PERCOBAAN V
PEMERIKSAAN URINE TERHADAP GLUKOSA
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui adanya glukosa dalam urine
B. PRINSIP PRAKTIKUM
Dalam suasana alkali kuat, ditambah dengan pemanas, gula gula ( reduktor ) akan
mereduksi ion cupri dengan hasil terjadi CuOH yang bewarna kuning atau CuOH yang
bewarna merah, tergantung dari junlah reduktor yang terdapat dalam urine.
C. DASAR TEORI
Urine atau air seni atau air kencing merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh
ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urine
diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal
dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.Urine disaring di dalam ginjal, dibawa
melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.Urine
normal biasanya berwarna kuning, berbau khas jika didiamkan berbau ammoniak, pH
berkisar 4,8 – 7,5 dan biasanya 6 atau 7. Berat jenis urine 1,002 – 1,035.Volume normal
perhari 900 – 1400 ml.
(Depkes RI, 1991)
Fungsi utama urine adalah untuk melarutkan zat-zat sisa metabolisme yang tidak
diperlukan lagi oleh tubuh. Hal itu mungkin apabila urine yang dihasilkan berasal dari
ginjal dan saluran kencing yang terinfeksi serta mengandung bakteri. Secara medis,
apabila urine yang diproduksi berasal dari ginjal yang sehat dan saluran kencing yang
terinfeksi, maka urine dikatakan cukup steril. Bahkan di India ada TerapiUrine Amaroli,
yang membuktikan urine itu cukup steril digunakan dalam pengobatan.
(Guyton, 1983)
Tubulus ginjal sangat berperan dalam menyerap kembali glukosa dan air hasil filtrasi
glomerulus. Semua glukosa yang difiltrasi akan direabsorpsi di tubulus proksimal
sehingga glukosa tidak terdapat dalam urine. Tubulus mempunyai kemampuan terbatas
untuk menyerap glukosa, yaitu 375 mg/menit. Nilai ini disebut dengan batas transport
maksimum glukosa yang setara dengan kadar glukosa darah 170 mg%. Kadar glukosa
darah yang melebihi ambang ini akan menyebabkan glukosa diekskresikan ke dalam urine.
Terdapatnya glukosa urine disebut glukosuria.
(Ganong , 2003)
Glukosa urin adalah adanya glukosa diurin yang disebabkan oleh tingginya kadar
glukosa dalam darah (hiperglikemia) sehingga keluar bersamaan dengan urin, yang
dipengaruhi oleh fungsi ginjal yang kurang baik. Fungsi pemeriksaan glukosa urin adalah
untuk melihat kadar glukosa urin agar dapat mengetahui berat atau ringannya penyakit
diabetes mellitus.
(Aziz, 2016)
Glukosa dalam urin (glukosuria) adalah gangguan atau penyakit. Penentuan glukosa
di dalam urin adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui kadar glukosa di
dalam darah secara tidak langsung. Penentuan glukosa di dalam urin dilakukan
menggunakan dua metode, yaitu metode reaksi reduksi dan metode enzimatik.
(Gandasoebrata, 2013)
Reaksi benedict sensitif karena larutan sakar dalam jumlah sedikit menyebabkan
perubahan warna dari seluruh larutan, sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh
larutan, hingga praktis lebih mudah mengenalnya. Uji benedict lebih peka karena benedict
dapat dipakai untuk menafsir kadar glukosa secara kasar, karena dengan berbagai kadar
glukosa memberikan warna yang berlainan.
( Mawar , 2012 )
Urin yang dikeluarkan oleh ginjal sebagian besar teidiri atas (95%) air dan zat yang
terlarut, yaitu urea, asam urat, dan amonia. yang merupakan sisa-sisa perombakan protein:
bermacam-macam garam terutama garam dapur (NaCl), zat warna empedu yang
menyebabkan warna kuning pada urin, dan zat-zat yang berlebihan di dalam darah seperti
vitamin B, C, obat-obatan, dan hormon. Urin tidak mengandung protein dan glukosa. Jika
urin mengandung protein, berarti terjadi gangguan atau kerusakan ginjal pada glomerulus.
Jika urin mengandung gula, berarti tubulus ginjal tidak menyerap kembali gula dengan
sempurna. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya kerusakan pada tubulus ginjal, tetapi
dapat pula disebabkan oleh tingginya kadar gula di dalam darah sehingga tubulus ginjal
tidak dapat menyerap kembali semua gula yang ada pada filtrat glomerulus. Kadar gula
darah yang tinggi disebabkan oleh terhambatnya proses pengubahan gula menjadi
glikogen, akibatnya produksi hormon insulin terhambat.
( Gandasoebrata, 2015 )
D. ALAT DAN BAHAN
Alat :
Gelas beaker
Gelas kimia
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Penjepit tabung reaksi
Lampu spiritus
Pipet tetes
Mancis
Hotplat
Bahan :
Urin Normal
Urin Diabetes
Reagen Benedict
Fehling A dan Fehling B
E. PROSEDUR KERJA
Larutkan 173 gram Natrium sitrat dan 100 gram Na2CO3 anhidrat
dalam 600 ml aquadest, panaskan, kemudian saring
Percobaan 2
Sebelum Setelah
NO Sampel dipanaskan dipanaskan Hasil
Sebelum Sesudah
No Sampel dipanaskan dipanaskan Hasil
1. Urin atau air seni merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal dan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinalisasi.
2. Glukosa urin adalah adanya glukosa diurin yang disebabkan oleh tingginya
kadar glukosa dalam darah.
4. Jika urin mengandung glukosa maka akan terjadi perubahan dimana warna
urin dari ebning menjadi warna kekuningan dibagian atas permukaan urin.
5. Jika urin tidak mengandung glukosa maka tidak terjadi perubahan ketidak
sudah dipanaskan dan sbelum dipanaskan
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, H. A. 2016. Reduksi Urin Dengan Metode Benedict Pada Pasien Diabetes Melitus.
Ciamis : STIKES Muhammadiyah.
Guyton, A.C. 1983. Buku Teks Fisiologi Kedokteran, edisi V. Jakarta : EGC.
Meneteskan urine kedalan tabung reaksi Pemanasan urine diatas penangas air
Hasil urine normal dan urine DM Hasil urine DM dengan reagen fehling A
dengan reagen benedict dan Fehling B .