peningkatan
frekuensi atau suara
perut
2. Manajemen cairan
1. Timbang berat badan
setiap hari dan monitor
status pasien
2. Jaga intake dengan
akurat dan hitung output
pasien
3. Monitor status hidrasi
4. Monitor tandatanda
vital pasien
3. Pengecekan Kulit
1. Amati warna kulit
2. Monitor suhu kulit
3. Monitor kulit dan
selaput lendir
4. Monitor adanya
kelembaban atau
kekeringan yang
berlebihan
5. Dokumentasi
membran mukosa
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang 1. Status nutrisi 1. Terapi nutrisi
dari kebutuhan tubuh Kriteia Hasil : 1. Lengkapi pengkajian
Batasan Karakteristik : 1. Asupan gizi nutrisi sesuai kebutuhan
1. Nyeri abdomen 2. Asupan makanan 2. Monitor intruksi diet
2. Diare 3. Asupan cairan yang sesuai untuk
3. Bising usus hiperaktif 4. Energi memenuhi kebutuhan
4. Membran mukosa pucat 5. Rasio berat badan/ tinggi nutrisi pasien perhari
5. Tonus otot menurun badan sesuai kebutuhan
6. Hidrasi 3. Berikan nutrisi yang
Faktor yang Berhubungan : dibutuhkan sesuai
1. Faktor psikologis dengan batasan anjuran
diet
2. Monitor nutrisi
1. Timbang berat
badan pasien
2. Lakukan
pengukuran
antropometrik pada
komposisi tubuh
3. Monitor
kecenderungan naik
dan turunnya berat
badan anak
4. Identifikasi
perubahan berat
badan terakhir
5. Monitor adanya
mual dan muntah
6. Identifikasi
abnormalitas
eliminasi bowel
7. Monitor diet dan
asupan kalori
8. Identifikasi
perubahan nafsu
makan dan aktivitas
akhirakhir ini
9. Tentukan pola
makan (misalnya
makanan yang disukai
dan tidak disukai,
konsumsi makanan
cepat saji, makan
tergesa-gesa)
3. Penahapan diet
1. Berikan nutrisi
peroral sesuai
kebutuhan
2. Monitor
toleransi
peningkatan diet
3. Tawarkan
kemungkinan
makan 6 kali
dalam porsi kecil
4. Ciptakan
lingkungan yang
memungkinkan
makanan disajikan
sebaik mungkin
2. Pengecekan Kulit
1. Amati warna,
kehangatan,
bengkak, pulsasi,
tekstur, edema dan
ulserasi pada
ekstremitas
2. Monitor warna
dan suhu kulit
3. Monitor warna
kulit untuk
memeriksa adanya
ruam atau lecet
4. Monitor kulit
untuk adanya
kekeringan atau
kelembaban
5. Monitor infeksi,
terutama dari
daerah edema
3. Manajemen cairan
1. Timbang berat
badan setiap hari
dan monitor status
pasien
2. Jaga intake
dengan akurat dan
hitung output pasien
3. Monitor status
hidrasi
4. Monitor kelebihan
cairan atau retensi
(misalnya edema,
distensi vena
jugularis dan edema)
5. Kaji luas dan
lokasi edema
6. Monitor status
gizi
7. Berikan cairan
dengan tepat
8. Berikan diuretik
yang diresepkan