Anda di halaman 1dari 39

BATUAN BEKU

Hubungan Batuan & Geologi


• Batuan dlm pengertian geologi tdk slalu mrp
massa yg padat, ttp jg termasuk pasir, batubara
maupun lempung yg gembur

• Jadi, segala sesuatu yg mjd bahan pembentuk


kerak bumi adlh Batuan

• Salah satu cabang ilmu geologi yg mbahas &


meneliti batuan adh Petrologi, mengartikan
batuan adh massa yg terdiri dr satu atau
lebihmacam mineral yg mbtk satuan terkecil
dr kerak bumi & mpy komposisi kimia &
mineral yg tetap, shg dg jelas dpt dipisahkan
 Salah satu bahan induk yang banyak
mengandung unsur-unsur hara yang penting
bagi tanaman adalah bahan induk yang
berasal dari batuan beku.

 Secara umum batuan beku mengandung


unsur : magnesium (Mg), kalsium (Ca),
natrium (Na), besi (Fe), kalium (K), zink
(Zn), dan lain sebagainya.
 Proses pelepasan hara dari batuan beku
berbeda-beda, ada yang mudah melepaskan
elemen/hara ke dalam larutan tanah dan
ada juga yang sangat lambat. Hal ini
disebabkan karena setiap jenis batuan beku
mengandung mineral yang berbeda-beda
dan memiliki ketahanan yang berbeda pula.

 Oleh karena itu sangat penting untuk


mempelajari sifat dan karateristik dari
setiap jenis batuan beku. Hal ini berguna
dalam memprediksi potensi kesuburan
lahan pada suatu wilayah yang tersusun atas
batuan beku.
 Magma keluar di permukaan bumi antara lain
melalui puncak gunung berapi. Gunung berapi
ada di daratan ada pula yang di lautan. Magma
yang sudah mencapai permukaan bumi akan
membeku. Magma yang membeku kemudian
menjadi batuan beku.
 Batuan beku muka bumi selama beribu-ribu
tahun lamanya dapat hancur terurai selama
terkena panas, hujan, serta aktivitas tumbuhan
dan hewan. Selanjutnya hancuran batuan
tersebut tersangkut oleh air, angin atau hewan ke
tempat lain untuk diendapkan.
 Hancuran batuan yang diendapkan
disebut batuan endapan atau batuan
sedimen. Baik batuan sedimen atau beku
dapat berubah bentuk dalam waktu yang
sangat lama karena adanya perubahan
temperatur dan tekanan. Batuan yang
berubah bentuk disebut batuan malihan
atau batuan metamorf.
Proses dan Mekanisme Pembentukan
Batuan Beku
 Batuan beku adalah batuan yang terbentuk
dari hasil pembekuan magma atau hasil
kristalisasi (Gambar 1) dari mineral-mineral
dalam bentuk agregasi yang saling
interlocking.

 Secara umum batuan beku disusun oleh


mineral : olivin, piroksin, hornblende
(amphibole), biotit, Ca dan Na plagioklas, K-
feldspar, muscovit dan kuarsa.

 Kandungan mineral yang terdapat dalam


batuan beku menunjukkan perbedaan jenis
Gambar 1. Proses kritalisasi magma, jenis mineral dan batuan beku yang terbentuk.
Kristal berarti benda padat
homogen yang dibatasi oleh bidang-
bidang rata yang merupakan
perwujudan luar dari suatu pengaturan
ion-ion yang teratur. Sedangkan
kristalisasi adalah proses pemadatan
benda yang terbatas pada bidang rata.
Kandungan mineral yang terdapat dalam
batuan beku menunjukkan perbedaan jenis
batuan beku.
Contoh kristalisasi mineral dan batuan beku
yang terbentuk :
 Kristalisasi mineral olivin, serpentin dan Ca-
plagioklas. Batuan beku yang terbentuk
adalah batuan beku ultrabasa (ultramafic)
dengan kandungan silika <45%.

 Kristalisasi mineral olivin, piroksin,


amphibol dan Ca-plagioklas. Batuan beku
yang terbentuk adalah batuan beku basa
(basic) dengan kandungan silika 45-55%.
 Kristalisasi
mineral piroksin, amphibol, biotit,
Ca-Na Plagioklas dan Orthoklas. Batuan
yang terbentuk adalah batuan beku
intermediat dengan kandungan silika 55-65%.

 Kritalisasi
mineral piroksin, amphibol, biotit,
Na-plagioklas, orthoklas, muscovit dan
dominan mineral kuarsa batuan beku yang
terbentuk adalah batuan beku masam
dengan kandungan silika >65%.
Sifat Fisik Batuan Beku Berdasarkan proses
pembentukan dan tempat keterdapatannya,
maka batuan beku terbagi atas tiga, yaitu :
1. Batuan beku plutonik/intrusif (batuan beku
dalam), adalah batuan beku yang terdapat pada
bagian bawah dari kerak litosfer atau dekat dg
astenosfer.

Batuan ini tersusun atas kristal-kristal mineral yg


sempurna (btk tekstur holokristalin) dalam
ukuran makroskopis yang cukup besar dengan
struktur batuan yang masif (padat).
Sifat Fisik Batuan Beku Berdasarkan proses
pembentukan dan tempat keterdapatannya, maka
batuan beku terbagi atas tiga, yaitu :
2. Batuan beku gang (korok), adalah batuan beku yang
terdapat diantara batuan beku plutonik dan batuan
beku ekstrusif.

Batuan ini tersusun atas kumpulan kristal-kristal


mineral yang tidak seragam ukurannya, sebagian
dapat diamati secara makroskopis dan sebagian lagi
harus dengan pengamatan mikroskopis.
Struktur batuan beku gang bersifat masif (padat).
Sifat Fisik Batuan Beku Berdasarkan proses
pembentukan dan tempat keterdapatannya, maka
batuan beku terbagi atas tiga, yaitu :
3. Batuan beku ekstrusif (batuan beku luar), adalah
batuan beku yang terbentuk dekat atau
dipermukaan (bagian terluar dari kerak litosfer).

Batuan ini sebagian besar tersusun atas kristal-


kristal mineral yang berukuran sangat halus dan
sebagian besar hanya dapat teramati secara
mikroskopis.

Struktur batuan ini bersifat vesiculasi


(memperlihatkan lubang bekas pelepasan gas),
hal ini disebabkan karena magma yang keluar ke
permukaan mengalami perubahan temperatur
Granit Gabro
Andesit Diorit

Basalt Obsidian
Batu apung (pumice) Liparit
Perbedaan tempat pembentukan mengakibatkan
terjadinya perbedaan fisik pada batuan beku
Perbedaan ciri-ciri fisik dapat terlihat dari :
1.Tekstur batuan, meliputi :
- Kristalinitas adalah tingkat kristalisasi mineral,
yaitu; holokristalin (seluruhnya tersusun oleh
kristal mineral), hipokristalin (sebagian kristal dan
sebagian gelas), dan holohialin (seluruhnya
tersusun oleh gelas).

- Granularitas adalah kenampakan ukuran kristal


mineral, yaitu; fanerik (kristal mineral dapat
teramati dengan jelas secara makroskopis),
porfiritik (hanya sebagian kristal mineral yang
dapat teramati secara makroskopis), dan afanitik
- Fabrik adalah hubungan dan susunan antara
kristal mineral. Fabrik terbagi dua, yaitu:

a. Bentuk adalah kenampakan dua dimensi


dari kristal mineral, yaitu; euhedral (bidang
batas kristal nampak jelas), subhedral (batas
kristal hanya sebagian yang memiliki bidang
batas yang jelas) dan anhedral (bidang batas
kristal tidak nampak dengan jelas).

b. Relasi adalah hubungan antara butir kristal


mineral, yaitu; equigranular (butir kristal
mineral relatif seragam), dan inequigranular
(butir kristal mineral tidak seragam).
2. Struktur batuan terbagi atas dua bagian, yaitu:
a. Struktur massif adalah struktur kompak dari
batuan ditunjukkan dengan kenampakan hubungan
dari mineral-mineral dalam batuan yang tidak
menunjukkan pori-pori atau bentuk aliran.

b. Struktur vesiculasi adalah struktur batuan yang


lubang-lubang akibat pelepasan gas sewaktu magma
membeku. Struktur ini terdiri dari :
Vesicle : struktur berpori, dimana lubang-lubangnya
menyudut.
Scoria: struktur berpori, dimana lubang-lubangnya relatif
membulat
Pumice; struktur berpori, dimana lubang dan dapat
memperlihatkan arah aliran buih.
Identifikasi batuan merupakan suatu kegiatan
membuat deskripsi tentang suatu batuan
tertentu. Setelah identifikasi dilakukan, maka
kita dapat dengan jelas memberi nama batuan
tersebut. Sifat fisika dan kimia yang umum
dikenal dalam mengidentifikasi batuan
biasanya dibagi dalam 4 kategori sifat, yaitu :
1. Warna
Warna batuan beku biasanya representasi
dari mineral pembentuk batuan beku itu
sendiri. Mineral-mineral tersebut biasanya
dibedakan menjadi dua kelompok, yakni :
Beberapa ciri warna pada mineral yang
penting pada batuan beku:
 Kwarsa: berwarna putih jernih, putih susu dan
tidak memiliki belahan.
 Mika : apabila berwarna putih diberi nama
muskovit, bila berwarna hitam diberi nama
biotit, keduanya dicirikan adanya belahan seperti
lembaran-lembaran.
 Feldspar: apabila berwarna merah daging diberi
nama ortoklas (bidang belah tegak lurus/ 90°),
bila berwarna putih abu-abu diberi nama
plagioklas (belahan kristal kembar).
 Olivin: hijau (butiran/granular), atau biasanya
berwarna kuning kehijauan seperti gula pasir.
 Piroksen: hijau kehitaman berbentuk prismatik
pendek.
2.Tekstur
Tekstur merupakan kenampakan batuan berkaitan
dengan ukuran, bentuk, dan susunan butir mineral
dalam batuan. Tekstur batuan dapat dijadikan petunjuk
tentang proses (genesa) yang terjadi pada waktu
lampau sehingga menghasilkan batuan tersebut.
Tekstur umum yang sering dijumpai pada batuan beku
:
a) Faneritik : bila butiran-butiran mineral dapat dilihat
dengan mata telanjang. Bila faneritik dengan ukuran
yang seragam, maka disebut faneritik granular.
b) Afanitik : bila butiran-butiran mineral sangat halus
sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
c) Porfiritik : bila mineral butiran yang besar (fenokris-
nya) dikelilingi mineral-mineral yang berukuran butir
lebih kecil (massa dasar-nya).
3. Struktur

Struktur adalah kenampakan hubungan


antar bagian batuan yang berbeda.
Macam-macam struktur yang terdapat
pada batuan beku :
◦ Masif : bila batuan tersebut pejal, tanpa
retakan maupun lubang gas
◦ Jointing : bila batuan tampak memiliki
retakan
◦ Vesikular : bila batuan tersebut memiliki
lubang-lubang gas
◦ Aliran : bila batuan tersebut memiliki kesan
orientasi sejajar seperti aliran/sisipan, baik
oleh kristal maupun lubang gas
◦ Amigdaloidal : bila batuan tersebut memiliki
4. Komposisi mineral penyusun batuan

Untuk menentukan komposisi mineral


pada batuan beku, cukup dengan
mempergunakan indeks warna dari batuan
kristal.
Atas dasar warna mineral sebagai
penyusun batuan beku dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a) Mineral felsik, yaitu mineral yang


berwarna terang, terutama terdiri dari
mineral kwarsa, feldspar, feldspatoid dan
muskovit.
b) Mineral mafik, yaitu mineral yang
berwarna gelap, terutama biotit, piroksen,
amphibol dan olivin.
Proses Pelapukan Batuan Beku
Batuan beku secara fisik merupakan batuan
yang sangat masif (kompak). Struktur yang
masif menyebabkan pelapukan pada batuan
beku berjalan sangat lambat. Lubang bekas
pelepasan gas pada permukaan batuan tidak
memiliki koneksi pada bagian luar permukaan
batuan (Gambar 2).

Proses pelapukan batuan beku yang dimulai


dari arah luar ke dalam biasanya menunjukkan
struktur pengelupasan seperti kulit bawang
yang dikenal dengan nama spheroidal
waethering.
Gambar 2 Proses pelapukan batuan beku yang dimulai
dari luar ke arah dalam
Selain struktur, komposisi kimia, warna batuan,
derajat butir kristal dan temperatur pada saat
pembekuan magma juga mempengaruhi
proses pelapukan batuan (Gambar 3)
Gambar 13 Faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan batuan beku. Dari
warna dan komposisi kimia; batuan beku A dan C lebih mudah melapuk
dibanding batuan beku B dan D. Dari ukuran butir kristal dan temperatur
pembekuan maka batuan beku A lebih mudah melapuk dibanding C dan batuan
beku B lebih mudah melapuk dibanding D.
Potensi Lahan yang Berkembang dari Batuan
Beku
 Daerah yang berkembang dari bahan induk yang
berasal dari batuan beku, umumnya memiliki
bentuk morfologi yang bergelombang kuat
(berbukitbergunung). Hal ini disebabkan karena
batuan induknya sulit mengalami pelapukan.
Oleh sebab itu perkembangan tanah pada
daerah berbahan induk batuan beku umumnya
lambat sehingga tanah yang mungkin terbentuk
adalah tanah-tanah yang bersolum dangkal
(Gambar 4).
 Hal tersebut akan berbeda jika dibandingkan
pada daerah yang berbatuan beku dengan curah
hujan yang tinggi. curah hujan yang tinggi akan
mempercepat proses pelapukan batuan beku,
terutama batuan beku yang bersifat ultrabasa
dan basa (Gambar 4). Sifat air hujan yang
memiliki pH =5,5 akan lebih mudah melepaskan
kation-kation logam alkali yang terdapat dalam
 Selain jenis batuan beku dan curah hujan,
potensi lahan yang berkembang dari batuan
beku juga dipengaruhi dengan bentuk
morfologi yang terbentuk.

 Topografi bergelombang kuat (berbukit-


bergunung) dengan curah hujan yang tinggi
mengakibatkan kation/hara yang terlepas
dari batuan akan mudah tercuci (leaching)
dan hilang dari tanah sehingga tanah
menjadi kurang subur dan didominasi oleh
mineral oksida besi. Oleh sebab itu
pengembangan lahan pada daerah
berbatuan beku harus memperhatikan jenis
Gambar 4 A. profil tanah yang berkembang dari batuan beku yang bersifat masam di
kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan, curah hujan berkisar 1623 mm/thn- 2195 mm/thn,
topografi berbukit dengan ketebalan tanah (horison A) berkisar 30-50cm.
B. profil tanah yang berkembang dari batuan beku yang bersifat ultrabasa di kabupaten Luwu
Sulawesi Selatan, curah hujan 2800mm/thn-3980mm/thn, topografi berbukit-bergunung
dengan ketebalan solum tanah berkisar 1-1,5meter.

Anda mungkin juga menyukai