Anda di halaman 1dari 32

Cover ASKAN KASUS ENDOKRIN

Dosen Pengampu: Noor kunto aribowo, S.Tr.Kep


Kelompok B3

Ashifa Suci Gunanza (1811604092)


Feni Fanika Sari (1811604093)
Fitra Hayati (1811604094)
Nurafipah (1811604095)
M.chaedar Irfan (1811604096)
Aryo Adam (1811604097)
Muhamad Anaba Alwi (1811604098)
Delis Anjani (1811604099)
Nur Rah Mulyo (1811604101)
Azzuhra Rahmani (1811604100)
Sry Rezeki (1811604102)

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Cover Latar Belakang

Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau mengalihkan”
(siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu.
Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine
yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit
hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan
relative insensitivitas sel terhadap insulin
Cover

ETIOLOGI 01 Faktor genetic


Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah
terjadinya diabetes tipe I.

02 Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan
Faktor lingkungan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.

03 Faktor Lingkungan

Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas,


sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau
toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat
menimbulkan destuksi sel β pancreas.
Contents
Patofisiologi
Diabetes Tipe 1 Diabetes Tipe 2

Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat


Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat
ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena
sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses
dua masalah utama yang berhubungan dengan
autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan
produkasi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat
samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dengan reseptor khusus pada permukaan sel.
dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor
dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam
posprandial (sesudah makan). metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi
Marketing
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi
insulin pada diabetes tipe II disertai dengan
maka ginjal tidak dapat menyerap kembali semua
glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa
penurunan reaksi intrasel ini.
tersebut muncul dalam urin (glukosuria).
Seorang pasien Tn. S dengan diagnosis medis DM ulkus akan dilakukan tindakan amputasi dengan spinal anestesi. Jari
kaki kanan sampai mata kaki terlihat nekrosis dan terdapat gangrene. Klien mengatakan memiliki luka DM pada kaki sebelah
kanannya sejak 24 Mei 2015. Luka tersebut dikarenakan pemakaian sepatu yang terlalu sempit sehingga menyebabkan kaki
lecet dan bengkak. Kemudian pasien datang ke RS “X” untuk memeriksakan keadaan kakinya dan hanya diberikan obat
bentuk kapsul ternyata luka dikaki menjadi semakin parah hingga timbul gangrene. Pasien tampak meringis,dan mengeluh
nyeri pada kaki dengan skala 7 di rasakan kaki nya seperti di tusuk tusuk dan terjadi terus menerus
Tangan kanan terpasang cairan infus ringer laktat 20 tpm. Pasien mengatakan sedikit takut akan dilakukan operasi.
Pasien mengatakan belum pernah dilakukan tindakan anestesi dan tindakan operasi sebelumnya. Kesadaran
composmentis, GCS E4 V5 M6, TD 127/70 mmHg, nadi 76x/mnt, BB 58 kg, TB 150 cm, RR 18x/mnt, GDS : 189 mg/dl, GDP

Kasus : 158 mg/dl. Kepala mesocephal, konjungtiva tidak anemis, tidak ada gigi palsu, tidak ada peningkatan JVP, mulut klien
bersih, tidak ada gigi palsu, mukosa bibir kering, tidak terdapat stomatitis, skore mallampati grade 2. Pengembangan paru
kanan dan kiri sama, Fremitus raba kanan kiri sama, suara perkusi paru sonor, suara nafas vesikuler. Ictus cordis tidak tampak.
Pasien tampak gelisah. Hb 12,2 g/Dl, hematokrit 35%, trombosit 214 ribu/ul, leukosit 20 ribu/ul, eritrosit 3,9 juta/ul.
Status fisik ASA II. Puasa 7 jam. Direncanakan operasi dengan regional anestesi teknik sub arachnoid block. Persiapan
alat anestesi : monitor lengkap dengan manset, finger sensor dan lead ekg, persiapan STATICS, persiapan alat regional
anestesi dengan teknik SAB jarum ukuran 27G, spuit 3cc dan 5cc, 10cc dan sarung tangan steril. Persiapan obat : Obat
antiperdarahan Traneksamat 50mg/ml, obat SAB Bupivakain 12,5mg/ml dan Fentanyl 25mcg, antiemetik ondansetron 4
mg/ml, analgetik ketorolak 30 mg/ml, obat emergency SA 0,25 mg/ml ; Ephedrine 50mg/ml = dioplos 5cc
dimasukkan spuit ; Dexamethason 5mg/ ml, cairan infus RL 1500.
Selama intra operasi pasien mengatakan badannya dingin. pasien tampak mengginggil. Suhu 36o C, TD 110/80 mmHg,
Nadi 72x/mnt. Setelah operasi selesai pasien kehilangan darah ±1000 cc, terpasang infus RL 30 tpm, pasien tampak lemah,
pucat TD 112/68 mmHg, bromage score 3, pasien sama sekali belum dapat menggerakkan kaki.
Askan Pengkajian
1. Identitas Pasien
2). Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.S
Nama :Ny.A
Jenis kelamin : laki laki
Umur : 22 thn
Agama : Islam
Jenis kelamin :perempuan
Suku/bangsa : Indonesia
Agama :islam
Alamat : JL. Pundung
Pendidikan :SMA
No RM : 12113122
Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga
Diagosa pre operasi : DM ulkus
Suku Bangsa: Jawa
Tindakan operasi : amputasi
Hubungan dg Klien : Istri
Tanggal operasi : 12 november 2018
Alamat :sukunan,banyuraden,gamping
Dokter bedah: Muslim, Sp.B
Dokter anestesi : Annaba Alwi, Sp.An
Persiapan penatalaksanaan anestesi
Persiapan Alat ( APD, persiapan mesin, mesin
anestesi dan bedsite monitor, lead EKG,finger sensor Persiapan obat regional anestesi
1. Jarum ukuran 27G
2. Spuit 3cc dan 5 cc
STATICS
3. Sarung tangan steril
S : Laringoscope (nomor 4) Machintos, Stetoscope  
T : Endotracheal Tube (ET) (ukuran 7dan 7,5 ) Persiapan obat
A : Sungkup muka dan Ambubag - Obat antiperdarahan : traneksamat 50 mg/ml
- Obat SAB : bupivakain 12,5 mg/ml dan
T : Tape (plester) fentanyl 25 mcg
I : Introducer (stilet) - Obat antimetik : ondansentron 4 mg/ml
C : Connector - Obat analgetik : ketorolac 30 mg/ml a
S : Spuit
Obat emergency :
1. SA 0,25 mg/ml
2. ephedrine 50 mg/ml = dioplos 5 cc dimasukkan spuit
3. dexamethasone 5 mg/ml
Diagnosa
No. Symptom Problem

1 PRE OPERASI
DS : nyeri akut
- Pasien mengeluh nyeri pada kaki

- Pasien mengatakan nyeri terus seperti ditusuk-tusuk dan terus menerus.

- P : nyeri karena luka ulkus


- Q : Rasanya seperti ditusuk – tusuk
- R : nyeri pada kaki kanan.
- S : skala nyeri 7
- T :terus menerus
 
DO :
- Pasien tampak lemas

- TD: :137/80 mmHg

- N: 90 x/m

- RR: 19 x/m
Diagnosa
No. Symptom Problem

2 DO:
- Pasien tampak gelisah
Ansietas
- Pasien tampak ketakutan

- TD :127/70 mmHg

- N :76 x / menit

- S ; 36,6 ºC

- RR : 20x / menit

DS :
- pasien mengatakan sedikit takut akan dilakukan operasi.

- Pasien mengatakan belum pernah dilakukan tindakan anestesi dan


tindakan operasi sebelum nya.
Diagnosa
No. Symptom Problem

3 INTRA OPERASI
Hipotermi
DO :
- Pasien tampak menggigil

- TD : 110/80 mmHg

- N : 72 x /mnt

- Suhu : 36 ºc

DS :
- Pasien mengatakan badan nya dingin
Diagnosa
No. Symptom Problem

3
Post Anestesi Risiko Perdarahan
DO:
- TD : 110/68 mmHg
N : 80 x / menit
S ; 36,6 C
RR : 19 x/mnt
Kehilangan darah : ±1000 cc
Pasien post op amputasi
Hb : 7 g/dl
Pasien tampak lemah

DS : -
Prioritas Diagnosa
No Prioritas Diagnosa

1..
Nyeri akut

2.
Ansietas

3.
Hipotermi ( intra op )

4.
Resiko perdarahan ( post op )
Intervensi Pre Anestesi

NO DIGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1. Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat nyeri yang 1. Pengkajian nyeri dengan PQRST untuk
Nyeri Akut
keperawatan 1x24 jam
  dirasakan pasien. mengetahui tingkat nyeri pasien.
diharapkan masalah nyeri akut
2. Kolaborasi dengan
teratasi dengan kriteria hasil: 2. Pengontrolan rasa nyeri dengan
Menyebutkan factor yang
dokter pemberian obat
kolaborasi pemberian analgetik
meningkatkan nyeri analgetik ketorolac.
ketorolac
- Skala nyeri 6 turun menjadi 1 3. Posisikan pasien
- Menyebutkan intervensi dengan posisi yang 3. Posisi yang nyaman dapat mengurangi
yang efektif. rasa nyeri yang dirasakan pasien.
nyaman: semi fowler.
- Menyampaikan bahwa orang
4. Ajarkan tentang 4. Agar pasien mengerti bagaimana
lain membenarkan bahwa
nyeri memang ada
tindakan pereda nyeri mengendalikan nyeri dengan
non invasive seperti menggunakan relaksasi naaf dalam.
relaksasi nafas dalam.
Intervensi Pre Anestesi

NO DIGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWATAN TUJUAN RASIONAL
INTERVENSI

2. Setelah di lakukan 1. Kaji tingkat ansietas : 1. Dengan mengetahui tentang lingkup


Ansietas ringan,sedang, berat, panic kecemasan klien dan membantu
tindakan keperawatan
selama 1 x 4 jam di dalam mengidentifikasi berat
2. Berikan kenyamanan dan ringannya ansietas.
harapkan masalah ketentraman hati
ansietas pasien 2. agar klien memiliki rasa percaya
berkurang dengan 3. Tekan kan bahwa semua orang terhadap sesama.
kriteria hasil : merasakan cemas dari waktu
kewaktu. 3. bertujuan untuk mengalihkan
1. Menjelaskan 4. Berbicara dengan perlahan dan pemikiran klien
ansietas dan pola tenang menggunakan kalimat
kopingnya sendiri yang pendek dan sederhana. 4. dengan menggunakan kalimat
5. Ajarkan penghenti ansietas yang sederhana dapat mengetahui dengan
dapat diterapkan jika situasi mudah mengenai permasalahan yang
2. Menggunakan yang menimbulkan stress tidak dialami klien
mekanisme koping dapat di hindari seperti
yang efektif mengendalikan pernafasan. 5. bertujuan agar klien dapat
menstimulasi dirinya kembali.
3. Tingkat ansietas
menjadi rendah
Intervensi Intra Anestesi

NO DIGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

3. Risiko Setelah di lakukan 1. Kaji ttv pasien ketika 1. Dilakukan pemantauan tanda-
tindakan operasi tanda vital agar mengetahui
Hipotermi keperawatan selama keadaan umum pasien dan
1x2 jam di harapkan 2. berikan selimut menentukan intervensi yang
masalah risiko listrik,selimut hangat, tepat
hipotermi tidak dan selimut dari bulu
terjadi dengan kriteria 2. Lingkungan yang stabil
hasil : 3. pemasangan mengurangi kehilangan panas
• Mengindentifikasi penghangat IV / blood kwat evaporasi
factor risiko warmer
hipotermi 3. Penghangat aliran infus guna
4. Pantau suhu tubuh menaikan suhu tubuh
• Mengurangi factor pasien selama op
resiko hipotermi 4. menghindari turun nya suhu
tubuh secara drastis
.
Intervensi Post Anestesi

NO DIGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

2. Risiko Setelah di lakukan 1. Pantau status cairan dan 1. Observasi cairan yang masuk
tindakan keperawatan evaluasi seperti iv atau donor transfuse
Perdarahan selama 1 x 24 jam di darah
harapkan masalah
resiko perdarahan 2. Kolaborasi pemberian 2. meningkatkan haemoglobin dan
pasien teratasi dengan transfusi darah. pencegahan terjadi nya syok
kriteria hasil :
• Hb pasien 3. monitor haemoglobin dan
meningkat dari 7 3. Pantau ttv pasien dan Hb perubahan setelah di lakukan
menjadi 12 g/dl pasien setelah transfusi. transfuse untuk rencana tindak
• Perdarahan pada lanjut
luka terhenti
• Kulit dan 4. pemantauan adanya perdarahan
mukosatidak pucat 4. Pantau adanya tanda yang terjadi pada selang infus
• Ttv dalam batas perdarahan pada saluran IV transfuse
normal
Implementasi Pre Anestesi
No Hari/Tanggal/Jam Problem (Masalah Tindakan Paraf
Kesehatan Anestesi)

1. 07 Oktober 2020 Nyeri Akut 1. Mengkaji tingkat nyeri yang dirasakan pasien. Sry
08.10
2. Berkolaborasi dengan dokter pemberian obat analgetik  Adam
08.15
ketorolac.
 
 
3. Memposisikan pasien dengan posisi yang nyaman: semi
08.20 Fitra
fowler.

4. Mengajarkan tentang tindakan pereda nyeri non


invasive seperti relaksasi nafas dalam.
Implementasi Pre Anestesi
No Hari/Tanggal/Jam Problem (Masalah Tindakan Paraf
Kesehatan Anestesi)

2, 07 Oktober 2020 Ansietas 1. Mengkaji tingkat ansietas : ringan,sedang, berat, panic


08. 45 2. Memberikan kenyamanan dan ketentraman hati

3. Menekan kan bahwa semua orang merasakan cemas Haidar


dari waktu kewaktu.

4. Berbicara dengan perlahan dan tenang menggunakan


kalimat yang pendek dan sederhana.

5. Mengajarkan penghenti ansietas yang dapat diterapkan


jika situasi yang menimbulkan stress tidak dapat di
hindari seperti mengendalikan pernafasan
Implementasi Intra Anestesi
No Hari/Tanggal/Jam Problem (Masalah Tindakan Paraf
Kesehatan Anestesi)

3. 07 Oktober 2020 Hipotermi 1. Mengkaji ttv pasien ketika operasi


09.10 Sry
2. Memberikan selimut listrik,selimut hangat,
dan selimut dari bulu

3. Memasangan penghangat IV / blood


09.15 warmer

4. Memantau suhu tubuh pasien selama op


Implementasi Post Anestesi
No Hari/Tanggal/Jam Problem (Masalah Tindakan Paraf
Kesehatan Anestesi)

4. 07 Oktober 2020 Risiko Perdarahan 1. Memantau status cairan dan evaluasi


10.35 Alwi
  2. Berkolaborasi pemberian transfuse darah

3. Memantau ttv pasien dan Hb pasien setelah


10.50 transfuse

4. Memantau adanya tanda perdarahan pada


saluran IV
Evaluasi Pre Anestesi
NO DIAGNOSA TANGGAL INTERVENSI EVALUASI

1. Nyeri Akut 07 Oktober 2020 Mengkaji tingkat nyeri Pukul 08.15


S:
08.10 yang dirasakan pasien. - Pasien mengeluh nyeri pada kaki
 
- Pasien mengatakan nyeri terus seperti ditusuk-tusuk dan terus menerus.

- P : nyeri karena luka ulkus

- Q : Rasanya seperti ditusuk – tusuk

- R : nyeri pada kaki kanan.


- S : skala nyeri 7
- T :terus menerus 
O:
- Pasien tampak lemas, Skala nyeri 7, TD: 100/60mmHg, N: 110x/m, RR: 16x/m

A : Masalah nyeri akut belum teratasi


P : Intervensi dilanjutkan dengan kolaborasi pemberian analgetik.
 
Sry
Evaluasi Pre Anestesi
NO DIAGNOSA TANGGAL INTERVENSI EVALUASI

1. Nyeri Akut 07 Oktober 2020 Pukul 08.35


Berkolaborasi dengan
08.18
S:
dokter pemberian Pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang.
 
Pasien mengatakan skla nyeri turun menjadi 4
obat analgetik
 
ketorolac. O:
• Pasien tampak lemas
• TD: 100/70mmHg
• N: 90x/m
• RR: 16x/m

A : Masalah nyeri akut teratasi sebagian


P : Intervensi dilanjutkan dengan edukasi.
 
Delis
Evaluasi Pre Anestesi
NO DIAGNOSA TANGGAL INTERVENSI EVALUASI
1. Memposisikan pasien Pukul 08.30
1. Nyeri Akut 07 Oktober 2020
dengan posisi yang
08.25 nyaman: semi fowler
S:
• Pasien mengatakan nyeri berkurang.
  2. Mengajarkan tentang • Pasien mengatakan skala nyeri turun menjadi 2
tindakan pereda nyeri • Pasien mengerti melakukan relaksasi nafas dalam untuk
non invasive seperti
relaksasi nafas dalam. meredaka nyeri.

O:
• TD: 110/80mmHg
• N: 90x/m
• RR: 16x/m

• A : Masalah nyeri akut teratasi sebagiam.


• P : Intervensi dilanjutkan dengan operasi.
 
Fitra
Evaluasi Pre Anestesi
NO DIAGNOSA TANGGAL INTERVENSI EVALUASI

2. Ansietas 07 Oktober 2020 1. kaji tingkat ansietas : 08.52 wib


ringan,sedang, berat, S:
08.45 -Pasien mengatakan sedikit takut akan dilakukan operasi.
panik
  -Pasien mengatakan belum pernah dilakukan tindakan anestesi dan
tindakan operasi sebelum nya.

O:
• Pasien tampak gelisah
• Pasien tampak ketakutan
• TD :127/70 mmHg
• N :76 x / menit
• RR : 20x / menit

A: pengkajian ansietas pasien telah dilakukan

P: -Berikan kenyamanan dan ketentraman hati


-Tekankan bahwa semua orang merasakan cemas dari waktu
kewaktu.
- bicara dengan perlahan dan tenang menggunakan kalimat yang
pendek dan sederhana
Evaluasi Pre Anestesi
NO DIAGNOSA TANGGAL INTERVENSI EVALUASI

2. Ansietas 07 Oktober 2020 2. berikan kenyamanan 08.55


  dan ketentraman hati S : - pasien mengatakn ketakutannya semakin berkurang
O: -Pasien tampak sedikit tenang
3.Tekankan bahwa semua -TD: 125/80 mmhg
orang merasakan cemas -N:70 x/menit
dari waktu kewaktu. -RR : 20 x/menit
A: ansietas teratasi sebagian
4.bicara dengan perlahan P : Ajarkan penghenti ansietas yang dapat diterapkan jika situasi
dan tenang menggunakan yang menimbulkan stress tidak dapat di hindari seperti
kalimat yang pendek dan mengendalikan pernafasan.
sederhana.
Evaluasi Pre Anestesi
NO DIAGNOSA TANGGAL INTERVENSI EVALUASI

2. Ansietas 07 Oktober 2020 5.ajarkan penghenti 09.02


08.58 
S :-Pasien mengatakan tidak takut lagi dengan operasi
ansietas yang dapat -pasien mengatakan siap untuk dilakukan operasi
diterapkan jika situasi
yang menimbulkan stress O: -pasien tampak relaks
-pasien tampak lebih tenang
tidak dapat di hindari -TD:120/80 mmhg,N: 21 x/menit , RR: 18 x/menit
seperti mengendalikan
pernafasan. A: ansietas pasien teratasi

P: intervensi dihentikan
Evaluasi Pre Anestesi
NO DIAGNOSA TANGGAL INTERVENSI EVALUASI

2. Ansietas 07 Oktober 2020 5.ajarkan penghenti 09.02


08.58 
S :-Pasien mengatakan tidak takut lagi dengan operasi
ansietas yang dapat -pasien mengatakan siap untuk dilakukan operasi
diterapkan jika situasi
yang menimbulkan stress O: -pasien tampak relaks
-pasien tampak lebih tenang
tidak dapat di hindari -TD:120/80 mmhg,N: 21 x/menit , RR: 18 x/menit
seperti mengendalikan
pernafasan. A: ansietas pasien teratasi

P: intervensi dihentikan
Evaluasi Intra Anestesi
NO DIAGNOSA TANGGAL INTERVENSI EVALUASI

3. 07 Oktober 2020 09.50


Hipotermi 1.kaji ttv pasien ketika
09.20
operasi S:-

O:
2. berikan selimut  pasien tampak tak menggigil lagi
09.50   Pasien tampak sedikit tenang
listrik,selimut hangat,  TD : 110/80 mmHg
dan selimut dari bulu  N : 74 x /mnt
 Suhu : 36 ºc

A : risiko hipotermi teratasi sebagian

P: -jelaskan tanda awal hipotermia : kulit dingin pucat


memutih, kemerahan.
-jelaskan tentang perlunya minum 8 – 10 gelas perhari
Evaluasi Intra Anestesi
NO DIAGNOSA TANGGAL INTERVENSI EVALUASI

3. Hipotermi 07 Oktober 2020 09.58


1. Memasangan
09.20
S:-
penghangat IV /
blood warmer O:
• pasien tampak tenang
• TD : 120/85 mmhg
09.35  2. Memantau suhu • N : 80x/menit,
• T : 37.0 C
tubuh pasien • Pasien terpasang blood warmer
selama op
A : risiko hipotermi pasien teratasi
P : intervensi dihentikan
Evaluasi Post Anestesi
NO DIAGNOSA TANGGAL INTERVENSI EVALUASI

4. 07 Oktober 2020 1. Memantau status


Risiko 10.30
cairan dan evaluasi
Perdarahan 10.15 S:-
2. Berkolaborasi
O : - terpasang infus di tangan kanan
pemberian transfusi
darah - Cairan masuk NACL
- Transfuse darah 2 kantong
3. Memantau ttv pasien
dan Hb pasien setelah - Tidak ada tanda” perdarahan pada IV
transfusi
- TD : 125/78 mmhg
4. Memantau adanya - N : 90x/mnt
tanda perdarahan pada
- Hb : 11 g/dl
saluran IV
- spO2 :99 %
A : masalah resiko perdarahan teratasi
P : pantau keadaan umum pasien
PENUTUP
 
Kesimpulan

Diabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik
akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata,
ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan
dengan mikroskop elektron Diabetus merupakan suatu kelompok panyakit metabolik
dengan karakterristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya.
DANKE

THANK YOU

GOMAWO

ARIGATOU

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai