Anda di halaman 1dari 25

TUGAS KEPERAWATAN ANAK 1

Resume Askep Asma Bronkial, Pneumonia dan Ispa

Dosen Pengampu :

Ns. Nanang Saprudin S.Kep.,M.Kep

DISUSUN OLEH :

Nama : Renaldi Purnama

NIM : CKR0190032

Program Study : S1-Keperawatan (Kelas A)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

Jl.Lkr.Bayuning No.2,Kadugede, Kabupaten Kuningan Jawa Barat 45561

Telp (0232) 875 847 Fax (0232) 875 123

Website : stikku.ac.id Email : info@stikkeskuningan.ac.id

TAHUN AJARAN 2019/2020


ASMA BRONCHIAL

A. Definisi
Asma bronchial merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya
wheezing intermiten yang timbul sebagai respon akibat paparan terhadap suatu zat
inritan atau alergen yang terpapar kedalam tubuh yang memicu keluarnya anti bodi
dan mengakibatkan bronkus mengalami penyempitan sehingga menyebabkan ketidak
efektifan pola nafas. Apabila masalah tersebut tidak ditangani secara tepat maka bisa
menimbulkan masalah yang lebih berat seperti anak akan mengalami sesak yang
hebat bahkan bisa mengalami kematian.
Tujuan studi kasus ini adalah mempelajari dan diperoleh pengalaman nyata
dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien anak asma bronkial dengan
masalah keperawatan pola nafas tidak efektif .

B. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu :
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang
spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan
aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu
predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus
spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma
ekstrinsik.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang
tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan
oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih
berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi
bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergik dan non-alergik.
C. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya
serangan asma bronkhial.
a. Faktor predisposisi
 Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena
adanya alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika
terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran
pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
 Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
Contoh : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut
Contoh : makanan dan obat-obatan
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
Contoh : perhiasan, logam dan jam tangan
 Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan
asma.
 Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga
bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.
 Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma
 Olah raga
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat.
D. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma
tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi
mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal
dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan
antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang
terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus
kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut
meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan
menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin,
zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik
eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan
menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus
yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga
menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat. Pada asma, diameter
bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena
peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa menekan bagian luar
bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya
adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama
selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan
baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan
dispnea, kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat
meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari
paru.
E. Manifestasi Klinis
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala
klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah,
duduk dengan menyangga ke depan, serta otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan
keras. Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi ( whezing ),
batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala
tersebut tidak selalu dijumpai bersamaan.
F. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang
bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.
Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah :
 Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.
 Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
 Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
b. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
c. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling
cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan
bronkodilator.
d. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara
selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru
Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :
 Status asmatikus
 Atelektasis
 Hipoksemia
 Pneumothoraks
 Emfisema
 Deformitas thoraks
 Gagal nafas
G. Penatalaksanaan
Pengobatan pada asma bronkial terbagi 2, yaitu :
1. Pengobatan non farmokologi :
 Memberikan penyuluhan
 Menghindari faktor pencetus
 Pemberian cairan
 Fisiotherapy
 Beri O2 bila perlu
2. Pengobatan farmakologi
 Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2
golongan :
a. Simpatomimetik/adrenergic (adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
 Orsiprenalin (aulpent)
 Fenoterol (berotec)
 Terbutalin (bricasma)
Obat-obatan golongan simpatomimetik dalam bentuk tablet, sirup,
suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan : MDI (Metered
dose inhaler). Ada jugaa yang berbentuk bubuk halus yang dihirup
(Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan
broncodilator (Alupent, berotec, brivasma sert ventolin) untuk
selanjutnya dihirup
b. Santin (teofilin)
Nama obat :
 Aminofilin (Amicam sup)
 Aminofilin (Euphilin Reteard)
 Teofilin (Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara
kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya
saling memperkuat.
Cara pemakaian : bentuk suntikan teofilin/aminofilin dipakai pada serangan
asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah.
Karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya
diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai sakit
lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga
dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya dimasukan ke dalam
anus. Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak
dapat minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering)
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
a) Identitas Klien
- Nama
- Umur
- Jenis Kelamin
- Status perkawinan
- Pendidikan
- Agama
- Pekerjaan
- Alamat
- No. RM
- Diagnosis medic
- Tanggal masuk
- Tanggal pengkajian
b) Penanggung Jawab
- Nama : (hal ini penting dilakukan agar perawat bisa mengetahui situasi
kehidupan klien atau keluarga yang terdekat dengan klien sehingga perawat
dapat membuat rencana pemulangan yang sesuai).
- Umur
- Jenis Kelamin
- Pendidikan
- Agama
- Pekerjaan
- Alamat
- Hubungan keluarga
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang timbul pada klien asma bronkial adalah dispnea (sampai bisa
berhari-hari atau berbulan-bulan), batuk, dan mengi (pada beberapa ksus lebih
banyak paroksimal).
c. Riwayat penyakit sekarang
- Biasanya klien sesak nafas, batuk-batuk, wheezing, lesu tidak bergairah, pucat,
tidak ada nafsu makan, sakit pada dada dan pada jalan nafas
- Sesak setalah melakukan aktivitas berat/menghadapi suatu krisis emosional
- Sesak nafas karena perubahan udara dan debu
- Batuk dan susah tidur karena nyeri dada
d. Riwayat penyakit dahulu
Terdapat data yang menyatakan adanya faktor predisposisi timbulnya penyakit
ini, diantaranya adalah riwayat alergi dan riwayat penyakit saluran nafas bagian
bawah (rhinitis, urtikaria)
e. Riwayat penyakit keluarga
Klien dengan asma bronkial sering kali didapatkan adanya riwayat penyakit
keturunan, tetapi pada beberapa klien lainnya tidak ditemukan adanya penyakit
yang sama pada anggota keluarganya
2. Analisa data

Data Etiologi Masalah


Gangguan pola nafas Proses peradangan Gangguan pernafasan
tidak efektif b/d adanya bronkus tidak efektif
penumpukan secret yang ↓
ditandai dengan : Mekanisme pertahan
DS : tubuh mikroorganisme
- Klien mengeluh ↓
sesak Meningkatkan produktif
- klien tampak mucus sepanjang saluran
batuk berlendir napas
DO : ↓
- klien tampak sesak Penumpukan sekresi
- klien tampak mucus pada jalan napas
batuk berlendir ↓
- TTV Gangguan pola napas
TD :130/80 tidak efektif
mmHg
N : 84×/mnt
S : 36,3˚C
R : 24×/mnt
3. Diagonosis Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan napas
ditandai dengan batuk tidak efektif, mengi, whezzing dan ronchi kering.
b. Tidak efektif pola nafas berhubungan dengan bronkospasme, udem mukosal dan
meningkatnya sekret.
c. Fatigue berhubungan dengan hipoksia dan meningkatnya usaha nafas.
d. Resiko kuran gnya volume cairan berhubungan dengan meningkatnya pernafasan
dan menurunnya intake cairan.
4. Intervensi

Intervensi Rasional
Auksultasi bunyi nafas, catat adanya Beberapa derajat spasme bronkus
bunyi nafas. Contoh : mengi terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan
dapat/tidak dimanifestasikan adanya
nafas advertisius
Kaji/pantau frekuensi pernafasan, catat Tachypnea biasanya ada pada beberapa
rasio inspirasi/ekspirasi derajat dan dapat ditemukan pada
penerimaan atau selama stress/adanya
proses infeksi akut
Catat adanya derajat dyspnea, ansietas, Disfungsi pernafasan adalah variable
distress pernafasan, penggunaan obat yang tergantung pada tahap proses akut
bantu yang menimbulkan perawatan di RS
Tempatkan posisi yang nyaman pada Peningkatan kepala tempat tidur
pasien, contoh : meninggikan kepala memudahkan fungsi pernafasan dapat
tempat tidur, duduk pada sandaran mentriger episode akut
tempat tidur
Pertahankan polusi lingkungan Pencetus tipe alergi pernafasan dapat
minimun, contoh : debu, asap, dll mentriger episode akut
Tingkatkan masukan cairan sampai Hidrasi membantu menurunkan
dengan 3000 ml/hari sesuai toleransi kekentalan sekret, penggunaan cairan
jantung memberikan air hangat hangat dapat menurunkan keketalan
sekret, penggunaan cairan hanfat dapat
menurunkan spasme bronkus
Berikan obat sesuai dengan indikasi Merelaksasikan otot halus dan
bronkodilator menurunkan spasme jalan nafas, mengi
dan produksi mukosa
Kaji kebiasaan diet, masukan makanan Pasien distress pernafasan akut sering
saat ini. Catat derajat kerusakan anoreksia karena dipsnea
makanan
Sering lakukan perawatan oral, buang Rasa tak enak, bau menurunkan nafsu
secret, berikan wadah khusus untuk makan dan dapat menyebabkan
sekali pakai mual/muntah dengan peningkatan
kesulitan nafas
Berikan oksigen tambahan selama Menurunkan dipsnea dan meningkatkan
makan sesuai indikasi energy untuk makan, meningkatkan
masukan
Kaji/awasi secara rutin kulit dan Sianosis mungkin perifer atau sentral
membrane mukosa keabu-abuan dan sianosis sentral
mengindikasikan beratnya hipoksemia
Palpasi fremitus Penurunan getaran vibrasi diduga
adanya pengumpalan cairan/udara
Awasi tanda vital dan irama jantung Tachicardi, disritmia, dan perubahan
tekanan darah dapat menunjukan efek
hipoksemia sistemik pada fungsi
jantung
Berikan oksigen tambahan sesuai Dapat memperbaiki atau mencegah
dengan indikasi hasil AGDA dan memburuknya hipoksis
toleransi pasien
Awasi suhu Demam dapat terjadi karena infeksi dan
atau dehidrasi
Diskusikan kebutuhan nutrisi adekuat Malnutrisi dapat mempengaruhi
kesehatan umum dan menurunkan
tahanan terhadap infeksi
Dapatkan specimen sputum dengan Untuk mengidentifikasi organisme
batuk atau pengisapan untuk pewarnaan penyebab dan kerentanan terhadap
gram, kultur/sensitifitas berbagai anti microbia
Jelaskan tentang penyakit individu Menurunkan ansietas dan dapat
menimbulkan perbaikan partisifasi pada
rencana pengobatan
Diskusikan obat pernafasan, efek Penting bagi pasien memahami
samping dan reaksi yang tidak perbedaan antara efek samping
diinginkan mengganggu dan merugikan
Tunjukan tehnik penggunaan inhaler Pemberian obat yang tepat
meningkatkan keefektifannya

5. Evaluasi
S : klien mengatakan masih batuk dan sesak berkurang (subjektif, data keluhan pasien)
O : klien masih tampak batuk (Objektif, berupa data hasl pemeriksaan)
A : masalah belum teratasi (Analissis data, berupa perbandingan antar data dan teori)
P : intervensi dilanjutkan dirumah dan control kembali (Planning, perencanaan)
PNEUMONIA

A. Definisi
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang
disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat . Pertukaran gas tidak dapat
berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi dan darah dialirkan ke sekitar
alveoli yang tidak berfungsi.

B. Klasifikasi
Secara anatomi, pneumonia dapat dikenal sebagai berikut:
a. Pneumonia lobaris, di mana yang terserang adalah seluruh atau segmen yang
besar dari satu atau lebih lobus pulmonary. Apabila kedua paru yang terkena,
maka hal ini sering disebut sebagai bilateral atau “double” pneumonia.
b. Broncho pneumonia (pneumonia lobular) yang dimulai pada terminal bronchioles
menjadi tersumbat dengan eksudat muco purulent sampai membentuk gabungan
pada daerah dekat lobules.
c. Interstitial pneumonia yang mana adanya suatu proses inflamasi yang lebih atau
hanya terbatas di dalam dinding alveolar (interstitium) dan peribronchial dan
jaringan inter lobular.
Berdasarkan etiologisnya :
a. Bakteria : Diplococcus pneumonia, Pneumococcus, Streptococcus hemolyticus,
Streptococcus aureus, Hemophilus influenza, Bacillus Friedlander,
Mycobacterium tuberculosis
b. Virus: Respiratory syncytial virus, virus influenza, adenovirus, virus sitomegalik
c. Mycoplasma pneumonia
d. Jamur: Histoplasma capsulatum, Crytococcus neofarmans,
e. Blastomyces dermatitis, Coccidioides immitis, Aspergillus species, Candida
albican
f. Aspirasi: makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda asing
Patogenesis
Gambaran patologis dalam batas tertentu tergantung pada agen etiologis,
Pneumonia dapat menyebar dalam beberapa cara. Virus dan bakteri yang biasanya
ditemukan di hidung atau tenggorokan anak, dapat menginfeksi paru-paru jika mereka
dihirup.
Stadium dari pneumonia yang disebabkan oleh bakteri Pneumonia pneumococcus :
1. Penyumbatan (4-12 jam pertama) Eksudat serosa masuk ke dalam alveolus pada
pembuluh darah yang hancur.
2. Hepatisasi Merah (48 jam berikutnya) Paru-paru tampak merah dan tampak
bergranula karena eritrosit, fibrin, dan leukosit polimorphonucleus (PMN)
mengisi alveolus.
3. Hepatisasi Kelabu (3-8 hari) Paru-paru tampak berwarna abu karena leukosit dan
fibrin mengalami konsolidasi di dalam alveolus yang terserang.
4. Resolusi (7-11 hari) Eksudat berkurang, di dalam alveolus macrofag bertambah
kemudian diekskresi dan menghilang.
C. Komplikasi
Komplikasi pneumonia meliputi hipoksemia, gagal respiratorik, effusi pleura,
empyema, abses paru, dan bacteremia, disertai penyebaran infeksi ke bagian tubuh lain
yang menyebabkan meningitis, endocarditis, dan pericarditis (Paramita 2011).
D. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis secara umum untuk pneumonia menurut Manurung dkk (2009)
adalah :
1. Pemberian antibiotik seperti : penicillin, cephalosporin pneumonia
2. Pemberian antipiretik, analgetik, bronkodilator
3. Pemberian oksigen
4. Pemberian cairan parenteral sesuai indikasi.
Sedangkan untuk penyebab pneumonia bervariasi sehingga
penanganannya pun akan disesuaikan dengan penyebab tersebut.
Selain itu, pengobatan pneumonia tergantung dari tingkat keparahan gejala yang
timbul. (Shaleh, 2013)
1. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh bakteri
Dengan pemberian antibiotik yang tepat. Pengobatan harus komplit sampai benar-
benar tidak lagi muncul gejala pada penderita. Selain itu, hasil pemeriksaan X-
Ray dan sputum tidak tampak adanya bakteri pneumonia (Shaleh, 2013).
 Untuk bakteri Streptococcus pneumonia
Dengan pemberian vaksin dan antibotik. Ada dua vaksin yaitu pneumococcal
conjugate vaccine yaitu vaksin imunisasi bayi dan untuk anak dibawah usia 2
tahun dan pneumococcal polysaccharide vaccine direkomendasikan bagi orang
dewasa. Antibiotik yang digunakan dalam perawatan tipe pneumonia ini yaitu
penicillin, amoxicillin, dan clavulanic acid, serta macrolide antibiotics
(Shaleh, 2013).
 Untuk bakteri Hemophilus influenzae
Antibiotik cephalosporius kedua dan ketiga, amoxillin dan clavulanic acid,
fluoroquinolones, maxifloxacin oral, gatifloxacin oral, serta sulfamethoxazole
dan trimethoprim. (Shaleh, 2013).
 Untuk bakteri Mycoplasma
Dengan antibiotik macrolides, antibiotic ini diresepkan untuk mycoplasma
pneumonia, (Shaleh, 2013).
2. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh virus
Pengobatannya sama dengan pengobatan pada penderita flu. Yaitu banyak
beristirahat dan pemberian nutrisi yang baik untuk membantu daya tahan tubuh.
Sebab bagaimana pun juga virus akan dikalahkan juka daya tahan yubuh sangat
baik, (Shaleh, 2013).
3. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh jamur
Cara pengobatannya akan sama dengan cara mengobati penyakit jamur lainnya.
Hal yang paling penting adalah pemberian obat anti jamur agar bisa mengatasi
pneumonia (Shaleh, 2013).

E. Pemeriksaan penunjang
Menurut Misnadiarly (2008) pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan adalah:
1. Sinar X
Mengidentifikasi distribusi (missal: lobar, bronchial), luas abses atau infiltrate,
empyema (stapilococcus), dan penyebaran infiltrate.
2. GDA
Jika terdapat penyakit paru biasanya GDA Tidak normal tergantung pada luas
paru yang sakit.

3. JDL leukositosis
Sel darah putih rendah karena terjadi infeksi virus, dan kondisi imun.
4. LED meningkat
Terjadi karena hipoksia, volume menurun, tekanan jalan napas meningkat.
F. Pathway
Gambar 2.1 Pathway penyakit Pneumonia (Nanda, 2015)

G. Etiologi

Jenis Etiologi Faktor Resiko Tanda & Gejala


Pneumonia
Sindroma  Streptococcus  Sickle celt disease  Onset mendadak
Tipikal peumoniae jenis  Hipogammaglobuline dingin,
pneumonia tanpa mia menggigil, dan
penyakit  Multiple myeloma demam (39-40)
 Pneumonia dengan  Nyeri dada dan
penyakit pleurtis
Sindrom  Heamophilus  Usia Tua  Onset bertahap
Atipikal influenzae  COPD dalam 3-5 hari
 Staphylococcus  Flu  Malaise, nyeri
aureus kepala, nyeri
tenggorokan,
batuk kering.
 Mycoplasma  Anak-anak  Nyeri dada
pneumonia  Dewasa karena batuk
 Virus patogen
Aspirasi  Aspirasi basil  Kondisi lemah karena  Demam rendah
gram negatif : konsumsi alkohol dan batuk
Klebisiela,  Gangguan kesadaran  Produksi sputum
Pseudomonas, / bau busuk
Enterobacter
Basil positif
:Staphylococcus
 Aspirasi asam
lambung
Hematogen  Terjadi bila Endokarditis
kuman patogen Drug alone
menyebar ke
paru-paru melalui
aliran darah

H. Patofisiologi
Mikroorganisme penyebab pneumonia terhisap ke paru bagian perifer melalui
saluran respiratori, Pertama terjadi edema akibat reaksi jaringan yang mempermudah
proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena
mengalami konsolidasi yaitu serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan edema dan
ditemukan kuman alveoli.

I. Manifestasi Klinis
Pneumonia yang terjadi pada anak diantaranya adalah ringan sampai sedang,
sehingga tidak perlu dirawat inap di rumah sakit hanya memerlukan rawat jalan saja.
Pneumonia yang memerlukan perawatan di rumah sakit adalah kasus yang
mengancam kehidupan dan terdapat komplikasi.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi gambaran klinis pneumonia pada
anak adalah imunologik, imaturitas anatomik, mikroorganisme, dan faktor patogen.
Gambaran klinis pneumonia pada anak tergantung pada berat-ringannya infeksi,
gejala umum infeksi meliputi demam, malise, muntah, kurang nafsu makan atau diare.
Adapun gejala gangguan respiratori meliputi batuk, retraksi dada, sesak nafas. Pada
pemeriksaan fisik dapat ditemukan suara melemah, ronkhi.
J. Asuhan Keperawtan
1. Pengkajian
Menurut Muttaqin (2008), pengkajian pasien dengan pneumonia yaitu
a) Keluhan utama klien dengan pneumonia adalah sesak napas, batuk, dan
peningkatan suhu tubuh atau demam.
b) Riwayat penyakit saat ini
Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Apabila klien
mengatakan batuk, maka perawat harus menanyakan sudah berapa lama, dan
lama keluhan batuk muncul. Keluhan batuk biasanya timbul mendadak dan
tidak berkurang setelah minum obat. Pada awalnya keluhan batuk
nonproduktif, lama kelamaan menjadi batuk produktif dengan mukus
kekuningan, dan sering kali berbau busuk. Klienbiasanya mengeluh
mengalami demam tinggi dan menggigl serta sesak napas, peningkatan
frekuensi pernapasan
c) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit diarahkan pada waktu sebelumnya, apakah klien pernah mengalami
infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dengan gejala seperti luka tenggorokan,
kongesti nasal, bersin, dan demam ringan.

2. Analisis data
Menurut (Setiadi, 2012) analisa data diperoleh dari:
a) Data subyektif
Pengumpulan data yang diperoleh dari deskripsi verbal pasien mengenai
masalah kesehatannya seperti riwayat keperawatan persepsi pasien. Perasaan
dan ide tentang status kesehatannya.Sumber data lain dapat diperoleh dari
keluarga, konsultan dan tenaga kesehatan lainnya.
b) Pengumpulan data melalui pengamatan sesuai dengan menggunakan panca
indra. Mencatat hasil observasi secara khusus tentang apa yang dilihat dirasa
didengar.
3. Diagnosa keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d inflamasi dan obstruksi jalan nafas.
b. Ketidakefektifan pola napas.
c. Kekurangan volume cairan b.d intake oral tidak adekuat takipneu, demam.
d. Intoleransi aktivitas b.d isolasi respiratory.
e. Defisiensi pengetahuan b.d perawatan anak pulang.
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai
atau tidak (Nursalam, 2013).

ISPA

A. Definisi

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan suatu infeksi yang


bersifat akut yang menyerang salah satu atau lebih saluran pernafasan mulai dari
hidung sampai alveolus termasuk ( sinus, rongga telinga tengah, pleura) (Depkes,
2011)

B. Klasifikasi
Berdasarkan anatomi :
1. Infeksi saluran pernafasan akut atas
Infeksi saluran pernafasan akut atau merupakan infeksi yang menyerang saluran
pernafasan bagian atas (faring). Terdapat beberapa gejala yang ditemukan pada
infeksi ini yaitu demam, batuk, sakit tenggorokan, bengkak di wajah, nyeri telinga,
ottorhea, dan mastoiditis (parthasarathy, 2013).
2. Infeksi saluran pernafasan bawah
Infeksi saluran pernafasan akut bawah merupakan infeksi yang menyerang saluran
pernafasan bagian bawah. Seseorang yang terkena infeksi pada saluran pernafasan
bawah biasanya akan ditemukan gejala takipnea, retraksi dada, dan pernafasan
wheezing.

C. Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari agen infeksius dan agen non- infeksius. Agen infeksius
yang paling umum dapat menyebabkan infeksi saluran pernafasan akut adalah virus,
seperti respiratory syncytial virus (RSV), nonpolio enterovirus (coxsackie viruses
Adan B), Adenovirus, Parainfluenza, dan Human metapneumo viruses.
Agen infeksius selain virus juga dapat menyebabkan ISPA, staphylococcus,
haemophilus influenza, Chlamydia trachomatis, mycoplasma, dan pneumococcus
(Hockenberry dan Wilson,2013).

D. Pafofisiologi
Terjadinya infeksi antara bakteri dan flora normal di saluran nafas. Infeksi oleh
bakteri, virus dan jamur dapat merubah pola kolonisasi bakteri. Timbul mekanisme
pertahanan pada jalan nafas seperti filtrasi udara inspirasi di rongga hidung, refleksi
batuk,refleksi epiglotis, pembersihan mukosilier dan fagositosis. Karena menurunnya
daya tahan tubuh penderita maka bakteri pathogen dapat melewati mekanisme sistem
pertahanan tersebut akibatnya terjadi invasi di daerah-daerah saluran pernafasan atas
maupun bawah (Fuad, 2008).
E. Pathway

F. Manifestasi Klinis
Saluran Pernafasan merupakan bagian tubuh yang seringkali terjangkit infeksi oleh
berbagai jenis mikroorganisme. Tanda dan gejala dari infeksi yang terjadi pada sluran
pernafasan tergantung pada fungsi saluran pernafasan yang terjangkit infeksi,
keparahan proses infeksi, dan usia seseorang serta status kesehatan secara umum
(Porth, 2011).
Djojodibroto (2009) menyebutkan tanda dan gejala ISPA sesuai dengan anatomi
saluran pernafasan yang terserang yaitu:
a. Gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas. Gejala yang sering timbul yaitu
pengeluaran cairan (discharge) nasal yang berlebihan, bersin, obstruksi nasal,
mata berair, konjungtivitis ringan, sakit tenggorokan yang ringan sampai berat,
rasa kering pada bagian posterior palatum mole dan uvula, sakit kepala, malaise,
lesu, batuk seringkali terjadi, dan terkadang timbul demam.
b. Gejala infeksi saluran pernafasan bagian bawah. Gejala yang timbul biasanya
didahului oleh gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas seperti hidung buntu,
pilek, dan sakit tenggorokan. Batuk yang bervariasi dari ringan sampai berat,
biasanya dimualai dengan batuk yang tidak produktif. Setelah beberapa hari akan
terdapat produksi sputum yang banyak; dapat bersifat mucus tetapi dapat juga
mukopurulen. Pada pemeriksaan fisik, biasanya akan ditemukan suara wheezing
atau ronkhi yang dapat terdengar jika produksi sputum meningkat.
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Kultur
Kultur tenggorok dapat dilakukan untuk mengidentifikasi organisme yang
menyebabkan faringitis.
b. Biopsi
Prosedur biopsi mencakup tindakan mengeksisi sejumlah kecil jaringan tubuh,
dilakukan untuk memungkinkan pemeriksaan sel-sel dari faring, laring, dan
rongga hidung. Dalam tindakan ini mungkin saja pasien mendapat anastesi lokal,
tropical atau umum tergantung pada tempat prosedur dilakukan.
H. Komplikasi
Komplikasi merupakan akibat dari invasi bakteri sinus paranasal dan bagian – bagian
lain saluran pernafasan. Limfonodi servikalis dapat juga menjadi terlibat dan kadang –
kadang bernanah,Mastoiditis, selulitis peritonsiler, sinusitis, atau selulitis periorbital
dapat terjadi. Komplikasi yang paling sering adalah otitis media, yang ditemukan
pada bayi – bayi kecil sampai sebanyak 25 persennya. Kebanyakan, infeksi virus
saluran pernafasan atas juga melibatkan saluran pernafasan bawah, dan pada banyak
kasus, fungsi paru menurun walaupun gejala saluran pernafasan bawah tidak
mencolok atau tidak ada (Nelson, 2007).
I. Penatalaksanaan
1. Suportif
Meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat, pemberian
multivitamin.
2. Antibiotic
a) Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab.
b) Utama ditujukan pada pneumonia, influenza dan Aureus
c) Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol 1mg, amoksisillin 3 x ½ sendok
teh, amplisillin (500mg) 3 tab puyer/x bungkus / 3x sehari/8 jam, penisillin
prokain 1 mg.
d) Pneumonia berat yaitu Benzil penicillin 1 mg, gentamisin (100 mg) 3 tab
puyer/x bungkus/3x bungkus/3x sehari/8 jam.
e) Antibiotik baru lain yaitu sefalosforin 3 x ½ sendok teh, quinolon 5 mg,dll.
f) Beri obat penurun panas seperti paracetamol 500 mg, asetaminofen 3 x ½
sendok teh. Jika dalam 2 hari anak yang diberikan antibiotik tetap sama ganti
antibiotik atau rujuk dan jika anak membaik teruskan antibiotik sampai 3 hari
(Kepmenkes RI, 2011)
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
a) Pasien
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Agama
Alamat
b) Penanggung Jawab
Nama
Alamat
Hubungan Keluarga
Telepon
b. Keluhan Utama
Adanya demam, kejang, sesak nafas, batuk produktif, tidak mau makan anak
rewel dan gelisah, sakit kepala.
c. Keadaan Kesehatan Saat Ini
Anak lemah, tidak mau makan, sianosis, sesak nafas dan dangkal gelisah,
ronchi(+), wheezing (+), batuk, demam, sianosis daerah mulut dan hidung,
muntah, diare
d. Riwayat Keluarga
Riwaya penyakit infeksi, TBC, Pneumonia, dan infeksi saluran nafas lainnya
2. Analisa Data
a) Keadaan umum
tampak lemah, sakit berat.
b) Tanda-tanda vital
TD menurun, nafas sesak, nadi lemah dan cepat, suhu meningkat, sianosis.
c) Kulit
Inpeksi: biasanya tampak pucat dan sianosis. Palpasi: biasanya tugor kulit
jelek.
d) Rambut
Inpeksi: lihat distribusi rambut merata atau tidak, bersih atau bercabang dan
halus atau kasar.
Palpasi: mudah rontok atau tidak
e) Kuku
Inpeksi: lihat kondisi kuku pucat atau tidak, ada sianosis atau tidak
Palpasi: CRT < 2 detik
f) Kepala
Inpeksi: lihat kesimetrisan, biasanya klien mengeluh sakit kepala.
Palpasi: periksa adanya benjolan atau nyeri.
g) Mata
Inpeksi: biasanya kunjungtiva dan scklera berwana normal, lihat reflek kedip
baik atau tidak, terdapat radang atau tidak dan pupil isokor.
h) Hidung
Inpeksi: biasanya terdapat pernafasan cuping hidung, terdapat sekret berlebih
dan terpasang O2
3. Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
4. Intervensi
Diagnose Tujuan dan Intervensi Rasional
keperawatan kriteria hasil
Ketidakefektifan NOC NIC: 1. Memastikan
bersihan jalan
1. Pencegahan Airway suction dengan benar apa
nafas. aspirasi: tindakan 1. Pastikan yang menjadi
Definisi: personal untuk kebutuhan oral kebutuhan klien.
ketidakmampuan mencegah atau tracheal 2. Mengetahui
untuk masuknya cairan suctioning. perbedaan suara
membersihkan atau pertikel padat 2. Auskultasi napas sebelum &
secret atau kedalamparu. sura napas sebelum sesudah.
obstruksi saluran 2. Status dan sesudah
3. pernafasan: suctioning. 3. Informed
nafas guna concent sangat
mempertahankan ventilasi: 3. Informasi
diperlukan nafas
jalan nafas yang pergerakan udara kepada klien dan
yang bersih.
bersih. yang masuk dan keluarga tentang
keluar dan paru. suctioning. Batasa
Batasa 4. Status 4. Berikan O2 Karakteristik :
Karakteristik : 5. pernafasan: dengan
1. Tidak ada
 Tidak ada batuk kepatenan jalan menggunakan
batuk
 Sura nafas nafas: jalur nafas nasal untuk
tambahan trakeobronkial memfasilitasi 2. Sura nafas
 Perubahan bersih dan terbuka suction tambahan
frekuensi nafas untuk pertukaran nasotrakeal.
3. Perubahan
 Sianosis gas. 5. Monitoring
frekuensi nafas
 Kesulitan bernafas Tujuan
6. Dan status oksigen
Kriteria Hasil klien. 4. Sianosis
 Penurunan suara
7. Menunjukan 6. Gunakan 5. Kesulitah
nafas
bersihan jalan alat yang steril
 Gelisah bernafas
nafas yang efektif setiap melakukan
 Sputum berlebih dibuktikan oleh, tindakan. 6. Penurunan
 Mata terbelalatak pencegahan Airway suara nafas
Factor Yang aspirasi, status management: 7. Gelisah
Berhubungan : pernafasan: 7. Buka jalan
ventilasi tidak napas, gunakan 8. Sputum
1. Lingkungan berlebih
terganggu dan teknik chinlift atau
 merokok,
status pernafasan: jaw thrust bila 9. Mata
menghisap asap
kepatenan jalan perlu. terbelalak Factor
rokok, perokok
nafas. 8. Posisikan Yang
pasif.
8. Menunjukan pasien untuk Berhubungan :
Obstruksi jalan
status pernafasan: memaksimalkan
nafas: 1.
kepatenan jalan ventilasi.
terdapat benda
nafas, yang 9. Lingkungan :
asing di jalan
dibuktikan oleh merokok,
nafas, spasme
indikator sebagai Indentifikasi klien menghisap asap
jalan nafas.
berikut: perlunya
Fisiologis : rokok, perokok
kemudahan pemasangan alat pasif.
kelainan dan
bernafas, jalan napas buatan.
penyakit. 2. Obstruksi
frekuensi dan 10. Lakukan
irama bernafas, fisioterapi dada jalan nafas:
pergerakan jika perlu. terdapat benda
sputum keluar 11. Auskultasi asing di jalan
dari jalan nafas, suara napas, catat nafas, spasme
pergerakan adanya suara jalan nafas.
sumbatan keluar tambahan. 3.
dari jalan nafas 12. Monitor
repirasi dan status Fisiologis :
O2. kelainan dan
penyakit.
paru.
2. Status
pernafasan:
ventilasi:
pergerakan udara
yang masuk dan
keluar dan paru.

5. Evaluasi
Merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan rencana tentangkesehatan pasien dengan tujuan
yang telah ditetepkan, dilakukan dengan cara melibatkan pasien dan sesama
tenaga kesehatan (Wijaya &Putri, 2013)

Sumber :
AsmaBronkial https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=askep+asma+bronkial&btnG=#d=gs_qabs&u=%23P
%3Duz66FCZICJIJ
Pneumonia : https://books.google?
id=C41PKN0SQMwC&pg=PA67&dq=Askep+pneumonia&hl=id&sa=X&ved=2
ahUKEwiN8YKpsZjxAhVZSX0KHeDCBMMQ6AEwAXoECAUQAw#v=onepa
ge&q=Askep%20pneumonia&f=false
Ispa https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=askep+ispa&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3DvnR-
GO3zpCcJ

Anda mungkin juga menyukai