Anda di halaman 1dari 10

JURNAL PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIS

PERCOBAAN V
PEMERIKSAAN URINE TERHADAP GLUKOSA

Hari / Tanggal : Kamis / 22 Oktober 2020


Nama : Anisa Ladira
Nim : 61608100819006
Kelas : Farmasi 2 B
Dosen : Sri Hainil S.Farm , M.Farm, Apt

LABORATORIUM BIOKIMIA KLINIS


PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA
BATAM
2020
PEMERIKSAAN URINE TERHADAP GLUKOSA

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui adanya glukosa dalam urine

B. PRINSIP PRAKTIKUM
Dalam suasana alkali kuat, ditambah dengan pemanas, gula gula ( reduktor ) akan
mereduksi ion cupri dengan hasil terjadi CuOH yang bewarna kuning atau CuOH yang
bewarna merah, tergantung dari junlah reduktor yang terdapat dalam urine.

C. DASAR TEORI

Urine atau air seni atau air kencing merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh
ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urine
diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal
dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.Urine disaring di dalam ginjal, dibawa
melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.Urine
normal biasanya berwarna kuning, berbau khas jika didiamkan berbau ammoniak, pH
berkisar 4,8 – 7,5 dan biasanya 6 atau 7. Berat jenis urine 1,002 – 1,035.Volume normal
perhari 900 – 1400 ml.
(Depkes RI, 1991)

Fungsi utama urine adalah untuk melarutkan zat-zat sisa metabolisme yang tidak
diperlukan lagi oleh tubuh. Hal itu mungkin apabila urine yang dihasilkan berasal dari
ginjal dan saluran kencing yang terinfeksi serta mengandung bakteri. Secara medis,
apabila urine yang diproduksi berasal dari ginjal yang sehat dan saluran kencing yang
terinfeksi, maka urine dikatakan cukup steril. Bahkan di India ada TerapiUrine Amaroli,
yang membuktikan urine itu cukup steril digunakan dalam pengobatan.
(Guyton, 1983)

Tubulus ginjal sangat berperan dalam menyerap kembali glukosa dan air hasil filtrasi
glomerulus. Semua glukosa yang difiltrasi akan direabsorpsi di tubulus proksimal
sehingga glukosa tidak terdapat dalam urine. Tubulus mempunyai kemampuan terbatas
untuk menyerap glukosa, yaitu 375 mg/menit. Nilai ini disebut dengan batas transport
maksimum glukosa yang setara dengan kadar glukosa darah 170 mg%. Kadar glukosa
darah yang melebihi ambang ini akan menyebabkan glukosa diekskresikan ke dalam urine.
Terdapatnya glukosa urine disebut glukosuria.
(Ganong , 2003)

Glukosa urin adalah adanya glukosa diurin yang disebabkan oleh tingginya kadar
glukosa dalam darah (hiperglikemia) sehingga keluar bersamaan dengan urin, yang
dipengaruhi oleh fungsi ginjal yang kurang baik. Fungsi pemeriksaan glukosa urin adalah
untuk melihat kadar glukosa urin agar dapat mengetahui berat atau ringannya penyakit
diabetes mellitus.
(Aziz, 2016)
Glukosa dalam urin (glukosuria) adalah gangguan atau penyakit. Penentuan glukosa
di dalam urin adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui kadar glukosa di
dalam darah secara tidak langsung. Penentuan glukosa di dalam urin dilakukan
menggunakan dua metode, yaitu metode reaksi reduksi dan metode enzimatik.

(Gandasoebrata, 2013)

Reaksi benedict sensitif karena larutan sakar dalam jumlah sedikit menyebabkan
perubahan warna dari seluruh larutan, sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh
larutan, hingga praktis lebih mudah mengenalnya. Uji benedict lebih peka karena benedict
dapat dipakai untuk menafsir kadar glukosa secara kasar, karena dengan berbagai kadar
glukosa memberikan warna yang berlainan.
( Mawar , 2012 )

Pemeriksaan urin dianjurkan memakai urin segar, penderita diminta mengeluarkan


urin ke penampang, kemudian ditutup dan dikirim ke laboratorium. Penderita yang sedang
hait atau leukorrhoe dianjurkan untuk pengambilan urin pancaran tengah (meadstream),
kateterisasi, punksi suprapubik untuk mencegah terjadinya kontaminasi. Urin yang telah
dikumpulkan harus segera diperiksa karena apabila ditunda atau disimpan akan
menyebabkan perubahan susunan oleh kuman.
(Yaner, 2011)

Urin yang dikeluarkan oleh ginjal sebagian besar teidiri atas (95%) air dan zat yang
terlarut, yaitu urea, asam urat, dan amonia. yang merupakan sisa-sisa perombakan protein:
bermacam-macam garam terutama garam dapur (NaCl), zat warna empedu yang
menyebabkan warna kuning pada urin, dan zat-zat yang berlebihan di dalam darah seperti
vitamin B, C, obat-obatan, dan hormon. Urin tidak mengandung protein dan glukosa. Jika
urin mengandung protein, berarti terjadi gangguan atau kerusakan ginjal pada glomerulus.
Jika urin mengandung gula, berarti tubulus ginjal tidak menyerap kembali gula dengan
sempurna. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya kerusakan pada tubulus ginjal, tetapi
dapat pula disebabkan oleh tingginya kadar gula di dalam darah sehingga tubulus ginjal
tidak dapat menyerap kembali semua gula yang ada pada filtrat glomerulus. Kadar gula
darah yang tinggi disebabkan oleh terhambatnya proses pengubahan gula menjadi
glikogen, akibatnya produksi hormon insulin terhambat.

( Gandasoebrata, 2015 )
D. ALAT DAN BAHAN
Alat :
 Gelas beaker
 Gelas kimia
 Tabung reaksi
 Rak tabung reaksi
 Penjepit tabung reaksi
 Lampu spiritus
 Pipet tetes
 Mancis
 Hotplat

Bahan :

 Urin Normal
 Urin Diabetes
 Reagen Benedict
 Fehling A dan Fehling B

E. PROSEDUR KERJA

1) Pembuatan Reagen Benedict


Larutkan 17,3 gram CuSO4-5H2O dalam 100 ml aquadest, dengan
pemanasan

Larutkan 173 gram Natrium sitrat dan 100 gram Na2CO3 anhidrat
dalam 600 ml aquadest, panaskan, kemudian saring

Perlahan-lahan dengan adukan yang konstan tambahkan larutan sitrat


karbonat. Bersihkan seluruh CuSO4 dengan aquadest dan tambahkan
aquadest sehingga mencapai volume 1000 ml
2) Pemeriksaan Urine
Percobaan 1

Masukkan 2,5 ml urine kedalam tabung reaksi

Tambahkan 0,25 ml (4 tetes) reagen benedict dan campurkan

Letakkan dalam penangas air mendidih selama 2-3 menit

Amati perubahan yang terjadi dan catat hasilnya di lembar pengamatan

Percobaan 2

Masukkan 2,5 ml urine diabetes kedalam tabung reaksi

Tambahkan 0,25 ml (4 tetes) fehling A dan fehling B

Letakkan dalam penangas air mendidih selama 2-3 menit

Amati perubahan yang terjadi dan catat hasilnya di lembar pengamatan


F. HASIL PENGAMATAN

Menggunakan Reagen Benedict

Sebelum Setelah
NO Sampel dipanaskan dipanaskan Hasil

1 Urin Bening Jernih , tidak


Normal ada endapan,
dan biru hijau
tidak jelas.

2 Urin Bening Terdapat


Diabetes endapan
kuning di
bagian
atasnya.

Menggunakan Fehling A dan Fehling B

Sebelum Sesudah
No Sampel dipanaskan dipanaskan Hasil

1. Urine Bewarna biru Warnanya


Diabetes 1. muda menjadi lebih
biru tua dan
keruh
G. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini, kami melakukan percobaan yang berjudul “Pemeriksaan Urine
Terhadap Glukosa”untuk menentukan adanya glukosa dalam urine. Dalam praktikum ini,
kami menggunakan 2 uji yaitu uji dengan reagen benedict dan uji fehling A dan B.
Sedangkan urinenya kami menggunakan urine normal dan urine DM untuk melihat
perbandingannya.
Urin atau air seni merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal dan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinalisasi.Glukosa urin adalah adanya
glukosa diurin yang disebabkan oleh tingginya kadar glukosa dalam darah
(hiperglikemia) sehingga keluar bersamaan dengan urin, yang dipengaruhi oleh fungsi
ginjal yang kurang baik. Fungsi pemeriksaan glukosa urin adalah untuk melihat kadar
glukosa urin agar dapat mengetahui berat atau ringannya penyakit diabetes mellitus.
Kadar glukosa normal dalam darah berkisar antara 70 s.d 120 mg/dl pada saat
puasa, <140 mg/dl 2 jam setelah makan, dan <200 mg/dl pada pemeriksaan gula darah
sewaktu.Kadar glukosa sedikit meningkat setelah selesai makan, namun keadaan ini tidak
disebut hiperglikemia.Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa darah
melonjak atau berlebihan, yang akhirnya akan menjadi penyakit yang disebut diabetes
mellitus yaitu suatu kelainan yang terjadi akibat tubuh kekurangan hormon insulin,
akibatnya glukosa tetap beredar di dalam aliran darah dan sukar menembus dinding sel.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat diperoleh hasil yaitu
pada urine normal ketika ditambahkan reagen benedict tetap bening, sedangkan urine DM
ketika ditambahkan reagen benedict menghasilkan warna kuning keruh diatas permukaan
urine. Adapun urine DM ditambahkan dengan fehling A dan B menghasilkan warna biru
tua atau biru pekat. Oleh karena itu, yang membuat urine DM berubah dikarenakan dalam
urine tersebut mengandung glukosa yang merupakan salah satu senyawa yang
mengandung guula pereduksi.Sedangkan urine normal menjadi bening, karena dalam urin
tersebut tidak adanya gula pereduksi.
Penyakit diabetes mellitus meningkat dimana terjadi gangguan metabolisme
karbohidrat sehingga kadar glukosa meningkat melebihi ambang normal. Glukosauria
dapat terjadi karena kadar glukosa dalam darah yang melebihi kapasitas maksimum
tubulus untuk mereabsorpsi glukosa seperti diabetes mellitus, peningkatan tekanan
intracranial atau karena ambang rangsang ginjal yang menurun seperti renal glukosuria,
kehamilan dan sindroma Fanconi.

Pereaksi bennedict berfungsi sebagai pereaksi yang digunakan untuk menentukan


kadar glukosa yang terkandung dalam urine. Pereaksi bennedict akan bereaksi dengan
gugus aldehid pada glukosa, kecuali aldehid dalam gugus aromatik dan alpha hidroksi
keton. Oleh karena itu, meskipun fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun karena
memiliki gugus alpha hidroksi keton, maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan
mannosa dalam suasana basa dan memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict.
H. KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dengan judul


“Pemeriksaan Urine Terhadap Glukosa” . Dapat di simpulkan bahwa :

1. Urin atau air seni merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal dan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinalisasi.

2. Glukosa urin adalah adanya glukosa diurin yang disebabkan oleh tingginya
kadar glukosa dalam darah.

3. Pereaksi bennedict berfungsi sebagai pereaksi yang digunakan untuk


menentukan kadar glukosa yang terkandung dalam urine.

4. Jika urin mengandung glukosa maka akan terjadi perubahan dimana warna
urin dari ebning menjadi warna kekuningan dibagian atas permukaan urin.

5. Jika urin tidak mengandung glukosa maka tidak terjadi perubahan ketidak
sudah dipanaskan dan sbelum dipanaskan
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, H. A. 2016. Reduksi Urin Dengan Metode Benedict Pada Pasien Diabetes Melitus.
Ciamis : STIKES Muhammadiyah.

Depkes RI. 1991. Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas. Jakarta : Depkes.

Gandasoebrata. 2013. Penuntun Laboratorium Klinis. Jakarta : Dian Rakyat

Gandasoebrata, R. 2015. Penuntun Laboratorium Klinik . Jakarta : Dian Rakyat

Ganong, W. F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Jakarta : EGC

Guyton, A.C. 1983. Buku Teks Fisiologi Kedokteran, edisi V. Jakarta : EGC.

Mawar. 2012. Uji Bennedict Semi Kuantitatif . Yogyakarta : UGM Press

Yaner, Y.Y. 2011. Pemeriksaam Glukosa Urine. Jakarta : Erlangga


LAMPIRAN

Alat dan bahan yang digunakan Reagen yang digunakan

Meneteskan urine kedalan tabung reaksi Pemanasan urine diatas penangas air

Hasil urine normal dan urine DM Hasil urine DM dengan reagen fehling A
dengan reagen benedict dan Fehling B .

Anda mungkin juga menyukai