Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Mahkluk hidup yang berada dimuka bumi ini sangatlah beragam dan
berjuta-juta spesiesnya. Beberapa para ahli berpikir bahwa keanekaragaman
mahkluk hidup tersebut tidak ada hubungannya sama sekali. Hal ini akibat
perubahan secara evolusi. Evolusi sendiri merupakan kata umum yang dipakai
orang untuk menunjukkan adanya suatu perubahan, perkembangan, atau
pertumbuhan secara berangsur-angsur. Perubahan tersebut terjadi dikarenakan
pengaruh alam atau rekayasa manusia. Jadi dapat kita simpulkan bahwa kata
evolusi mempunyai arti suatu proses perubahan atau perkembangan secara
bertahap atau perlahan-lahan. Dalam pengertian biologi, evolusi berarti perubahan
yang progresif artinya suatu perubahan yang berlangsung sedikit demi sedikit dan
memakan waktu yang lama dan perubahannya menuju ke arah semakin
kompleksnya struktur dan fungsi makhluk dan semakin banyak ragam jenis yang
ada. Selain itu, evolusi juga bisa mengarah perubahan yang regresif, dimana
makhluk hidup cenderung menuju ke arah kepunahan yang terjadi bukan hanya
karena semakin mundurnya struktur dan fungsi tetapi dapat juga karena
perkembangan struktur yang melebihi porsinya.
Kata evolusi sendiri digunakan pertama kali oleh  Herbert Spencer,
seorang ahli filsafat dari inggris. Oleh Spencer pengertian evolusi yang
dilontarkan berkaitan dengan suatu perkembangan ciri atau sifat atau keadaan dari
waktu ke waktu melalui perubahan bertingkat.
Para ahli biologi evolusi sekarang meneliti evolusi dari berbagai disiplin
ilmu, seperti genetika molekuler, morfologi dan embriologi. Mereka meneliti
dengan menggunakan peralatan yang beragam seperti larutan kimia di dalam
tabung reaksi, tingkah laku hewan di hutan rimba, fosil yang dikoleksi dari
daerah-daerah purbakala dan bahkan batu-batu karang atau gunung-gunung batu.
Beberapa prinsip yang digunakan Darwin yang dianggap dapat memberikan
petunjuk adanya evolusi antara lain adanya variasi di antara individu-individu
dalam satu keturunan, adanya pengaruh penyebaran geografi, ditemukannya fosil-
fosil diberbagai lapisan batuan bumi adanya homologi antara organ sistem pada
makhluk hidup, adanya data sebagai hasil studi mengenai komparatif
perkembangan embrio yang menunjukkan adanya perubahan secara berangsur-
angsur.

C.    Tujuan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini yaitu:
      Untuk mengetahui pengertian dari evolusi, penyebab terjadinya evolusi dan
mengetahui evolusi kuda itu sendiri.
     

D.    Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari penyampaian infomasi tentang , evolsusi
kuda, agar para pembaca dapat memahami lebih mendalam lagi tentang materi
yang dismpaikan. Selain itu sebagai referensi dalam memahami evolusi kuda.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Evolusi
Evolusi (dalam kajian biologi) berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu
populasi organisme dari satu generasi ke generasi berikutnya. Perubahan-
perubahan ini disebabkan oleh kombinasi tiga proses utama: variasi, reproduksi,
dan seleksi. Sifat-sifat yang menjadi dasar evolusi ini dibawa oleh gen yang
diwariskan kepada keturunan suatu makhluk hidup dan menjadi bervariasi dalam
suatu populasi. Ketika organisme bereproduksi, keturunannya akan mempunyai
sifat-sifat yang baru. Sifat baru dapat diperoleh dari perubahan gen akibat mutasi
ataupun transfer gen antar populasi dan antar spesies. Pada spesies yang
bereproduksi secara seksual, kombinasi gen yang baru juga dihasilkan oleh
rekombinasi genetika, yang dapat meningkatkan variasi antara organisme. Evolusi
terjadi ketika perbedaan-perbedaan terwariskan ini menjadi lebih umum atau
langka dalam suatu populasi.
Evolusi didorong oleh dua mekanisme utama, yaitu seleksi alam dan hanyutan
genetik. Seleksi alam merupakan sebuah proses yang menyebabkan sifat terwaris
yang berguna untuk keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme menjadi
lebih umum dalam suatu populasi - dan sebaliknya, sifat yang merugikan menjadi
lebih berkurang. Hanyutan genetik dihasilkan oleh probabilitas apakah suatu sifat
akan diwariskan ketika suatu individu bertahan hidup dan bereproduksi. Kajian
catatan fosil dan keanekaragaman hayati organisme-organisme hidup telah
meyakinkan para ilmuwan pada pertengahan abad ke-19 bahwa spesies berubah
dari waktu ke waktu. Namun, mekanisme yang mendorong perubahan ini tetap
tidaklah jelas sampai pada publikasi tahun 1859 oleh Charles Darwin, On the
Origin of Species yang menjelaskan dengan detail teori evolusi melalui seleksi
alam. Meskipun teori evolusi selalu diasosiasikan dengan Charles Darwin, namun
sebenarnya biologi evolusioner telah berakar sejak zaman Aristoteles. Namun
demikian, Darwin adalah ilmuwan pertama yang mencetuskan teori evolusi yang
telah banyak terbukti mapan menghadapi pengujian ilmiah. Sampai saat ini, teori
Darwin mengenai evolusi yang terjadi karena seleksi alam dianggap oleh
mayoritas komunitas sains sebagai teori terbaik dalam menjelaskan peristiwa
evolusi.

B. Evolusi Kuda
Evolusi pada kuda merupakan suatu contoh klasik evolusi morfologi, yang
sejarahnya ditelusuri dari catatan fosilnya sejak zaman Eosin (Eocene) di
Amerika Utara dan sedikit dari Eropa dan Asia. Fosil kuda termasuk cukup
lengkap, karena kuda hidup berkelompok dalam jumlah yang cukup besar,
sehingga meninggalkan sejumlah besar fosil dari zaman ke zaman. nenek moyang
filogeni dari kuda modern, yang pada mulanya berasal dari Hyracotherium yang
seukuran anjing dan tinggal di hutan[1], yang berevolusi seiring skala waktu
geologi. Palezoolog telah dapat mengumpulkan gambaran lengkap mengenai garis
keturunan evolusi kuda modern, lebih lengkap daripada hewan-hewan lainnya.
Kuda termasuk ke dalam ordo yang dikenal sebagai "Perissodactyla, atau "hewan
berkuku ganjil", yang semua anggotanya memiliki kaki berkuku serta jumlah jari
yang ganjil pada tiap kakinya, selain juga bibir atas yang mudah bergerak dan
struktur gigi yang serupa. Ini artinya kuda memiliki leluhur yang sama dengan
tapir dan badak. Perissodactyla pada awalnya mulai muncul pada masa Paleocene
akhir, kurang dari 10 juta tahun setelah peristiwa kepunahan Kapur-Tersier.
Moyang awal kuda modern berjalan dengan jari kaki yang melebar keluar, yang
memudahkan mereka untuk berjalan di atas hamparan tanah yang lembut dan
lembap di hutan purba. Ketika spesies rumput mulai muncul dan berkembang,
para equid mulai berganti makanan dari dedaunan menjadi rerumputan, yang
berujung pada gigi yang lebih kuat dan lebih awet. Pada saat yang sama, seiring
mulai munculnya stepas, para pendahulu kuda pun perlu memiliki kecepatan yang
yang lebih tinggi untuk melarikan diri dari pemangsa. Ini diperoleh melalui
pemanjangan anggota gerak dan terangkatnya beberapa jari dari tanah dalam
suatu cara yang mengakibatkan berat tubuh secara perlahan dipindahkan kepada
jari terkuat, yaitu jari ketiga.
Fosil kuda tertua yang dikenal yakni Hyracotherium (Eohippus).
a. Hyracotherium (Eohippus)
Fosil hyracotherium yang ditemukan di Eropa pada abad ke-18, oleh Richard
Owen yang diberi nama dengan Hyracoterium yang berarti “binatang seperti
hyrax”. Hyracotherium telah ada sekitar 52 juta tahun lalu dan telah tinggal di
benua Amerika Utara. Hewan ini berukuran sebesar kancil atau anjing dan
tingginya hanya sekitar 30 cm. Memiliki kepala dan leher dan tulang belakang
lengkungan berbentuk tangguh yang relatif singkat. Diperkirakan kuda
primitif ini memakan semak belukar apabila ditinjau dari struktur giginya.
Giginya yang berjumlah 22 pasang dengan tiga gigi pada setiap sisi gigi seri,
satu taring, empat gigi premolar, dan dengan tiga gigi geraham yang hanya
terspesialisasi sedikit untuk menggiling makanan. Kaki depannya terdiri dari
empat jari dan satu rudimen, sedangkan kaki belakangnya mempunyai tiga jari
dan dua jari rudimen. Hyracotherium juga memiliki otak kecil, ada juga lobus
frontal kecil. Evolusi sudah mulai berjalan, lengan dan kaki lebih panjang
secara proporsional dengan tubuh sebagai kuda saat ini. Namun, beberapa dari
tulang kaki tidak stabil dan tidak memiliki fleksibilitas. Kaki, ada lima jari
satu per masing-masing, empat anggota tubuh depan, kaki belakang dibuat
untuk tiga jari dan jari-jari kelima pertama yang merosot dalam perjalanan
evolusi. Kuku kaki tidak seperti anjing, dan dilengkapi dengan kuku kecil
b. Mesohippus
Zaman Oligosen sekitar 40 juta tahun silam, Hyracotherium mengalami
kepunahan. Akan tetapi, mamalia ini telah menurunkan keturunannya yang
dinamakan Mesohippus. Mesohippus berukuran lebih besar daripada
Hyracotherium. Struktur tubuh Mesohippus menunjukkan bahwa hewan ini
telah beradaptasi dengan sangat baik untuk hidup di padang rumput, hal ini
ditunjukkan dengan berkurangnya jumlah jari pada setiap kaki Mesohippus
menjadi tiga jari di setiap kakinya. Jari tengahnya juga lebih besar daripada
jari-jari lainnya. Selain itu, hewan ini juga memiliki kaki yang lebih kuat dan
lincah dibandingkan dengan Hyracotherium. Hewan ini memiliki leher yang
agak panjang. Pada mulutnya, ditemukan beberapa gigi pra-geraham yang
hampir berkembang menjadi gigi geraham. Gigi seperti ini tentu akan
meningkatkan kemampuannya untuk mengunyah makanan.
c. Miohippus
Masih pada zaman Oligosen, Miohippus (berarti "kuda kecil") adalah genus
kuda prasejarah. Miohippus tinggal di Amerika Utara selama zaman Oligosen.
Sementara generasi spesies ini hidup selama periode Miocene. Menurut
Florida Museum of Natural History, diyakini Miohippus hidup pada Miocene
namun pernyataan tersebut salah. Penelitian yang lebih baru memberikan
bukti bahwa Miohippus sebenarnya hidup pada zaman Oligosen. Miohippus
lebih besar dari Mesohippus dan memiliki tengkorak yang sedikit lebih
panjang. Fosa wajah nya adalah lebih dalam dan lebih diperluas, dan sendi
pergelangan kaki agak berbeda. Miohippus juga memiliki puncak ekstra
variabel pada geraham atasnya, yang memberikan area permukaan yang lebih
besar untuk mengunyah makanan ternak yang lebih ketat. Hal ini akan
menjadi ciri khas dari gigi kuda selanjutnya.
d. Merrychippus
Pada pertengahan Zaman Miocene sekitar 25 juta tahun yang lalu, Hidup
sejenis kuda yang disebut Merychippus. Spesies kuda ini diperkirakan
merupakan keturunan dari Mesohippus. Seperti nenek moyangnya,
Merychippus masih memiliki leher yang agak panjang yang khas. Diduga,
leher panjang ini berfungsi sebagai alat bantu saat ia merumput, sehingga ia
bisa merumput dengan tenang dengan posisi berdiri. Merychippus memiliki
tiga jari pada kaki belakangnya, dan empat jari pada kaki depannya. Kaki
Merychippus berkembang menjadi kaki yang panjang, agak berbeda dangan
kaki yang dimiliki kuda zaman sekarang. Sekarang, Merychippus telah punah.
Penyebab kepunahannya diperkirakan akibat perubahan iklim besar-besaran
yang mengakibatkan terjadinya zaman es.
e. Pliohippus
Kemudian sekitar 10 juta tahun yang lalu, semasa jaman Pliocene kuda
berkembang menjadi Pliohippus. Leluhur kuda jenis ini mempunyai satu jari
atau satu tracak pada tiap kakinya. Pliohippus merupakan hewan monodaktil
(hewan bertracak tunggal) sejati yang pertama dalam sejarah evolusi .
f.  Equus caballus
Akhirnya sekitar 2 juta tahun yang lalu, kuda seperti yang kita kenal sekarang
yaitu Equus caballus, muncul sebagai makhluk yang lebih besar. Namun
sekitar 8 ribu tahun yang lalu, spesies Equus ini punah di daratan Amerika
Serikat dan tidak muncul lagi sampai orang-orang Spanyol membawa kuda
masuk ke benua Amerika pada tahun 1400-an. Jari-jemari pada nenek
moyangnya telah berkurang jumlahnya sampai tinggal satu jari di setiap
kakinya yang telah dilindungi oleh kuku yang sangat keras dan telah
termodifikasi. Struktur kaki kuda zaman  sekarangpun telah beradaptasi bukan
hanya untuk hidup di padang rumput tetapi juga untuk berlari dengan cepat.
Jenis kaki ini membuat kuda dapat berlari dengan sangat cepat tanpa khawatir
akan resiko terkilir.

Anda mungkin juga menyukai