Anda di halaman 1dari 63

F1

Tgl mulai kegiatan : 6 Agustus 2020


Tgl akhir kegiatan : 6 Agustus 2020
Pendamping : dr. Jul
Peserta hadir :
 Perwakilan dinas Kesehatan
 Kapuskes
 Camat/Lurah/Perwakilan
 Dokter pendamping
 Peserta PIDI
 Masyarakat
 Lain-lain
Judul Laporan
Penyuluhan tentang pentingnya imunisasi di desa Boja, Tersono
Latar belakang

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi antara lain TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B,
Poliomyelitis, dan Campak. Pemberian imunisasi pada bayi dan anak tidak hanya memberi
pencegahan penyakit tertentu, tetapi juga memberikan dampak yang lebih luas karena dapat
mencegah penularan penyakit untuk anak lain. Oleh karena itu pengetahuan dan sikap orang tua
terutama ibu sangat penting untuk memahami tentang manfaat imunisasi bagi anak Indonesia.

Di Indonesia, imunisasi yang telah diwajibkan oleh pemerintah sebagaimana juga yang telah
diwajibkan WHO antara lain; imunisasi BCG, DPT, Hepatitis, Campak dan Polio. Pelayanan
imunisasi dapat diperoleh di unit pelayanan kesehatan milik pemerintah, seperti Rumah Sakit,
Puskesmas bahkan Posyandu yang tersebar diseluruh tanah air.

Secara global masih ada 1 dari 4 orang anak yang belum mendapatkan vaksinasi dan 2 juta anak
meninggal setiap tahunnya karena penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Kementerian
Kesehatan menargetkan pada tahun 2014 seluruh desa/kelurahan mencapai 100% UCI (Universal
Child Immunization) atau 90% dari seluruh bayi di desa/kelurahan tersebut memperoleh
imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari BCG, Hepatitis B, DPT-HB, Polio dan campak. Di
Indonesia, cakupan imunisasi dasar pada bayi per September 2014 sebesar 48%. Sedangkan
berdasarkan cakupan UCI pada tahun 2013 sebesar 80,23%, hal ini belum mencapai target
rencana strategi (Renstra) tahun 2013 yaitu sebesar 95%.

Masih banyaknya anak yang tidak mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap disebabkan oleh
berbagai faktor, antara lain keterlibatan (kinerja) petugas kesehatan dan partisipasi masyarakat.
Salah satu faktor yang berperan penting dan sangat berpengaruh terhadap kelengkapan imunisasi
dasar pada anak adalah orang tua. Oleh karena itu, peneliti juga tertarik untuk mengetahui
hubungan kelengkapan imunisasi dasar dengan faktor-faktor seperti pendidikan orang tua,
pekerjaan orang tua, pendapatan per kapita keluarga per bulan, pengetahuan dan sikap orang tua
terhadap imunisasi.

Permasalahan (Permasalahan di masyarakat, keluarga, maupun kasus ini)

1. Masih ada pandangan negatif masyarakat untuk pemberian imunisasi


2. Masih ada orang tua yang kurang pengetahuan tentang pentingnya imunisasi, terutama
orang tua yang baru menikah
3. Masih ada orang tua yang terlambat membawa anak imunisasi karena takut efek sakit
pasca imunisasi

Perencanaan dan pemilihan intervensi (Metode penyuluhan)


Program ini berperan memberikan informasi kesehatan kepada masyarakat terutama pada bayi
dan anak balita, ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui, pasangan usia subur serta pengasuh anak.

Pelaksanaan (Proses intervensi yang dilakukan)


Program ini dilaksanakan pada tanggal 6 Agustus 2020 di balai desa Boja, Tersono. Pelaksanaan
layanan posyandu dilakukan dengan sistem 5 meja yaitu : meja 1 pendaftaran dan pengukuran
suhu, meja 2 penimbangan, meja 3 pengisian KMS, meja 4 penyuluhan perorangan berdasarkan
KMS dan meja 5 pemberian vitamin A.

Monitoring dan Evaluasi (Proses monitoring dan hasil evaluasi)


Total seluruh bayi, balita dan anak yang hadir sebanyak 12 orang. Usia yang hadir antara 1
bulan - 4 tahun. Pada saat penyuluhan peserta sangat antusias karena banyak info baru yang
belum mereka ketahui. Dari hasil penyuluhan ini diharapkan orang tua dapat membawa anak
imunisasi secara tepat waktu.

Tgl mulai kegiatan : 7 Agustus 2020


Tgl akhir kegiatan : 7 Agustus 2020
Pendamping : dr. Jul
Peserta hadir :
 Perwakilan dinas Kesehatan
 Kapuskes
 Camat/Lurah/Perwakilan
 Dokter pendamping
 Peserta PIDI
 Masyarakat
 Lain-lain
Judul Laporan
Penyuluhan tentang Diabetes Melitus dan Hipertensi pada kegiatan posyandu lansia di desa
Sendang, Tersono
Latar belakang

Berkembangnya pola makan dan gaya hidup masyarakat seiring perkembangan dunia
menyebabkan transisi epidemiologi penyakit. Dilaporkan terjadi kasus kematian sebanyak 57
juta jiwa, (36 %) diantaranya disebabkan karena penyakit tidak menular. Risiko relatif kematian
akibat komplikasi vaskular adalah tiga kali lipat lebih tinggi pada pasien DM dibandingkan
populasi umum, dengan kematian sebesar 80% akibat penyakit kardiovaskular.

Hipertensi masih merupakan masalah kesehatan serius di seluruh dunia karena


prevalensinya terus meningkat. Masih banyak yang belum mendapatkan pengobatan atau sudah
berobat tetapi tekanan darah belum mencapai target yang diharapkan. Penyebabnya antara lain
prevalensi hipertensi yang semakin meningkat, sedikitnya penderita yang mendapatkan terapi
adekuat, masih banyaknya penderita yang tidak terdeteksi, serta tingginya morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi hipertensi

Penderita DM perlu dilakukan penanganan yang tepat dan terarah untuk menghindari
terjadinya komplikasi, salah satunya adalah ulkus diabetikum. Penderita DM yang disertai
hipertensi lebih berisiko menderita penyakit kardiovaskuler dibandingkan dengan diabetes
melitus yang tidak disertai hipertensi. Diabetes melitus tipe 2 dapat mempercepat terjadinya
aterosklerosis dengan meningkatnya faktor risiko konvensional seperti dislipidemia dan
hipertensi.

Permasalahan (Permasalahan di masyarakat, keluarga, maupun kasus ini)

1. Kurangnya kepatuhan minum obat pada pasien penderita penyakit kronik seperti
hipertensi dan diabetes mellitus.
2. Kurangnya pengetahuan peserta tentang komplikasi penyakit yang diderita.
3. Sulitnya mengatur variasi diet seimbang dikarenakan pasien lansia hanya tinggal berdua
atau sendiri.

Perencanaan dan pemilihan intervensi (Metode penyuluhan)


Program ini berperan memberikan informasi kesehatan kepada masyarakat terutama pada
masyarakat lanjut usia.

Pelaksanaan (Proses intervensi yang dilakukan)


Penyuluhan dilakukan di Posyandu Lansia di desa Sendang, Tersono. Peserta yang hadir
ada 30 lansia di desa Sendang, dihadiri 2 orang petugas medis dan 1 orang dokter. Kegiatan
berupa pemeriksaan tekanan darah dan pemeriksaan gula darah. Disertai acara senam lansia dan
konseling secara personal tentang hasil pemeriksaan dan penyakit yang diderita.

Monitoring dan Evaluasi (Proses monitoring dan hasil evaluasi)


Dari hasil kegiatan didapatkan bahwa tingkat pengetahuan peserta bagus untuk penyakit
yang sedang diderita. Monitoring dan evaluasi dilakukan setiap sekali sebulan di posbindu. Hal
yang dilakukan saat evaluasi berupa anamnesis bagaimana kepatuhan dalam mengonsumsi obat,
pola makan, dan kegiatan aktivitas fisik yang dilakukan. Kegiatan berjalan dengan tertib dan
lancar.

Tgl mulai kegiatan : 8 Agustus 2020


Tgl akhir kegiatan : 8 Agustus 2020
Pendamping : dr. Jul
Peserta hadir :
 Perwakilan dinas Kesehatan
 Kapuskes
 Camat/Lurah/Perwakilan
 Dokter pendamping
 Peserta PIDI
 Masyarakat
 Lain-lain

Judul Laporan
Penyuluhan Tentang Komplikasi Hipertensi, Dislipidemia dan Diabetes Mellitus di Posyandu
Lansia desa Satriyan, Tersono
Latar belakang

Berkembangnya pola makan dan gaya hidup masyarakat seiring perkembangan dunia
menyebabkan transisi epidemiologi penyakit. Dilaporkan terjadi kasus kematian sebanyak 57
juta jiwa, (36 %) diantaranya disebabkan karena penyakit tidak menular. Risiko relatif kematian
akibat komplikasi vaskular adalah tiga kali lipat lebih tinggi pada pasien DM dibandingkan
populasi umum, dengan kematian sebesar 80% akibat penyakit kardiovaskular.

Hipertensi masih merupakan masalah kesehatan serius di seluruh dunia karena


prevalensinya terus meningkat. Masih banyak yang belum mendapatkan pengobatan atau sudah
berobat tetapi tekanan darah belum mencapai target yang diharapkan. Penyebabnya antara lain
prevalensi hipertensi yang semakin meningkat, sedikitnya penderita yang mendapatkan terapi
adekuat, masih banyaknya penderita yang tidak terdeteksi, serta tingginya morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi hipertensi

Penderita DM perlu dilakukan penanganan yang tepat dan terarah untuk menghindari
terjadinya komplikasi, salah satunya adalah ulkus diabetikum. Penderita DM yang disertai
hipertensi lebih berisiko menderita penyakit kardiovaskuler dibandingkan dengan diabetes
melitus yang tidak disertai hipertensi. Diabetes melitus tipe 2 dapat mempercepat terjadinya
aterosklerosis dengan meningkatnya faktor risiko konvensional seperti dislipidemia dan
hipertensi.

Resistensi insulin ,hipertensi dan dislipidemia adalah sekumpulan gejala yang merupakan
faktor risiko penyakit kardiovaskuler. DM tipe II sering terjadi dislipidemia, ciri spesifik
dislipidemia adalah peningkatan trigliserid, penurunan kadar HDL kolesterol, dan peningkatan
kadar LDL kolesterol. Dislipidemia berhubungan dengan hiperinsulinemia.

Permasalahan (Permasalahan di masyarakat, keluarga, maupun kasus ini)

1. Kurangnya kepatuhan minum obat pada pasien penderita penyakit kronik seperti
hipertensi dan diabetes mellitus.
2. Kurangnya pengetahuan peserta tentang komplikasi penyakit yang diderita.
3. Sulitnya mengatur variasi diet seimbang dikarenakan pasien lansia hanya tinggal berdua
atau sendiri.

Perencanaan dan pemilihan intervensi (Metode penyuluhan)


Intervensi yang dilakukan adalah memberikan edukasi dan sharing ilmu serta pengalaman
kepada peserta.

Pelaksanaan (Proses intervensi yang dilakukan)


Penyuluhan dilakukan di Posyandu Lansia desa Satriyan, Tersono. Peserta yang hadir ada
20 lansia, dihadiri 2 orang petugas medis dan 1 orang dokter. Kegiatan berupa pemeriksaan
tekanan darah, pemeriksaan gula darah, asam urat dan kolesterol. Disertai acara senam lansia dan
konseling secara personal tentang hasil pemeriksaan dan penyakit yang diderita.

Monitoring dan Evaluasi (Proses monitoring dan hasil evaluasi)


Monitoring dan evaluasi dilakukan setiap sekali sebulan di posbindu. Hal yang dilakukan
saat evaluasi berupa anamnesis bagaimana kepatuhan dalam mengonsumsi obat, pola makan, dan
kegiatan aktivitas fisik yang dilakukan. Kegiatan berjalan dengan tertib dan lancar.

Tgl mulai kegiatan : 1 Agustus 2020


Tgl akhir kegiatan : 1 Agustus 2020
Pendamping : dr. Jul
Peserta hadir :
 Perwakilan dinas Kesehatan
 Kapuskes
 Camat/Lurah/Perwakilan
 Dokter pendamping
 Peserta PIDI
 Masyarakat
 Lain-lain

Judul Laporan
Penyuluhan Tentang Tumbuh Kembang Pada Bayi dan Balita di desa Rejosari Barat, Tersono
Latar belakang

Proses tumbuh kembang anak dimulai sejak dari dalam kandungan, masa bayi, dan
balita. Pada 1000 hari pertama kelahiran merupakan masa dengan pertumbuhan yang sangat
pesat dan kritis, biasanya dikenal dengan istilah golden age. Laju pertumbuhan dan
perkembangan pada setiap tahapan usia tidak selalu sama, tergantung dari faktor keturunan,
konsumsi gizi, perlakuan orang tua dan dewasa, dan lingkungan. Intervensi kesehatan dan gizi
harus diberikan secara optimal pada periode ini untuk menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh
kembang anak

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar jumlah, ukuran
atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat, ukuran
panjang, umur tulang, dan keseimbangan metabolik. Sedangkan perkembangan (developmental)
adalah bertambahnya skil dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur. Aspek perkembangan pada balita mencakup perkembangan fisik dan motorik, kognitif,
sosial emosional dan bahasa.

Bayi yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang
dibandingkan dengan bayi yang kurang atau tidak mendapat stimulasi Stimulasi dini sendiri
merupakan rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir (bahkan sebaiknya sejak janin 6
bulan di dalam kandungan) dilakukan setiap hari, untuk merangsang semua sistem indera dari
pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan. Stimulasi harus dilakukan dalam
suasana yang menyenangkan dan kegembiraan antara Ibu dan bayi.

Faktor penentu perkembangan anak baik fisik maupun mental adalah peran orang tua,
terutama peran seorang ibu. Apabila pada masa tersebut bayi tidak memperoleh penanganan dan
pembinaan secara baik, bayi tersebut dapat mengalami gangguan perkembangan emosi, sosial,
mental, intelektual dan moral yang akan sangat menentukan sikap serta nilai pola perilaku
seseorang dikemudian hari. Penyebab dari keterlambatan tumbuh kembang seorang bayi
dipengaruhi oleh beberapa sebab seperti genetik (sindrom down, sindrom turner & lain-lain), dan
faktor lingkungan seperti gizi, biologis, fisik, psikososial dan keluarga

Permasalahan (Permasalahan di masyarakat, keluarga, maupun kasus ini)

1. Kurangnya pengetahuan ibu tentang perkembangan bayi


2. Kurangnya kepedulian ibu terhadap perkembangan anak
3. Masih ada ibu yang tidak membawa anak ke posyandu

Perencanaan dan pemilihan intervensi (Metode penyuluhan)


Penyuluhan dilakukan dengan metode massa (publik), penyuluhan langsung saat
pertemuan kelas ibu hamil dan balita. Dilakukan penyuluhan, tanya jawab aktif dan konseling
perorangan. Intervensi yang dilakukan adalah memberikan edukasi dan motivasi dalam hal
pentingnya memahami bagaimana tumbuh kembang pada bayi dan balita.

Pelaksanaan (Proses intervensi yang dilakukan)


Promosi kesehatan dilakukan di Posyandu desa Rejosari Barat, Tersono . Peserta yang
hadir 12 orang ibu dan 4 balita. Dan dihadiri 2 orang petugas medis dan 1 orang dokter. Kegiatan
penyuluhan dengan media power point. Setelah penyuluhan dilakukan, dibuka sesi tanya jawab
aktif.

Monitoring dan Evaluasi (Proses monitoring dan hasil evaluasi)


Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan adanya kegiatan tanya jawab aktif serta
konseling dua arah. Kegiatan terlaksana dengan lancar dan peserta memahami materi yang
disampaikan.

Tgl mulai kegiatan : 3 Agustus 2020


Tgl akhir kegiatan : 3 Agustus 2020
Pendamping : dr. Jul
Peserta hadir :
 Perwakilan dinas Kesehatan
 Kapuskes
 Camat/Lurah/Perwakilan
 Dokter pendamping
 Peserta PIDI
 Masyarakat
 Lain-lain
Judul Laporan
Penyuluhan tentang hipertensi dan kepatuhan minum obat di Posyandu desa Boja, Tersono
Latar belakang

Hipertensi atau biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan keadaan yang ditandai
dengan tekanan darah di pembuluh darah mengalami peningkatan secara kronis. Penyebab hal
tersebut adalah jantung memompa darah lebih keras untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan
nutrisi tubuh. Jika keadaan ini dibiarkan, maka tidak menutup ke- mungkinan penyakit ini dapat
mengganggu fungsi organ lainnya, terutama organ-organ vital seperti jantung dan ginjal.

Tekanan darah tinggi disebut juga sebagai Silent Killer dikarenakan sering tidak
menunjukkan tanda-tanda atau gejala.4 Banyak orang yang tidak menyadari bahwa mereka
menderita hipertensi. Hipertensi juga dikenal sebagai heterogeneouse group of disease
dikarenakan bisa menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur, sosial dan ekonomi. 2
Prevalensi hipertensi di dunia ada- lah sekitar 15-20% dari jumlah penduduk dunia.

Banyak sekali faktor risiko yang berpe- ran dalam terjadinya hipertensi, faktor genetik/
keturunan, usia, jenis kelamin dan rasa merupa- kan faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan.
Sedangkan, obesitas, konsumsi lemak, natrium, rokok dan alkohol serta olahraga, stress merupa-
kan faktor risiko yang dapat dikendalikan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pencegahan dan
detek- si dini agar tidak terkena hipertensi dan terbebas dari ancaman penyakit berbahaya dan
mematikan.

Kepathan minum obat adalah faktor terbesar yang mempengaruhi kontrol tekanan darah.
Diperkirakan rata- rata rentang kepatuhan minum obat antihipertensi yaitu 50-70%. Setiap
tahunnya, ketidakpatuhan mengakibatkan sekitar 125.000 kematian dari penyakit kardiovaskular
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar sebesar 37,1% dari 76,1% angka kejadian hipertensi di
Indonesia disebabkan karena ketidakpatuhan meminum obat. Akibatnya, tingkat keberhasilan
dalam menurunkan jumlah penderita hipertensi sangatlah rendah.

Faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah segala sesuatu yang dapat
mempengaruhi penderita sehingga penderita tidak mampu lagi mempertahankan kepatuhannya,
sampai menjadi kurang patuh dan tidak patuh. Adapun faktor-faktor tersebut yaitu pemahaman
tentang instruksi, tingkat pendidikan, kesakitan dan pengobatan, keyakinan, sikap dan
kepribadian, dukungan keluarga, dan tingkat ekonomi.
Permasalahan (Permasalahan di masyarakat, keluarga, maupun kasus ini)

1. Kurangnya pengetahuan lansia tentang hipertensi


2. Masih ada lansia yang beranggapan tidak perlu minum obat antihipertensi
3. Kurangnya kepedulian keluarga untuk membantu para lansia untuk kontrol ulang tekanan
darah dan obat yang diminum

Perencanaan dan pemilihan intervensi (Metode penyuluhan)


Dilakukan penyuluhan, tanya jawab aktif dan konseling perorangan. Intervensi yang
dilakukan adalah memberikan edukasi dan motivasi dalam hal pentingnya memahami tentang
hipertensi dan kepatuhan minum obat yang harus diminum.

Pelaksanaan (Proses intervensi yang dilakukan)


Promosi kesehatan dilakukan di ruang Posyandu Lansia desa Boja, Tersono. Peserta yang
hadir 10 lansia, dan dihadiri 2 orang petugas medis serta 1 orang dokter. Kegiatan penyuluhan
dilakukan melalui konseling setelah dilakukan pemeriksaan tekanan darah. Setelah penyuluhan
dilakukan, dibuka sesi tanya jawab aktif.

Monitoring dan Evaluasi (Proses monitoring dan hasil evaluasi)


Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan adanya kegiatan tanya jawab aktif serta
konseling dua arah. Kegiatan terlaksana dengan lancar dan peserta memahami materi yang
disampaikan.
F2
Tgl mulai kegiatan : 27 Juli 2020
Tgl akhir kegiatan : 27 Juli 2020
Pendamping : dr. Jul
Peserta hadir :
 Perwakilan dinas Kesehatan
 Kapuskes
 Camat/Lurah/Perwakilan
 Dokter pendamping
 Peserta PIDI
 Masyarakat
 Lain-lain
Judul Laporan
Penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di desa Kebumen, Tersono
Latar belakang
Suatu penyakit dapat timbul bila terjadi gangguan dari keseimbangan yang disebabkan
oleh adanya perubahan dari suatu faktor lingkungan di suatu tempat, faktor lingkungan ini
merupakan salah satu dari bagian segitiga epidemiologi. Faktor-faktor yang menentukan
terjadinya penyakit, yaitu manusia sebagai tuan rumah (host), kuman penyebab
penyakit (agent) dan lingkungan (environment). Perubahan dari salah satu faktor tersebut akan
merubah keseimbangan antara ketiganya yang berakibat pada bertambahnya atau berkurangnya
penyakit yang bersangkutan.
Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan
mereka secara fisik dan psikisnya. Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang
sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan
psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan.
Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan, hal ini terjadi karena kita
menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus
dapat mempengaruhi kesehatan secara umum.
Usaha peningkatan kesehatan lingkungan yang umumnya dikenal dengan sebutan sanitasi
merupakan salah satu tindakan yang dimaksudkan untuk pemeliharaan kesehatan maupun
pencegahan penyakit pada lingkungan fisik, sosial, ekonomi, budaya dan sebagainya. Sanitasi
menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu usaha yang mengawasi beberapa
faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia terutama terhadap hal-hal yang
mempengaruhi efek, merusak perkembangan fisik, kesehatan, dan kelangsungan hidup. Ruang
lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup: perumahan, pembuangan kotoran
manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah),
rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya.
Usaha sanitasi lingkungan merupakan upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik
manusia yang mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi
perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia yang ditujukan untuk
meningkatkan dan mempertahankan standar kondisi lingkungan yang mendasar yang
mempengaruhi kesejahteraan manusia. Kondisi tersebut mencakup pasokan air yang bersih dan
aman; pembuangan limbah dari manusia, hewan dan industri yang sehingga derajat kesehatan
manusia terpelihara dengan sempurna.
Sanitasi juga berkaitan erat dengan stunting. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013
menyatakan 1 dari 3 anak Indonesia menderita stunting. Akses terhadap sanitasi yang baik
berkontribusi dalam penurunan stunting sebesar 27%. Jika intervensi yang terfokus pada
perubahan perilaku dalam sanitasi dan kebersihan dapat menyebabkan potensi stunting
berkurang. Sanitasi yang buruk tak hanya berpengaruh pada kesehatan, tapi juga besar
pengaruhnya terhadap ekonomi nasional.

Permasalahan (Permasalahan di masyarakat, keluarga, maupun kasus ini)


1. Kebiasaan masyarakat yang masih menyepelekan tentang pentingnya personal hygine
2. Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap dampak tidak menjaga personal hygine
3. Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap sanitasi dan kesehatan lingkungan
4. Permasalahan ekonomi untuk menyediakan beberapa lingkungan yang sesuai dengan
ketentuan

Perencanaan dan pemilihan intervensi (Metode penyuluhan)


Penyuluhan dilakukan dengan metode masa (publik). Dilakukan penyuluhan, tanya jawab
aktif. Intervensi yang dilakukan adalah memberikan edukasi dan motivasi dalam hal pentingnya
memahami dan membudidayakan tentang personal hygine dan kebersihan lingkungan.

Pelaksanaan (Proses intervensi yang dilakukan)


Penyuluhan dilakukan di balai desa Kebumen. Peserta yang hadir 15 orang masyarakat, 5
orang perangkat desa. Dan dihadiri 2 orang petugas medis dan 1 orang dokter. Kegiatan
penyuluhan dengan media power point agar peserta mampu memahami dengan baik. Setelah
penyuluhan dilakukan, dibuka sesi tanya jawab aktif.

Monitoring dan Evaluasi (Proses monitoring dan hasil evaluasi)


Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan adanya kegiatan tanya jawab aktif. Kegiatan
terlaksana dengan lancar dan peserta memahami materi yang disampaikan.

Tgl mulai kegiatan : 4 Agustus 2020


Tgl akhir kegiatan : 4 Agustus 2020
Pendamping : dr. Jul
Peserta hadir :
 Perwakilan dinas Kesehatan
 Kapuskes
 Camat/Lurah/Perwakilan
 Dokter pendamping
 Peserta PIDI
 Masyarakat
 Lain-lain
Judul Laporan
Penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di desa Margosono, Tersono
Latar belakang
Suatu penyakit dapat timbul bila terjadi gangguan dari keseimbangan yang disebabkan
oleh adanya perubahan dari suatu faktor lingkungan di suatu tempat, faktor lingkungan ini
merupakan salah satu dari bagian segitiga epidemiologi. Faktor-faktor yang menentukan
terjadinya penyakit, yaitu manusia sebagai tuan rumah (host), kuman penyebab
penyakit (agent) dan lingkungan (environment). Perubahan dari salah satu faktor tersebut akan
merubah keseimbangan antara ketiganya yang berakibat pada bertambahnya atau berkurangnya
penyakit yang bersangkutan.
Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan
mereka secara fisik dan psikisnya. Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang
sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan
psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan.
Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan, hal ini terjadi karena kita
menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus
dapat mempengaruhi kesehatan secara umum.
Usaha peningkatan kesehatan lingkungan yang umumnya dikenal dengan sebutan sanitasi
merupakan salah satu tindakan yang dimaksudkan untuk pemeliharaan kesehatan maupun
pencegahan penyakit pada lingkungan fisik, sosial, ekonomi, budaya dan sebagainya. Sanitasi
menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu usaha yang mengawasi beberapa
faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia terutama terhadap hal-hal yang
mempengaruhi efek, merusak perkembangan fisik, kesehatan, dan kelangsungan hidup. Ruang
lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup: perumahan, pembuangan kotoran
manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah),
rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya.
Usaha sanitasi lingkungan merupakan upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik
manusia yang mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi
perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia yang ditujukan untuk
meningkatkan dan mempertahankan standar kondisi lingkungan yang mendasar yang
mempengaruhi kesejahteraan manusia. Kondisi tersebut mencakup pasokan air yang bersih dan
aman; pembuangan limbah dari manusia, hewan dan industri yang sehingga derajat kesehatan
manusia terpelihara dengan sempurna.
Sanitasi juga berkaitan erat dengan stunting. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013
menyatakan 1 dari 3 anak Indonesia menderita stunting. Akses terhadap sanitasi yang baik
berkontribusi dalam penurunan stunting sebesar 27%. Jika intervensi yang terfokus pada
perubahan perilaku dalam sanitasi dan kebersihan dapat menyebabkan potensi stunting
berkurang. Sanitasi yang buruk tak hanya berpengaruh pada kesehatan, tapi juga besar
pengaruhnya terhadap ekonomi nasional.

Permasalahan (Permasalahan di masyarakat, keluarga, maupun kasus ini)


5. Kebiasaan masyarakat yang masih menyepelekan tentang pentingnya personal hygine
6. Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap dampak tidak menjaga personal hygine
7. Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap sanitasi dan kesehatan lingkungan
8. Permasalahan ekonomi untuk menyediakan beberapa lingkungan yang sesuai dengan
ketentuan

Perencanaan dan pemilihan intervensi (Metode penyuluhan)


Penyuluhan dilakukan dengan metode masa (publik). Dilakukan penyuluhan, tanya jawab
aktif. Intervensi yang dilakukan adalah memberikan edukasi dan motivasi dalam hal pentingnya
memahami dan membudidayakan tentang personal hygine dan kebersihan lingkungan.

Pelaksanaan (Proses intervensi yang dilakukan)


Penyuluhan dilakukan di balai desa Margosono. Peserta yang hadir 30 orang masyarakat,
5 orang perangkat desa. Dan dihadiri 2 orang petugas medis dan 1 orang dokter. Kegiatan
penyuluhan dengan media power point agar peserta mampu memahami dengan baik. Setelah
penyuluhan dilakukan, dibuka sesi tanya jawab aktif.

Monitoring dan Evaluasi (Proses monitoring dan hasil evaluasi)


Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan adanya kegiatan tanya jawab aktif. Kegiatan
terlaksana dengan lancar dan peserta memahami materi yang disampaikan.

Tgl mulai kegiatan : 22 Juli 2020


Tgl akhir kegiatan : 22 Juli 2020
Pendamping : dr. Jul
Peserta hadir :
 Perwakilan dinas Kesehatan
 Kapuskes
 Camat/Lurah/Perwakilan
 Dokter pendamping
 Peserta PIDI
 Masyarakat
 Lain-lain
Judul Laporan
Penyuluhan tentang Upaya Pencegahan Diare Berbasis Kesehatan Lingkungan di desa Wanar,
Tersono

Latar belakang

Penyakit berbasis lingkungan masih mendominasi masalah kesehatan di negara


berkembang. Penyakit berbasis lingkungan dapat terjadi karena adanya hubungan interaktif
antara manusia, perilaku serta komponen lingkungan yang memiliki potensi penyakit. Penyakit
diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di
Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas- nya yang masih tinggi. Menurut data World Health
Organization (WHO) diare penyebab nomor satu kematian balita di dunia, dan UNICEF
melaporkan setiap detik satu anak meninggal karena diare. Hal ini banyak terjadi di negara-
negara berkembang seperti Indonesia karena buruknya perilaku higiene perorangan dan sanitasi
masyarakat yang dipengaruhi oleh rendahnya tingkat sosial, ekonomi dan Pendidikan.

Salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya penyakit diare disebabkan oleh
penyebaran kuman melalui kontaminasi makanan/minuman yang tercemar tinja dan dari faktor
resiko lainnya yang merupakan faktor penjamu dan oleh faktor lingkungan dan perilaku yang
kurang baik terhadap pencegahan diare. Oleh karena itu diperlukan kerjasama lintas
program/sektor terkait serta partisipasi aktif masyarakat sehingga penyebab diare dapat ditekan.
Faktor penjamu yang menyebabkan kerentanan terhadap diare salah satunya adalah kurangnya
kesadaran masyarakat mengenai pencegahan terjadinya penyakit diare.

Pengetahuan tentang pencegahan diare perlu diberikan pada masyarakat. Pendidikan


kesehatan merupakan bagian dari promosi kesehatan yaitu proses untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam memelihara dan menjaga kesehatannya dan tidak hanya
melibatkan diri untuk memperbaiki pengetahuan, sikap dan praktik kesehatan saja, tetapi juga
memperbaiki lingkungan (baik fisik maupun non fisik) dalam rangka memelihara dan menjaga
kesehatan.

Permasalahan (Permasalahan di masyarakat, keluarga, maupun kasus ini)


1. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang kebersihan lingkungan pencegahan diare
pada balita
2. Kebiasaan menjaga kebersihan diri yang masih kurang dilaksanakan
3. Kurangnya perhatian orangtua dalam kebersihan penyediaan makanan anak

Perencanaan dan pemilihan intervensi (Metode penyuluhan)


Penyuluhan dilakukan dengan metode perorangan langsung saat posyandu balita desa
Wanar, Tersono. Intervensi yang dilakukan adalah memberikan edukasi dan motivasi dalam hal
pentingnya memahami upaya pencegahan diare berbasis kesehatan lingkungan seperti jamban
sehat, cuci tangan 6 langkah dan personal hygine.

Pelaksanaan (Proses intervensi yang dilakukan)


Promosi kesehatan dilakukan di ruang Posyandu desa Wanar. Peserta yang hadir 10
orang Ibu dan 5 orang balita. Dan dihadiri 2 petugas kesehatan dan 1 orang dokter. Kegiatan
penyuluhan dengan power point. Setelah penyuluhan dilakukan, dibuka sesi tanya jawab aktif.

Monitoring dan Evaluasi (Proses monitoring dan hasil evaluasi)


Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan adanya kegiatan tanya jawab aktif serta
konseling dua arah. Kegiatan terlaksana dengan lancar dan peserta memahami materi yang
disampaikan.

Tgl mulai kegiatan : 23 Juli 2020


Tgl akhir kegiatan : 23 Juli 2020
Pendamping : dr. Jul
Peserta hadir :
 Perwakilan dinas Kesehatan
 Kapuskes
 Camat/Lurah/Perwakilan
 Dokter pendamping
 Peserta PIDI
 Masyarakat
 Lain-lain

Judul Laporan
Penyuluhan tentang upaya kesehatan lingkungan pencegahan cacingan pada anak di Posyandu
desa Sumurbanger
Latar belakang
Kecacingan adalah infeksi yang disebabkan oleh cacing parasit. Kecacingan adalah
penyakit yang ditularkan melalui makanan, minuman, atau melalui kulit dengan menggunakan
tanah sebagai media penularannya yang disebabkan oleh cacing gelang (Ascaris lumbricoides),
cacing kremi, cacing cambuk (Trichuris trichiura), dan cacing tambang (Ancylostoma duodenale
dan Necator americanus). Pada kasus infeksi cacing ringan, tanpa gejala atau kadang tidak
menimbulkan gejala nyata. Gejala yang harus dikenali adalah lesu, tak bergairah, suka
mengantuk, badan kurus meski porsi makan melimpah, serta suka menggaruk-garuk anusnya
saat tidur karena bisa jadi itu pertanda cacing kremi sedang beraksi. Gangguan ini menyebabkan,
kurang zat gizi, kurang darah atau anemia. Berkurangnya zat gizi maupun darah, keduanya
berdampak pada tingkat kecerdasan, selain berujung anemia. Anemia akan menurunkan prestasi
belajar dan produktivitas. Menurut penelitian, anak yang kehilangan protein akibat cacing tingkat
kecerdasannya bisa menurun. Anemia kronis bisa mengganggu daya tahan tubuh anak usia di
bawah lima tahun (balita).
Tetapi pada kasus-kasus infeksi berat bisa berakibat fatal. Ascaris pada cacing dapat
bermigrasi ke organ lain yang menyebabkan peritonitis, akibat perforasi usus dan ileus obstruksi
akibat bolus yang dapat berakhir dengan kematian.
Infeksi usus akibat cacingan, juga berakibat menurunnya status gizi penderita yang
menyebabkan daya tahan tubuh menurun, sehingga memudahkan terjadinya infeksi penyakit
lain, termasuk HIV/AIDS, Tuberkulosis dan Malaria. Jenis penyakit parasit ini kecil sekali
perhatiannya dari pemerintah bila dibandingkan dengan HIV/AIDS yang menyedot anggaran
cukup besar, padahal semua bentuk penyakit sama pentingnya dan sikap masyarakat sendiri juga
tak peduli terhadap penyakit jenis ini.
Untuk dapat mengatasi infeksi cacing secara tuntas, maka upaya pencegahan dan terapi
merupakan usaha yang sangat bijaksana dalam memutus siklus penyebaran infeksinya.
Pemberian obat anti cacing secara berkala setiap 6 bulan. Menjaga kebersihan diri dan
lingkungan serta sumber bahan pangan adalah merupakan sebagian dari usaha pencegahan untuk
menghindari dari infeksi cacing. Penanganan untuk mengatasi infeksi cacing dengan obat-obatan
merupakan pilihan yang dianjurkan.

Permasalahan (Permasalahan di masyarakat, keluarga, maupun kasus ini)


1. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang kebersihan lingkungan pencegahan
kecacingan pada balita
2. Kebiasaan menjaga kebersihan diri yang masih kurang dilaksanakan
3. Kurangnya perhatian orangtua dalam penyediaan alas kaki pada anak setiap keluar
rumah dan pentingnya minum obat cacing pada anak

Perencanaan dan pemilihan intervensi (Metode penyuluhan)


Penyuluhan dilakukan dengan metode perorangan langsung saat di Posyandu desa
Sumurbanger, Tersono. Dilakukan penyuluhan, tanya jawab aktif dan konseling perorangan.
Intervensi yang dilakukan adalah memberikan edukasi dan motivasi dalam hal pentingnya
memahami upaya pencegahan kecacingan berbasis kesehatan lingkungan seperti jamban sehat,
cuci tangan 6 langkah dan personal hygine, memakai alas kaki setiap keluar rumah, dan minum
obat cacing.

Pelaksanaan (Proses intervensi yang dilakukan)


Promosi kesehatan dilakukan di ruang Posyandu desa Sumurbanger, Tersono. Peserta
yang hadir 20 orang Ibu dan 15 orang balita. Dan dihadiri 2 petugas kesehatan dan 1 orang
dokter. Kegiatan penyuluhan dengan power point. Setelah penyuluhan dilakukan, dibuka sesi
tanya jawab aktif.

Monitoring dan Evaluasi (Proses monitoring dan hasil evaluasi)


Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan adanya kegiatan tanya jawab aktif serta
konseling dua arah. Kegiatan terlaksana dengan lancar dan peserta memahami materi yang
disampaikan.

Tgl mulai kegiatan : 24 Juli 2020


Tgl akhir kegiatan : 24 Juli 2020
Pendamping : dr. Jul
Peserta hadir :
 Perwakilan dinas Kesehatan
 Kapuskes
 Camat/Lurah/Perwakilan
 Dokter pendamping
 Peserta PIDI
 Masyarakat
 Lain-lain
Judul Laporan
Penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di desa Sendang, Tersono
Latar belakang
Suatu penyakit dapat timbul bila terjadi gangguan dari keseimbangan yang disebabkan
oleh adanya perubahan dari suatu faktor lingkungan di suatu tempat, faktor lingkungan ini
merupakan salah satu dari bagian segitiga epidemiologi. Faktor-faktor yang menentukan
terjadinya penyakit, yaitu manusia sebagai tuan rumah (host), kuman penyebab
penyakit (agent) dan lingkungan (environment). Perubahan dari salah satu faktor tersebut akan
merubah keseimbangan antara ketiganya yang berakibat pada bertambahnya atau berkurangnya
penyakit yang bersangkutan.
Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan
mereka secara fisik dan psikisnya. Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang
sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan
psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan.
Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan, hal ini terjadi karena kita
menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus
dapat mempengaruhi kesehatan secara umum.
Usaha peningkatan kesehatan lingkungan yang umumnya dikenal dengan sebutan sanitasi
merupakan salah satu tindakan yang dimaksudkan untuk pemeliharaan kesehatan maupun
pencegahan penyakit pada lingkungan fisik, sosial, ekonomi, budaya dan sebagainya. Sanitasi
menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu usaha yang mengawasi beberapa
faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia terutama terhadap hal-hal yang
mempengaruhi efek, merusak perkembangan fisik, kesehatan, dan kelangsungan hidup. Ruang
lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup: perumahan, pembuangan kotoran
manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah),
rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya.
Usaha sanitasi lingkungan merupakan upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik
manusia yang mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi
perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia yang ditujukan untuk
meningkatkan dan mempertahankan standar kondisi lingkungan yang mendasar yang
mempengaruhi kesejahteraan manusia. Kondisi tersebut mencakup pasokan air yang bersih dan
aman; pembuangan limbah dari manusia, hewan dan industri yang sehingga derajat kesehatan
manusia terpelihara dengan sempurna.
Sanitasi juga berkaitan erat dengan stunting. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013
menyatakan 1 dari 3 anak Indonesia menderita stunting. Akses terhadap sanitasi yang baik
berkontribusi dalam penurunan stunting sebesar 27%. Jika intervensi yang terfokus pada
perubahan perilaku dalam sanitasi dan kebersihan dapat menyebabkan potensi stunting
berkurang. Sanitasi yang buruk tak hanya berpengaruh pada kesehatan, tapi juga besar
pengaruhnya terhadap ekonomi nasional.

Permasalahan (Permasalahan di masyarakat, keluarga, maupun kasus ini)


1. Kebiasaan masyarakat yang masih menyepelekan tentang pentingnya personal hygine
2. Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap dampak tidak menjaga personal hygine
3. Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap sanitasi dan kesehatan lingkungan
4. Permasalahan ekonomi untuk menyediakan beberapa lingkungan yang sesuai dengan
ketentuan

Perencanaan dan pemilihan intervensi (Metode penyuluhan)


Penyuluhan dilakukan dengan metode masa (publik). Dilakukan penyuluhan, tanya jawab
aktif. Intervensi yang dilakukan adalah memberikan edukasi dan motivasi dalam hal pentingnya
memahami dan membudidayakan tentang personal hygine dan kebersihan lingkungan.

Pelaksanaan (Proses intervensi yang dilakukan)


Penyuluhan dilakukan di balai desa Sendang, Tersono. Peserta yang hadir 15 orang
masyarakat, 5 orang perangkat desa. Dan dihadiri 2 orang petugas medis dan 1 orang dokter.
Kegiatan penyuluhan dengan media power point agar peserta mampu memahami dengan baik.
Setelah penyuluhan dilakukan, dibuka sesi tanya jawab aktif.

Monitoring dan Evaluasi (Proses monitoring dan hasil evaluasi)


Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan adanya kegiatan tanya jawab aktif. Kegiatan
terlaksana dengan lancar dan peserta memahami materi yang disampaikan.
F3
Tgl mulai kegiatan : 30 Juli 2020
Tgl akhir kegiatan : 30 Juli 2020
Pendamping : dr. Jul
Peserta hadir :
 Perwakilan dinas Kesehatan
 Kapuskes
 Camat/Lurah/Perwakilan
 Dokter pendamping
 Peserta PIDI
 Masyarakat
 Lain-lain
Judul Laporan
Penyuluhan Tentang mengenalkan berbagai metode kontrasepsi sebagai upaya menjarangkan
kehamilan, di desa Sumurbanger, Tersono
Latar belakang
Program Keluarga Berencana (KB) adalah program pembatasan jumlah anak yakni dua
untuk setiap keluarga. Program tersebut berpotensi meningkatkan status kesehatan wanita dan
menyelamatkan kehidupannya. Hal itu dapat dilakukan dengan cara memungkinkan wanita
untuk merencanakan kehamilan sebagai hak reproduksi sehingga dapat menghindari kehamilan
pada umur atau jumlah persalinan yang membawa bahaya tambahan dengan cara menurunkan
kesuburan.
Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa angka kematian ibu masih tinggi yaitu 359 per
100.000 kelahiran hidup. Seringnya ditemukan 4 T (terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat jarak
antar kelahiran, dan terlalu banyak anak yang dilahirkan) merupakan salah satu faktor yang
berperan terhadap angka kematian ibu.
Penguatan pelayanan Keluarga Berencana merupakan salah satu upaya penting untuk
mendukung percepatan penurunan angka kematian ibu. Data menunjukkan bahwa cakupan
kesertaan KB aktif atau Contraceptive Prevalence Rate hanya meningkat 0,5% dari 57,4%
(SDKI 2012) menjadi 57,9%, angka kehamilan pada remaja atau Age Specific Fertility Rate 15-
19 tahun masih tinggi, yaitu 48/1000 perempuan usia 15-19 tahun. Belum optimalnya indikator-
indikator yang tercapai tersebut berkontribusi pada stagnannya Total Fertility Rate dan
berdampak pada tingginya angka kematian ibu di Indonesia.
Untuk meningkatkan pelayanan keluarga berencana tersebut pemerintah membentuk
suatu badan yang khusus menangani hal tersebut yaitu Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN). Melalui badan inilah program-program keluarga berencana dilaksanakan di
tiap daerah-daerah di Indonesia baik di pedesaan maupun di kota-kota di seluruh Indonesia yang
kegiatannya dilaksanakan oleh petugas-petugas kesehatan yang bekerjasama dengan masyarakat
(Hartanto, 2004).
Pada dasarnya pelayanan kontrasepsi dapat dibagi sesuai dengan sasaran yang akan
dicapainya. Peserta wanita berumur di bawah 20 tahun dengan alasan menunda kehamilan
diutamakan pemakaian kontrasepsi pil oral, sedangkan penggunaan kondom tidak disarankan
karena biasanya pasangan muda masih tinggi frekuesi bersenggamanya sehingga dapat
menyebabkan kegagalan dalam mencegah kehamilan. Dapat juga digunakan IUD-Mini (Intra
Uterine Device Mini) terutama pada calon peserta yang kontraindikasi terhadap pil oral.
Pada peserta umur 20-30 tahun dengan alasan menjarangkan kehamilan maka segera
setelah anak pertama lahir dianjurkan untuk memakai IUD (Intra Uterine Device) sebagai
pilihan utama dan kegagalan kontrasepsi di sini bukanlah suatu kesalahan program. Pada peserta
di atas 30 tahun dengan alasan tidak mau hamil maka pilihan utama adalah kontrasepsi mantap,
pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu yang relatif tua dan mempunyai kemungkinan
timbulnya akibat sampingan dan komplikasi.
Permasalahan (Permasalahan di masyarakat, keluarga, maupun kasus ini)
4. Kurangnya pengetahuan ibu tentang metode kontrasepsi
5. Masih ada kepercayaan terhadap mitos yang berkembang tentang kontrasepsi
6. Kurangnya kepedulian ibu terhadap kontrasepsi
7. Masih ada ibu yang tidak menggunakan kontrasepsi

Perencanaan dan pemilihan intervensi (Metode penyuluhan)


Metode intervensi yang digunakan adalah dengan melakukan penyuluhan dan diskusi
secara langsung kepada para wanita usia reproduktif yang telah menikah. Materi penyuluhan
berfokus untuk menjelaskan tujuan dan fungsi KB serta memberikan contoh pilihan metode
kontrasepsi yang dapat digunakan. Media yang digunakan adalah power point. Selama kegiatan
penyuluhan juga digunakan untuk mendata peserta yang pernah menggunakan KB namun
selanjutnya tidak melanjutkan penggunaan (drop-out) dan menanyakan sebab ketidak berlanjutan
program. Peserta yang berminat menggunakan KB atau ingin melakukan pemeriksaan lebih
lanjut diarahkan untuk datang ke puskesmas.
Pelaksanaan (Proses intervensi yang dilakukan)
Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada tanggal 30 Juli 2020 pk 09.00 – 11.00 di balai
desa Sumurbanger, Tersono. Acara ini dihadiri oleh sekitar 20 orang ibu-ibu. Kegiatan
penyuluhan dilakukan dengan menggunakan presentasi power point. Penyuluhan berlangsung
lancar dan interaktif.. Banyak peserta yang antusias bertanya dan membagi cerita menggunakan
kontrasepsi.
Monitoring dan Evaluasi (Proses monitoring dan hasil evaluasi)
Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan adanya kegiatan tanya jawab aktif. Kegiatan
terlaksana dengan lancar dan peserta memahami materi yang disampaikan.

Tgl mulai kegiatan : 25 Juli 2020


Tgl akhir kegiatan : 25 Juli 2020
Pendamping : dr. Jul
Peserta hadir :
 Perwakilan dinas Kesehatan
 Kapuskes
 Camat/Lurah/Perwakilan
 Dokter pendamping
 Peserta PIDI
 Masyarakat
 Lain-lain

Judul Laporan
Pos Layanan Terpadu (Posyandu) balita dan Ibu hamil di Rejosari Timur, Tersono

Latar belakang

Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan pos terdepan dalam mendeteksi gangguan
kesehatan masyarakat. Posyandu adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat
dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar
untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Program posyandu ini berperan memberikan informasi kesehatan kepada masyarakat
terutama pada bayi dan anak balita, ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui, pasangan usia subur
serta pengasuh anak. Kegiatan utama yang mencakup kegiatan posyandu adalah kesehatan ibu
dan anak, keluarga bencana, imunisasi, gizi serta pencegahan dan penanggulangan diare.

Pentingnya pemberian imunisasi untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan


kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) adalah TB Paru, Polio,
Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, Campak, Meningitis, Pneumonia, dan Rubella.
Pemerintah kota Solok berupaya menyediakan vaksin untuk pencegahan penyakit. Situasi
pencapaian imunisasi untuk tahun 2018 sangat menurun, hal tersebut dikarenakan informasi yang
terdapat dimasyarakat yang cenderung mengenal berita negatif untuk program imunisasi. Oleh
karena itu pelaksanaan Posyandu tetap disosialisakan pada masyarakat guna mencegah penyakit
yang dapat menimbulkan kematian dan kecacatan.

Permasalahan (Permasalahan di masyarakat, keluarga, maupun kasus ini)

4. Masih ada orangtua yang kurang pengetahuan tentang pentingnya imunisasi, terutama
orangtua yang baru menikah
5. Masih ada orangtua yang terlambat membawa anak imunisasi karena takut efek sakit
pasca imunisasi

Perencanaan dan pemilihan intervensi (Metode penyuluhan)


Pelaksanaan layanan posyandu dilakukan dengan sistem 4 meja yaitu: meja 1
pendaftaran, meja 2 penimbangan, meja 3 pengisian KMS, meja 4 penyuluhan perorangan
berdasarkan KMS.
Pelaksanaan (Proses intervensi yang dilakukan)
Kegiatan dilaksanakan pada 25 Juli 2020 pukul 09.00 – 11.00 di Posyandu Rejosari Timur.
Acara ini dihadiri oleh sekitar 20 orang ibu-ibu dan usia bayi, balita dan anak yang hadir antara
1 bulan - 4 tahun. Kegiatan Posyandu berlangsung lancar dan interaktif.

Monitoring dan Evaluasi (Proses monitoring dan hasil evaluasi)


Total seluruh bayi, balita, anak, ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui sebanyak 13
orang. Usia bayi, balita dan anak yang hadir antara 1 bulan - 4 tahun. Tiap anak yang hadir
ditimbang dan diukur tinggi badan dan ditulis di KMS masing-masing anak tersebut, serta
dilakukan konsultasi mengenai masalah gizi yang ada.

Tgl mulai kegiatan : 28 Juli 2020


Tgl akhir kegiatan : 28 Juli 2020
Pendamping : dr. Jul
Peserta hadir :
 Perwakilan dinas Kesehatan
 Kapuskes
 Camat/Lurah/Perwakilan
 Dokter pendamping
 Peserta PIDI
 Masyarakat
 Lain-lain

Judul Laporan
Penyuluhan tentang pentingnya imunisasi di desa Sidalang, Tersono

Latar belakang

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi
penyakit. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi antara lain TBC, Difteri, Pertusis,
Tetanus, Hepatitis B, Poliomyelitis, dan Campak. Pemberian imunisasi pada bayi dan anak tidak
hanya memberi pencegahan penyakit tertentu, tetapi juga memberikan dampak yang lebih luas
karena dapat mencegah penularan penyakit untuk anak lain. Oleh karena itu pengetahuan dan
sikap orang tua terutama ibu sangat penting untuk memahami tentang manfaat imunisasi bagi
anak Indonesia.

Di Indonesia, imunisasi yang telah diwajibkan oleh pemerintah sebagaimana juga yang
telah diwajibkan WHO antara lain; imunisasi BCG, DPT, Hepatitis, Campak dan Polio.
Pelayanan imunisasi dapat diperoleh di unit pelayanan kesehatan milik pemerintah, seperti
Rumah Sakit, Puskesmas bahkan Posyandu yang tersebar diseluruh tanah air.

Secara global masih ada 1 dari 4 orang anak yang belum mendapatkan vaksinasi dan 2
juta anak meninggal setiap tahunnya karena penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Kementerian Kesehatan menargetkan pada tahun 2014 seluruh desa/kelurahan mencapai 100%
UCI (Universal Child Immunization) atau 90% dari seluruh bayi di desa/kelurahan tersebut
memperoleh imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari BCG, Hepatitis B, DPT-HB, Polio dan
campak. Di Indonesia, cakupan imunisasi dasar pada bayi per September 2014 sebesar 48%.
Sedangkan berdasarkan cakupan UCI pada tahun 2013 sebesar 80,23%, hal ini belum mencapai
target rencana strategi (Renstra) tahun 2013 yaitu sebesar 95%.

Masih banyaknya anak yang tidak mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain keterlibatan (kinerja) petugas kesehatan dan
partisipasi masyarakat. Salah satu faktor yang berperan penting dan sangat berpengaruh terhadap
kelengkapan imunisasi dasar pada anak adalah orangtua. Oleh karena itu, peneliti juga tertarik
untuk mengetahui hubungan kelengkapan imunisasi dasar dengan faktor-faktor seperti
pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, pendapatan per kapita keluarga per bulan, pengetahuan
dan sikap orangtua terhadap imunisasi.
Permasalahan (Permasalahan di masyarakat, keluarga, maupun kasus ini)

1. Masih ada pandangan negatif masyarakat untuk pemberian imunisasi


2. Masih ada orangtua yang kurang pengetahuan tentang pentingnya imunisasi, terutama
orangtua yang baru menikah
3. Masih ada orangtua yang terlambat membawa anak imunisasi karena takut efek sakit
pasca imunisasi

Perencanaan dan pemilihan intervensi (Metode penyuluhan)


Program posyandu ini berperan memberikan informasi kesehatan kepada masyarakat
terutama pada bayi dan anak balita, ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui, pasangan usia subur.
Kegiatan penyuluhan dilakukan secara konseling sehingga peserta dapat lebih mengerti dan
memahami.

Pelaksanaan (Proses intervensi yang dilakukan)


Program Posyandu dilaksanakan pada tanggal 28 Juli 2020 di Posyandu desa Sidalang,
Tersono. Pelaksanaan layanan posyandu dilakukan dengan sistem 5 meja yaitu: meja 1
pendaftaran dan pengukuran suhu tubuh, meja 2 penimbangan, meja 3 pengisian KMS, meja 4
penyuluhan perorangan berdasarkan KMS dan Meja 5 pelayanan kesehatan berupa pengobatan
ringan dan konsultasi KB serta gizi.

Monitoring dan Evaluasi (Proses monitoring dan hasil evaluasi)


Total seluruh bayi, balita dan anak yang hadir sebanyak 15 orang. Usia yang hadir antara
1 bulan - 4 tahun. Pada saat konseling peserta sangat antusias karena banyak info baru yang
belum mereka ketahui. Dan untuk ibu hamil juga mengikuti sehingga diharapkan dapat
membawa anak imunisasi secara tepat waktu.

Tgl mulai kegiatan : 29 Juli 2020


Tgl akhir kegiatan : 29 Juli 2020
Pendamping : dr. Jul
Peserta hadir :
 Perwakilan dinas Kesehatan
 Kapuskes
 Camat/Lurah/Perwakilan
 Dokter pendamping
 Peserta PIDI
 Masyarakat
 Lain-lain
Judul Laporan
Penyuluhan Tentang mengenalkan berbagai metode kontrasepsi sebagai upaya menjarangkan
kehamilan, di desa Rejosari Timur, Tersono
Latar belakang
Program Keluarga Berencana (KB) adalah program pembatasan jumlah anak yakni dua
untuk setiap keluarga. Program tersebut berpotensi meningkatkan status kesehatan wanita dan
menyelamatkan kehidupannya. Hal itu dapat dilakukan dengan cara memungkinkan wanita
untuk merencanakan kehamilan sebagai hak reproduksi sehingga dapat menghindari kehamilan
pada umur atau jumlah persalinan yang membawa bahaya tambahan dengan cara menurunkan
kesuburan.
Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa angka kematian ibu masih tinggi yaitu 359 per
100.000 kelahiran hidup. Seringnya ditemukan 4 T (terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat jarak
antar kelahiran, dan terlalu banyak anak yang dilahirkan) merupakan salah satu faktor yang
berperan terhadap angka kematian ibu.
Penguatan pelayanan Keluarga Berencana merupakan salah satu upaya penting untuk
mendukung percepatan penurunan angka kematian ibu. Data menunjukkan bahwa cakupan
kesertaan KB aktif atau Contraceptive Prevalence Rate hanya meningkat 0,5% dari 57,4%
(SDKI 2012) menjadi 57,9%, angka kehamilan pada remaja atau Age Specific Fertility Rate 15-
19 tahun masih tinggi, yaitu 48/1000 perempuan usia 15-19 tahun. Belum optimalnya indikator-
indikator yang tercapai tersebut berkontribusi pada stagnannya Total Fertility Rate dan
berdampak pada tingginya angka kematian ibu di Indonesia.
Untuk meningkatkan pelayanan keluarga berencana tersebut pemerintah membentuk
suatu badan yang khusus menangani hal tersebut yaitu Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN). Melalui badan inilah program-program keluarga berencana dilaksanakan di
tiap daerah-daerah di Indonesia baik di pedesaan maupun di kota-kota di seluruh Indonesia yang
kegiatannya dilaksanakan oleh petugas-petugas kesehatan yang bekerjasama dengan masyarakat
(Hartanto, 2004).
Pada dasarnya pelayanan kontrasepsi dapat dibagi sesuai dengan sasaran yang akan
dicapainya. Peserta wanita berumur di bawah 20 tahun dengan alasan menunda kehamilan
diutamakan pemakaian kontrasepsi pil oral, sedangkan penggunaan kondom tidak disarankan
karena biasanya pasangan muda masih tinggi frekuesi bersenggamanya sehingga dapat
menyebabkan kegagalan dalam mencegah kehamilan. Dapat juga digunakan IUD-Mini (Intra
Uterine Device Mini) terutama pada calon peserta yang kontraindikasi terhadap pil oral.
Pada peserta umur 20-30 tahun dengan alasan menjarangkan kehamilan maka segera
setelah anak pertama lahir dianjurkan untuk memakai IUD (Intra Uterine Device) sebagai
pilihan utama dan kegagalan kontrasepsi di sini bukanlah suatu kesalahan program. Pada peserta
di atas 30 tahun dengan alasan tidak mau hamil maka pilihan utama adalah kontrasepsi mantap,
pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu yang relatif tua dan mempunyai kemungkinan
timbulnya akibat sampingan dan komplikasi.
Permasalahan (Permasalahan di masyarakat, keluarga, maupun kasus ini)

1. Kurangnya pengetahuan ibu tentang metode kontrasepsi


2. Masih ada kepercayaan terhadap mitos yang berkembang tentang kontrasepsi
3. Kurangnya kepedulian ibu terhadap kontrasepsi
4. Masih ada ibu yang tidak menggunakan kontrasepsi

Perencanaan dan pemilihan intervensi (Metode penyuluhan)


Metode intervensi yang digunakan adalah dengan melakukan penyuluhan dan diskusi
secara langsung kepada para wanita usia reproduktif yang telah menikah. Materi penyuluhan
berfokus untuk menjelaskan tujuan dan fungsi KB serta memberikan contoh pilihan metode
kontrasepsi yang dapat digunakan. Media yang digunakan adalah power point. Selama kegiatan
penyuluhan juga digunakan untuk mendata peserta yang pernah menggunakan KB namun
selanjutnya tidak melanjutkan penggunaan (drop-out) dan menanyakan sebab ketidak berlanjutan
program. Peserta yang berminat menggunakan KB atau ingin melakukan pemeriksaan lebih
lanjut diarahkan untuk datang ke puskesmas.
Pelaksanaan (Proses intervensi yang dilakukan)
Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada tanggal 29 Juli 2020 pk 09.00 – 11.00 di balai
desa Rejosari Timur, Tersono. Acara ini dihadiri oleh sekitar 15 orang ibu-ibu. Kegiatan
penyuluhan dilakukan dengan menggunakan presentasi power point. Penyuluhan berlangsung
lancar dan interaktif.. Banyak peserta yang antusias bertanya dan membagi cerita menggunakan
kontrasepsi.
Monitoring dan Evaluasi (Proses monitoring dan hasil evaluasi)
Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan adanya kegiatan tanya jawab aktif. Kegiatan
terlaksana dengan lancar dan peserta memahami materi yang disampaikan.

Tgl mulai kegiatan : 12 Agustus 2020


Tgl akhir kegiatan : 12 Agustus 2020
Pendamping : dr. Jul
Peserta hadir :
 Perwakilan dinas Kesehatan
 Kapuskes
 Camat/Lurah/Perwakilan
 Dokter pendamping
 Peserta PIDI
 Masyarakat
 Lain-lain

Judul Laporan
Pos Layanan Terpadu (Posyandu) balita dan Ibu hamil di Pujut, Tersono

Latar belakang

Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan pos terdepan dalam mendeteksi gangguan
kesehatan masyarakat. Posyandu adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat
dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar
untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.

Program posyandu ini berperan memberikan informasi kesehatan kepada masyarakat


terutama pada bayi dan anak balita, ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui, pasangan usia subur
serta pengasuh anak. Kegiatan utama yang mencakup kegiatan posyandu adalah kesehatan ibu
dan anak, keluarga bencana, imunisasi, gizi serta pencegahan dan penanggulangan diare.

Pentingnya pemberian imunisasi untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan


kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) adalah TB Paru, Polio,
Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, Campak, Meningitis, Pneumonia, dan Rubella.
Pemerintah kota Solok berupaya menyediakan vaksin untuk pencegahan penyakit. Situasi
pencapaian imunisasi untuk tahun 2018 sangat menurun, hal tersebut dikarenakan informasi yang
terdapat dimasyarakat yang cenderung mengenal berita negatif untuk program imunisasi. Oleh
karena itu pelaksanaan Posyandu tetap disosialisakan pada masyarakat guna mencegah penyakit
yang dapat menimbulkan kematian dan kecacatan.

Permasalahan (Permasalahan di masyarakat, keluarga, maupun kasus ini)

6. Masih ada orangtua yang kurang pengetahuan tentang pentingnya imunisasi, terutama
orangtua yang baru menikah
7. Masih ada orangtua yang terlambat membawa anak imunisasi karena takut efek sakit
pasca imunisasi

Perencanaan dan pemilihan intervensi (Metode penyuluhan)


Pelaksanaan layanan posyandu dilakukan dengan sistem 4 meja yaitu: meja 1
pendaftaran, meja 2 penimbangan, meja 3 pengisian KMS, meja 4 penyuluhan perorangan
berdasarkan KMS.
Pelaksanaan (Proses intervensi yang dilakukan)
Kegiatan dilaksanakan pada 12 Agustus 2020 pukul 09.00 – 11.00 di Posyandu Pujut.
Acara ini dihadiri oleh sekitar 20 orang ibu-ibu dan usia bayi, balita dan anak yang hadir antara
1 bulan - 4 tahun. Kegiatan Posyandu berlangsung lancar dan interaktif.

Monitoring dan Evaluasi (Proses monitoring dan hasil evaluasi)


Total seluruh bayi, balita, anak, ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui sebanyak 13
orang. Usia bayi, balita dan anak yang hadir antara 1 bulan - 4 tahun. Tiap anak yang hadir
ditimbang dan diukur tinggi badan dan ditulis di KMS masing-masing anak tersebut, serta
dilakukan konsultasi mengenai masalah gizi yang ada.

F4
Tgl mulai kegiatan : 5 Agustus 2020
Tgl akhir kegiatan : 5 Agustus 2020
Pendamping : dr. Jul
Peserta hadir :
 Perwakilan dinas Kesehatan
 Kapuskes
 Camat/Lurah/Perwakilan
 Dokter pendamping
 Peserta PIDI
 Masyarakat
 Lain-lain
Judul Laporan
Penyuluhan tentang diet makanan pada penderita hipertensi, diabetes mellitus, hiperurimia, dan
dislipidemia di desa Tegalombo, Tersono
Latar belakang
Penyakit tidak menular menjadi penyebab utama kematian global saat ini dan hasil riset
kesehatan dasar 2018 menunjukan terjadi kenaikan prevalensi dalam lima tahun terakhir .
Penyakit tidak menular kini banyak diderita oleh kaum urban dan mulai ditemukan di kelompok
usia muda dan produktif (15-64 tahun). Penyakit tidak menular tersebut antara lain hipertensi
(25,8%), obesitas (15,4%),  stroke (12,1 %), diabetes melitus (6,9%), penyakit jantung koroner
(1,5%), dan gagal ginjal kronis (0,2%).

Sebagian besar penyakit tidak menular dapat dicegah dengan perubahan pola makan dan
gaya hidup. Rekomendasi perubahan pola makan yang seharusnya. Perencanaan pola makan
yang tepat dapat mencegah peningkatan prevalensi penyakit tidak menular di Tanah Air. Selain
pola makan yang tidak sesuai, ketidaktepatan waktu makan, cara pengolahan makanan juga
merupakan perilaku diet yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit tidak menular.

Penatalaksanaan diet penderita penyakit tidak menular harus menjadi perhatian yang
serius. Energi, protein, lemak, karbohidrat dan serat serta beberapa zat gizi mikro lainnya yang
diberikan harus sangat diperhatikan untuk mempertahankan atau mencapai status gizi normal.
pengelolaan penyakit ini memerlukan peran serta keluarga dalam menjalankan penatalaksanaan
diet. Perubahan perilaku menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan
penatalakksanaan diet.

Permasalahan (Permasalahan di masyarakat, keluarga, maupun kasus ini)


1. Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap manfaat menjaga pola makan yang sesuai
dengan penyakit yang diderita
2. Kurangnya kesadaran keluarga memberikan dan mengingatkan anggota keluarga lain
yang memiliki riawayt penyakit untuk menjaga pola makan
3. Kesibukan masyarakat terutama para pekerja yang cukup tinggi. Akibatnya, sarapan dan
makan siang seringkali dilakukan di lingkungan kerja yang tidak sesuai dengan pola
makan seharusnya
4. Masih adanya mitos makanan tertentu yang masih dipercaya masyarakat

Perencanaan dan pemilihan intervensi (Metode penyuluhan)


Dilakukan penyuluhan, tanya jawab aktif. Intervensi yang dilakukan adalah memberikan
edukasi dan motivasi dalam hal pentingnya memahami tentang diet makanan yang menderita
penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes mellitus, dislipidemia dan hiperurisemia.

Pelaksanaan (Proses intervensi yang dilakukan)


Promosi kesehatan dilakukan di balai desa Tegalombo, Tersono. Peserta yang hadir 20
orang yang berusia antara 41-63 tahun dengan berbagai riwayat penyakit. Dan dihadiri 2 orang
petugas medis dan 1 orang dokter.

Monitoring dan Evaluasi (Proses monitoring dan hasil evaluasi)


Pasien yang hadir ditemukan hasil pemeriksaan didapatkan peserta paling banyak
menderita diabetes mellitus dan hipertensi. Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan adanya
kegiatan tanya jawab aktif. Kegiatan terlaksana dengan lancar dan peserta memahami materi
yang disampaikan.

Tgl mulai kegiatan : 13 Agustus 2020


Tgl akhir kegiatan : 13 Agustus 2020
Pendamping : dr. Jul
Peserta hadir :
 Perwakilan dinas Kesehatan
 Kapuskes
 Camat/Lurah/Perwakilan
 Dokter pendamping
 Peserta PIDI
 Masyarakat
 Lain-lain

Judul Laporan
Penyuluhan Tentang Pemberian ASI Ekslusif dan MPASI di Posyandu Tegalombo, Tersono

Latar belakang

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan pertama bayi yang memiliki peranan penting
dalam tumbuh kembang, karena terbukti memiliki manfaat sangat besar untuk jangka panjang.
ASI eksklusif dan pemberian makanan pendamping ASI yang tepat dapat mengurangi risiko
penyakit kronis, angka morbiditas dan mortalitas pada balita. Kandungan zat gizi ASI yang
sempurna membuat bayi tidak akan mengalami kekurangan gizi.

Menurut WHO dari 15.264 bayi 0-11 bulan yang diperiksa, yang minum ASI eksklusif
sebanyak 9.254 bayi (60,6%). yang tidak mendapatkan ASI eksklusif sebanyak 6.010 bayi
(39,3%) sedangkan yang memberikan makanan pendamping ASI tepat waktu 41%, yang
memberikan MP-ASI dini 53%, dan yang ditunda dalam pemberian MP-ASI 5,1%.

ASI eksklusif dan sesuai praktek makanan pendamping ASI secara universal diterima
sebagai elemen penting untuk memaksimalkan pertumbuhan dan perkembangan bayi serta untuk
pencegahan penyakit pada masa kanak-kanak. ASI sebagai sumber nutrisi dan langkah preventif
untuk melindungi anak-anak dari diare dan infeksi saluran pernapasan akut, serta memberikan
manfaat psikologis
Makan Pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi, yang
diberikan pada balita usia 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizi selain ASI. Karena
normalnya, pada usia 6 bulan berat badan bayi akan meningkat 2 sampai 3 kali berat badannya
saat lahir. Selain itu pada usia 6 bulan bayi normal memiliki aktivitas yang sudah cukup banyak.
Pemberian MP-ASI yang tidak tepat bukan hanya mengganggu asupan gizi yang seharusnya
didapat bayi, tetapi juga mengganggu pencernaan bayi karena system pencernaannya belum
sanggup mencerna atau menghancurkan makanan tersebut.

Permasalahan (Permasalahan di masyarakat, keluarga, maupun kasus ini)

1. Masih rendahnya pemberian ASI eksklusif pada masyarakat dari target nasional sebesar
80%
2. Masih banyaknya ibu yang tidak sesuai waktu dan jenis dalam memberikan makanan
pendamping ASI
3. Kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI perah dan penyimpanan ASI

Perencanaan dan pemilihan intervensi (Metode penyuluhan)


Dilakukan penyuluhan, tanya jawab aktif. Intervensi yang dilakukan adalah memberikan
edukasi dan motivasi dalam hal pentingnya memahami tentang pentingnya pemberian ASI dan
MPASI.

Pelaksanaan (Proses intervensi yang dilakukan)


Promosi kesehatan dilakukan di Posyandu Tegalombo, Tersono. Peserta yang hadir 20
orang bayi dan balita yang didampingi ibunya. Dan dihadiri 2 petugas medis dan 1 orang dokter.
Sebelum dilakukan penyuluham, para ibu melewati 5 meja posyandu terlebih dahulu. Kegiatan
penyuluhan langsung diberikan kepada para ibu dan langsung konseling mengenai permasalahan
kesehatan yang sedang dihadapi.

Monitoring dan Evaluasi (Proses monitoring dan hasil evaluasi)


Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan adanya kegiatan tanya jawab aktif serta
konseling dua arah. Kegiatan terlaksana dengan lancar dan peserta memahami materi yang
disampaikan.

Tgl mulai kegiatan : 14 Agustus 2020


Tgl akhir kegiatan : 14 Agustus 2020
Pendamping : dr. Jul
Peserta hadir :
 Perwakilan dinas Kesehatan
 Kapuskes
 Camat/Lurah/Perwakilan
 Dokter pendamping
 Peserta PIDI
 Masyarakat
 Lain-lain

Judul Laporan
Penyuluhan tentang pola diet penderita diabetes mellitus di Posyandu Lansia Harjowinangun
Timur

Latar belakang

Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar
glukosa darah melebihi batas normal dan terjadinya gangguan metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara relatif maupun absolut.
Diabetes mellitus juga sering disebut sebagai the great imitator karena penyakit ini dapat
mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan dan gejala yang sangat
bervariasi. Apabila dibiarkan tidak terkendali dapat menimbulkan komplikasi metabolik akut
maupun komplikasi vaskuler jangka panjang, baik mikroangiopati maupun makroangiopati.

Faktor utama penyebab diabetes terletak pada pola hidup tidak sehat seperti
mengkonsumsi makanan tinggi kalori, obesitas, rendah serat, dan jarang berolahraga. Salah satu
cara pengobatan penyakit diabetes adalah dengan mengontrol makanan yang dikonsumsi
penderita. Dengan pengaturan pola makan yang baik, perkembangan penyakit diabetes dapat
dihambat. Makanan yang dikonsumsi oleh penderita diabetes harus disesuaikan dengan jumlah
kalori, jadwal makan, dan jenis makanan dengan kondisi tubuh penderita.

Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan pada tahun 2030 penderita diabetes
melitus di Indonesia sebanyak 21, 3 juta jiwa. Kondisi ini membuat Indonesia menduduki
peringkat keempat setelah Amerika Serikat, China, dan India. Terdapat 347 juta jiwa di dunia
menderita diabetes melitus, pada tahun 2012 diperkirakan 1,5 juta jiwa meninggal dunia
disebabkan oleh diabetes melitus dan kurang lebih 80% dari kematian tersebut terjadi pada
negara yang berpenghasilan menengah ke bawah atau negara yang berkembang.

Faktor yang memegang peranan penting dalam perkembangan kasus penderita diabetes
mellitus adalah pola makan, perilaku yang menyimpang dan mengarah pada makanan yang siap
saji dengan kandungan berenergi tinggi, lemak dan sedikit serat yang dapat memicu diabetes
mellitus. Kontrol glikemik penderita diabetes mellitus sangat dipengaruhi oleh kepatuhan klien
tentang anjuran diet DM, meliputi jenis, jumlah dan waktu yang tepat untuk tercapainya tujuan
pengobatan dan memerlukan pemeriksaan yang sebenarnya tidak diperlukan

Penderita Diabetes Mellitus yang tidak menunjukkan sikap yang baik terhadap
pengelolaan diet, maka akan terjadi komplikasi yang bisa menimbulkan kematian. Sikap
penderita DM sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, dalam hal ini pengetahuan yang akan
membuat penderita Diabetes Mellitus menentukan sikap, berpikir dan berusaha untuk tidak
terkena penyakit maupun mengurangi kondisi penyakitnya. Apabila penderita DM mempunyai
pengetahuan yang baik, maka sikap terhadap diet DM dapat mendukung terhadap kepatuhan
pengelolaan diet DM.

Permasalahan (Permasalahan di masyarakat, keluarga, maupun kasus ini)


1. Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap manfaat menjaga pola makan yang sesuai
dengan diabetes mellitus
2. Kurangnya kesadaran keluarga memberikan dan mengingatkan anggota keluarga lain
yang memiliki diabetes mellitus untuk menjaga pola makan
3. Masih adanya mitos makanan tertentu yang masih dipercaya masyarakat

Perencanaan dan pemilihan intervensi (Metode penyuluhan)


Penyuluhan dilakukan dengan metode perorangan langsung saat posyandu lansia
Harjowinangun Timur. Dilakukan penyuluhan, tanya jawab aktif dan konseling perorangan.
Intervensi yang dilakukan adalah memberikan edukasi dan motivasi dalam hal pentingnya
memahami tentang pola diet penderita diabetes mellitus.

Pelaksanaan (Proses intervensi yang dilakukan)


Promosi kesehatan dilakukan di Posyandu Lansia di desa Harjowinangun Timur. Peserta
yang hadir 10 orang lansia dan dihadiri 2 tenaga medis dan 1 orang dokter. Kegiatan penyuluhan
langsung diberikan kepada para lansia dan konseling mengenai permasalahan kesehatan yang
sedang dihadapi.

Monitoring dan Evaluasi (Proses monitoring dan hasil evaluasi)


Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan adanya kegiatan tanya jawab aktif serta
konseling dua arah. Kegiatan terlaksana dengan lancar dan peserta memahami materi yang
disampaikan.

Tgl mulai kegiatan : 15 Agustus 2020


Tgl akhir kegiatan : 15 Agustus 2020
Pendamping : dr. Jul
Peserta hadir :
 Perwakilan dinas Kesehatan
 Kapuskes
 Camat/Lurah/Perwakilan
 Dokter pendamping
 Peserta PIDI
 Masyarakat
 Lain-lain

Judul Laporan
Penyuluhan tentang diet makanan pada penderita hipertensi, diabetes mellitus, hiperurimia, dan
dislipidemia di desa Tanjungsari, Tersono
Latar belakang
Penyakit tidak menular menjadi penyebab utama kematian global saat ini dan hasil riset
kesehatan dasar 2018 menunjukan terjadi kenaikan prevalensi dalam lima tahun terakhir .
Penyakit tidak menular kini banyak diderita oleh kaum urban dan mulai ditemukan di kelompok
usia muda dan produktif (15-64 tahun). Penyakit tidak menular tersebut antara lain hipertensi
(25,8%), obesitas (15,4%),  stroke (12,1 %), diabetes melitus (6,9%), penyakit jantung koroner
(1,5%), dan gagal ginjal kronis (0,2%).

Sebagian besar penyakit tidak menular dapat dicegah dengan perubahan pola makan dan
gaya hidup. Rekomendasi perubahan pola makan yang seharusnya. Perencanaan pola makan
yang tepat dapat mencegah peningkatan prevalensi penyakit tidak menular di Tanah Air. Selain
pola makan yang tidak sesuai, ketidaktepatan waktu makan, cara pengolahan makanan juga
merupakan perilaku diet yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit tidak menular.

Penatalaksanaan diet penderita penyakit tidak menular harus menjadi perhatian yang
serius. Energi, protein, lemak, karbohidrat dan serat serta beberapa zat gizi mikro lainnya yang
diberikan harus sangat diperhatikan untuk mempertahankan atau mencapai status gizi normal.
pengelolaan penyakit ini memerlukan peran serta keluarga dalam menjalankan penatalaksanaan
diet. Perubahan perilaku menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan
penatalakksanaan diet.

Permasalahan (Permasalahan di masyarakat, keluarga, maupun kasus ini)


1. Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap manfaat menjaga pola makan yang sesuai
dengan penyakit yang diderita
2. Kurangnya kesadaran keluarga memberikan dan mengingatkan anggota keluarga lain
yang memiliki riawayt penyakit untuk menjaga pola makan
3. Kesibukan masyarakat terutama para pekerja yang cukup tinggi. Akibatnya, sarapan dan
makan siang seringkali dilakukan di lingkungan kerja yang tidak sesuai dengan pola
makan seharusnya
4. Masih adanya mitos makanan tertentu yang masih dipercaya masyarakat

Perencanaan dan pemilihan intervensi (Metode penyuluhan)


Dilakukan penyuluhan, tanya jawab aktif. Intervensi yang dilakukan adalah memberikan
edukasi dan motivasi dalam hal pentingnya memahami tentang diet makanan yang menderita
penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes mellitus, dislipidemia dan hiperurisemia.
Pelaksanaan (Proses intervensi yang dilakukan)
Promosi kesehatan dilakukan di balai desa Tanjungsari, Tersono. Peserta yang hadir 20
orang yang berusia antara 41-63 tahun dengan berbagai riwayat penyakit. Dan dihadiri 2 orang
petugas medis dan 1 orang dokter.

Monitoring dan Evaluasi (Proses monitoring dan hasil evaluasi)


Pasien yang hadir ditemukan hasil pemeriksaan didapatkan peserta paling banyak
menderita diabetes mellitus dan hipertensi. Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan adanya
kegiatan tanya jawab aktif. Kegiatan terlaksana dengan lancar dan peserta memahami materi
yang disampaikan.

Tgl mulai kegiatan : 18 Agustus 2020


Tgl akhir kegiatan : 18 Agustus 2020
Pendamping : dr. Jul
Peserta hadir :
 Perwakilan dinas Kesehatan
 Kapuskes
 Camat/Lurah/Perwakilan
 Dokter pendamping
 Peserta PIDI
 Masyarakat
 Lain-lain

Judul Laporan
Penyuluhan Tentang Pemberian ASI Ekslusif dan MPASI di Posyandu Harjowinangun Barat,
Tersono

Latar belakang

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan pertama bayi yang memiliki peranan penting
dalam tumbuh kembang, karena terbukti memiliki manfaat sangat besar untuk jangka panjang.
ASI eksklusif dan pemberian makanan pendamping ASI yang tepat dapat mengurangi risiko
penyakit kronis, angka morbiditas dan mortalitas pada balita. Kandungan zat gizi ASI yang
sempurna membuat bayi tidak akan mengalami kekurangan gizi.

Menurut WHO dari 15.264 bayi 0-11 bulan yang diperiksa, yang minum ASI eksklusif
sebanyak 9.254 bayi (60,6%). yang tidak mendapatkan ASI eksklusif sebanyak 6.010 bayi
(39,3%) sedangkan yang memberikan makanan pendamping ASI tepat waktu 41%, yang
memberikan MP-ASI dini 53%, dan yang ditunda dalam pemberian MP-ASI 5,1%.

ASI eksklusif dan sesuai praktek makanan pendamping ASI secara universal diterima
sebagai elemen penting untuk memaksimalkan pertumbuhan dan perkembangan bayi serta untuk
pencegahan penyakit pada masa kanak-kanak. ASI sebagai sumber nutrisi dan langkah preventif
untuk melindungi anak-anak dari diare dan infeksi saluran pernapasan akut, serta memberikan
manfaat psikologis

Makan Pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi, yang
diberikan pada balita usia 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizi selain ASI. Karena
normalnya, pada usia 6 bulan berat badan bayi akan meningkat 2 sampai 3 kali berat badannya
saat lahir. Selain itu pada usia 6 bulan bayi normal memiliki aktivitas yang sudah cukup banyak.
Pemberian MP-ASI yang tidak tepat bukan hanya mengganggu asupan gizi yang seharusnya
didapat bayi, tetapi juga mengganggu pencernaan bayi karena system pencernaannya belum
sanggup mencerna atau menghancurkan makanan tersebut.

Permasalahan (Permasalahan di masyarakat, keluarga, maupun kasus ini)

1. Masih rendahnya pemberian ASI eksklusif pada masyarakat dari target nasional sebesar
80%
2. Masih banyaknya ibu yang tidak sesuai waktu dan jenis dalam memberikan makanan
pendamping ASI
3. Kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI perah dan penyimpanan ASI

Perencanaan dan pemilihan intervensi (Metode penyuluhan)


Dilakukan penyuluhan, tanya jawab aktif. Intervensi yang dilakukan adalah memberikan
edukasi dan motivasi dalam hal pentingnya memahami tentang pentingnya pemberian ASI dan
MPASI.

Pelaksanaan (Proses intervensi yang dilakukan)


Promosi kesehatan dilakukan di Posyandu Harjowinangun Barat, Tersono. Peserta yang
hadir 20 orang bayi dan balita yang didampingi ibunya. Dan dihadiri 2 petugas medis dan 1
orang dokter. Sebelum dilakukan penyuluham, para ibu melewati 5 meja posyandu terlebih
dahulu. Kegiatan penyuluhan langsung diberikan kepada para ibu dan langsung konseling
mengenai permasalahan kesehatan yang sedang dihadapi.

Monitoring dan Evaluasi (Proses monitoring dan hasil evaluasi)


Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan adanya kegiatan tanya jawab aktif serta
konseling dua arah. Kegiatan terlaksana dengan lancar dan peserta memahami materi yang
disampaikan.
F5
Tgl mulai kegiatan : 19 Agustus 2020
Tgl akhir kegiatan : 19 Agustus 2020
Pendamping : dr. Jul
Peserta hadir :
 Perwakilan dinas Kesehatan
 Kapuskes
 Camat/Lurah/Perwakilan
 Dokter pendamping
 Peserta PIDI
 Masyarakat
 Lain-lain
Judul Laporan
Penyuluhan penyakit tidak menular di pos pembinaan terpadu di desa Sidalang, Tersono
Latar belakang

Penyakit Tidak Menular (PTM) telah menjadi isu strategis dalam agenda SDGs 2030
sehingga harus menjadi prioritas pembangunan di setiap negara. penyebab kematian di dunia
sekitar 71 persen adalah penyakit tidak menular (PTM) yang membunuh 36 juta jiwa per tahun.
Peningkatan prevalensi penyakit tidak menular menjadi ancaman yang serius dalam
pembangunan, karena mengancam pertumbuhan ekonomi nasional. 73% kematian saat ini
disebabkan oleh penyakit tidak menular, 35% diantaranya karena penyakit jantung dan pembuluh
darah, 12% oleh penyakit kanker, 6% oleh penyakit pernapasan kronis, 6% karena diabetes, dan
15% disebabkan oleh PTM lainnya (data WHO, 2018).
Deteksi dini faktor risiko PTM di Posibindu adalah upaya kesehatan berbasis masyarakat
(UKBM) yang dilaksanakan di pos pembinaan terpadu (Posbindu). Dasar Hukum dan Pedoman
pelaksanaan posbindu adalah instruksi Presiden No.1 tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat dan peraturan Menteri Kesehatan No. langan Penyakit Tidak Menular. Posbindu
PTM merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam upaya pengendalian faktor risiko secara
mandiri dan berkesinambungan. Pengembangan Posbindu PTM dapat dipadukan dengan upaya
yang telah terselenggara di masyarakat. Melalui Posbindu PTM, dapat sesegeranya dilakukan
pencegahan faktor risiko PTM sehingga kejadian PTM di masyarakat dapat ditekan.

Permasalahan (Permasalahan di masyarakat, keluarga, maupun kasus ini)

1. Banyak masyarakat yang belum memahami faktor risiko yang dapat menimbulkan dan
memperparah penyakit tidak menular
2. Adanya anggapan masyarakat untuk berobat dan kontrol tekanan darah dan kadar gula darah
hanya pada saat adanya keluhan, sehingga terjadi ketidakpatuhan minum obat dan berakibat pada
tidak terkontrolnya tekanan darah dan kadar gula darah dan meningkatnya risiko terhadap
komplikasi yang terjadi.
3. Ketidaktahuan masyarakat terhadap adanya komplikasi hipertensi, diabetes mellitus,
hiperuremia jika tidak terkontrol.

Perencanaan dan pemilihan intervensi (Metode penyuluhan)

Program Posbindu ini dilakukan untuk mendata, mengontrol dan mencegah kejadian
Penyakit Tidak Menular di masayarakat sehingga angka penyakit tidak menular dapat dikurangi
dan ditatalaksana secara cepat.

Pelaksanaan (Proses intervensi yang dilakukan)

Program Posbindu dilakukan pada tanggal 19 Agustus 2020 di balai desa Sidalang,
Tersono. Jumlah peserta 20 orang berusia antara 25-80 tahun. Kegiatan meliputi pencatatan dan
pengukuran indeks massa tubuh, serta mengukuran persentase lemak tubuh menggunakan Body
Fat Monitor oleh kader terlatih. Dilanjutkan pemeriksaan tekanan darah, kadar gula darah
sewaktu, kolestrol, asam urat. Kemudian diakhiri dengan sesi konseling dan edukasi.

Monitoring dan Evaluasi (Proses monitoring dan hasil evaluasi)

Peserta yang hadir dengan berbagai riwayat penyakit seperti hipertensi, asam urat tinggi,
diabetes mellitus. Dan diantaranya masih belum patuh untuk meminum obat. Pasien tampak
antusias dalam menjalani setiap pemeriksaan dan sangat kooperatif.

Tgl mulai kegiatan : 21 Agustus 2020


Tgl akhir kegiatan : 21 Agustus 2020
Pendamping : dr. Jul
Peserta hadir :
 Perwakilan dinas Kesehatan
 Kapuskes
 Camat/Lurah/Perwakilan
 Dokter pendamping
 Peserta PIDI
 Masyarakat
 Lain-lain

Judul Laporan
Pos Binaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (PTM) di desa Sidalang, Tersono
Latar belakang

Penyakit Tidak Menular (PTM) telah menjadi isu strategis dalam agenda SDGs 2030
sehingga harus menjadi prioritas pembangunan di setiap negara. penyebab kematian di dunia
sekitar 71 persen adalah penyakit tidak menular (PTM) yang membunuh 36 juta jiwa per tahun.
Peningkatan prevalensi penyakit tidak menular menjadi ancaman yang serius dalam
pembangunan, karena mengancam pertumbuhan ekonomi nasional. 73% kematian saat ini
disebabkan oleh penyakit tidak menular, 35% diantaranya karena penyakit jantung dan pembuluh
darah, 12% oleh penyakit kanker, 6% oleh penyakit pernapasan kronis, 6% karena diabetes, dan
15% disebabkan oleh PTM lainnya (data WHO, 2018).
Deteksi dini faktor risiko PTM di Posibindu adalah upaya kesehatan berbasis masyarakat
(UKBM) yang dilaksanakan di pos pembinaan terpadu (Posbindu). Dasar Hukum dan Pedoman
pelaksanaan posbindu adalah instruksi Presiden No.1 tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat dan peraturan Menteri Kesehatan No. langan Penyakit Tidak Menular. Posbindu
PTM merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam upaya pengendalian faktor risiko secara
mandiri dan berkesinambungan. Pengembangan Posbindu PTM dapat dipadukan dengan upaya
yang telah terselenggara di masyarakat. Melalui Posbindu PTM, dapat sesegeranya dilakukan
pencegahan faktor risiko PTM sehingga kejadian PTM di masyarakat dapat ditekan.

Permasalahan (Permasalahan di masyarakat, keluarga, maupun kasus ini)

1. Banyak masyarakat yang belum memahami faktor risiko yang dapat menimbulkan dan
memperparah penyakit tidak menular
2. Adanya anggapan masyarakat untuk berobat dan kontrol tekanan darah dan kadar gula darah
hanya pada saat adanya keluhan, sehingga terjadi ketidakpatuhan minum obat dan berakibat pada
tidak terkontrolnya tekanan darah dan kadar gula darah dan meningkatnya risiko terhadap
komplikasi yang terjadi.
3. Ketidaktahuan masyarakat terhadap adanya komplikasi hipertensi, diabetes mellitus,
hiperuremia jika tidak terkontrol.

Perencanaan dan pemilihan intervensi (Metode penyuluhan)

Program Posbindu ini dilakukan untuk mendata, mengontrol dan mencegah kejadian
Penyakit Tidak Menular di masayarakat sehingga angka penyakit tidak menular dapat dikurangi
dan ditatalaksana secara cepat.

Pelaksanaan (Proses intervensi yang dilakukan)

Program Posbindu dilakukan pada tanggal 21 Agustus 2020 di balai desa Sidalang,
Tersono. Jumlah peserta 20 orang berusia antara 25-80 tahun. Kegiatan meliputi pencatatan dan
pengukuran indeks massa tubuh, serta mengukuran persentase lemak tubuh menggunakan Body
Fat Monitor oleh kader terlatih. Dilanjutkan pemeriksaan tekanan darah, kadar gula darah
sewaktu, kolestrol, asam urat. Kemudian diakhiri dengan sesi konseling dan edukasi.

Monitoring dan Evaluasi (Proses monitoring dan hasil evaluasi)

Peserta yang hadir dengan berbagai riwayat penyakit seperti hipertensi, asam urat tinggi,
diabetes mellitus. Dan diantaranya masih belum patuh untuk meminum obat. Pasien tampak
antusias dalam menjalani setiap pemeriksaan dan sangat kooperatif.

Tgl mulai kegiatan : 22 Juli 2020


Tgl akhir kegiatan : 22 Juli 2020
Pendamping : dr. Jul
Peserta hadir :
 Perwakilan dinas Kesehatan
 Kapuskes
 Camat/Lurah/Perwakilan
 Dokter pendamping
 Peserta PIDI
 Masyarakat
 Lain-lain

Judul Laporan
Penyuluhan penyakit tidak menular di pos pembinaan terpadu di desa Kebumen, Tersono
Latar belakang

Penyakit Tidak Menular (PTM) telah menjadi isu strategis dalam agenda SDGs 2030
sehingga harus menjadi prioritas pembangunan di setiap negara. penyebab kematian di dunia
sekitar 71 persen adalah penyakit tidak menular (PTM) yang membunuh 36 juta jiwa per tahun.
Peningkatan prevalensi penyakit tidak menular menjadi ancaman yang serius dalam
pembangunan, karena mengancam pertumbuhan ekonomi nasional. 73% kematian saat ini
disebabkan oleh penyakit tidak menular, 35% diantaranya karena penyakit jantung dan pembuluh
darah, 12% oleh penyakit kanker, 6% oleh penyakit pernapasan kronis, 6% karena diabetes, dan
15% disebabkan oleh PTM lainnya (data WHO, 2018).
Deteksi dini faktor risiko PTM di Posibindu adalah upaya kesehatan berbasis masyarakat
(UKBM) yang dilaksanakan di pos pembinaan terpadu (Posbindu). Dasar Hukum dan Pedoman
pelaksanaan posbindu adalah instruksi Presiden No.1 tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat dan peraturan Menteri Kesehatan No. langan Penyakit Tidak Menular. Posbindu
PTM merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam upaya pengendalian faktor risiko secara
mandiri dan berkesinambungan. Pengembangan Posbindu PTM dapat dipadukan dengan upaya
yang telah terselenggara di masyarakat. Melalui Posbindu PTM, dapat sesegeranya dilakukan
pencegahan faktor risiko PTM sehingga kejadian PTM di masyarakat dapat ditekan.

Permasalahan (Permasalahan di masyarakat, keluarga, maupun kasus ini)

1. Banyak masyarakat yang belum memahami faktor risiko yang dapat menimbulkan dan
memperparah penyakit tidak menular
2. Adanya anggapan masyarakat untuk berobat dan kontrol tekanan darah dan kadar gula darah
hanya pada saat adanya keluhan, sehingga terjadi ketidakpatuhan minum obat dan berakibat pada
tidak terkontrolnya tekanan darah dan kadar gula darah dan meningkatnya risiko terhadap
komplikasi yang terjadi.
3. Ketidaktahuan masyarakat terhadap adanya komplikasi hipertensi, diabetes mellitus,
hiperuremia jika tidak terkontrol.

Perencanaan dan pemilihan intervensi (Metode penyuluhan)

Program Posbindu ini dilakukan untuk mendata, mengontrol dan mencegah kejadian
Penyakit Tidak Menular di masayarakat sehingga angka penyakit tidak menular dapat dikurangi
dan ditatalaksana secara cepat.

Pelaksanaan (Proses intervensi yang dilakukan)

Program Posbindu dilakukan pada tanggal 22 Juli 2020 di balai desa Kebumen, Tersono.
Jumlah peserta 20 orang berusia antara 25-70 tahun. Kegiatan meliputi pencatatan dan
pengukuran indeks massa tubuh, serta mengukuran persentase lemak tubuh menggunakan Body
Fat Monitor oleh kader terlatih. Dilanjutkan pemeriksaan tekanan darah, kadar gula darah
sewaktu, kolestrol, asam urat. Kemudian diakhiri dengan sesi konseling dan edukasi.

Monitoring dan Evaluasi (Proses monitoring dan hasil evaluasi)

Peserta yang hadir dengan berbagai riwayat penyakit seperti hipertensi, asam urat tinggi,
diabetes mellitus. Dan diantaranya masih belum patuh untuk meminum obat. Pasien tampak
antusias dalam menjalani setiap pemeriksaan dan sangat kooperatif.

Tgl mulai kegiatan : 23 Juli 2020


Tgl akhir kegiatan : 23 Juli 2020
Pendamping : dr. Jul
Peserta hadir :
 Perwakilan dinas Kesehatan
 Kapuskes
 Camat/Lurah/Perwakilan
 Dokter pendamping
 Peserta PIDI
 Masyarakat
 Lain-lain

Judul Laporan
Pos Binaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (PTM) di desa Tegalombo, Tersono
Latar belakang

Penyakit Tidak Menular (PTM) telah menjadi isu strategis dalam agenda SDGs 2030
sehingga harus menjadi prioritas pembangunan di setiap negara. penyebab kematian di dunia
sekitar 71 persen adalah penyakit tidak menular (PTM) yang membunuh 36 juta jiwa per tahun.
Peningkatan prevalensi penyakit tidak menular menjadi ancaman yang serius dalam
pembangunan, karena mengancam pertumbuhan ekonomi nasional. 73% kematian saat ini
disebabkan oleh penyakit tidak menular, 35% diantaranya karena penyakit jantung dan pembuluh
darah, 12% oleh penyakit kanker, 6% oleh penyakit pernapasan kronis, 6% karena diabetes, dan
15% disebabkan oleh PTM lainnya (data WHO, 2018).
Deteksi dini faktor risiko PTM di Posibindu adalah upaya kesehatan berbasis masyarakat
(UKBM) yang dilaksanakan di pos pembinaan terpadu (Posbindu). Dasar Hukum dan Pedoman
pelaksanaan posbindu adalah instruksi Presiden No.1 tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat dan peraturan Menteri Kesehatan No. langan Penyakit Tidak Menular. Posbindu
PTM merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam upaya pengendalian faktor risiko secara
mandiri dan berkesinambungan. Pengembangan Posbindu PTM dapat dipadukan dengan upaya
yang telah terselenggara di masyarakat. Melalui Posbindu PTM, dapat sesegeranya dilakukan
pencegahan faktor risiko PTM sehingga kejadian PTM di masyarakat dapat ditekan.

Permasalahan (Permasalahan di masyarakat, keluarga, maupun kasus ini)


1. Banyak masyarakat yang belum memahami faktor risiko yang dapat menimbulkan dan
memperparah penyakit tidak menular
2. Adanya anggapan masyarakat untuk berobat dan kontrol tekanan darah dan kadar gula darah
hanya pada saat adanya keluhan, sehingga terjadi ketidakpatuhan minum obat dan berakibat pada
tidak terkontrolnya tekanan darah dan kadar gula darah dan meningkatnya risiko terhadap
komplikasi yang terjadi.
3. Ketidaktahuan masyarakat terhadap adanya komplikasi hipertensi, diabetes mellitus,
hiperuremia jika tidak terkontrol.

Perencanaan dan pemilihan intervensi (Metode penyuluhan)

Program Posbindu ini dilakukan untuk mendata, mengontrol dan mencegah kejadian
Penyakit Tidak Menular di masayarakat sehingga angka penyakit tidak menular dapat dikurangi
dan ditatalaksana secara cepat.

Pelaksanaan (Proses intervensi yang dilakukan)

Program Posbindu dilakukan pada tanggal 23 Juli 2020 di balai desa Tegalombo,
Tersono. Jumlah peserta 15 orang berusia antara 25-70 tahun. Kegiatan meliputi pencatatan dan
pengukuran indeks massa tubuh, serta mengukuran persentase lemak tubuh menggunakan Body
Fat Monitor oleh kader terlatih. Dilanjutkan pemeriksaan tekanan darah, kadar gula darah
sewaktu, kolestrol, asam urat. Kemudian diakhiri dengan sesi konseling dan edukasi.

Monitoring dan Evaluasi (Proses monitoring dan hasil evaluasi)

Peserta yang hadir dengan berbagai riwayat penyakit seperti hipertensi, asam urat tinggi,
diabetes mellitus. Dan diantaranya masih belum patuh untuk meminum obat. Pasien tampak
antusias dalam menjalani setiap pemeriksaan dan sangat kooperatif.

Tgl mulai kegiatan : 24 Juli 2020


Tgl akhir kegiatan : 24 Juli 2020
Pendamping : dr. Jul
Peserta hadir :
 Perwakilan dinas Kesehatan
 Kapuskes
 Camat/Lurah/Perwakilan
 Dokter pendamping
 Peserta PIDI
 Masyarakat
 Lain-lain

Judul Laporan
Penyuluhan penyakit tidak menular di pos pembinaan terpadu di desa Margosono, Tersono
Latar belakang

Penyakit Tidak Menular (PTM) telah menjadi isu strategis dalam agenda SDGs 2030
sehingga harus menjadi prioritas pembangunan di setiap negara. penyebab kematian di dunia
sekitar 71 persen adalah penyakit tidak menular (PTM) yang membunuh 36 juta jiwa per tahun.
Peningkatan prevalensi penyakit tidak menular menjadi ancaman yang serius dalam
pembangunan, karena mengancam pertumbuhan ekonomi nasional. 73% kematian saat ini
disebabkan oleh penyakit tidak menular, 35% diantaranya karena penyakit jantung dan pembuluh
darah, 12% oleh penyakit kanker, 6% oleh penyakit pernapasan kronis, 6% karena diabetes, dan
15% disebabkan oleh PTM lainnya (data WHO, 2018).
Deteksi dini faktor risiko PTM di Posibindu adalah upaya kesehatan berbasis masyarakat
(UKBM) yang dilaksanakan di pos pembinaan terpadu (Posbindu). Dasar Hukum dan Pedoman
pelaksanaan posbindu adalah instruksi Presiden No.1 tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat dan peraturan Menteri Kesehatan No. langan Penyakit Tidak Menular. Posbindu
PTM merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam upaya pengendalian faktor risiko secara
mandiri dan berkesinambungan. Pengembangan Posbindu PTM dapat dipadukan dengan upaya
yang telah terselenggara di masyarakat. Melalui Posbindu PTM, dapat sesegeranya dilakukan
pencegahan faktor risiko PTM sehingga kejadian PTM di masyarakat dapat ditekan.

Permasalahan (Permasalahan di masyarakat, keluarga, maupun kasus ini)


1. Banyak masyarakat yang belum memahami faktor risiko yang dapat menimbulkan dan
memperparah penyakit tidak menular
2. Adanya anggapan masyarakat untuk berobat dan kontrol tekanan darah dan kadar gula darah
hanya pada saat adanya keluhan, sehingga terjadi ketidakpatuhan minum obat dan berakibat pada
tidak terkontrolnya tekanan darah dan kadar gula darah dan meningkatnya risiko terhadap
komplikasi yang terjadi.
3. Ketidaktahuan masyarakat terhadap adanya komplikasi hipertensi, diabetes mellitus,
hiperuremia jika tidak terkontrol.

Perencanaan dan pemilihan intervensi (Metode penyuluhan)

Program Posbindu ini dilakukan untuk mendata, mengontrol dan mencegah kejadian
Penyakit Tidak Menular di masayarakat sehingga angka penyakit tidak menular dapat dikurangi
dan ditatalaksana secara cepat.

Pelaksanaan (Proses intervensi yang dilakukan)

Program Posbindu dilakukan pada tanggal 24 Juli 2020 di balai desa Margosono,
Tersono. Jumlah peserta 15 orang berusia antara 30-70 tahun. Kegiatan meliputi pencatatan dan
pengukuran indeks massa tubuh, serta mengukuran persentase lemak tubuh menggunakan Body
Fat Monitor oleh kader terlatih. Dilanjutkan pemeriksaan tekanan darah, kadar gula darah
sewaktu, kolestrol, asam urat. Kemudian diakhiri dengan sesi konseling dan edukasi.

Monitoring dan Evaluasi (Proses monitoring dan hasil evaluasi)

Peserta yang hadir dengan berbagai riwayat penyakit seperti hipertensi, asam urat tinggi,
diabetes mellitus. Dan diantaranya masih belum patuh untuk meminum obat. Pasien tampak
antusias dalam menjalani setiap pemeriksaan dan sangat kooperatif.
F6
Tgl mulai kegiatan : 10 Agustus 2020
Tgl akhir kegiatan : 10 Agustus 2020
Pendamping : dr. Jul
Peserta hadir :
 Perwakilan dinas Kesehatan
 Kapuskes
 Camat/Lurah/Perwakilan
 Dokter pendamping
 Peserta PIDI
 Masyarakat
 Lain-lain
Judul Laporan
Pos Layanan Terpadu Lansia di desa Banteng, Tersono
Latar belakang

Penduduk lansia mengalami peningkatan signifikan, menurut WHO penduduk lansia di


Indonesia pada tahun 2020 mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang sehingga
jumlah penduduk lansia Indonesia terbesar ke empat di dunia setelah Cina, Amerika dan India.
Ditinjau dari aspek kesehatan, kelompok lansia akan mengalami penurunan derajat kesehatan
baik secara alamiah maupun akibat penyakit. Oleh karena itu, sejalan dengan semakin
meningkatnya jumlah penduduk lansia maka sejak sekarang harus sudah mempersiapkan dan
merencanakan berbagai program kesehatan yang ditujukan bagi kelompok lansia.
Posyandu lansia merupakan suatu wadah pelayanan kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM) untuk melayani penduduk lansia yang proses pembentukan dan
pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakt Bersama Lembaga swadaya masyarakat (LSM), lintas
sector pemerintah dan non pemerintah, swasta, organisasi social dan lain-lain, dengan menitik
beratkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif. Selain itu, juga bisa
memberikan pelayanan sosial, agama, pendidikan, keterampilan, olahraga, seni budaya dan
pelayanan lain yang dibutuhkan lansia dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup melalui
peningkatan kesehatan dan kesejahteraan. Selain itu, posyandu lansia membantu memacu lansia
agar dapat beraktifitas dan mengembangkan potensi diri.
Posyandu lansia berkaitan dengan peningkatan sarana untuk mempertahankan kesehatan
lansia, mencegah gangguan kesehatan, mengobati penyakit dan upaya rehabilitasi bagi lansia
dengan program-program antara lain pengukuran tinggi badan dan berat badan, pemeriksaan
tekanan darah, pemeriksaan berkala dan pengobatan ringan, latihan fisik seperti olahraga dan
diberikan penyuluhan-penyuluhan tentang kesehatan. Sehingga lansia yang teratur dalam
memanfaatkan posyandu lansia akan terkontrol kesehatannya.
Permasalahan (Permasalahan di masyarakat, keluarga, maupun kasus ini)

1. Adanya anggapan untuk berobat dan kontrol tekanan darah dan kadar gula darah hanya pada
saat adanya keluhan, sehingga terjadi ketidakpatuhan minum obat dan berakibat pada tidak
terkontrolnya tekanan darah dan kadar gula darah dan meningkatnya risiko terhadap komplikasi
yang akan terjadi.
2. Ketidaktahuan masyarakat terhadap adanya komplikasi hipertensi dan diabetes mellitus jika
tidak terkontrol

Perencanaan dan pemilihan intervensi (Metode penyuluhan)

Program ini dilakukan untuk mendata, mengobati, mengontrol dan mencegah terjadinya
komplikasi yang akan terjadi pada penyakit yang diderita di masyarakat sehingga dapat
dikurangi dan ditatalaksana secara cepat.

Pelaksanaan (Proses intervensi yang dilakukan)

Program Posyandu Lansia dilakukan pada tanggal 10 Agustus 2020 di desa Banteng,
Tersono. Kegiatan meliputi pencatatan dan pengukuran indeks massa tubuh oleh kader terlatih.
Dilanjutkan pemeriksaan tekanan darah dan pengobatan dasar terhadap penyakit dan keluhan
lansia yang datang. Kemudian diakhiri dengan sesi konseling dan edukasi.

Monitoring dan Evaluasi (Proses monitoring dan hasil evaluasi)

Jumlah lansia yang diintervensi sebanyak 20 orang dengan berbagai riwayat penyakit
seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan osteoathritis. Dan diantaranya masih ada yang belum
patuh untuk meminum obat. Peserta tampak antusias dalam menjalani setiap pemeriksaan dan
sangat kooperatif.

Tgl mulai kegiatan : 27 Juli 2020


Tgl akhir kegiatan : 27 Juli 2020
Pendamping : dr. Jul
Peserta hadir :
 Perwakilan dinas Kesehatan
 Kapuskes
 Camat/Lurah/Perwakilan
 Dokter pendamping
 Peserta PIDI
 Masyarakat
 Lain-lain

Judul Laporan

Pos Layanan Terpadu Lansia di desa Tegalombo, Tersono

Latar belakang

Penduduk lansia mengalami peningkatan signifikan, menurut WHO penduduk lansia di


Indonesia pada tahun 2020 mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang sehingga
jumlah penduduk lansia Indonesia terbesar ke empat di dunia setelah Cina, Amerika dan India.
Ditinjau dari aspek kesehatan, kelompok lansia akan mengalami penurunan derajat kesehatan
baik secara alamiah maupun akibat penyakit. Oleh karena itu, sejalan dengan semakin
meningkatnya jumlah penduduk lansia maka sejak sekarang harus sudah mempersiapkan dan
merencanakan berbagai program kesehatan yang ditujukan bagi kelompok lansia.
Posyandu lansia merupakan suatu wadah pelayanan kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM) untuk melayani penduduk lansia yang proses pembentukan dan
pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakt Bersama Lembaga swadaya masyarakat (LSM), lintas
sector pemerintah dan non pemerintah, swasta, organisasi social dan lain-lain, dengan menitik
beratkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif. Selain itu, juga bisa
memberikan pelayanan sosial, agama, pendidikan, keterampilan, olahraga, seni budaya dan
pelayanan lain yang dibutuhkan lansia dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup melalui
peningkatan kesehatan dan kesejahteraan. Selain itu, posyandu lansia membantu memacu lansia
agar dapat beraktifitas dan mengembangkan potensi diri.
Posyandu lansia berkaitan dengan peningkatan sarana untuk mempertahankan kesehatan
lansia, mencegah gangguan kesehatan, mengobati penyakit dan upaya rehabilitasi bagi lansia
dengan program-program antara lain pengukuran tinggi badan dan berat badan, pemeriksaan
tekanan darah, pemeriksaan berkala dan pengobatan ringan, latihan fisik seperti olahraga dan
diberikan penyuluhan-penyuluhan tentang kesehatan. Sehingga lansia yang teratur dalam
memanfaatkan posyandu lansia akan terkontrol kesehatannya.

Permasalahan (Permasalahan di masyarakat, keluarga, maupun kasus ini)

1. Adanya anggapan untuk berobat dan kontrol tekanan darah dan kadar gula darah hanya pada
saat adanya keluhan, sehingga terjadi ketidakpatuhan minum obat dan berakibat pada tidak
terkontrolnya tekanan darah dan kadar gula darah dan meningkatnya risiko terhadap komplikasi
yang akan terjadi.
2. Ketidaktahuan masyarakat terhadap adanya komplikasi hipertensi dan diabetes mellitus jika
tidak terkontrol

Perencanaan dan pemilihan intervensi (Metode penyuluhan)

Program ini dilakukan untuk mendata, mengobati, mengontrol dan mencegah terjadinya
komplikasi yang akan terjadi pada penyakit yang diderita di masyarakat sehingga dapat
dikurangi dan ditatalaksana secara cepat.

Pelaksanaan (Proses intervensi yang dilakukan)

Program Posyandu Lansia dilakukan pada tanggal 27 Juli 2020 di desa Tegalombo,
Tersono. Kegiatan meliputi pencatatan dan pengukuran indeks massa tubuh oleh kader terlatih.
Dilanjutkan pemeriksaan tekanan darah dan pengobatan dasar terhadap penyakit dan keluhan
lansia yang datang. Kemudian diakhiri dengan sesi konseling dan edukasi.

Monitoring dan Evaluasi (Proses monitoring dan hasil evaluasi)


Jumlah lansia yang diintervensi sebanyak 20 orang dengan berbagai riwayat penyakit
seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan osteoathritis. Dan diantaranya masih ada yang belum
patuh untuk meminum obat. Peserta tampak antusias dalam menjalani setiap pemeriksaan dan
sangat kooperatif.

Tgl mulai kegiatan : 28 Juli 2020


Tgl akhir kegiatan : 28 Juli 2020
Pendamping : dr. Jul
Peserta hadir :
 Perwakilan dinas Kesehatan
 Kapuskes
 Camat/Lurah/Perwakilan
 Dokter pendamping
 Peserta PIDI
 Masyarakat
 Lain-lain

Judul Laporan (Boja)

Pos Layanan Terpadu Lansia di desa Boja, Tersono

Latar belakang

Penduduk lansia mengalami peningkatan signifikan, menurut WHO penduduk lansia di


Indonesia pada tahun 2020 mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang sehingga
jumlah penduduk lansia Indonesia terbesar ke empat di dunia setelah Cina, Amerika dan India.
Ditinjau dari aspek kesehatan, kelompok lansia akan mengalami penurunan derajat kesehatan
baik secara alamiah maupun akibat penyakit. Oleh karena itu, sejalan dengan semakin
meningkatnya jumlah penduduk lansia maka sejak sekarang harus sudah mempersiapkan dan
merencanakan berbagai program kesehatan yang ditujukan bagi kelompok lansia.
Posyandu lansia merupakan suatu wadah pelayanan kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM) untuk melayani penduduk lansia yang proses pembentukan dan
pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakt Bersama Lembaga swadaya masyarakat (LSM), lintas
sector pemerintah dan non pemerintah, swasta, organisasi social dan lain-lain, dengan menitik
beratkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif. Selain itu, juga bisa
memberikan pelayanan sosial, agama, pendidikan, keterampilan, olahraga, seni budaya dan
pelayanan lain yang dibutuhkan lansia dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup melalui
peningkatan kesehatan dan kesejahteraan. Selain itu, posyandu lansia membantu memacu lansia
agar dapat beraktifitas dan mengembangkan potensi diri.
Posyandu lansia berkaitan dengan peningkatan sarana untuk mempertahankan kesehatan
lansia, mencegah gangguan kesehatan, mengobati penyakit dan upaya rehabilitasi bagi lansia
dengan program-program antara lain pengukuran tinggi badan dan berat badan, pemeriksaan
tekanan darah, pemeriksaan berkala dan pengobatan ringan, latihan fisik seperti olahraga dan
diberikan penyuluhan-penyuluhan tentang kesehatan. Sehingga lansia yang teratur dalam
memanfaatkan posyandu lansia akan terkontrol kesehatannya.

Permasalahan (Permasalahan di masyarakat, keluarga, maupun kasus ini)

1. Adanya anggapan untuk berobat dan kontrol tekanan darah dan kadar gula darah hanya pada
saat adanya keluhan, sehingga terjadi ketidakpatuhan minum obat dan berakibat pada tidak
terkontrolnya tekanan darah dan kadar gula darah dan meningkatnya risiko terhadap komplikasi
yang akan terjadi.
2. Ketidaktahuan masyarakat terhadap adanya komplikasi hipertensi dan diabetes mellitus jika
tidak terkontrol

Perencanaan dan pemilihan intervensi (Metode penyuluhan)

Program ini dilakukan untuk mendata, mengobati, mengontrol dan mencegah terjadinya
komplikasi yang akan terjadi pada penyakit yang diderita di masyarakat sehingga dapat
dikurangi dan ditatalaksana secara cepat.

Pelaksanaan (Proses intervensi yang dilakukan)


Program Posyandu Lansia dilakukan pada tanggal 28 Juli 2020 di desa Boja, Tersono.
Kegiatan meliputi pencatatan dan pengukuran indeks massa tubuh oleh kader terlatih.
Dilanjutkan pemeriksaan tekanan darah dan pengobatan dasar terhadap penyakit dan keluhan
lansia yang datang. Kemudian diakhiri dengan sesi konseling dan edukasi.

Monitoring dan Evaluasi (Proses monitoring dan hasil evaluasi)

Jumlah lansia yang diintervensi sebanyak 10 orang dengan berbagai riwayat penyakit
seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan osteoathritis. Dan diantaranya masih ada yang belum
patuh untuk meminum obat. Peserta tampak antusias dalam menjalani setiap pemeriksaan dan
sangat kooperatif.

Tgl mulai kegiatan : 29 Juli 2020


Tgl akhir kegiatan : 29 Juli 2020
Pendamping : dr. Jul
Peserta hadir :
 Perwakilan dinas Kesehatan
 Kapuskes
 Camat/Lurah/Perwakilan
 Dokter pendamping
 Peserta PIDI
 Masyarakat
 Lain-lain

Judul Laporan

Pos Layanan Terpadu Lansia di desa Gondo, Tersono

Latar belakang

Penduduk lansia mengalami peningkatan signifikan, menurut WHO penduduk lansia di


Indonesia pada tahun 2020 mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang sehingga
jumlah penduduk lansia Indonesia terbesar ke empat di dunia setelah Cina, Amerika dan India.
Ditinjau dari aspek kesehatan, kelompok lansia akan mengalami penurunan derajat kesehatan
baik secara alamiah maupun akibat penyakit. Oleh karena itu, sejalan dengan semakin
meningkatnya jumlah penduduk lansia maka sejak sekarang harus sudah mempersiapkan dan
merencanakan berbagai program kesehatan yang ditujukan bagi kelompok lansia.
Posyandu lansia merupakan suatu wadah pelayanan kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM) untuk melayani penduduk lansia yang proses pembentukan dan
pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakt Bersama Lembaga swadaya masyarakat (LSM), lintas
sector pemerintah dan non pemerintah, swasta, organisasi social dan lain-lain, dengan menitik
beratkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif. Selain itu, juga bisa
memberikan pelayanan sosial, agama, pendidikan, keterampilan, olahraga, seni budaya dan
pelayanan lain yang dibutuhkan lansia dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup melalui
peningkatan kesehatan dan kesejahteraan. Selain itu, posyandu lansia membantu memacu lansia
agar dapat beraktifitas dan mengembangkan potensi diri.
Posyandu lansia berkaitan dengan peningkatan sarana untuk mempertahankan kesehatan
lansia, mencegah gangguan kesehatan, mengobati penyakit dan upaya rehabilitasi bagi lansia
dengan program-program antara lain pengukuran tinggi badan dan berat badan, pemeriksaan
tekanan darah, pemeriksaan berkala dan pengobatan ringan, latihan fisik seperti olahraga dan
diberikan penyuluhan-penyuluhan tentang kesehatan. Sehingga lansia yang teratur dalam
memanfaatkan posyandu lansia akan terkontrol kesehatannya.

Permasalahan (Permasalahan di masyarakat, keluarga, maupun kasus ini)

1. Adanya anggapan untuk berobat dan kontrol tekanan darah dan kadar gula darah hanya pada
saat adanya keluhan, sehingga terjadi ketidakpatuhan minum obat dan berakibat pada tidak
terkontrolnya tekanan darah dan kadar gula darah dan meningkatnya risiko terhadap komplikasi
yang akan terjadi.
2. Ketidaktahuan masyarakat terhadap adanya komplikasi hipertensi dan diabetes mellitus jika
tidak terkontrol

Perencanaan dan pemilihan intervensi (Metode penyuluhan)


Program ini dilakukan untuk mendata, mengobati, mengontrol dan mencegah terjadinya
komplikasi yang akan terjadi pada penyakit yang diderita di masyarakat sehingga dapat
dikurangi dan ditatalaksana secara cepat.

Pelaksanaan (Proses intervensi yang dilakukan)

Program Posyandu Lansia dilakukan pada tanggal 29 Juli 2020 di desa Gondo, Tersono.
Kegiatan meliputi pencatatan dan pengukuran indeks massa tubuh oleh kader terlatih.
Dilanjutkan pemeriksaan tekanan darah dan pengobatan dasar terhadap penyakit dan keluhan
lansia yang datang. Kemudian diakhiri dengan sesi konseling dan edukasi.

Monitoring dan Evaluasi (Proses monitoring dan hasil evaluasi)

Jumlah lansia yang diintervensi sebanyak 15 orang dengan berbagai riwayat penyakit
seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan osteoathritis. Dan diantaranya masih ada yang belum
patuh untuk meminum obat. Peserta tampak antusias dalam menjalani setiap pemeriksaan dan
sangat kooperatif.

Tgl mulai kegiatan : 30 Juli 2020


Tgl akhir kegiatan : 30 Juli 2020
Pendamping : dr. Jul
Peserta hadir :
 Perwakilan dinas Kesehatan
 Kapuskes
 Camat/Lurah/Perwakilan
 Dokter pendamping
 Peserta PIDI
 Masyarakat
 Lain-lain

Judul Laporan

Pos Layanan Terpadu Lansia di desa Banteng, Tersono


Latar belakang

Penduduk lansia mengalami peningkatan signifikan, menurut WHO penduduk lansia di


Indonesia pada tahun 2020 mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang sehingga
jumlah penduduk lansia Indonesia terbesar ke empat di dunia setelah Cina, Amerika dan India.
Ditinjau dari aspek kesehatan, kelompok lansia akan mengalami penurunan derajat kesehatan
baik secara alamiah maupun akibat penyakit. Oleh karena itu, sejalan dengan semakin
meningkatnya jumlah penduduk lansia maka sejak sekarang harus sudah mempersiapkan dan
merencanakan berbagai program kesehatan yang ditujukan bagi kelompok lansia.
Posyandu lansia merupakan suatu wadah pelayanan kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM) untuk melayani penduduk lansia yang proses pembentukan dan
pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakt Bersama Lembaga swadaya masyarakat (LSM), lintas
sector pemerintah dan non pemerintah, swasta, organisasi social dan lain-lain, dengan menitik
beratkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif. Selain itu, juga bisa
memberikan pelayanan sosial, agama, pendidikan, keterampilan, olahraga, seni budaya dan
pelayanan lain yang dibutuhkan lansia dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup melalui
peningkatan kesehatan dan kesejahteraan. Selain itu, posyandu lansia membantu memacu lansia
agar dapat beraktifitas dan mengembangkan potensi diri.
Posyandu lansia berkaitan dengan peningkatan sarana untuk mempertahankan kesehatan
lansia, mencegah gangguan kesehatan, mengobati penyakit dan upaya rehabilitasi bagi lansia
dengan program-program antara lain pengukuran tinggi badan dan berat badan, pemeriksaan
tekanan darah, pemeriksaan berkala dan pengobatan ringan, latihan fisik seperti olahraga dan
diberikan penyuluhan-penyuluhan tentang kesehatan. Sehingga lansia yang teratur dalam
memanfaatkan posyandu lansia akan terkontrol kesehatannya.

Permasalahan (Permasalahan di masyarakat, keluarga, maupun kasus ini)

1. Adanya anggapan untuk berobat dan kontrol tekanan darah dan kadar gula darah hanya pada
saat adanya keluhan, sehingga terjadi ketidakpatuhan minum obat dan berakibat pada tidak
terkontrolnya tekanan darah dan kadar gula darah dan meningkatnya risiko terhadap komplikasi
yang akan terjadi.
2. Ketidaktahuan masyarakat terhadap adanya komplikasi hipertensi dan diabetes mellitus jika
tidak terkontrol

Perencanaan dan pemilihan intervensi (Metode penyuluhan)

Program ini dilakukan untuk mendata, mengobati, mengontrol dan mencegah terjadinya
komplikasi yang akan terjadi pada penyakit yang diderita di masyarakat sehingga dapat
dikurangi dan ditatalaksana secara cepat.

Pelaksanaan (Proses intervensi yang dilakukan)

Program Posyandu Lansia dilakukan pada tanggal 30 Juli 2020 di desa Banteng, Tersono.
Kegiatan meliputi pencatatan dan pengukuran indeks massa tubuh oleh kader terlatih.
Dilanjutkan pemeriksaan tekanan darah dan pengobatan dasar terhadap penyakit dan keluhan
lansia yang datang. Kemudian diakhiri dengan sesi konseling dan edukasi.

Monitoring dan Evaluasi (Proses monitoring dan hasil evaluasi)

Jumlah lansia yang diintervensi sebanyak 10 orang dengan berbagai riwayat penyakit
seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan osteoathritis. Dan diantaranya masih ada yang belum
patuh untuk meminum obat. Peserta tampak antusias dalam menjalani setiap pemeriksaan dan
sangat kooperatif.

F7
Tgl mulai kegiatan : 12 Agustus 2020
Tgl akhir kegiatan : 14 Agustus 2020
Pendamping : dr. Jul
Peserta hadir :
 Perwakilan dinas Kesehatan
 Kapuskes
 Camat/Lurah/Perwakilan
 Dokter pendamping
 Peserta PIDI
 Masyarakat
 Lain-lain
Judul Laporan
pengaruh penyuluhan persalinan di era new normal terhadap tingkat pengetahuan ibu
hamil di desa boja, harjowinangon barat dan rejosari barat tahun 2020

Latar belakang
Akhir tahun 2019, dunia dikejutkan dengan keberadaan penyakit pneumonia baru
yang pertama kali ditemukan di China. Penemuan tersebut dikaitkan dengan pasar
hewan yang terletak di Wuhan, Provinsi Hubei. Bulan Desember terdapat laporan kasus
bahwa penyakit respirasi baru tersebut menyebabkan penderitanya jatuh ke taraf kritis
karena mengalami Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS). Dalam waktu singkat
jumlah penderita penyakit ini meningkat pesat dan menyebar ke daerah sekitar Wuhan.
Pada awal Januari, laporan kasus bermunculan di berbagai negara Asia seperti Korea
Selatan, Jepang, dan Thailand.

Setelah penelitian dilakukan, etiologi dari penyakit baru ini adalah dari famili
coronavirus jenis baru. World Health Organization menetapkan nama untuk penyakit
ini yaitu Coronavirus Disease (COVID-19) yang berasal dari virus Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2) .

Pada tanggal 12 Maret 2020, WHO menetapkan COVID-19 sebagai pandemi global
karena sudah menyebar secara masif di lebih dari 190 negara dan teritori. Indonesia
sendiri pertama kali melaporkan temuan pada 2 Maret 2020 dan menetapkan COVID-19
sebagai bencana nasional pada tanggal 14 Maret 2020. Data dari Gugus Tugas
Percepatan Penanganan COVID-19 2020 tanggal 11 Januari 2020, di Indonesia jumlah
kasus positif 121.226, kasus sembuh 77.557 dan kasus meninggal 5.593 .

Sudah dilakukan penelitian terhadap 108 ibu hamil yang terkonfirmasi terinfeksi
SARS-CoV-2 tidak menularkan virus tersebut kejanin . Penelitian lain juga
mengemukakan bahwa ibu hamil yang telah terkonfirmasi terinfeksi SARS-CoV-2 tidak
akan menularkan virus tersebut melalui cairan vagina dan ASI karena sudah diperiksa
dengan nucleic-acid testing. Selain itu pada bayi yang telah dilahirkan oleh ibu tersebut
sudah dilakukan swab juga dan hasilnya negatif.

Ibu dengan status ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-19 bersalin di rumah sakit
rujukan COVID-19 dan disarankan untuk dilakukan persalinan secara Sectio Cesarean
walaupun virus tersebut tidak menyebar melalui cairan vagina tetap saja bila bersalin
dalam ruang operasi dapat meminimalisir mnyebaran virus karena berada di tempat
tertutup.

Permasalahan (Permasalahan di masyarakat, keluarga, maupun kasus ini)


Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang muncul adalah sebagai berikut:
a. Bagaimanakah pengetahuan dukun bayi di Kecamatan Tersono tentang pijat bayi?
b. Bagaimanakah keterampilan dukun bayi di Kecamatan Tersono tentang pijat bayi?

Perencanaan dan pemilihan intervensi (Metode penyuluhan)


Metode pengumpulan data pada kegiatan mini project ini dilakukan dengan cara
mengumpulkan data primer dan sekunder. Data primer didapatkan melalui kuisioner
yang dibagikan sebelum intervensi. Kuisioner berisi tentang pertanyaan-pertanyaan
mengenai pengetahuan tentang pijat bayi. Sehingga dapat diketahui bagaimana tingkat
pengetahuan dukun bayi Desa Tersono yang datang pada penyuluhan, di Desa Tersono.
Sedangkan data sekunder didapatkan dari laporan dan catatan mengenai data kesehatan
Desa Tersono selama periode tahun 2019 yang terdapat di Puskesmas Tersono.

Pelaksanaan (Proses intervensi yang dilakukan)


Intervensi dilakukan dengan memberikan sesi penyuluhan secara langsung dan
tanya- jawab (diskusi) antara penyaji materi (Dokter Internship) dengan dukun bayi.
Materi penyuluhan yang disajikan antara lain mengenai definisi pijat bayi , manfaat pijat
bayi, mekanisme dasar pemijatan (fisiologi pijat bayi), perbedaan pijat bayi tradisional
dan modern, waktu terbaik memijat bayi, faktor-faktor yang diperhatikan dalam
pemijatan bayi, hal – hal yang dianjurkan selama pemijatan, persiapan sebelum memijat,
dan teknik melakukan pijat bayi.
Pembagian kuesioner pada kegiatan ini dilaksanakan pada Selasa 4 Februari 2020 di
Aula Puskesmas Tersono yang dibagikan kepada dukun bayi desa Tersono Kecamatan
Tersono. Kuesioner bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan ketrampilan dukun
bayi mengenai pijat bayi. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah dukun bayi
yang hadir dalam penyuluhan ini, yaitu sebanyak 17 warga.

Monitoring dan Evaluasi (Proses monitoring dan hasil evaluasi)


a. Terdapat peningkatan pengetahuan dukun bayi di Kecamatan Tersono tentang
pijat bayi setelah pemberian materi tentang pijat bayi, yang dapat dilihat dari
peningkatan nilai post test dibandingkan dengan pre test.
b. Terdapat peningkatan keterampilan dukun bayi di Kecamatan Tersono tentang
teknik pijat bayi yang dapat dilihat dari peningkatan hasil test keterampilan
sebelum dan sesudah menonton video dan diperagakan secara langsung teknik
pijat bayi yang benar berdasarkan ceklist pijat bayi yang benar.

Anda mungkin juga menyukai