SKENARIO 2
SISTEM ENDOKRIN
Oleh : Kelompok 4
Ucha
Desty
Ria
Ferry
Akip
Febe
Memed
Dona
Amanda
Lini
Ismed
Universitas Lampung
2011
Skenario 2
STEP 1
STEP 3
1. Growth Hormon
Genetik (Keturunan)
Asupan nutrisi
Tidur berkualitas
Olahraga teratur
2. Vitamin D merupakan vitamin yang berfungsi dalam pertumbuhan tulang
3. Fungsi hormon
a. Memacu pertumbuhan dan metabolisme tubuh.
b. Memacu reproduksi.
c. Mengatur keseimbangan cairan tubuh/homeostasis.
d. Mengatur tingkah laku.
Klasifikasi hormon
STEP 4
KERJA VITAMIN D
o 1,25-Dihidroksikolekalsiferol meningkatkan pembentukan protein
pengikat kalsium di sel epitel usus selama 2 hari. Protein ini brfungsi
di bush border sel-sel tersebut untuk mengangkut kalsium ke
sitoplasma sel, dan selanjutnya kalsium bergerak melalui membrane
basolateral secara difusi terfasilitasi. Protein ini tetap berada dalam
tubuh selama beberapa minggu setelah 1,25-dihidroksikolekalsiferol
dibuang dari tubuh, sehingga menimbulkan efek absorpsi usus yang
berkepanjangan.
o Aliran masuk fosfat akan melalui epitel saluran cerna akan
dipermudah oleh vitamin D. Diyakini ini karena pengaruh dari 1,25-
Dihidroksikolekalsiferol, dan selanjutnya kalsium bertindak sebagai
mediator untuk fosfat.
o Vitamin D berperan dalam absorpsi kalsium dan fosfat oleh sel epitel
tubulus ginjal, sehingga cenderung untuk mengurangi ekskresi zat-zat
ini dalam urin. Walaupun peranan ini masih lemah.
Klasifikasi hormon :
4. Sifat-sifat hormon
Hormon Hidrofilik
Hidrofilik berarti suka air. Hormon ini larut dalam air serta kurang larut
dalam lemak. Kebanyakan hormon jenis ini merupakan hormon peptida
atau protein yang terdiri dari asam amino spesifik dengan panjang yang
bervariasi. Peptida lebih pendek sedangkan protein yang lebih panjang.
Untuk mempermudah, kedua jenis ini dapat dikategorikan sebgai peptida.
Insulin yang disekresikan oleh pankreas merupakan salah satu jenis
hormon peptida. Selain itu, ada pula amina yang merupakan turunan dari
asam amino. Hormon amina ada dua jenis juga, yaitu hidrofilik, seperti
katekolamin dan indolame amina, serta jenis lipofilik, seperti hormon
tiroid. Katekolamin diturunkan dari asam amino tirosin dan sebagian
besar disekresikan di medulla adrenal. Epinefrin adalah jenis hormon
katekolamin yang paling utama. Indole amina diturunkan dari asam
amino triptofan dan disekresikan di kelenjar pineal. Melatonin adalah
satu satunya jenis hormon indole amina. Beberapa neurotansmiter juga
merupakan amina seperti dopamin dan serotinin. Dopamin berfungsi
sebagai neurohormon (dari katekolamin) sedangkan serotinin adalah
prekusor melatonin.
Hormon Lipofilik
Hormon lipofilik larut baik dalam lemak dan kurang larut dalam air.
Contoh utamanya adalah hormon tiroid dan steroid.Sesuai dengan
namanya, hormon tiroid dihasilkan di kelenjar tiroid dan merupakan
turunan dari tirosin beriodin. Walaupan katekolamin dan tiroid keduanya
diturunkan dari tirosin, sifat mereka berbeda karena kelarutannya juga
berbeda. Steroid merupakan lipid netral yang diturunkan dari kolesterol.
Termasuk hormon yang disekresikan oleh korteks adrenal, seperti
kortisol dan hormon sex (testosteron pada pria dan estrogen pada
wanita) yang disekresikan organ reproduktif.
5. Sintesis Hormon
a. Hormon Protein-Peptida.
Sintesis hormon ini diawali dari proses transkripsi dan translasi mRNA ke
ribosom yang ada di retikulum endoplasma (RE Kasar). Ketika mRNA
berada di RE kasar, maka RE kasar akan mensintesis protein besar yang
belum memiliki aktivitas biologis (pra-prohormon). Kemudian pra-
prohormon akan dipecah kembali menjadi prohormon yang ukurannya
lebih kecil. Materi prohormon akan dibawa/ditransfer ke Aparatus Golgi
untuk dilakukan suatu pengemasan dengan vesikel sekretoris. Namun
selama proses pengemasan itu berlangsung, enzim-enzim yang ada di
dalam vesikel sektretoris ini akan memecah kembali prohormon menjadi
hormon-hormon yang ukurannya jauh lebih kecil lagi. Ketika proses
pengemasan ini selesai, maka hormon ini akan disimpan di sitoplasma
dalam vesikel sekretoris. Proses sekresi hormon ini terjadi ketika vesikel
sekretoris menempel dengan membran sel, materi yang ada dalam
granularnya akan keluar ke dalam cairan ektraseluler ataupun langsung
ke vaskularisasi melalui cara eksositosis. Pada umumnya, stimulus
eksositosis ini terjadi ketika adanya peningkatan konsentrasi kalsium di
sitosol akibat adanya depolarisasi membran sel. Namun pada sisi lain,
stimulus reseptor pada permukaan sel endokrin akan meningkatkan
siklik adenosin monophosfat (cAMP) dan aktivasi protein kinase sehingga
mengawali terjadinya sekretoris hormon.
b. Hormon Steroid
Struktur kimia hormon steroid mirip dengan struktur kimia
kolesterol, dan pada sebagian besar keadaan, hormon-hormon tersebut
disintesis dari kolesterol itu sendiri. Hormon steroid bersifat larut lemak
dan terdiri atas tiga cincin sikloheksil dan satu cincin siklopentil yang
tergabung menjadi sebuah struktur.
Meskipun sel endokrin penghasil steroid memiliki sedikit simpanan
hormon steroid, sejumlah besar simpanan ester kolesterol dapat
dimobilisasi secara cepat untuk mensintesis steroid setelah adanya
stimulus. Banyak kolesterol di sel penghasil steroid yang berasal dari
plasma, namun sintesis kolesterol de novo juga terjadi di sel penghasil
steroid. Karena steroid sangat larut dalam lemak, begitu disintesis,
steroid akan berdifusi dengan mudah melalui membran sel dan memasuki
cairan interstisial dan kemudian akan masuk ke dalam darah.
4. GH Penyebab pertumbuhan,
merangsang pertumbuhan
tulang dan jaringan lunak,
mempengaruhi metabolism
mencakup anabolisme
protein, mobilisasi lemak,
dan konservasi glukosa,
merangsang sekresi
somatostatin.
7. 1. Kelenjar eksokrin yaitu kelenjar yang mempunyai saluran khusus dalam penyaluran
hasil sekretnya/getahnya.
Ex : kelenjar-kelenjar pencernaan.
2. Kelenjar endokrin yaitu kelenjar yang tidak mempunyai saluran khusus dalam
penyaluran hasil sekretnya/getahnya.
Ex : kelenjar hipofisis, thyroid, thymus dll.
Kedua sistem ini mempunyai hubungan yang sangat erat. Walaupun sistem
endokrin/sistem hormon diatur oleh master of glands/kelenjar hipofisis tetapi hal tersebut
tidaklah mutlak atau bersifat otonom. Hal ini karena kerja dari kelenjar hipofisis
tersebut dipengaruhi oleh hypothalamus.
Berikut ini adalah hubungan sistem hormon dengan sistem saraf yang digambarkan
dalam bentuk skema atau bagan :
9. EAVEFVEVERGVER
10. Penghambat :
a. obesitas
Perangsang :
a. olahraga
b. penurunan kadar glukosa
c. penurunan asam amino
STEP 5
LEARNING OBJECTIVE
STEP 6
STEP 7
- Tidak punya saluran khusus shg langsung difusi ke system vaskuler atau
limfatika
HYPOTHALAMUS
- Hypophisis ada yang bekerja pada organ tertentu misal pada tulang (growth
hormone), pembentukan massa otot, metabolism lemak, hormone prolaktin yg
bekerja pada kelenjar mamae
a. Adenohypophysis (anterior)
b. Neurohypophisis (posterior)
- Secara mikroskopis
Adenohypophis:
Neurohypophis:
o Pada preparat, tampak putih (akson) dan sedikit sel, Jika diperkecil akan
tampak seperti serabut (akson). Bagian yang hitam merupakan inti sel dari sel
pituisit (merupakan salah satu jenis sel glia sbg penyokong)
ADRENAL / SUPRARENALIS
- Medulla merupakan modifikasi dari neural crest shg memiliki sifat neural.
Menghasilkan katekolamine, epinephrine, norepinefrin.
- Medulla tersusun dari sel kromafin, shg jika terjadi kanker disebut
kromafinoma.
THYROID
- Mekanisme regulasi:
Iodium diambil aktif oleh sel folikuler melalui chanel. Dengan adanya chanel ini
memungkinakan sel untuk melawan gradient kadar ioudioum, shg meskipun
iodium di dalam sel lebih tinggi dibandingkan plasma, ioduim tetap bisa masuk
ke sel.
Iodium masuk ke sel dibawa ke lumen melalui pintu pendrin (pendrikulum). Saat
melewati pendrikulum, iodium mengalami oksidasi.
Di dalam sel sendiri terjadi sintesis glikoprotein yang berfungsi utk mengikat
iodium yaitu tiroglobulin, tepatnya sintesis terjadi di dalam RE kasar.
Lalu diskeresi keluar dari lumen dengan cara endositosis ke dalam vakuola
untuk membawa ke dalam sel.
Jika rangsangan TSH tidak ada, koloid akan tetap banyak sehingga sel terdesak
dan bentuknya pipih.
PARATHYROID
- Sifat parathyroid
o Sel lain disebut sel oxiphil. Sel ini belum diketahui fungsinya. Diduga sbg sel
penyangga.
o Sel utama : relative kecil, sitoplasma sedikit, banyak granula karena aktif
mensekresi hormon
o Sel oxifil : sitoplasma banyak, ukuran sel lebih besar, agranuler krn tidak
memproduksi hormon, lebih jernih
PANCREAS
- Tersusun atas :
o Kelenjar eksokrin : menghasilkan enzim lipase. Terletak mengelilingi pulau
langerhans.
Thymus,
Nodus lympaticus,
Lien
Tonsilla,
Thymus
I. Gambaran Histologis
Tiap lobulus dibungkus dalam kapsel jaringan pengikat longgar yang tipis dan
melanjutkan diri ke dalam membagi lobus menjadi lobuli dengan ukuran 0,5 – 2
mm. Jaringan parenkim thymus terdiri dari anyaman sel-sel retikuler saling
berhubungan tanpa adanya jaringan pengikat lain, diantara sel retikuler terdapat
limfosit. Sel retikulernya berbentuk stelat seperti didalam nodus lymphaticus
dan lien, tetapi berasal dari endoderm. Hubungan ini lebih jelas di daerah
medulla sampai membentuk struktur epitel yang disebut corpuskulum hassalli
(thymic corpuscle). Masing-masing lobus terdiri dari cortex dan medulla.
a. Cortex
Pada medulla, banyak terdapat sel retikuler dengan berbagai bentuk, kadang
mempunyai tonjolan dan kadang tidak mempunyai tonjolan sitoplasma. Ada pula
sel retikuler yang berbentuk gepeng dan tersusun konsentris membentuk
corpusculum Hassali. Sel-selnya berhubungan sebagai desmosom. Bagian
tengahnya mengalami degenerasi dan kadang-kadang kalsifikasi. Limfosit
terdapat tidak begitu banyak dan hanya dari jenis bentuk kecil. Perbedaan
dengan limfosit cortex karena bentuk yang tidak teratur dengan sitoplasma lebih
banyak. Dalam medulla terdapat jenis sel lain dalam jumlah kecil seperti
makrofag dan eosinofil.
III. Histogenesis
Thymus berasal dari dua tonjolan epitel endoderm saccus brachialis III. Mula-
mula penonjolan ini memiliki lumen yang berhubungan dengan pharynx, dengan
adanya proliferasi epitel dindingnya, lumen akan terisi oleh sel-sel yang juga
mengadakan invasi diantara sel-sel jaringan mesenkim di sekelilingnya. Pada
umur enam minggu akan muncul limfosit yang makin lama makin bertambah
dan parenkim akan mengubah sel-sel stelat yang dihubungkan oleh desmosom.
Medulla terjadi kemudian di daerah dalam.
IV. Involusi
Proses invulsi disebut sebagai age invultion, dimulai sejak masa kanak-kanak.
Proses tersebut dapat dipercepat sebagai akibat berbagai rangsangan, misalnya
penyakit, stress, kekurangan gizi, toksis atau ACTH, proses ini disebut sebagai
accidental involution. Pada binatang percobaan akan terjadi experimental
involution yang dapat diikuti regenerasi yang intensif.
V. Histofisiologis
Apabila sel induk telah sampai ke thymus, maka akan berubah menjadi limfosit
thymus dan mulai berproliferasi. Limfosit besar akan berproliferasi di cortex tepi
memberikan limfosit kecil yang berkelompok di cortex sebelah dalam. Proliferasi
di thymus tidak dipengaruhi oleh antigen yang berbeda dengan di limfosit di
organ limfoid perifer, denganh adanya blood thymus barrier.
Limfosit yang meninggalkan thymus akan menuju organ limfoid perifer untuk
berkumpul di daerah yang dibawah pengaruh thymus (thymus depending
regions) yaitu cortex bagian dalam nodus lymphaticus, selubung limfoid
periarterial di lien, daerah antara nodulus lymphaticus tonsilla, plaques Peyeri
dan appendiks.
Nodus Lymphaticus
I. Gambaran Histologis
a. Cortex
Dengan M.E. tampak sebagai kumpulan pada sel-sel limfoid yang dilalui oleh
trabekula dan sinus corticalis. Pada cortex dibedakan daerah-daerah sebagai
nodulus lymphaticus primarius, nodulus lymphaticus secondaris dan jaringan
limfoid difus. Nodulus lymphaticus primer dan sekunder menmpati cortex
bagian luar, sedang jaringan limfoid difus menempati cortex bagian dalam atau
daerah paracortical.
Pada pengamatan dengan M.E. sel retikuler terlihat memiliki inti yang jernih
dengan sitoplasma menagndung granular endoplasmic retikulum dan diduga
membuat serabut-serabut retikuler. Pada umumnya germinal center banayk
terdapat di daerah cortex. Daerah dekat sinus marginalis mengandung banyak
limfosit kecil karena menerima limfosit yang baru datang dari pembuluh darah
aferen. Pada bagian dalam cortex, sel-selnya tersusun lebih longgar dan terutama
terdapat limfosit kecil dan sel retikuler yang makin bertambah.
b. Medulla/Medulla Cord
Hampir semua pembuluh darah yang menuju nodus lymphaticus akan masuk
melalui hillus, hanya sedikit yang melalui permukaan cortex., Mula-mula arteri
dari hillus mengikuti trabecula memasuki medullary cord menjadi kapiler.
Arterinya sendiri menuju cortex untuk bercabang-cabang menjadi kapiler
membentuk anyaman. Anyaman kapiler di cortex ini akan ditampung dalam
venula dengan endotil berbentuk kuboid. Dari venula ini akan berkumpul
menjadi vena yang jalannya mendampingi arteri. Venula ini tidak mempunyai
serabut otot polos dan terdapat juga pada beberapa bagian pembuluh darah di
tonsilla, plaques Peyeri dan appendix.
III. Histofisiologis
Dinding pembuluh limfe yang tipis mudah ditembus oleh makromolekul dan sel-
sel yang berkelana dari jaringan pengikat, sehingga tidak dijumpai adanya barier
yang mencegah bahan-bahan antigenik, baik endogen maupun eksogen. Sel
bakteri dapat dengan mudah melintasi epidermis dan epitel membrana mukosa
yang membatasi ruangan dalam tubuh, yang apabila luput dari perngrusakan
oleh fagosit dalam darah maka akan berproliferasi dan menghasilkan toksin yang
mudah masuk dalam limfe.
Nodus lymphaticus berfungsi sebagai filtrasi terhadap limfe yang masuk karena
terdapat sepanjang pembuluh limfe sehingga akan mencegah pengaruh yang
merugikan dari bakteri tersebut. Fungsi imunologis nodus lymphaticus
disebabkan adanya limfosit dan plasmasit dengan bantuan makrofag untuk
mengenal antigen dan pembuangan antigen fase terakhir. Nodus lymphaticus
juga merupakan tempat penyebaran sel-sel yang baru dilepas oleh thymus atau
sumsum tulang.
Hemal Nodes
Lien
Lien merupakan organ limfoid yang terletak di cavum abdominal di sebelah kiri
atas di bawah diafragma dan sebagian besar dibungkus oleh peritoneum. Lien
merupakan organ penyaring yang kompleks yaitu dengan membersihkan darah
terhadap bahan-bahan asing dan sel-sel mati disamping sebagai pertahanan
imunologis terhadap antigen. Lien berfungsi pula untuk degradasi hemoglobin,
metabolisme Fe, tempat persediaan trombosit, dan tempat limfosit T dan B. Pada
beberapa binatang, lien berfungsi pula untuk pembentukan eritrosit, granulosit
dan trombosit.
I. Gambaran Histologis
Lien dibungkus oleh jaringan padat sebagai capsula yang melanjutkan diri
sebagai trabecula. Capsula akan menebal di daerah hilus yang berhubungan
dengan peritoneum. Dari capsula melanjutkan serabut retikuler halus ke tengah
organ yang akan membentuk anyaman. Pada sediaan terlihat adanya
daerahbulat keabu-abuan sebesar 0,2-0,7 mm, daerah tersebut dinamakan pulpa
alba yang tersebar pada daerah yang berwarna merah tua yang dinamakan pulpa
ruba.
a) Pulpa alba
Pulpa alba sering disebut pula sebagai corpusculum malphigi terdiri atas
jaringan limfoid difus dan noduler.Pulpa alba membentuk selubung limfoid
periarterial (periarterial limfoid sheats/PALS) di sekitar arteri yang baru
meninggalkan trabecula, selubung tersebut mengikuti arteri sampai bercabang-
cabang menjadi kapiler. Sepanjang perjalanannya pada beberapa tempat
selubung tersebut mengandung germinal center. PALS dan germinal center
merupakan jaringan limfoid, tetapi PALs sebagian besar mengandung limfosit
Tdan germinal center mengandung limfosit B. Struktur PALS terdiri dari
anyaman longgar serabut retkuler dan sel retikuler. Di tengah pulpa alba
terdapat arteri sentralis . dalam celah-celah anyaman terdapat limfosit kecil dan
sedang, kadang ditemukan plasmasit. Pada waktu adanya rangsangan antigen di
daerah PALS banyak terdapat limfosit besar, limfoblas dan plasmasit muda
banyak sekali.
b) Pulpa rubra
Pulpa rubra terdiri atas pembuluh-pembuluh darah besar yang tidak teratur
sebagai sinus renosus dan jaringan yang mengisi diantaranya sebagai splendic
cords of Billroth. Warna merah pulpa rubra disebabkan karena eritrosit yang
mengisi sinus venosus dan jaringan diantaranya.
Di dalam celah pulpa terdapat sel-sel bebas seperti makrfag, semua jenis sel
dalam darah dengan beberapa plasmasit. Dengan M.E. makrofag dapat dengan
mudah ditemukan sebagai sel besar dengan sitoplasma yag kadang-kadang
mengandung eritrosit, netrofil dan trombosit atau pigmen. Bagian tepi pulpa alba
terdapat daerah peralihan dengan pulpa rubra sebesar 80-100 mikron, daerah
ini dinamakan zona marginalis yang mengandung sinus venosus kecil. Zona
marginais merupakan pulpa rubra yang menerima darah arterial sehingga
merupakan tempat hubungan pertama antara sel-sel darah dan partikel dengan
parenkim lien.
Capsula dan trabecula terdiri atas jaringan pengikat padat dengan sel otot polos
dan anyaman serabut elastis. Permukaan luar terdiri dari sel mesotil sebagai
bagian peritoneum. Trabecula merupakan lanjutan kapsula yang membawa
arteri, vena dan pembuluh limfe. Trabecua mengandung lebih banyak serabut
elastis dan beberapa serabut sel otot polos.
Arteri
Menurut Baley’s Textbook of Histology, arteri penicullus terdiri dari tiga bagian:
Sinus venosus terdapat di seluruh pulpa rubra dan banyak sekali terdapat di
sekeliling pulpa alba. Pembuluh-pembuluh darah ini dapat disebut sinus venosus
sebab lumennya tidak teratur lebarnya (12-40 mikron).Dindingnya terdiri atas
endotil dan lamina basalis. Sitoplasma mengandung dua macam filament yang
tersusun sejajar sumbu panjang dan tidak terdapat intercellular junction.
Kemampuan fagositosis sangat terbatas. Sinus venosus akan mengalirkan darah
ke vena pulpa yang menpunyai dinding terdiri atas endotil memanjang, lamina
basalis dan selapis tipis otot pos. Selanjutnya vena pulpa akan bermuara ke vena
trabecula yang akan berkumpul di hilus sebagai vena lienalis.
Teori ini menyatakan bahwa darah drai kapiler bermuara di dalam celah-celah
antara sel retikuler kemudian perlahan-lahan kembali ke sinus venosus.
3. Teori kompromi
Teori ini menyatakan bahwa dalam lien terdapat kedua macam sirkulasi tersebut
pada suatu tempat.
Primordium lien tampak pada embrio umur 8-9 minggu sebagai suatu penebalan
jaringan mesenkim pada mesogastrium dorsalis. Sel-sel mesenkim
memperbanyak diri dengan mitosis membentuk hubungan melalui tonjolannya
sebagai rangka retikuler dalam pulpa alba dan pulpa rubra. Kemudian muncul
sel primitif basofil yang berasal dari sel-sel induk dalam saccus vitelinus, hepar
atau medulla oseum.
Limfosit dalam lien sebagian beupa limfosit T, sebagian dari medulla oseum yang
dibawah pengaruh Limfosit B. Makrofag dalam lien kemungkinan berasal dari sel
induk dalam medulla osseum. Apabila lien diangkat, maka fungsinya akan
diambil alih oleh organ lain. Apabila terjadi luka, akan terjadi kesembuhan
dengan timbulnya jaringan pengikat.
Tonsilla
Lubang penghubung antara cavum oris dan pharynx disebut faucia. Di daerah ini
membran mukosa tractus digestivus banyak mengandung kumpulan jaringan
limfoid dan terdapat infiltrasi kecil-kecil diseluruh bagian di daerah tersebut.
Selain itu diyemukan juga organ limfoid dengan batas-batas nyata.
a. Tonsila Lingualis
Tonsilla lingualis terdapat pada facies dorsalis radix linguae sebagai tonjolan-
tonjolan bulat. Pada permukaannya terdapat lubang kecil yang melanjutkan diri
sebagai celah invaginasi(crypta) yang dilapisi oleh epitel gepeng berlapis. Crypta
tersebut dikelilingi oleh jaringan limfoid. Sejumlah limfosit yang mengalami
infiltrasi dalam epitel dan berkumpul dalam crypta yang kemudian mengalami
degenerasi dan membentuk suatu kumpulan dengan sel epitel yang sudah
terlepas bersama bakteri sebagai detritus. Kadang-kadang dalam crypta
bermuara kelenjar mukosa. Dalam jaringan limfoid tampak adanya nodus
lymphaticus.
b. Tonsila Palatina
c. Tonsila Pharyngealis
Pada atap dan dinding dorsal nasopharynx terdapat kelompok jaringan limfoid
yang ditutupi pula oleh epitel yang dinamakan tonsilla pharyngealis. Jenis
epitelnya sama dengan epitel tractus respiratorius ialah epitel semu berlapis
bercillia dengan sel piala. Epitelnya tidak mengadakan invaginasi membentuk
crypta tetapi melipat-lipat. Pada puncak lipatan banyak infiltrasi limfosit,
dibawah epitel terdapat nodulus lymphaticus yang mengikuti lipatan-lipatan.
Jaringan limfoid ini dipisahkan oleh capsula tipis jaringan pengikat dan diluar
capsula terdapat kelenjar-kelenjar campuran yang saluran keluarnya menembus
jaringan limfoid dan bermuara didalam saluran lipatan epitel.
2. Biokimia enzim
Enzim berasal dari kata EN-ZYME yang berarti dalam ragi. Dihubungkan dengan
aktivitas enzim dalam ragi, misalnya pada pembuatan tape ketan atau ketela
dengan menggunakan ragi roti. Enzim merupakan suatu biokatalis, artinya suatu
katalisator yang disintesis oleh organisme hidup. Secara structural enzim adalah
protein, sehingga sifat-sifat protein dimiliki oleh enzim, seperti termolabil, rusak
oleh logam berat (Ag,Pb,Hg), terganggu oleh perubahan pH.
1. Oksidoreduktase :
2. Transferase :
3. Hidrolase :
Mengkatalisis hidrolisis ikatan ester, eter, peptida, glikosil, anhidrida asam, c-c,
c-halida, P-N.
4. Liase :
5. Isomerase :
Ex : triosafosfat isomerase
6. Ligase :
Ex : glutamin sintase
Keterangan :
KOFAKTOR
a. gugus prostetik
b. koenzim
c. activator (ion-ion logam yang dapat atau mudah terlepas dari enzim)
a. GUGUS PROSTETIK
Adalah kelompok kofaktor yang terikat pada enzim, dan tidak mudah lepas dari
enzimnya, Contoh : Flavin Adenin Dinukleotida (FAD) adalah gugus prostetik
dari enzim suksinat dehidrogenase
b.KOENZIM
4. Terikat pada Enzim ada yang secara kovalen (prostetik) kebanyakan non
kovalen
(ko-substrat)
Ex : D-G + A = A-G + D
D Co-E-G A
Ex : transaminasi