Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatnya Panduan
Triage di Rumah Sakit Hermina Lampung dapat diselesaikan sesuai dengan kebutuhan.
Panduan Triage disusun sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan
pasien di rumah sakit serta sebagai acuan bagi petugas triage di Rumah Sakit Hermina Lampung.
Panduan Triage di Rumah Sakit Hermina Lampung adalah dalam rangka pemberian pelayanan
yang cepat dan tepat di Instalasi Gawat Darurat, dengan melakukan identifikasi kondisi pasien
dan menetapkan tingkat derajat kegawatan yang memerlukan pertolongan kedaruratan.
Panduan ini akan dievaluasi kembali untuk dilakukan perbaikan / penyempurnaan bila
ditemukan hal-hal yang tidak sesuai lagi dengan kondisi dan ketentuan triage di rumah sakit.
Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak
yang dengan segala upaya telah berhasil menyusun Panduan Triage untuk dijadikan acuan dalam
pelayanan kegawatdaruratan di RS Hermina Lampung.
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR …………………………………………………........................ i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………........... ii
KEPUTUSAN DIREKTUR RS HERMINA LAMPUNG TENTANG PANDUAN
TRIAGE DI RS HERMINA LAMPUNG ................................................................. iii-iv
BAB I DEFINISI .........................…………………………………….................. 1–2
BAB II RUANG LINGKUP .....………………………………………………… 3
BAB III TATA LAKSANA ......……………………………………….................... 4
A. Tujuan Triage ....................................................................................... 4
B. Prinsip Triage ....................................................................................... 4
C. Kategori Prioritas ............................................................................... 4–6
D. Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Prioritas ........................................... 6–7
E. Proses Triage ........................................................................................ 7–8
F. Alur Dalam Proses Triage .................................................................... 8–9
G. Skema Triage di Instalasi Gawat Darurat ............................................. 9
BAB IV DOKUMENTASI ……………………………………………………… 10
ii
PT MEDIKA LOKA LAMPUNG
RUMAH SAKIT HERMINA LAMPUNG
Jl. Tulang Bawang No. 21 – 23, Kel. Enggal, Kec. Enggal, Kota Bandar Lampung
Telp. (0721) 240488 (Hunting), Fax. (0721) 268561
Website : www.herminahospitals.com
KEPUTUSAN DIREKTUR
NOMOR 427/KEP-DIR/RSHLMP/V/2020
TENTANG
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT HERMINA LAMPUNG
TENTANG PANDUAN TRIAGE DI RUMAH SAKIT HERMINA
LAMPUNG
KESATU : Penetapan Panduan Triage sebagaimana dimaksud pada menetapkan sebagai
acuan bagi RS Hermina Lampung melaksanakan triage dalam menentukan
tingkat / derajat kegawatdaruratan pasien, sebagaimana tercantum pada
lampiran keputusan ini.
KEDUA : Panduan Triage di RS Hermina Lampung disamping sebagai acuan untuk
menentukan tingkat kegawatdaruratan, juga berguna dalam pemberian
pelayanan yang cepat dan tepat di Instalasi Gawat Darurat, dengan
melakukan identifikasi kondisi pasien dan menetapkan tingkat / derajat
kegawatan yang memerlukan pertolongan kedaruratan.
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
DIREKTUR,
dr. IRNOVIA
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR RS HERMINA
LAMPUNG NO. 427/KEP-DIR/RSHLMP/V
/2020
TENTANG
PANDUAN TRIAGE DI RS HERMINA
LAMPUNG
BAB I
DEFINISI
1. Triage adalah suatu sistem pembagian/ klasifikasi prioritas pasien berdasarkan berat
ringannya kondisi pasien/ kegawatan nya yang memerlukan tindakan segera.
2. Triage Level I (kritis/ resusitasi) adalah pasien berada dalam keadaan kritis dan
mengancam nyawa atau anggota badannya menjadi cacat bila tidak segera mendapat
pertolongan atau tindakan darurat segera.
3. Triage level II (emergensi/ gawat darurat) adalah pasien berada dalam keadaan gawat,
akan kritis, dan mengancam nyawa bila tidak segera mendapatkan prtolongan atau
tindakan darurat dalam waktu < 15 menit.
4. Triage level III (urgensi) adalah pasien berada dalam keadaan tidak stabil, dapat
berpotensi menimbulkan masalah serius, tetapi belum memerlukan tindakan darurat dan
tidak mengancam nyawa. Pasien harus diperiksa/ ditangani oleh dokter dalam waktu <
30 menit.
5. Triage level IV (less urgent) adalah pasien datang dengan keadaan stabil, tidak
mengancam nyawa, dan tidak memerlukan tindakan segera tetapi masih berpotensi
menyebabkan perburukan atau komplikasi apabila tidak ditangani dalam waktu 1-2 jam.
Pasien harus diperiksa/ ditangani oleh dokter dalam waktu < 60 menit.
6. Triage level V (non-urgent) adalah pasien datang dengan keadaan stabil, tidak
mengancam nyawa, tidak memerlukan tindakan segera, dan tidak berpotensi menyebabkan
perburukan atau komplikasi. Pasien harus diperiksa/ ditangani oleh dokter dalam waktu <
120 menit.
7. Bencana atau disaster menurut WHO merupakan segala kejadian yang menyebabkan
kerugian, gangguan ekonomi, kerugian jiwa manusia, dan kemerosotan kesehatan dan
pelayanan kesehatan dengan skala yang cukup besar sehingga memerlukan penanganan
lebih besar dari biasanya dari masyarakat atau daerah luar yang tidak terkena dampak.
1
8. Pelabelan Triage adalah merupakan rangkaian kegiatan untuk mengidentifikasi dan
memprioritaskan kondisi pasien agar segera dilakukan tindakan pertolongan oleh petugas
kesehatan.
2
BAB II
RUANG LINGKUP
Tingkat kegawatan pasien dibagi dalam 5 level sesuai Canadian Triage and Acuity Scale
(CTAS) national guidelines yaitu :
1. Level I (resusitasi) response time segera
2. Level II (emergensi) response time < 15 menit
3. Level III (urgensi) response time < 30 menit
4. Level IV (less urgent) response time < 60 menit
5. Level V (non-urgent) response time < 120 menit
Dalam triage dikenal sistem prioritas untuk menentukan pasien yang harus didahulukan
penanganan atau pemindahannya, terutama pada keadaan bencana/ disaster dengan
menggunakan pelabelan yaitu:
1. Label merah (segera/ immediate)prioritas pertama (untuk triage level I dan II)
2. Label kuning (tunda/ delayed) prioritas kedua (untuk triage level III)
3. Label hijau prioritas ketiga (untuk triage level IV)
4. Label hitam prioritas terakhir (pada pasien yang sudah meninggal)
3
BAB III
TATA LAKSANA
A. Tujuan Triage
Tujuan utama triage adalah untuk mengidentifikasi kondisi pasien yang mengancam nyawa.
Tujuan triage selanjutnya adalah untuk menetapkan tingkat atau derajat kegawatan yang
memerlukan pertolongan kedaruratan. Dengan triage, tenaga kesehatan harus mampu :
1. Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat kepada pasien
2. Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan pengobatan lanjutan
3. Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses penanggulangan /
pengobatan gawat darurat
B. Prinsip Triage
Triage mempunyai 2 komponen :
1. Menyeleksi pasien dan menyusun prioritas berdasarkan beratnya penyakit
2. Alokasi dan rasionalisasi sumber daya yang ada
Prinsip dasar triage adalah “melakukan yang terbaik untuk sebanyak-banyaknya korban”.
Perhatian dititikberatkan pada pasien atau korban dengan kondisi medis yang paling gawat -
darurat dan paling besar kemungkinannya untuk diselamatkan.
C. Kategori Triage
Tingkat kegawatan pasien dibagi dalam 5 level sesuai Canadian Triage and Acuity Scale
(CTAS) national guidelines :
1. Level I (resusitasi)
Pasien berada dalam keadaan kritis dan mengancam nyawa atau anggota badannya
menjadi cacat bila tidak segera mendapat pertolongan atau tindakan darurat pasien
harus diperiksa/ ditangani oleh dokter segera.
Contoh :
- Henti napas / jantung (cardiac / respiratory arrest)
- Trauma mayor
4
- Keadaan syok
- Pasien tidak sadar (dengan GCS 3-9)
- Distress pernapasan berat (severe respiratory distress)
2. Level II (emergensi)
Pasien berada dalam keadaan gawat, akan menjadi kritis, dan mengancam nyawa/
fungsi anggota badan bila tidak segera mendapat pertolongan atau tindakan darurat
pasien harus diperiksa/ ditangani oleh dokter dalam waktu < 15 menit.
Contoh :
- Perubahan status mental (altered mental state)
- Cedera kepala dengan GCS 10-13
- Trauma berat
- Pasien neonatus (Down Score > 7, kelainan jantung kongenital yang tak
terdiagnosis, sepsis dan biasanya gejala klinis tidak jelas)
- Trauma kimia pada mata
- Nyeri dada akut
- Overdosis
- Nyeri abdomen akut yang hebat
- Perdarahan saluran cerna masif
- Stroke
- Gangguan pernafasan berat dengan PO2 < 85 % (sesak atau serangan asma berat)
- Dehidrasi berat
- Demam > 40 oC (pada pasien immunocompromised, sepsis, anak usia kurang dari 3
bulan)
- Nyeri hebat
- Psikosis akut / gangguan psikiatri berat
- Cedera kepala (GCS 14-15, dapat disertai mual, muntah, nyeri ringan)
- Trauma sedang (moderate trauma)
- Serangan asma ringan-sedang
5
- Sesak derajat ringan-sedang
- Perdarahan non masif
- Psikosis akut atau usaha bunuh diri
- Nyeri akut
5. Level V (non-urgent)
Pasien datang dengan keadaan stabil, tidak mengancam nyawa, tidak memerlukan
tindakan segera, dan tidak berpotensi menyebabkan perburukan atau komplikasi
pasien harus diperiksa / ditangani oleh dokter dalam waktu < 120 menit.
Contoh :
- Nyeri tenggorok
- Infeksi saluran napas atas
- Nyeri abdomen ringan yang kronik dan berulang
- Ganti verban
- Permintaan rujukan
- Kontrol ulang
- Medical check up
6
1. Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit
3. Trauma ringan
4. Sudah meninggal
E. Proses Triage
Proses triage dimulai ketika pasien masuk ke pintu IGD. Dokter jaga IGD dan
perawat triage harus mulai memperkenalkan diri kemudian menanyakan riwayat singkat dan
melakukan asesmen singkat. Pengumpulan data subjektif dan objektif harus dilakukan
dengan cepat, tidak lebih dari 5 menit karena asesmen ini tidak termasuk asesmen oleh
perawat utama.
Perawat triage bertanggung jawab untuk menempatkan pasien di area pengobatan
yang tepat; misalnya bagian trauma dengan peralatan khusus, bagian jantung dengan
monitor jantung dan tekanan darah, dll. Semua pasien tersebut harus dilakukan asesmen
ulang oleh perawat utama sedikitnya sekali setiap 60 menit tanpa memikirkan dimana pasien
pertama kali ditempatkan setelah triage.
7
Untuk pasien yang dikategorikan sebagai pasien yang mendesak atau gawat darurat,
pengkajian dilakukan setiap 5 - 15 menit/ lebih bila perlu. Setiap pengkajian ulang harus
didokumentasikan dalam rekam medis. Informasi baru dapat mengubah kategorisasi
keakutan dan lokasi pasien di area pengobatan, misalnya kebutuhan untuk memindahkan
pasien yang awalnya berada di area pengobatan minor ke tempat tidur bermonitor ketika
pasien tampak mual atau mengalami sesak nafas, sinkope atau diaforesis. (Iyer, 2004)
Bila kondisi pasien ketika datang sudah tampak tanda - tanda objektif bahwa ia
mengalami gangguan pada airway, breathing, dan circulation, maka pasien ditangani
terlebih dahulu. Pengkajian awal hanya didasarkan atas data objektif dan data subjektif
sekunder dari pihak keluarga. Setelah keadaan pasien membaik, data pengkajian kemudian
dilengkapi dengan data subjektif yang berasal langsung dari pasien (data primer).
9
BAB IV
DOKUMENTASI
Rencana perawatan lebih sering tercermin dalam instruksi dokter serta dokumentasi pengkajian
dan intervensi keperawatan daripada dalam tulisan rencana perawatan formal (dalam bentuk
tulisan tersendiri). Oleh karena itu, dokumentasi oleh perawat pada saat instruksi tersebut ditulis
dan diimplementasikan secara berurutan, serta pada saat terjadi perubahan status pasien atau
informasi klinis yang dikomunikasikan kepada dokter secara bersamaan akan membentuk
“landasan” perawatan yang mencerminkan ketaatan pada standar perawatan sebagai pedoman.
Dalam implementasi perawat gawat darurat harus mampu melakukan dan mendokumentasikan
tindakan medis dan keperawatan, termasuk waktu, sesuai dengan standar yang disetujui. Perawat
harus mengevaluasi secara kontinyu perawatan pasien berdasarkan hasil yang dapat diobservasi
untuk menentukan perkembangan pasien ke arah hasil dan tujuan serta harus
mendokumentasikan respon pasien terhadap intervensi pengobatan dan perkembangannya.
Untuk pasien yang sifatnya gawat darurat, mendesak, dan segera harus mencantumkan
kesimpulan pada saat terminasi pengobatan, termasuk disposisi akhir, kondisi pada saat
pemulangan, dan instruksi perawatan tindak lanjut.
Pendokumentasian untuk pasien observasi dan rawat inap dilakukan di asesmen gawat darurat dan untuk
pasien rawat jalan dilakukan asesmen di rawat jalan.
DIREKTUR,
dr. IRNOVIA
10