PENDAHULUAN
2
ada informasi mengenai isolasi bakteri penghasil PHA dari tanah gambut, padahal
tanah gambut kaya akan material organik.
METODOLOGI PENELITIAN
Prosedur Kerja
Pengambilan Sampel
Sampel tanah gambut diambil dari 6 lokasi yang berbeda. Setiap satu titik
lokasi terdapat 4 ulangan sampel sehingga diperoleh 24 sampel. Pengambilan
sampel tanah menggunakan metode purposive sampling. Tanah diambil
menggunakan sendok semen dengan kedalaman 0-20 cm. Sebelum diambil tanah
terlebih dahulu dibersihkan dari serasah yang terdapat di permukaan. Sampel
tanah diambil sebanyak 500 gram dan dimasukkan ke dalam plastik ziplock.
Selanjutnya setelah proses pengambilan, tanah disimpan pada suhu 4 oC dan
dibawa untuk pengujian di laboratorium. Untuk sampel LCPKS diambil dengan
mencelupkan jerigen ke dalam bak penyimpanan LCPKS hingga terisi penuh.
Kemudian sampel LCPKS dibawa ke laboratorium dan disimpan pada suhu ruang
untuk digunakan sebagai campuran medium optimasi produksi.
3
Pembuatan larutan Sudan Black B
Pembuatan larutan sudan sebanyak 0,5 gram bubuk Sudan Black B
dilarutkan dalam 100 ml etanol dan didiamkan selama dua hari. Setelah dua hari
larutan disaring menggunakan kertas saring. Pembuatan larutan buffer sebanyak
16 gram fenol, 30 ml etanol dan 0,3 gram Na2HPO4.2H2O. Ketiga bahan
dilarutkan dalam 100 ml aquades. Pembuatan larutan Sudan Black B untuk kerja
sebanyak 60 ml larutan Sudan Black B yang sudah disaring dicampur dengan 40
ml larutan buffer (Barros et al. 2012).
4
ruang selama 48 jam (Kresnawaty et al. 2014a). Koloni bakteri yang tumbuh
pada isolasi lalu diinokulasi pada medium NA baru dengan cara totol dan
diinkubasi pada suhu ruang selama 24 jam.
Pembuatan Starter
Isolat bakteri penghasil PHA yang terpilih berdasarkan serapan sudan
black dengan nilai +++ diinokulasikan pada 10 mL NB steril. Kultur diinkubasi
pada shaker incubator dengan agitasi150 rpm selama 24 jam (Kresnawaty et al.
2014b).
Ekstraksi PHA
Kultur bakteri dipanen dengan sentrifugasi pada 5000 rpm selama 10
menit. Supernatan dibuang dan pelet sel dipindahkan ke alumunium yang sudah
diketahui beratnya. Pelet sel selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu 80 oC
sampai beratnya konstan. Berat kering pelet yang telah ditimbang dinyatakan
sebagai g/g berat kering sel. Pelet sel yang telah dikeringkan ditambahkan 5 ml
5
sodium hipoklorit 5% dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 2 jam. Campuran
tersebut selanjutnya disentrifugasi, supernatan dibuang, dan pelet dicuci dua kali
dengan 10 ml aquades steril dan disentrifugasi. Selanjutnya pelet dicuci dua kali
dengan aseton, metanol, dan dietil eter dengan rasio 1:1:1 dan disentrifugasi. Pelet
yang dihasilkan dilarutkan dengan kloroform dan dipanaskan pada suhu 65oC
menggunakan waterbath selama ±5 menit. Selanjutnya pelet dikeringanginkan
pada suhu ruang sehingga didapatkan bubuk kering PHA (Santhanam dan
Sreenivasan 2010).
Analisis data
Data hasil dari isolasi bakteri, hasil seleksi isolat penghasil PHA dan
presentase akumulasi PHA dari satu ulangan disajikan dalam bentuk tabel dan
gambar. Data-data tersebut dianalisis secara deskriptif.
6
dalam menghasilkan PHA dengan kemampuan penyerapan sudan black intensitas
sedang.
Tabel 1. Hasil isolasi dan seleksi bakteri dari sampel tanah gambut
Jumlah Seleksi
Sumber Isolat Seleksi Awal Reseleksi 1 Reseleksi 2
Isolat kode + ++ +++ + ++ +++ + ++ +++
Hutan HTI 1 8 - 1 - 1 - - 1 -
Tanaman HTI 2 8 - 1 - - 1 - - 1 -
Industri HTI 3 8 - 1 3 - 4 - - 2 2
HTI 4 15 3 4 - - 4 - 2 - -
Sub Total 39 3 6 4 0 10 0 2 4 2
Restorasi RES 1 8 - - 1 - - - - - -
RES 2 8 - - 1 - 1 - - 1 -
RES 3 8 - - 1 - - 1 - - 1
RES 4 8 1 - - - - - - - -
Sub Total 32 1 0 3 0 1 1 0 1 1
Kebun KK 1 8 - - 1 - 1 - - 1 -
Karet KK 2 8 - - 3 1 - 1 - 1 1
KK 3 8 1 1 1 2 - - 3 - -
KK 4 8 - - 5 - 4 1 - 2 1
Sub Total 32 1 1 10 3 5 2 3 4 2
Hutan HS 1 8 - 2 1 2 1 - 1 1
Sekunder HS 2 8 - 2 - - - - - - -
HS 3 8 - - 3 - - 3 - - -
HS 4 8 - 4 3 4 1 1 1 2 2
Sub Total 32 0 8 7 6 2 4 2 3 2
Kebun KS 1 4 - - 4 - - 2 1 - -
Sawit KS 2 8 4 - - 4 - - 4 - -
KS 3 8 - 2 2 1 2 - 1 2 -
KS 4 5 - 2 1 - 1 2 2 1
Sub Total 25 4 4 7 5 3 4 6 4 1
Lahan LBT 1 16 1 1 - - 2 - - - 2
Bekas LBT 2 8 2 - - - 1 - - - -
Terbakar LBT 3 8 4 1 - - - 4 3 1 -
LBT 4 8 - 3 1 1 - 2 2 - -
Sub Total 40 7 5 1 1 3 6 5 1 2
1
Total 200 16 24 32 15 24 17 8 17 10
72 56 45
Keterangan: HTI = Hutan Tanaman Industri, RES = Restorasi, KK = Kebun Karet, HS = Hutan
Sekunder, KS = Kebun Sawit dan LBT = Lahan Bekas Terbakar
7
Penelitian yang mengelompokkan kemampuan bakteri berdasarkan
kemampuannya dalam menyerap sudan black juga dilakukan Desouky et al.
(2014). Desouky et al. (2014) mengkelompokkan bakteri menjadi: (–) untuk
isolat yang tidak mampu menyerap sudan black, (+) untuk bernoda buruk , (++)
sedang, (+++) kuat dan (++++) sangat baik. Ia berhasil mengisolasi 50 bakteri dari
tanah yang tercemar limbah industri, setelah dilakukan pewarnaan sudan black,
hanya 12 isolat yang mampu mengakumulasi PHA.
Seleksi bakteri penghasil PHA menggunakan metode penyiraman sudan
black sudah dilakukan beberapa peneliti. Raj et al. (2014) berhasil mengisolasi 6
bakteri dari sampel lumpur dan tanah. Berdasarkan pewarnaan sudan black dari 6
isolat bakteri hanya 3 isolat bakteri yang memiliki kemampuan potensial dalam
menghasilkan PHA. Phanse et al. (2011) berhasil mengisolasi 23 bakteri yang
berpotensial sebagai produsen PHA setelah dilakukan penyiraman sudan black.
Gambar 4.1 (A) menyajikan hasil isolasi bakteri dari 6 sampel tanah
gambut yang menunjukkan isolat tampak pada medium NA, (B) penumbuhan
ulang isloat bakteri dengan cara ditotol pada medium NA untuk dilakukan
perendaman dengan suddan black. (C) Hasil seleksi kualitatif pewarnaan suddan
black dengan intensitas penyerapan +++ (baik), ++ (sedang), + (lemah) dan –
(negatif).
A
Gambar 1. A. isolat yang berhasil membentuk koloni tampak pada medium NA, B.
Subkultur Isolat yang akan di seleksi Sudan Black, C. Isolat yang telah di
seleksi dengan penyiraman Sudan Black,
= +++, = ++, = + dan = negatif
p
Bakteri penghasil PHA dapat terwarnai menjadi hitam karena Granula
PHA akan menyerap Sudan Black sehingga bakteri berwarna biru kehitaman
walaupun telah dilakukan pembilasan. Menurut Lay (1994) PHA membentuk
8
granula seperti lipid sehingga mampu terwarnai oleh zat pewarna yang mampu
larut dalam lipid seperti Sudan Black.
Isolasi bakteri penghasil PHA juga dapat dilakukan dengan metode seleksi
pewarnaan Nile Red. Kresnawaty et al. (2014a) berhasil mengisolasi 10 bakteri
yang mampu mengakumulasi PHA dari tanah tempat pembuangan sampah dan
LCPKS dengan metode seleksi menggunakan pewarna Nile Red. Pewarna Nile
Red akan menghasilkan isolat yang berpendar di bawah sinar ultraviolet (UV)
pada bakteri yang mengakumulasi PHA. Metode ini juga dilakukan Shrivastav et
al. (2010), yang berhasil mengisolasi 9 bakteri dari tanah lingkungan laut dengan
menggunakan uji pewarnaan Nile Red.
Seleksi bakteri penghasil PHA dengan metode pewaraan Nile Blue juga
pernah dilakukan beberapa peneliti. Redzwan dan Tan (1997) melakukan isolasi
bakteri pengakumulasi PHA dari kolam pertanian dan kolam LCPKS. Dengan
pewarnaan Nile Blue 50%, hanya 5 isolat yang diketahui mengandung PHA.
Bhuwal et al. (2013), berhasil mengisolasi 15 bakteri mengakumulasi PHA dari
limbah pabrik kertas dan kardus dengan pewarnaan Nile Blue. Gatea et al. (2018)
juga berhasil mengisolasi 9 bakteri yang mampu mengakumulasi PHA dari tanah,
lumpur dan limbah detergen dengan Nile Blue. Isolat bakteri yang menghasilkan
PHA akan menunjukkan fluorensi oren dibawah UV pada pewarnaan Nile Blue.
Uji Produksi
Untuk tahap uji produksi 10 isolat bakteri yang digunakan memang belum
dilakukan pengecekan dan analisis kemurniannya. Akan tetapi 10 isolat bakteri
yang digunakan sudah disubkuktur dengan cara ditotol sebanyak 3 kali. 10 isolat
bakteri (HTI3_3, HTI3_5, LR3_2, KK2_1, KK4_1, HS4_1, HS4_8, KS4_1,
LBT1_1 dan LBT1_3) yang digunakan memiliki koloni berwarna hitam dengan
serapan suddan black cukup tinggi. Tabel 4.2 menyajikan data berat kering sel,
berat kering PHA, residu biomassa dan akumulasi PHA dari 10 isolat terpilih.
Tabel 2. Uji produksi berat kering sel, berat kering PHA, residu biomassa dan
akumulasi PHA dari 10 isolat uji
BK SEL BK PHA Residu Biomassa Akumulasi PHA
Kode Isolat (g/L) (g/L) (g/L) (%)
HTI3*_3** 0,07 0,016 0,054 22,857
HTI3_5 0,09 0,009 0,081 10,000
LR3_2 0,11 0,014 0,096 12,727
KK2_1 0,09 0,004 0,086 4,444
KK4_1 0,1 0,01 0,09 10,000
HS4_1 0,06 0,01 0,05 16,667
HS4_8 0,11 0,021 0,089 19,091
KS4_1 0,06 0,013 0,047 21,667
LBT1_1 0,07 0,013 0,057 18,571
LBT1_3 0,11 0,025 0,085 22,727
Keterangan: HTI = Hutan Tanaman Industri, LR = Lahan Restorasi, KK = Kebun Karet,
HS = Hutan Sekunder, KS = Kebun Sawit, LBT = Lahan Bekas Terbakar,
*= Nomor ulangan sampel, **= Nomor isolat
9
Berdasarkan Tabel 4.2, berat kering sel tertinggi sebesar 0,11 g/L dari
isolat LR3_2, HS4_8 dan LBT1_3. Untuk berat kering PHA tertinggi 0,025 g/L
dari isolat LBT1_3. Nilai tertinggi residu biomassa pada medium standar sebesar
0,096 g/L dari isolat LR3_2, sedangkan hasil akumulasi PHA tertinggi sebesar
22,86 % dari isolat HTI3_3.
Uji produksi kemampuan bakteri dalam menghasilkan PHA menggunakan
medium MSM juga telah dilakukan beberapa peneliti diantaranya, Raj et al.
(2014), menggunakan bakteri dari sampel lumpur dan tanah. Hasil akumulasi
PHA tertinggi yang didapat adalah 51,49%. Kustarianingsih et al. (2015)
melakukan uji produksi dengan medium produksi yang sama (MSM), akumulasi
PHA dari R. pickettii sebesar 4,25%.
Penelitian Kresnawaty et al. (2014a) yang mengisolasi bakteri penghasil
PHA dari tanah tempat pembuangan sampah dan LCPKS menggunakan medium
minimum produksi Ramsay dengan komposisi medium terdiri dari (NH4)2SO4,
Na2HPO4.7H2O, MgSO4.7H2O, Ammonium sitrat dan CaCl.2H2O dan trace
element. Akumulasi PHA yang didapat lebih rendah (9,44%) jika dibandingkan
dengan penelitian ini yang menggunakan medium MSM.
Optimasi Produksi
Optimasi produksi dilakukan dengan mengganti sumber karbon pada
medium standar (sukrosa) dengan LCPKS. Adapun LCPKS yang digunakan
konsentrasi 30% dan 50%. Tabel 4.3 menyajikan data berat kering sel, berat
kering PHA, residu biomassa dan akumulasi PHA dari 10 uji.
Tabel 4.3 menunjukkan berat kering sel tertinggi dari medium yang
diperkaya dengan LCPKS 30% ditunjukan oleh isolat HTI3_5 dan LBT1_1, serta
berat kering PHA tertinggi pada isolat LBT1_1. Residu biomassa tertinggi pada
KK2_1 dan akumulasi PHA tertinggi pada isolat LBT1_3 sebesar 41,43%. Berat
kering sel, berat kering PHA, residu biomassa dan akumulasi PHA tertinggi dari
medium yang diperkaya LCPKS 50% masing-masing pada isolat HS4_1, LR3_2,
HS4_1 dan HS4_8.
Dari penggunaan medium optimasi LCPKS 30 dan 50%, hasil akumulasi
PHA tertinggi pada medium LCPKS konsentrasi 50%, artinya kondisi optimum
PHA diperoleh pada konsentrasi 50%. Hal ini serupa dengan hasil yang diperoleh
Kresnawaty et al. (2014b) yang menggunakan strain bakteri Pseudomonas
aeruginosa dan Bacillus subtilis dengan sumber karbon LCPKS 25, 50 dan 100%.
Hasil akumulasi PHA tertinggi menggunakan medium LCPKS 50% yakni sebesar
61,28%. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kondisi optimum produksi
PHA adalah pada konsentrasi LCPKS 25-50% yang mendukung akumulasi PHA
mengalami peningkatan.
Menurut Kresnawaty et al. (2014b) LCPKS mengandung banyak senyawa
organik dan mineral anorganik. Limbah ini mengandung karbohidrat dan gula
yang tinggi, sedangkan kandungan nitrogen sangat rendah sehingga baik untuk
media mikroba penghasil PHA. Bakteri akan menghasilkan PHA jika keadaan
lingkungan kurang menguntungkan seperti kekurangan nitrogen. Adanya
kelebihan karbon yang ada dilingkungan akan digunakan bakteri untuk
membentuk PHA yang dapat dijadikan sebagai cadangan makanan.
10
Tabel 3. Berat kering sel. Berat kering PHA, residu biomassa dan akumulasi
PHA dari 10 isolat uji
Konsentrasi BK SEL BK PHA Residu Biomassa Akumulasi PHA
LCPKS Kode isolat (g/L) (g/L) (g/L) (%)
HTI3*_3** 0,04 0,012 0,028 30,000
HTI3_5 0,13 0,037 0,093 28,462
LR3_2 0,06 0,015 0,045 25,000
KK2_1 0,12 0,022 0,098 18,333
KK4_1 0,08 0,013 0,067 16,250
30%
HS4_1 0,07 0,024 0,046 34,286
HS4_8 0,1 0,025 0,075 25,000
KS4_1 0,06 0,014 0,046 23,333
LBT1_1 0,13 0,043 0,087 33,077
LBT1_3 0,07 0,029 0,041 41,429
HTI3*_3** 0,31 0,069 0,241 22,258
HTI3_5 0,4 0,072 0,328 18,000
LR3_2 0,22 0,096 0,124 43,636
KK2_1 0,23 0,057 0,173 24,783
KK4_1 0,36 0,065 0,295 18,056
50%
HS4_1 0,44 0,084 0,356 19,091
HS4_8 0,17 0,079 0,091 46,471
KS4_1 0,32 0,07 0,25 21,875
LBT1_1 0,19 0,056 0,134 29,474
LBT1_3 0,4 0,092 0,308 23,000
Keterangan: HTI = Hutan Tanaman Industri, LR = Lahan Restorasi, KK = Kebun Karet,
HS = Hutan Sekunder, KS = Kebun Sawit, LBT = Lahan Bekas Terbakar,
*= Nomor ulangan sampel, **= Nomor isolat
11
Gambar 4.3 menyajikan bubuk PHA yang berhasil di ekstraksi dari
beberapa isolat. Dari gambar dapat dilihat bahwa bubuk PHA yang dihasilkan
berwarna putih dan beberapa ada yang berwarna kekuningan dengan bentuk awal
menggumpal, sehingga untuk mendapatkan bubuk seperti pada gambar 4.2
dilakukan penggerusan. Bubuk PHA setelah penggerusan memiliki tekstur yang
halus dan ringan seperti bedak bayi.
A B C
Gambar 2. Bubuk PHA yang diekstraksi dari isolat A. LBT1_3, B. HTI3_5 C. KK4_1
Kesimpulan
Diperoleh 10 isolat bakteri dari lokasi hutan tanaman industri, lahan
restorasi, kebun karet, hutan sekunder, kebun sawit dan lahan bekas terbakar yang
menunjukkan hasil serapan baik pada koloni terhadap pewarnaan suddan black. 10
isolat tersebut HTI3_3, HTI3_5, LR3_2, KK2_1, KK4_1, HS4_1, HS4_8, KS4_1,
LBT1-1 dan LBT1-3. Akumulasi PHA tertinggi sebesar 46,47% dari isolat HS4_8
menggunakan medium yang diperkaya LCPKS 50%. LCPKS dapat digunakan
sebagai alternatif sumber karbon optimasi PHA dengan rentang konsentrasi 30-
50%. Akan tetapi konsentrasi 50% mampu memicu produksi PHA lebih tinggi.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjut purifikasi dari 10 isolat uji dan dianalisis
kembai kemampuannya dalam menghasilkan PHA baik secara kualitatif mauoun
kuantitatif.
DAFTAR PUSTAKA
Bhuwal AK, Singh G, Aggarwal NK, Goyal V dan Yadav A. 2013. Isolation and
screening of polyhydroxyalkanoates producing bacteria from pulp, paper,
and cardboard industry wastes. International Journal of Biomaterial.
2013:10 halaman
Desouky SE, El-Shiekh HH, Elabd MA dan Shehab AM. 2014. Screening,
optimization and extraction of polyhydroxyalkanoates (PHAs) from
12
Bacillus thuringienesis. Journal of Advances in Biology & Biotechnology.
1(1): 40-54
Du G, Chen J, Yu J, dan Lun S. 2001. Produksi berkelanjutan poli-3-
hidroksibutirat oleh Ralstonia eutropha dalam sistem budaya dua tahap.
Jurnal Bioteknologi. 88 (1): 59–65.
Fachry AR dan Sartika A. 2012. Pemanfaatan limbah kulit udang dan limbah kulit
ari singkong sebagai bahan baku pembuatan plastik biodegradable. Jurnal
Teknik Kimia. 18 (3) : 1-9.
Gatea IH, Abbas AS, Abid AG, Halob AA, Maied SK dan Abidali AS. 2018.
Isolation and characterization of Pseudomonas putida producing bioplastic
(polyhydroxyalkanoate) from vegetable oil wastes. Pak. J. Biotechnol. 15
(2) :469-473.
Kartika S dan Arif S. 2018. Pengaruh penambahan limbah plastik pada campuran
laston (AC-WC) terhadap karakteristik marshall. Di dalam: Prosiding
Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2018; ITN
Malang,3 Februari 2018. Teknik Sipil: Universitas Islam Lamongan.
Kresnawaty I, Prakoso HT, Eris DD dan Mulyatni AS. 2014a. Penapisan bakteri
penghasil bioplastik polihidroksi alkanoat dari tanah tempat pembuangan
sampah dan limbah cair pabrik kelapa sawit. Menara Perkebunan. 82(2):
25-31.
Kresnawaty I, Mulyatni AS, Eris DD dan Prakoso HT. 2014b. Karakterisasi PHA
yang dihasilkan oleh Pseudomonas aeruginosa dan Bacillus subtilis yang
ditumbuhkan dalam media limbah cair pabrik kelapa sawit. Menara
Perkebunan. 82(2): 57-63.
13
Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Nurjana dan Ahmad F. 2010. Penentuan bakteri sulfat reducing bacteria (SRB)
dan sulfur oxidazing bacteria (SOB) dengan menggunakan pelarut yang
berbeda. Media Akuakultur. 5 (1): 47-50.
Pujawati PSA dan Nawfa R. 2016. Studi produksi plastik pha dengan pengaruh
penggunaan media minimal cair dan glukosa oleh Ralstonia pickettii. Jurnal
sains dan seni ITS. 5(1) :2337-3520.
Raj A, Ibrahim V, Devi M, Sekar KV, Yogesh BJ dan Bharathi S. 2014.
Screening, optimization and characterization of poly hydroxy alkanoates
(pha) produced from microbial isolates. International journal of current
microbiology and applied science. 3(4): 785-790.
Redzwan, G, Gan SN dan Tan IKP. 1997. Short Communication: Isolation of
polyhydroxyalkanoate-producing bacteria from an integrated-farming pond
and palm-oil mill effluent ponds. World Journal of Microbiology &
Biotechnology. 13: 1997.
Sari, DR. 2017. Studi pemanfaatan lumpur sebagai sumber alternatif energi
dengan menggunakan microbial fuel cells (MFCs) [Repository]. Surabaya.
Institut Teknologi Sepuluh November.
14
Tannuwijaya, V.A. 2015. Produksi Penisilin oleh Penicillium chrysogenum
dengan Penambahan Fenilalanin. Jurnal Teknobiologi. Universitas Atma
Jaya : Yogyakarta.
Walhi Riau. 2018. Refleksi 2018 dan harapan 2019 menuju keadilan ekologis di
Provinsi Riau. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Eksekutif Daerah
Riau. Pekanbaru: WALHI Riau.
15