Clinic Intruction :
Indaryani S.Kep
Disusun Oleh:
2021
ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI PADA PASIEN ULKUS DM GANGRENE
DIGITI V PEDIS DEXTRADAN ABSES PLANTAR PEDIS DEXTRA DI
INSTALASI BEDAH SENTRAL RS PKU MUHAMMADIYAH SRUWENG
Hari :
Tanggal :
MENGETAHUI
A. Latar Belakang
1) Kurus (underweight) BBR < 90 %
2) Normal (ideal) BBR 90% - 110%
3) Gemuk (overweight) BBR > 110%
4) Obesitas apabila BBR > 120%
a) Obesitas ringan BBR 120 % - 130%
b) Obesitas sedang BBR 130% - 140%
c) Obesitas berat BBR 140% - 200%
d) Morbid BBR >200 %
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita
DM yang bekerja biasa adalah :
1) Kurus (underweight) BB X 40-60 kalori sehari
2) Normal (ideal) BB X 30 kalori sehari
3) Gemuk (overweight) BB X 20 kalori sehari
4) Obesitas apabila BB X 10-15 kalori sehari
b. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :
1) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2 jam
sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita
dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan
meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya.
2) Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
3) Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
4) Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein
5) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan
dirangsang pembentukan glikogen baru.
6) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
c. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada
penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet,
poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.
d. Obat
1) Mekanisme kerja sulfanilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin yang
tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin dam meningkatkan
sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa. Obat golongan ini
biasanya diberikan pada penderita dengan berat badan normal dan masih
bisa dipakai pada pasien yang berat badannya sedikit lebih.
2) Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain
yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu :
a) Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra pankreatik
Menghambat absorpsi karbohidrat
Menghambat glukoneogenesis di hati
Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
b) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor
insulin
c) Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai efek
intraselluler
3) Insulin
Indikasi penggunaan insulin
a) DM tipe I
b) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
c) DM kehamilan
d) DM dan gangguan faal hati yang berat
e) DM dan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren)
f) DM dan TBC paru akut
g) DM dan koma lain pada DM
h) DM operasi
i) DM patah tulang
j) DM dan underweight
k) DM dan penyakit Graves
B. KONSEP TEORI DEBRIDEMEN DAN AMPUTASI
a. Definisi debridemen
Debridement adalah suatu proses usaha menghilangkan jaringan
nekrotik atau jaringan nonvital dan jaringan yang sangat terkontaminasi
dari bed luka dengan mempertahankan secara maksimal struktur
anatomi yang penting seperti syaraf, pembuluh darah, tendo dan tulang.
Jika jaringan nekrotik tidak dihilangkan akan berakibat tidak hanya
menghalangi penyembuhan luka tetapi juga dapat terjadi kehilangan
protein, osteomielitis, infeksi sistemik dan kemungkinan terjadi sepsis,
amputasi tungkai atau kematian. Setelah debridement akan terjadi
perbaikan sirkulasi dan suplai oksigen yang adekuat ke luka.
Debridement dilakukan pada luka akut maupun pada luka kronis.
Metode debridement :
1. Autolytic debridement
2. Enzymatic debridement
3. Mechanical debridement
4. Biological debridement
5. Surgical debridement
b. Definisi amputasi
Amputasi diartikan sebagai tindakan memisahkanbagian tubuh sebagian
seperti kaki, tanggan, lutut, atauseluruh bagian ekstremitas (Wright, 2014),
Amputasi dilakukan ketika ekstremitas sudah tidak dapat diperbaiki dengan
menggunakan teknik lain atau terdapatnya kondisi yang dapat membahayakan
keselamatan tubuh atau merusak organ tubuh yang lain sehingga menimbulkan
komplikasi infeksi, perdarahan dan pertumbuhan stump yang abnormal
(McArdleet al, 2015;Payne & Pruent,2015;Meiet al,2014;Daryadi, 2012; Market
al, 2016). Amputasi pada pasien DM yaitu prosedur pembedahan yang dihasilkan
dari sebuah kondisi medis yang serius yang diakibatkan oleh peripheral vascular
disease (PVD),sensory neuropathy, riwayat amputasi sebelumnya,footdeformities,
danulcers, yang bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi ke bagian
ektermitas yang sehat (Senraet al, 2011; Yeboahet al, 2016).
c. Komplikasi amputasi
amputasi meliputi perdarahan, infeksi dan kerusakan kulit. pendarahan
dapat terjadi akibat pemotongan pembuluh darah besar dan dapat menjadi masif.
infeksi dapat terjadi pada semua pembedahan dengan peredaran darah yang buruk
atau adanya kontaminasi serta dapat terjadi kerusakan kulit akibat penyembuhan
luka yang buruk dan iritasi penggunaan protesis.
C. KONSEP TEORI SPINAL ANESTESI
a. Definisi spinal anestesi
Penyuntikan anestesi lokal ke dalam ruang subaraknoid disegmen lumbal
3-4 ataulumbal4-5. Untuk mencapai ruang subaraknoid, jarum spinal menembus
kulitsubkutan lalu menembus ligamentum supraspinosum, ligamen interspinosum,
ligamentum flavum, ruang epidural, durameter, dan ruang subaraknoid. Tanda
dicapainya ruang subaraknoid adalah dengan keluarnya liquor cerebrospinalis
(LCS). Menurut Latief (2010) anestesi spinal menjadi pilihan untuk operasi
abdomen bawah dan ekstermitas bawah.
Teknik anestesi ini popular karena sederhana, efektif, aman terhadap
sistem saraf, konsentrasi obat dalam plasma yang tidak berbahaya serta
mempunyai analgesi yang kuat namun pasien masih tetap sadar, relaksasi otot
cukup, perdarahan luka operasi lebih sedikit, aspirasi dengan lambung penuh
lebih kecil, pemulihan saluran cerna lebih cepat (Longdong, 2011).
b. Komplikasi
Anestesi spinal memiliki komplikasi. Beberapa komplikasi yaitu hipotensiterjadi
20-70% pasien, nyeri punggung 25% pasien, kegagalan tindakan spinal 3-17%
pasien dan post dural punture headachedi Indonesia insidensinya sekitar 10%
pada pasien paska spinal anestesi (Tato,2017).
c. Indikasi
Menurut Majid (2011), indikasi spinal anestesi dapat digolongkan sebagai
berikut :
1) Bedah tungkai bawah, panggul dan perineum
2) Tindakan khusus seperti bedah endoskopi, urologi, rectum
3) Bedah fraktur tulang panggul
4) Bedah obstetrik –ginekologi
5) Bedah pediatrik dilakukan setelahbayi ditidurkan dengan anestesi
umum.
d. Kontra indikasi
Kontraindikasi spinal anestesi menurut Majid (2011) adalah sebagai berikut :
1. Kontraindikasi mutlak :
1) Hipovolemia berat (syok)
2) Infeksi kulit pada tempat lumbal pungsi (bakteremia)
3) Koagulopati
4) Peningkatan tekanan cranial
2. Kontraindikasi absolute :
1) Neuropati
2) Prior spine surgery
3) Nyeri punggung
4) Penggunaan obat-obatan preoperasi golongan OAINS
5) Pasien dengan haemodinamik tidak stabil
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius