Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO 2

SISTEM ENDOKRIN

Oleh : Kelompok 4

Ucha

Desty

Ria

Ferry

Akip

Febe

Memed

Dona

Amanda
Lini

Ismed

Program Studi Pendidikan Dokter

Universitas Lampung

2011

Skenario 2
STEP 1

1. Hormon : Zat perantara kimiawi yang keluar dari kelenjar


endokrin yang masuk ke sistem peredaran darah yang menuju ke organ-
organ spesifik dan memiliki resepto-reseptor yang khas.

2. Pertumbuhan : Proses pertambahan volume dan jumlah dalam sel


tubuh, mempengaruhi bentuk tubuh, yang bersifat irreversible.
STEP 2

1. Apa yang mempengaruhi seseorang dapat menjadi tinggi atau pendek?


2. Apa hubungan antara pertambahan tinggi badan dan vitamin D?
3. Apa fungsi hormon dan klasifikasi hormon?
4. Apa sifat-sifat dari hormon?
5. Bagaimana cara kerja hormon? Bagaimana pembentukan/ sintesis
hormon?
6. Apa yang termasuk organ-organ endokrin dan hormon yang dihasilkan?
Histologi organ endokrin dan limfoid?
7. Apa perbedaan dari endokrin dengan eksokrin?
8. Apa hubungan sistem endokrin dengan sistem syaraf?
9. Apa pengaruh enzim terhadap hormon?
10. Apa faktor perangsang dan penghambat hormon?

STEP 3

1. Growth Hormon
Genetik (Keturunan)
Asupan nutrisi
Tidur berkualitas
Olahraga teratur
2. Vitamin D merupakan vitamin yang berfungsi dalam pertumbuhan tulang
3. Fungsi hormon
a. Memacu pertumbuhan dan metabolisme tubuh.
b. Memacu reproduksi.
c. Mengatur keseimbangan cairan tubuh/homeostasis.
d. Mengatur tingkah laku.
Klasifikasi hormon

4. hidrofilik dan lipofilik


5. Sintesis hormon tergantung dari jenis hormonnya : steroid, peptida, amin.

6. 1. Kelenjar hipophysis/pituitary di dasar cerebrum, dibawah hypothalamus.


2. Kelenjar pineal/epiphysis di cerebrum.
3. Kelenjar thyroid di daerah leher.
4. Kelenjar parathyroid di dekat kelenjar thyroid.
5. Kelenjar thymus di rongga dada.
6. Kelenjar adrenal/suprarenalis di atas ren.
7. Kelenjar pulau langerhans/pankreas di rongga perut.
8. Kelenjar Usus dan lambung di rongga perut.
9. Kelenjar kelamin :
a. Ovarium di rongga perut.
b. Testis di rongga perut bawah.

7. Eksokrin kelenjar disekresikan dengan duktus, sedangkan endokrin kelenjar


disekresikan tanpa duktus.
8. Sama-sama mengatur sistem kerja tubuh.
9. Enzim membantu dalam kerja hormon, contoh enzim proteolitik, mengubah
hormon protohormon menjadi hormon aktif.
10. obesitas, peningkatan kadar glukosa, peningkatan asam amino : penghambat.
Olahraga, penurunan kadar glukosa, penurunan asam amino : perangsang.

STEP 4

1. 4 Faktor yang Mempengaruhi Tinggi Badan


1. Genetik (Keturunan)
Faktor ini cukup dominan dalam menentukan tinggi badan seseorang. Anda
dapat mengamati bahwa orang-orang Afrika meskipun tidak mendapatkan
gizi makanan yang baik, namun memiliki postur yang tinggi. Hal itu dapat
terjadi lebih dikarenakan faktor keturunan atau genetik ini. Namun tentu saja
hal itu bukanlah suatu kepastian, namun hanya kecenderungan medis telah
diamati.
2. Asupan nutrisi
Gizi makanan sangat penting dalam membantu pertumbuhan tinggi badan
seseorang. Gizi makanan yang dikonsumsi orang Eropa sehari-hari jauh
lebih baik daripada gizi makanan yang dikonsumsi oleh orang-orang Asia.
Susu adalah makanan yang memiliki gizi ´sempurna´ bagi pertumbuhan
tulang (tubuh). Susu mengandung semua zat yang dibutuhkan tulang untuk
bertambah panjang.
3. Tidur Berkualitas
Hormon pertumbuhan bekerja ´penuh´ sewaktu tidur. Semakin berkualitas
tidur seseorang, maka hormon pertumbuhan semakin bekerja optimal.
Tinggi badan anda bertambah sewaktu bangun tidur (biasanya 1-2 cm). Ini
disebabkan oleh karena adanya pertambahan panjang tulang rawan pada
punggung dan kaki. Namun pertambahan ini bersifat sementara saja. Tidur
yang sangat menunjang bagi pertumbuhan badan adalah tidur lelap (deep
sleep) selama kurang lebih 7-8 jam tanpa terputus-putus, tanpa perasaan
gelisah dan tanpa mimpi.
2. Olahraga teratur
Olahraga teratur dapat memacu produksi hormon pertumbuhan oleh tubuh
sehingga dapat menambah tinggi badan secara signifikan. Gerakan-gerakan
dalam renang dan basket juga secara langsung merangsang tulang kaki dan
punggung untuk bertambah panjang dan panjang.

Salah satu fungsi hormon pertumbuhan yaitu dapat mempengaruhi


pertumbuhan ketebalan dan panjang tulang. Ada 2 mekanisme utama
pertumbuhan tulang.Yang pertama berupa penambahan panjang tulang
dimana hormon pertumbuhan akan merangsang kartilago epifisis yang
menyebabkan penimbunan kartilago yang baru diikuti pengubahan
menjadi tulang baru. Hal ini akan membuat tulang semakin panjang dan
mendorong epifisis jauh terpisah. Mekanisme yang kedua adalah
berupa penambahan ketebalan tulang. Hormon pertumbuhan akan
merangsang osteoblas yang ada di periosteum untuk membentuk
tulang yang baru pada permukaan tulang yang lama dan kecepatan
kerja osteoblas yang tinggi ini melebihi kecepatan osteoklas dalam
mengabsorpsi (memecah) tulang yang lama sehingga ketebalan tulang
meningkat.

Hormon pertumbuhan juga mempunyai efek lain selain


pertumbuhan tulang yaitu efek metabolisme meliputi:

 Peningkatan kecepatan sintesa protein;


 Peningkatan mobilisasi asam lemak dari jaringan adiposa;
 Penurunan pemakaian glukosa seluruh tubuh,peningkatan
endapan glikogen dalam sel dan peningkatan sekresi insulin.
Efek negatif yang dapat ditimbulkan GH yaitu:

 Penurunan sekresi kelenjar hipofisis anterior atau defisiensi


seluruh sekresi kelenjar hipofisis anterior dapat menyebabkan
Panhipopituitarisme dan Dwarfisme;
 Produksi hormon pertumbuhan yang terlalu aktif dapat
menyebabkan Gigantisme dan Akromegali.

2. Vitmin D berperan dalam meningkatkan absorpsi kalsium dari pada usus,


juga memiliki efek yang penting bagi pembentukan dan absorpsi tulang.
Agar dapat digunakan vitamin D harus diubah dulu menjadi 1,25-
Dihidroksikolekalsiferol [1,25(OH) 2D3]. Vitamin D yang kita telan identik
dengan kolekalsiferol (D3) yang terdapat pada kulit. Berikut proses
perubahannya :
 Vitamin D3 yang biasa juga disebut kolekalsiferol adalah yang terpenting
dari senyawa-senyawa tersebut dan dibentuk di kulit akibat radiasi 7-
dehidrokolesterol yang normalnya dijumpai di kulit, oleh sinar ultraviolet
dari matahari. Senyawa vitamin D yang kita telan dalam makanan identik
dengan kolekalsiferol yang dibentuk di kulit.
 Proses pengubahan kolekalsiferol menjadi 25-hidroksikolekalsiferol yang
terjadi di hati memiliki efek penginhibisi, sehingga walaupun asupan
vitamin D dapat meningkatkan beberapa kali dan namun konsentrasi 25-
hidroksikolekalsiferol hampir normal, serta konversi terkontrol dari
vitamin D3 menjadi 25-hidroksikolekalsiferol ini akan mempertahankan
vitamin D yang disimpan di hati untuk penggunaan lebih lanjut di masa
mendatang. Vitamin D yang telah dikonversi akan bertahan selama
beberapa minggu,sedangkan dalam bentuk Vitamin D 3 dapat disimpan di
hati selama berbulan-bulan.
 Perubahan dari 25-Hidroksikolekalsiferol menjadi 1,25-
Dihidroksikolekalsiferol di tubulus proksimal ginjal. Zat terakhir ini
merupakan yang paling aktif, karena produk sebelumnya memiliki efek
sebesar kurang dari 1/1000. Jika tidak terdapat ginjal, vitamin D akan
kehilangan hampir semua keefektifannya. Dan PTH disini berperan dalam
proses perubahan zat tersebut, sehingga PTH sangat berperan dalam
menentukan efek fungsional tubuh.
 Ion kalsium sangat berperan dalam proses perubahan 25-
hidroksikolekalsiferol menjadi 1,25-Dihidroksikolekalsiferol. Saat
konsentrasi ion kalsium melebihi 9 sampai 10mg/100ml, mampu
mempengaruhi PTH untuk merubah 25-kolekalsiferol menjadi 24,25-
dihidroksikolekalsiferol yang hampir sama sekali tidak memiliki efek
vitamin D. Meningkatnya konsentrasi ion kalsium plasma akan
menurunkan pembentukan 1,25-Dihidroksikolekalsiferol. Kurangnya zat
ini akan mengurangi absorpsi kalsium pada usus, tulang serta tubulus
ginjal, sehingga ion kalsium akan kembali menuju nilai normalnya.

KERJA VITAMIN D
o 1,25-Dihidroksikolekalsiferol meningkatkan pembentukan protein
pengikat kalsium di sel epitel usus selama 2 hari. Protein ini brfungsi
di bush border sel-sel tersebut untuk mengangkut kalsium ke
sitoplasma sel, dan selanjutnya kalsium bergerak melalui membrane
basolateral secara difusi terfasilitasi. Protein ini tetap berada dalam
tubuh selama beberapa minggu setelah 1,25-dihidroksikolekalsiferol
dibuang dari tubuh, sehingga menimbulkan efek absorpsi usus yang
berkepanjangan.
o Aliran masuk fosfat akan melalui epitel saluran cerna akan
dipermudah oleh vitamin D. Diyakini ini karena pengaruh dari 1,25-
Dihidroksikolekalsiferol, dan selanjutnya kalsium bertindak sebagai
mediator untuk fosfat.
o Vitamin D berperan dalam absorpsi kalsium dan fosfat oleh sel epitel
tubulus ginjal, sehingga cenderung untuk mengurangi ekskresi zat-zat
ini dalam urin. Walaupun peranan ini masih lemah.

Bila tidak ada vitamin D, peranan PTH dalam absorpsi kalsium


akan sangat berkurang malah bisa dicegah. Vitamin D dengan jumlah yang
lebih kecil akan meningkatkan kalsifikasi tulang. Salah satu cara untuk
meningkatkan hal trsebut adalah dengan meningkatkan absorpsi kalsium
dan fosfat dari usus, walaupun tidak terjadi seperti itu vitamin D
meningkatkan mineralisasi tulang.
3. Fungsi Hormon :
 Hormon membantu dan memastikan tumbesaran manusia yang
lebih sempurna dengan mengawal dan memastikan fundsi dan
koordinasi setiap organ.
 Hormon mengawal proses metabolisma dan membolehkan
pencapaian kesihatan yang lebih baik.
 Berfungsi dalam reproduksi
 Berfungsi dalam pembentukan sel darah merah
 Berrfungsi dalam pengaturan tubuhm seperti sistem syaraf

Klasifikasi hormon :

Hormon dapat diklasifikasikan melalui berbagai cara yaitu menurut komposisi


kimia, sifat kelarutan, lokasi reseptor dan sifat sinyal yang mengantarai kerja
hormon di dalam sel
• Klasifikasi hormon berdasarkan senyawa kimia pembentuknya
1.Golongan Steroid→turunan dari kolestrerol
2.Golongan Eikosanoid yaitu dari asam arachidonat
3.Golongan derivat Asam Amino dengan molekul yang kecil
→Thyroid,Katekolamin
4.Golongan Polipeptida/Protein
→Insulin,Glukagon,GH,TSH
• Berdasarkan sifat kelarutan molekul hormon
1. Lipofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam lemak
2. Hidrofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam air
• Berdasarkan lokasi reseptor hormon
1.Hormon yang berikatan dengan hormon dengan reseptor intraseluler
2.Hormon yang berikatan dengan reseptor permukaan sel (plasma
membran)
• Berdasarkan sifat sinyal yang mengantarai kerja hormon di dalam
sel:kelompok
Hormon yang menggunakan kelompok second messenger senyawa
cAMP,cGMP,Ca2+,
Fosfoinositol, Lintasan Kinase sebagai mediator intraseluler

4. Sifat-sifat hormon
Hormon Hidrofilik
Hidrofilik berarti suka air. Hormon ini larut dalam air serta kurang larut
dalam lemak. Kebanyakan hormon jenis ini merupakan hormon peptida
atau protein yang terdiri dari asam amino spesifik dengan panjang yang
bervariasi. Peptida lebih pendek sedangkan protein yang lebih panjang.
Untuk mempermudah, kedua jenis ini dapat dikategorikan sebgai peptida.
Insulin yang disekresikan oleh pankreas merupakan salah satu jenis
hormon peptida. Selain itu, ada pula amina yang merupakan turunan dari
asam amino. Hormon amina ada dua jenis juga, yaitu hidrofilik, seperti
katekolamin dan indolame amina, serta jenis lipofilik, seperti hormon
tiroid. Katekolamin diturunkan dari asam amino tirosin dan sebagian
besar disekresikan di medulla adrenal. Epinefrin adalah jenis hormon
katekolamin yang paling utama. Indole amina diturunkan dari asam
amino triptofan dan disekresikan di kelenjar pineal. Melatonin adalah
satu satunya jenis hormon indole amina. Beberapa neurotansmiter juga
merupakan amina seperti dopamin dan serotinin. Dopamin berfungsi
sebagai neurohormon (dari katekolamin) sedangkan serotinin adalah
prekusor melatonin.

Hormon Lipofilik
Hormon lipofilik larut baik dalam lemak dan kurang larut dalam air.
Contoh utamanya adalah hormon tiroid dan steroid.Sesuai dengan
namanya, hormon tiroid dihasilkan di kelenjar tiroid dan merupakan
turunan dari tirosin beriodin. Walaupan katekolamin dan tiroid keduanya
diturunkan dari tirosin, sifat mereka berbeda karena kelarutannya juga
berbeda. Steroid merupakan lipid netral yang diturunkan dari kolesterol.
Termasuk hormon yang disekresikan oleh korteks adrenal, seperti
kortisol dan hormon sex (testosteron pada pria dan estrogen pada
wanita) yang disekresikan organ reproduktif.

5. Sintesis Hormon
a. Hormon Protein-Peptida.
Sintesis hormon ini diawali dari proses transkripsi dan translasi mRNA ke
ribosom yang ada di retikulum endoplasma (RE Kasar). Ketika mRNA
berada di RE kasar, maka RE kasar akan mensintesis protein besar yang
belum memiliki aktivitas biologis (pra-prohormon). Kemudian pra-
prohormon akan dipecah kembali menjadi prohormon yang ukurannya
lebih kecil. Materi prohormon akan dibawa/ditransfer ke Aparatus Golgi
untuk dilakukan suatu pengemasan dengan vesikel sekretoris. Namun
selama proses pengemasan itu berlangsung, enzim-enzim yang ada di
dalam vesikel sektretoris ini akan memecah kembali prohormon menjadi
hormon-hormon yang ukurannya jauh lebih kecil lagi. Ketika proses
pengemasan ini selesai, maka hormon ini akan disimpan di sitoplasma
dalam vesikel sekretoris. Proses sekresi hormon ini terjadi ketika vesikel
sekretoris menempel dengan membran sel, materi yang ada dalam
granularnya akan keluar ke dalam cairan ektraseluler ataupun langsung
ke vaskularisasi melalui cara eksositosis. Pada umumnya, stimulus
eksositosis ini terjadi ketika adanya peningkatan konsentrasi kalsium di
sitosol akibat adanya depolarisasi membran sel. Namun pada sisi lain,
stimulus reseptor pada permukaan sel endokrin akan meningkatkan
siklik adenosin monophosfat (cAMP) dan aktivasi protein kinase sehingga
mengawali terjadinya sekretoris hormon.

b. Hormon Steroid
Struktur kimia hormon steroid mirip dengan struktur kimia
kolesterol, dan pada sebagian besar keadaan, hormon-hormon tersebut
disintesis dari kolesterol itu sendiri. Hormon steroid bersifat larut lemak
dan terdiri atas tiga cincin sikloheksil dan satu cincin siklopentil yang
tergabung menjadi sebuah struktur.
Meskipun sel endokrin penghasil steroid memiliki sedikit simpanan
hormon steroid, sejumlah besar simpanan ester kolesterol dapat
dimobilisasi secara cepat untuk mensintesis steroid setelah adanya
stimulus. Banyak kolesterol di sel penghasil steroid yang berasal dari
plasma, namun sintesis kolesterol de novo juga terjadi di sel penghasil
steroid. Karena steroid sangat larut dalam lemak, begitu disintesis,
steroid akan berdifusi dengan mudah melalui membran sel dan memasuki
cairan interstisial dan kemudian akan masuk ke dalam darah.

a. Hormon Amin berasal dari tiroksin


Dua kelompok yang berasal dari tirosin, yaitu hormon medula
adrenal dan tiroid, dibentuk oleh kerja enzim di kompartemen sitoplasma
sel kelenjar. Hormon tiroid disintesis dan disimpan di kelenjar tiroid serta
terikat pada molekul makro protein tiroglobulin, yang disimpan di folikel
besar di dalam kelenjar tiroid. Sekresi hormon terjadi ketika hormon
amin tersebut terlepas dari tiroglobulin, dan hormon yang bebas tersebut
kemudian dilepaskan ke dalam aliran darah. Setelah masuk ke dalam
darah, sebagian besar hormon tiroid akan bergabung dengan protein
plasma, terutama globulin pengikat tiroksin, yang melepaskan hormon
tersebut perlahan-lahan.
Epinefrin dan norepinefrin dibentuk di medula adrenal, yang normalnya
menyekresi epinefrin dengan jumlah kira-kira empat kali lebih banyak
dibandingkan jumlah norepinefrin. Hormon katekolamin tersebut
ditangkap oleh vesikel prabentuk dan disimpan sampai hormon tersebut
disekresikan. Mirip dengan hormon protein yang disimpan dalam granula
sekretoris, katekolamin juga dilepaskan dari sel medula adrenal dengan
cara eksositosis. Dalam sirkulasi, hormon tersebut dapat terdapat di
plasma secara bebas ataupun terikat dengan zat lain.

Mekanisme Kerja Hormon

Langkah pertama kerja suatu hormon adalah pengikatan hormon


pada reseptor spesifik target. Reseptor untuk beberapa hormon terletak pada
membran sel target, sedangkan reseptor hormon yang lain terletak di
sitoplasma atau di nukleus. Ketika hormon terikat pada reseptornya, maka
akan terjadi inisiasi serangkaian reaksi di dalam sel.
Reseptor hormon merupakan protein berukuran besar yang
bekerja secara spesifik untuk sebuah hormon. Hal ini menentukan jenis
hormon yang akan bekerja pada jaringan tertentu. Jaringan target yang
dipengaruhi oleh suatu hormon adalah jaringan yang memiliki reseptor
spesifiknya. Lokasi berbagai jenis reseptor hormon secara garis besar adalah
sebagai berikut :
1. Di dalam permukaan atau pada permukaan membran sel. Reseptor
membran sebagian besar spesifik untuk protein, peptida dan hormon
katekolamin.
2. Di dalam sitoplasma sel. Reseptor utama untuk berbagai hormon steroid
terutama ditemukan dalam sitoplasma.
3. Di dalam nukleus sel. Reseptor untuk hormon tiroid dijumpai di nukleus
dan lokasinya diyakini berhubungan erat dengan satu atau lebih
kromosom.

Reseptor hormon dapat diatur jumlah dan sensivitasnya. Jumlah


reseptor di sel target biasanya tidak konstan. Reseptor protein itu sendiri
dalam fungsinya sering kali dinonaktifkan atau dihancurkan, dan pada waktu
yang lain, reseptor tersebut diaktifkan kembali atau terbentuk reseptor baru
dengan mekanisme pembentukan reseptor. Peningkatan kadar hormon dan
penambahan ikatan antara hormon dengan reseptor kadang dapat
menimbulkan pengurangan jumlah reseptor yang aktif. Down-regulation dari
reseptor ini dapat terjadi sebagai akibat dari :
1. Inaktifnya sejumlah molekul reseptor;
2. Inaktifnya sejumlah molekul sinyal protein intrasel;
3. Sekuestrasi reseptor untuk sementara waktu ke dalam sel (jauh dai
tempat kerja hormon);
4. Destruksi reseptor oleh lisosom;
5. Pengurangan produksi reseptor.
Di setiap keadaan, down-regulation reseptor akan mengurangi
respon jaringan target terhadap hormon. Namun ada sejumlah hormon yang
menimbulkan up-regulation reseptor dan protein pemberi sinyal intrasel,
yaitu hormon penstimulasi memacu pembentukan reseptor atau molekul
sinyal intrasel oleh perangkat pembentukan protein sel target. Bila terjadi,
jaringan target akan menjadi semakin sensitif terhadap efek stimulasi
hormon terkait.
Penghantaran sinyal intrasel setelah aktivasi reseptor hormon
yang terlebih dahulu membentuk komplek reseptor-hormon hampir tanpa
pengecualian. Hal ini mengubah fungsi reseptor itu sendiri, dan reseptor yang
teraktivasi akan mengawali terjadinya efek hormonal. Berikut adalah contoh
jenis interaksi.
1. Reseptor terkait-kanal ion. Hampir semua neurotransmitter seperti
asetilkolin dan norepinefrin, bergabung dengan reseptor di membran
pascasinaps. Hal tersebut hampir selalu menimbulkan perubahan
struktur reseptor, yang biasanya membuka atau menutup suatu kanal
untuk satu ion atau lebih. Sebagian reseptor terkait kanal ion ini
membuka atau menutup kanal untuk ion kalium, sebagian lagi untuk ion
natrium, dan sebagian lagi untuk ion kalsium serta untuk ion-ion lainnya.
Perubahan pergerakan ion ini akan menimbulkan efek yang
berkelanjutan pada sel pascasinaps. Meskipun beberapa hormon dapat
melakukan sebagian pekerjaannya melalui aktivasi reseptor kanal ion,
kebanyakan hormon yang membuka atau menutup kanal ion akan
melakukan hal tersebut secara tidak langsung dengan cara terangkai pada
reseptor terkait-enzim atau reseptor terkait-protein G.
GTP).

2. Reseptor terkait-protein G. Banyak hormon mengaktivasi reseptor yang


secara tidak langsung mengatur aktivitas protein target dengan cara
terangkai pada kelompok protein membran sel yang disebut protein
pengikat-GTP heterometrik (protein G). Terdapat lebih dari 1000
reseptor terkait-protein G yang telah diketahui, dan semuanya memiliki 7
segmen transmembran yang melengkung ke dalam dan keluar membran.
Sebagian reseptor yang menonjol ke dalam sitoplasma sel terangkai pada
protein G yang meliputi tiga bagian yaitu subunit alfa, beta dan gamma.
Ketika hormon terkait pada bagian ekstrasel reseptor, terjadi perubahan
bentuk reseptor yang mengaktifkan protein G dan menginduksi sinyal
intrasel yang dapat membuka atau menutup kanal ion membran sel atau
mengubah aktivitas enzim dalam sitoplasma. Pada keadaam inaktif,
subunit alfa, beta dan gamma akan membentuk kompleks yang mengikat
guanosin difosfat (GDP) pada subunit alfa. Ketika reseptor teraktifasi,
reseptor akan mengalami perubahan bentuk yang mengakibatkan protein
G trimetrik yang terkait-GDP berhubungan dengan bagian ujung reseptor
di sitoplasma dan terjadi pertukaran GDP menjadi guanosin trifosfat
(GTP).

Penggantian GDP dengan GTP akan mengakibatkan subunit alfa


terdisosiasi dari kompleks trimetrik dan berhubungan dengan protein
pensinyal intrasel lainnya. Protein ini selanjutnya mengubah aktifitas
kanal ion atau aktifitas enzim intrasel yang akan mengubah fungsi sel.
Proses penghantaran sinyal terhenti ketika hormon terlepas dan subunit
alfa mengaktifkan dirinya sendiri dengan cara mengubah GTP menjadi
GDP, lalu subunit alfa akan berikatan kembali dengan subunti lainnya
sehingga membentuk kompleks protein G yang inaktif kembali.

6. Organ-organ endokrin dan hormon yang dihasilkan


No. Nama Hormon Fungsi

1. TRH,CRH,GnRH,GHRH,GHIH,PRH,PIH Mengontrol pengeluaran


hormon-hormon hipofisis
anterior

2. TSH Merangsang sekresi T3 dan


T4

3. ACTH Merangsang sekresi Kortisol

4. GH Penyebab pertumbuhan,
merangsang pertumbuhan
tulang dan jaringan lunak,
mempengaruhi metabolism
mencakup anabolisme
protein, mobilisasi lemak,
dan konservasi glukosa,
merangsang sekresi
somatostatin.

5. FSH Wanita : Mendorong


pertumbuhan dan
perkembangan folikel dan
merangsang sekresi estrogen

Pria : Merangsang produksi


sperma

6. LH Wanita : Merangsang Ovulasi,


perkembangan korpus
luteum, sekresi estrogen dan
progesterone

Pria : Merangsang sekresi


testosterone

7. Prolaktin Wanita : Mendorong


perkembangan payudara dan
merangsang sekresi susu.

8. T3 dan T4 Meningkatkan laju


metabolisme, esensial untuk
pertumbuhan normal dan
perkembangan saraf

9. Kalsitonin Untuk menurunkan


konsentrasi kalsium plasma

10. Aldosteron Untuk meningkatkan

reabsorpsi dan sekresi


11. Kortisol Meningkatkan Glukosa darah
dengan mengorbankan
simpanan protein dan lemak

12. Androgen Berperan dalam lonjakan


pertumbuhan masa pubertas
dan dorongan seks pada
wanita

13. Epinefrin dan Norepinefrin Memperkuat system saraf


simpatis, berperan dalam
adaptasi terhadap stress dan
pengaturan tekanan darah

14. Insulin Mendorong penyerapan


penggunaan dan
penyimpanan nutrient oleh
sel

15. Glukagon Penting untuk


mempertahankan kadar
nutrient dalam darah selama
phase pasca absorptive

16. Somatostatin Menghambat pencernaan


dan penyerapan nutrient,
menghambat sekresi semua
hormone pancreas

17. PTH Meningkatkan konsentrasi


kalsium plasma, menurunkan
konsentrasi kalsium dan
fosfat dalam plasma,
merangsang pengaktifan
Vitamin D

18. Estrogen Mendorong perkembangan


folikel, berperan dalam
pengembangan karakteristik
seks sekunder, merangsang
pertumbuhan uterus dan
payudara, mendorong
penutupan lempeng epifisis

19. Progesteron Mempersiapkan rahim untuk


kehamilan

20. Testosteron Merangsang produksi


sperma, bertanggung jawab
untuk perkembangan
karakteristik seks sekunder,
meningkatkan dorongan
seks, meningkatkan lonjakan
pertumbuhan masa pubertas,
menutup lempeng epifisis

21. Inhibin Menghambat sekresi FSH

22. Melatonin Di yakini menghambat


gonadotropin, mulainya
masa pubertas mungkin
disebabkan sekresi
melatonin

23. Renin Merangsang sekresi


Aldosteron

24. Eritropoietin Merangsang produksi


eritosin

25. Somatomedin Mendorong pertumbuhan

26. Vitamin D Meningkatkan penyerapan


kalsium dan fosfat dari
makanan

27. Timosin Meningkatkan proliferasi dan


fungsi limfosit T

28. Peptida Natriuretik Atrium Menghambat reabsorpsi

Histologi Organ endokrin dan limfoid (LO)

7. 1. Kelenjar eksokrin yaitu kelenjar yang mempunyai saluran khusus dalam penyaluran
hasil sekretnya/getahnya.
Ex : kelenjar-kelenjar pencernaan.
2. Kelenjar endokrin yaitu kelenjar yang tidak mempunyai saluran khusus dalam
penyaluran hasil sekretnya/getahnya.
Ex : kelenjar hipofisis, thyroid, thymus dll.

8. Keduanya saling bekoordinasi untuk menyususn sistem koordinasi organisme


yang menyelaraskan semua aktivitas tubuh organisme.
Secara sederhana perbedaan keduanya dapat dinyatakan seperti ini
Sistem saraf (nervous system) dengan satuan terkecilnya yaitu sel neuron
mengkoordinasikan aktivitas organisme dengan respon secara cepat, misalnya
kalau tangan kita tertusuk duri maka dengan cepat sistem saraf menyampaikan
informasi tersebut ke otak (atau sumsum tulang belakang untuk reflek) lalu secara
cepat mengantarkan respon ke tangan yang tertusuk duri( efektor ).
sedangkan sistem endokrin menyebarkan hormon untuk mengkoordinasi kerja
organ tertentu biasanya efeknya relatif lambat, sebut saja hormon pertumbuhan tsh
yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid mengatur pertumbuhan manusia tapi efeknya
tidak langsung seperti efek yang diberikan sistem saraf, efeknya baru dapat dilihat
beberapa bulan atau tahun selanjutnya.

Kedua sistem ini mempunyai hubungan yang sangat erat. Walaupun sistem
endokrin/sistem hormon diatur oleh master of glands/kelenjar hipofisis tetapi hal tersebut
tidaklah mutlak atau bersifat otonom. Hal ini karena kerja dari kelenjar hipofisis
tersebut dipengaruhi oleh hypothalamus.
Berikut ini adalah hubungan sistem hormon dengan sistem saraf yang digambarkan
dalam bentuk skema atau bagan :

9. EAVEFVEVERGVER

10. Penghambat :

a. obesitas

b. peningkatan kadar glukosa

c. penigkatan asam amino

Perangsang :

a. olahraga
b. penurunan kadar glukosa
c. penurunan asam amino

STEP 5

LEARNING OBJECTIVE

1. Histologi organ-organ endokrin dan limfoid


2. Biokimia enzim dan endokrin
3. Anatomi organ-organ endokrin
4. Sekresi hormon steroid dan amin

STEP 6

Guyton,Arthur.1993.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 7.Jakarta:EGC

Sherwood,Lauralee.1996.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.Jakarta:EGC

Moore,Keith.1995.Anatomi Klinis Dasar.Jakarta:Hipokrates

Junqueira,Luiz.2004.Histologi Dasar Teks dan Atlas.Jakarta:EGC

STEP 7

1. Histologi organ-organ endokrin dan limfoid


Histologi organ endokrin
Untuk blok endokrin, yg dibahas hanya hypothalamus, pituitary, thyroid,
parathyroid, dan adrenal.

Karakteristik kelenjar endokrin

- Jaringan utama didominasi oleh sel kelenjar yg berfungsi menghasilkan hormon

- Tidak punya saluran khusus shg langsung difusi ke system vaskuler atau
limfatika

- Punya banyak vascularisasi

- Regulasinya dengan: sistem saraf, hormone kelenjar lain, kadar metabolit.

HYPOTHALAMUS

- Sbg releasing hormone : menghasilkan hormone yang digunakan untuk


mengatur hormone lain (hypophysis)

- Hypophysis menghasilkan hormone yang bersifat sbg profit. Maksudnya


hormone yang dihasilkan tidak langsung bekerja di suatu organ tapi bekerja di
organ endokrin lain untuk menghasilkan hormone yang lain.

- Hypophisis ada yang bekerja pada organ tertentu misal pada tulang (growth
hormone), pembentukan massa otot, metabolism lemak, hormone prolaktin yg
bekerja pada kelenjar mamae

Regulasi pada kelenjar endokrin dibedakan menjadi :

a. Regulasi sistem hormonal

Misal: hypothalamus – mengeluarkan hormone – ke hypofisis – adenohypofisis


mengeluarkan hormone – ke kelenjar lain (thyroid, adrenal, gonad)

b. Regulasi humoral (dilihat dari kadar zat dalam plasma)

Misal: Ca menjadi stimulus hormone thyroid/parathyroid


c. Regulasi neural (saraf)

Misal : Pada medulla adrenal diproduksi neurotransmitter (terjadi karena


respon terhadap stimulus)

HYPOFISIS (Pituitary Gland)

- Terletak di basis crania pada sela tursica

- Terdiri dari 2 organ (dibedakan menurut pertumbuhan pada masa embriologi):

a. Adenohypophysis (anterior)

Merupakan pertumbuhan ke atas dari oral ectoderm.

b. Neurohypophisis (posterior)

Merupakan evaginasi (pertumbuhan ke bawah) dari diencephalon.

- Adenohypophisis terdiri dari

a. Pars distalis (lobus anterior) : paling dominan

b. Pars tuberalis : tangkai penghubung hypothalamus dan hypophysis

c. Pars intermedia : tidak tumbuh, hilang , dan tidak berfungsi.

- Neurohypophisis tersusun oleh akson dari badan-badan sel dari hypothalamus.


Khususnya badan sel dari supraoptik dan paraventricular.

- Neurohypophisis bisa disebut bukan kelenjar endokrin karena dia hanyalah


kumpulan akson yang berfungsi menampung semua hormone dari saraf.

- Hormon dari hypothalamus – hyphofisis divaskularisasi oleh sistem


hypothalamus hypophysis portal system (sbg komunikasi hormone
hypothalamus agar mampu meregulasi hypophisis)
- Lobus anterior menghasilkan hormone ACTH, TSH, GH, Prolaktin

- Pars tuberalis (tangkai) : hormone gonadotropin seperti FSH dan LH

- Di hypothalamus terdapat nucleus (istilah untuk kumpulan badan sel) yang


aksonnya memanjang hingga neurohypophisis, membentuk suatu bangunan
yang disebut badan herring.

- Secara umum, hormone yg dihasilkan di hypothalamus-hypophsis dibedakan


jadi:

1. Diproduksi neuron hypothalamus (supraoptik & paraventrikuler) – disekresi


oleh neurohypophisis : ADH (vasopressin), oxytosin

2. Diproduksi neuron hypothamus (dari bagian lain) – disekresi ke


adenohypophisis (melalui media eminence / tangkai) : releasing hormone

3. Diproduksi adenohyphosis – disekresikan ke pembuluh darah : ACTH, TSH, dll

- Sistem vaskuler hypothalamus hyphophisis:

o Terdapat pleksus primer (percabangan dari arteri hypophisial superior) yang


menampung hormone dari media eminence

o Lalu dibawa ke adenohypophisis di mana terdapat pleksus sekunder


(gabungan dari pleksus primer yang membentuk vena)

o Lalu menuju ke vena colectiva untuk diedarkan ke seluruh tubuh.

o Untuk neurohypophisis, langsung dikeluarkan ke vena untuk diedarkan ke


tubuh

- Secara mikroskopis

Adenohypophis:

o Tersusun dari sel kelenjar


o Pada preparat, tampak lebih gelap, jumlahnya banyak. Jika terlihat terang itu
adalah pembuluh darah.

o Pada umumnya dibedakan jadi

1. Sel asidofilik : sitoplasma menyerap warna asam

2. Sel basofilik : sitoplasma menyerap warna basa

3. Sel kromofob : sitoplasma tidak menyerap warna (tidak menghasilkan


hormone, sbg sel penyangga)

Neurohypophis:

o Tersusun dari akson

o Pada preparat, tampak putih (akson) dan sedikit sel, Jika diperkecil akan
tampak seperti serabut (akson). Bagian yang hitam merupakan inti sel dari sel
pituisit (merupakan salah satu jenis sel glia sbg penyokong)

ADRENAL / SUPRARENALIS

- Terdapat di ujung superior ginjal

- Merupakan gabungan dari 2 kelenjar dari pertumbuhan embriogenik yang


berbeda:

1. Bagian kortek : berasal dari mesoderm

2. Bagian medulla : berasal dari neural crest

- Kortek membentuk 3 kelompok:

1. Zona glomerulosa : mengelompok seperti glomerolus (melingkar seperti


mangkuk) >> menghasilkan hormone mineralokortikoid (aldosteron)

2. Zona fasiculata : berjajar/berderet >> menghasilkan homon glukortikoid


(kortisol, kortikosteron, abdrogen)
3. Zona retikularis : berdekatan tidak teratur; berbatasan dengan medulla >>
menghasilkan hormone yang membantu pembentukan glukortikoid

- Medulla merupakan modifikasi dari neural crest shg memiliki sifat neural.
Menghasilkan katekolamine, epinephrine, norepinefrin.

- Regulasi secara hormonal :

Hypothalamus menghasilkan releasing hormone – menuju hipofisis –


adenohipofisis menghasilkan ACTH – ACTH menstimulasi kortek adrenal untuk
membentuk hormone – menuju sel target

- Kortek adrenal menghasilkan mineralokortikoid dipengaruhi oleh beberapa


factor :

1. Stress : meningkatkan kerja hypothalamus menghasilkan releasing hormone,


shg adenohypofis banyak menghasilkan ACTH

2. Penurunan volume/tekanan darah : shg ginjal banyak memproduksi rennin yg


secara tidak langsung mempengaruhi

3. Penurunan kadar Na atau peningkatan kadar K dalam darah

4. Peningkatan volume/tekanan darah : shg meningkatkan kerja jantung


menghasilkan ANP yang mempengaruhi

- Medulla tersusun dari sel kromafin, shg jika terjadi kanker disebut
kromafinoma.

THYROID

- Terletak di bawah kartilago thyroidea

- Ada 2 lobus kanan dan kiri yang dihubungkan oleh isthmus.


- Menghasilkan hormone triiodothyrosin (T3) dan thyroxin (T4)

- Mekanisme regulasi:

Hypothalamus – menghasilkan releasing hormone (TRH) - ke adenopypophisis –


menghasilkan TSH – ke thyroid – menghasilkan thyroxin

- Thyroxin meningkat – efek negative – menghentikan stimulus di hiporhalamus

- Proses pengambilan ioduium:

Iodium diambil aktif oleh sel folikuler melalui chanel. Dengan adanya chanel ini
memungkinakan sel untuk melawan gradient kadar ioudioum, shg meskipun
iodium di dalam sel lebih tinggi dibandingkan plasma, ioduim tetap bisa masuk
ke sel.

Iodium masuk ke sel dibawa ke lumen melalui pintu pendrin (pendrikulum). Saat
melewati pendrikulum, iodium mengalami oksidasi.

Di dalam sel sendiri terjadi sintesis glikoprotein yang berfungsi utk mengikat
iodium yaitu tiroglobulin, tepatnya sintesis terjadi di dalam RE kasar.

Kemudian mengalami glukosilasi, lalu ditransport melalui sistem vakuola,


dibawa ke lumen secara eksositosis.

Dari penggabungan iodium dan tiroglubulin, terbentuk T3 dan T4.

Lalu diskeresi keluar dari lumen dengan cara endositosis ke dalam vakuola
untuk membawa ke dalam sel.

Trus di dalam sel terjadi digesti tiroglobulin oleh lisosoam.

Kemudian T3 dan T4 berdifusi secara limfatik.

- Thyroid bentuknya folikel, berisi massa colloid (berupa tiroglubin yang


berikatan dengan iodium). Bagian tepinya adalah sel-sel kelenjar. Bentuk selnya
bisa kuboid, silindris, pipih.
Bila terdapat ransangan TSH, maka akan banyak menggunakan colloid sehingga
massa koloid berkurang dan sel menjadi kuboid atau silindris.

Jika rangsangan TSH tidak ada, koloid akan tetap banyak sehingga sel terdesak
dan bentuknya pipih.

- Di antara kelenjar koloid terdapat sel parafolikuler (pada jaringan


interfolikuler) yang menghasilkan hormone kalsitonin yaitu berfungsi dalam
menjaga keseimbangan Ca (menurunkan Ca).

PARATHYROID

- Bentuknya kecil seperti kacang, letaknya menempel pada thyroid.

- Berfungsi menjaga keseimbangan kadar Ca dalam darah (menaikkan).

- Sifat parathyroid

o Sel utama merupakan sel kelenjar yang menghasilkan hormone parathyroid

o Sel lain disebut sel oxiphil. Sel ini belum diketahui fungsinya. Diduga sbg sel
penyangga.

- Gambaran pada preparat

o Sel utama : relative kecil, sitoplasma sedikit, banyak granula karena aktif
mensekresi hormon

o Sel oxifil : sitoplasma banyak, ukuran sel lebih besar, agranuler krn tidak
memproduksi hormon, lebih jernih

o Tampak ruangan kosong menunjukkan adanya lemak.

PANCREAS

- Terletak pada kuadran kiri atas, menempel pada duodenum.

- Tersusun atas :
o Kelenjar eksokrin : menghasilkan enzim lipase. Terletak mengelilingi pulau
langerhans.

o Kelenjar endokrin : menghasilkan insulin, glucagon, somatostatin, Polipeptida


Pankreas

- Sel pulau langerhans ada alfa, beta, delta, f.

o Alfa menghasilkan glucagon. Jumlah lebih sedikit.

o Beta menghasilkan insulin.

o Delta menghasilkan somatostatin

o F menghasilkan polipeptida pancreas

- Insulin dan glucagon berperan dalam pengaturan kadar gula darah.

Histologi organ limfoid

Organ Limfoid terdiri dari :

Thymus,

Nodus lympaticus,

Lien

Tonsilla,

Thymus

Thymus merupakan organ yang terletak dalam mediastinum di depan


pembuluh-pembuluh darah besar yang meninggalkan jantung, yang termasuk
dalam organ limfoid primer. Thymus merupakan satu-satunya organ limfoid
primer pada mamalia yang tampak dan merupakan jaringan limfoid pertama
pada embrio sesudah mendapat sel induk dari saccus vitellinus. Limfosit yang
terbentuk mengalami proliferasi tetapi sebagian akan mengalami kematian, yang
hidup akan masuk ke dalam peredaran darah sampai ke organ limfoid sekunder
dan mengalami diferensiasi menjadi limfosit T. Limfosit ini akan mampu
mengadakan reaksi imunologis humoral. Geminal centers tidak terdapat di organ
ini.

I. Gambaran Histologis

Tiap lobulus dibungkus dalam kapsel jaringan pengikat longgar yang tipis dan
melanjutkan diri ke dalam membagi lobus menjadi lobuli dengan ukuran 0,5 – 2
mm. Jaringan parenkim thymus terdiri dari anyaman sel-sel retikuler saling
berhubungan tanpa adanya jaringan pengikat lain, diantara sel retikuler terdapat
limfosit. Sel retikulernya berbentuk stelat seperti didalam nodus lymphaticus
dan lien, tetapi berasal dari endoderm. Hubungan ini lebih jelas di daerah
medulla sampai membentuk struktur epitel yang disebut corpuskulum hassalli
(thymic corpuscle). Masing-masing lobus terdiri dari cortex dan medulla.

a. Cortex

Limfosit dihasilkan di daerah cortex sehingga sebagian besar populasi sel di


cortex adalah limfosit dari berbagai ukuran. Hubungan antara sel retikuler
terlihat dengan M.E. sebagai desmosom, sel retikuler epitelnya adalah sel stelat
dengan inti oval yang berwarna pucat dan berukuran 7-11 mikron. Limfosit
besar banyak terdapat di bagian perifer dan makin kedalam jumlah limfosit kecil
makin bertambah, sehingga cortex bagian dalam sangat padat oleh limfosit kecil.
Dalam cortex terjadi proses proliferasi dan degenerasi, dan terdapat makrofag
yang walaupun sedikit merupakan penghuni tetap dalam cortex. Kadang-kadang
juga ditemukan sedikit plasmasit dalam parenkim.
b. Medulla

Pada medulla, banyak terdapat sel retikuler dengan berbagai bentuk, kadang
mempunyai tonjolan dan kadang tidak mempunyai tonjolan sitoplasma. Ada pula
sel retikuler yang berbentuk gepeng dan tersusun konsentris membentuk
corpusculum Hassali. Sel-selnya berhubungan sebagai desmosom. Bagian
tengahnya mengalami degenerasi dan kadang-kadang kalsifikasi. Limfosit
terdapat tidak begitu banyak dan hanya dari jenis bentuk kecil. Perbedaan
dengan limfosit cortex karena bentuk yang tidak teratur dengan sitoplasma lebih
banyak. Dalam medulla terdapat jenis sel lain dalam jumlah kecil seperti
makrofag dan eosinofil.

II. Pembuluh Darah

Cortex mendapat darah sebagai anyaman kapiler yang dipercabangkan dari


arteriola yang terdapat di perbatasan cortex dan medulla. Hanya terdapat sedikit
perpindahan makromolekul dari darah ke parenkim melintasi dinding kapiler
cortex, sedang di medulla pembuluh darah lebih permeabel. Maka, limfosit dalam
cortex dilindungi terhadap pengaruh makromolekul dengan adanya blood-
thymus barier. Pembuluh limfe terdapat di jaringan pengikat penyekat lobulus.

III. Histogenesis

Thymus berasal dari dua tonjolan epitel endoderm saccus brachialis III. Mula-
mula penonjolan ini memiliki lumen yang berhubungan dengan pharynx, dengan
adanya proliferasi epitel dindingnya, lumen akan terisi oleh sel-sel yang juga
mengadakan invasi diantara sel-sel jaringan mesenkim di sekelilingnya. Pada
umur enam minggu akan muncul limfosit yang makin lama makin bertambah
dan parenkim akan mengubah sel-sel stelat yang dihubungkan oleh desmosom.
Medulla terjadi kemudian di daerah dalam.
IV. Involusi

Proses invulsi disebut sebagai age invultion, dimulai sejak masa kanak-kanak.
Proses tersebut dapat dipercepat sebagai akibat berbagai rangsangan, misalnya
penyakit, stress, kekurangan gizi, toksis atau ACTH, proses ini disebut sebagai
accidental involution. Pada binatang percobaan akan terjadi experimental
involution yang dapat diikuti regenerasi yang intensif.

Thymus mengalami involusi secara fisiologis dengan perlahan-lahan. Cortex


menipis, produksi limfosit menurun sedang parenkim mengkerut diganti oleh
jaringan lemak yang berasal dari jaringan pengikat interlobuler.

V. Histofisiologis

Limfosit sangat penting untuk perkembangan, karena adanya sejenis limfosit


yang bertanggungjawab atas penolakan jaringan cangkok, delayed
hypersensitvity, reaksi terhadap fungsi mikroorganisme dan virus tertentu.
Limfosit T tidak melepaskan anmtibodi yang biasa tetapi diperlukan untuk
membantu reaksi humoral oleh limfosit B. Limfosit thymus baru bersifat
imunokompeten apabila sudah berada di luar thymus.

Apabila sel induk telah sampai ke thymus, maka akan berubah menjadi limfosit
thymus dan mulai berproliferasi. Limfosit besar akan berproliferasi di cortex tepi
memberikan limfosit kecil yang berkelompok di cortex sebelah dalam. Proliferasi
di thymus tidak dipengaruhi oleh antigen yang berbeda dengan di limfosit di
organ limfoid perifer, denganh adanya blood thymus barrier.

Limfosit yang meninggalkan thymus akan menuju organ limfoid perifer untuk
berkumpul di daerah yang dibawah pengaruh thymus (thymus depending
regions) yaitu cortex bagian dalam nodus lymphaticus, selubung limfoid
periarterial di lien, daerah antara nodulus lymphaticus tonsilla, plaques Peyeri
dan appendiks.
Nodus Lymphaticus

Nodus lymphaticus merupakan organ kecil yang terletak berderet-deret


sepanjang pembuluh limfe. Jaringan parenkimnya merupakan kumpulan yang
mampu mengenal antigen yang masuk dan memberi reaksi imunologis secara
spesifik. Organ ini berbentuk seperti ginjal atau oval dengan ukuran 1-2,5 mm.
Bagian yang melekuk ke dalam disebut hillus, yang merupakan tempat keluar
masuknya pembuluh darah. Pembuluh limfe aferen masuk melalui permukaan
konveks dan pembuluh limfe eferen keluar melalui hillus. Nodus lymphaticus
tersebar pada ekstrimitas, leher, ruang retroperitoneal di pelvis dan abdomen
dan daerah mediastinum.

I. Gambaran Histologis

Nodus lymphaticus terutama terdiri atas jaringan limfoid yang ditembusi


anyaman pembuluh limfe khusus yang disebut sinus lymphaticus. Nodus
lymphaticus dibungkus oleh jaringan pengikat sebagai kapsula yang menebal di
daerah hillus dan beberapa jalur menjorok ke dalam sebagai trabekula.
Parenkim diantara trabekula diperkuat oleh anyaman serabut retikuler yang
berhubungan dengan sel retikuler. Diantara anyaman ini diisi oleh limfosit,
plasmasit dan sel makrofag. Parenkim nodus lymphaticus terbagi atas cortex dan
medulla, dengan perbedaan terdapat pada jumlah, diameter dan susunan sinus.

a. Cortex

Dengan M.E. tampak sebagai kumpulan pada sel-sel limfoid yang dilalui oleh
trabekula dan sinus corticalis. Pada cortex dibedakan daerah-daerah sebagai
nodulus lymphaticus primarius, nodulus lymphaticus secondaris dan jaringan
limfoid difus. Nodulus lymphaticus primer dan sekunder menmpati cortex
bagian luar, sedang jaringan limfoid difus menempati cortex bagian dalam atau
daerah paracortical.

Pada pengamatan dengan M.E. sel retikuler terlihat memiliki inti yang jernih
dengan sitoplasma menagndung granular endoplasmic retikulum dan diduga
membuat serabut-serabut retikuler. Pada umumnya germinal center banayk
terdapat di daerah cortex. Daerah dekat sinus marginalis mengandung banyak
limfosit kecil karena menerima limfosit yang baru datang dari pembuluh darah
aferen. Pada bagian dalam cortex, sel-selnya tersusun lebih longgar dan terutama
terdapat limfosit kecil dan sel retikuler yang makin bertambah.

b. Medulla/Medulla Cord

Medulla cord merupakan kumpulan jaringan limfoid yang tersusun di sekitar


pembuluh darah. Kumpulan jaringan limfoid ini membentuk anyaman dan
berakhir di daerah hillus. Medulla ini banyak sekali mengandung anyaman
serabut retikuler dan sel retikuler yang di dalamnya mengandung limfosit,
plasmasit dan makrofag. Kadang ditemukan granulosit dan eritrosit. Dalam
keadaan sakit jumlah unsur sel akan bertambah.

II. Pembuluh Darah

Hampir semua pembuluh darah yang menuju nodus lymphaticus akan masuk
melalui hillus, hanya sedikit yang melalui permukaan cortex., Mula-mula arteri
dari hillus mengikuti trabecula memasuki medullary cord menjadi kapiler.
Arterinya sendiri menuju cortex untuk bercabang-cabang menjadi kapiler
membentuk anyaman. Anyaman kapiler di cortex ini akan ditampung dalam
venula dengan endotil berbentuk kuboid. Dari venula ini akan berkumpul
menjadi vena yang jalannya mendampingi arteri. Venula ini tidak mempunyai
serabut otot polos dan terdapat juga pada beberapa bagian pembuluh darah di
tonsilla, plaques Peyeri dan appendix.

III. Histofisiologis

Dinding pembuluh limfe yang tipis mudah ditembus oleh makromolekul dan sel-
sel yang berkelana dari jaringan pengikat, sehingga tidak dijumpai adanya barier
yang mencegah bahan-bahan antigenik, baik endogen maupun eksogen. Sel
bakteri dapat dengan mudah melintasi epidermis dan epitel membrana mukosa
yang membatasi ruangan dalam tubuh, yang apabila luput dari perngrusakan
oleh fagosit dalam darah maka akan berproliferasi dan menghasilkan toksin yang
mudah masuk dalam limfe.

Nodus lymphaticus berfungsi sebagai filtrasi terhadap limfe yang masuk karena
terdapat sepanjang pembuluh limfe sehingga akan mencegah pengaruh yang
merugikan dari bakteri tersebut. Fungsi imunologis nodus lymphaticus
disebabkan adanya limfosit dan plasmasit dengan bantuan makrofag untuk
mengenal antigen dan pembuangan antigen fase terakhir. Nodus lymphaticus
juga merupakan tempat penyebaran sel-sel yang baru dilepas oleh thymus atau
sumsum tulang.

Hemal Nodes

Apabila dalam nodus lymphaticus ditemukan eritrosit sangat banyak disebut


sebagai hemal nodes. Jenis ini ditemukan pada domba, tetapi tidak pada
manusia.

Lien

Lien merupakan organ limfoid yang terletak di cavum abdominal di sebelah kiri
atas di bawah diafragma dan sebagian besar dibungkus oleh peritoneum. Lien
merupakan organ penyaring yang kompleks yaitu dengan membersihkan darah
terhadap bahan-bahan asing dan sel-sel mati disamping sebagai pertahanan
imunologis terhadap antigen. Lien berfungsi pula untuk degradasi hemoglobin,
metabolisme Fe, tempat persediaan trombosit, dan tempat limfosit T dan B. Pada
beberapa binatang, lien berfungsi pula untuk pembentukan eritrosit, granulosit
dan trombosit.

I. Gambaran Histologis

Lien dibungkus oleh jaringan padat sebagai capsula yang melanjutkan diri
sebagai trabecula. Capsula akan menebal di daerah hilus yang berhubungan
dengan peritoneum. Dari capsula melanjutkan serabut retikuler halus ke tengah
organ yang akan membentuk anyaman. Pada sediaan terlihat adanya
daerahbulat keabu-abuan sebesar 0,2-0,7 mm, daerah tersebut dinamakan pulpa
alba yang tersebar pada daerah yang berwarna merah tua yang dinamakan pulpa
ruba.

a) Pulpa alba

Pulpa alba sering disebut pula sebagai corpusculum malphigi terdiri atas
jaringan limfoid difus dan noduler.Pulpa alba membentuk selubung limfoid
periarterial (periarterial limfoid sheats/PALS) di sekitar arteri yang baru
meninggalkan trabecula, selubung tersebut mengikuti arteri sampai bercabang-
cabang menjadi kapiler. Sepanjang perjalanannya pada beberapa tempat
selubung tersebut mengandung germinal center. PALS dan germinal center
merupakan jaringan limfoid, tetapi PALs sebagian besar mengandung limfosit
Tdan germinal center mengandung limfosit B. Struktur PALS terdiri dari
anyaman longgar serabut retkuler dan sel retikuler. Di tengah pulpa alba
terdapat arteri sentralis . dalam celah-celah anyaman terdapat limfosit kecil dan
sedang, kadang ditemukan plasmasit. Pada waktu adanya rangsangan antigen di
daerah PALS banyak terdapat limfosit besar, limfoblas dan plasmasit muda
banyak sekali.

b) Pulpa rubra

Pulpa rubra terdiri atas pembuluh-pembuluh darah besar yang tidak teratur
sebagai sinus renosus dan jaringan yang mengisi diantaranya sebagai splendic
cords of Billroth. Warna merah pulpa rubra disebabkan karena eritrosit yang
mengisi sinus venosus dan jaringan diantaranya.

Di dalam celah pulpa terdapat sel-sel bebas seperti makrfag, semua jenis sel
dalam darah dengan beberapa plasmasit. Dengan M.E. makrofag dapat dengan
mudah ditemukan sebagai sel besar dengan sitoplasma yag kadang-kadang
mengandung eritrosit, netrofil dan trombosit atau pigmen. Bagian tepi pulpa alba
terdapat daerah peralihan dengan pulpa rubra sebesar 80-100 mikron, daerah
ini dinamakan zona marginalis yang mengandung sinus venosus kecil. Zona
marginais merupakan pulpa rubra yang menerima darah arterial sehingga
merupakan tempat hubungan pertama antara sel-sel darah dan partikel dengan
parenkim lien.

Capsula dan Trabecula

Capsula dan trabecula terdiri atas jaringan pengikat padat dengan sel otot polos
dan anyaman serabut elastis. Permukaan luar terdiri dari sel mesotil sebagai
bagian peritoneum. Trabecula merupakan lanjutan kapsula yang membawa
arteri, vena dan pembuluh limfe. Trabecua mengandung lebih banyak serabut
elastis dan beberapa serabut sel otot polos.

Arteri

Cabang-cabang arteri linealis masuk melalui hilus,mengikuti trabecula dan tiap


kali bercabang menjadi makin kecil. Mula-mula arteri ini sebagai jenis arteri
muskuler dengan tunika adventitia yang longgar dalam jaringan pengikat padat
trabecula. Setelah mencapai diameter 0,2 mm, arteri tersebut mennggalkan
trabecula dan tunika adventitianya diganti oleh jaringan limfoid hingga menjadi
arteri sentralis.

Arteri sentralis merupakan arteri muskuler dengan endotil berbentuk tinggi


disertai selapis atau dua lapis otot polos yang melanjutkan dengan bercabang-
cabang dan makin kecil. Pada diameter 40-50 mikron, selubung limfoid menipis
dan bercabang menjadi 2-6 pembuluh sebagai arteria penicillus atau arteria
pulpa rubra. Pada waktu masuk pulpa rubra, arteri penicillus bercabang menjadi
2-3 kapiler dengan dinding yang menebal yag disebut selubung Schweiger Seidel.
Kapilernya disebut sheated capillary.

Menurut Baley’s Textbook of Histology, arteri penicullus terdiri dari tiga bagian:

1. Arteri pulpa,merupakan segmen terpanjang denganselapis otot polos.

2. Sheated capillary, tanpa otot polos

3. Terminal arterial capilarry

Sinus Venosus dan Vena

Sinus venosus terdapat di seluruh pulpa rubra dan banyak sekali terdapat di
sekeliling pulpa alba. Pembuluh-pembuluh darah ini dapat disebut sinus venosus
sebab lumennya tidak teratur lebarnya (12-40 mikron).Dindingnya terdiri atas
endotil dan lamina basalis. Sitoplasma mengandung dua macam filament yang
tersusun sejajar sumbu panjang dan tidak terdapat intercellular junction.
Kemampuan fagositosis sangat terbatas. Sinus venosus akan mengalirkan darah
ke vena pulpa yang menpunyai dinding terdiri atas endotil memanjang, lamina
basalis dan selapis tipis otot pos. Selanjutnya vena pulpa akan bermuara ke vena
trabecula yang akan berkumpul di hilus sebagai vena lienalis.

Hubungan Arteri dan Vena


Ada tiga teori mengenai hubungan arteri dan vena:

1. Teori sirkulasi terbuka

Teori ini menyatakan bahwa darah drai kapiler bermuara di dalam celah-celah
antara sel retikuler kemudian perlahan-lahan kembali ke sinus venosus.

2. Teori sirkulasi tertutup

Teori ini menyatakan bahwa kapiler berhubungan langsung dengan sinus


venosus.

3. Teori kompromi

Teori ini menyatakan bahwa dalam lien terdapat kedua macam sirkulasi tersebut
pada suatu tempat.

Histogenesis dan Regenerasi Lien

Primordium lien tampak pada embrio umur 8-9 minggu sebagai suatu penebalan
jaringan mesenkim pada mesogastrium dorsalis. Sel-sel mesenkim
memperbanyak diri dengan mitosis membentuk hubungan melalui tonjolannya
sebagai rangka retikuler dalam pulpa alba dan pulpa rubra. Kemudian muncul
sel primitif basofil yang berasal dari sel-sel induk dalam saccus vitelinus, hepar
atau medulla oseum.

Limfosit dalam lien sebagian beupa limfosit T, sebagian dari medulla oseum yang
dibawah pengaruh Limfosit B. Makrofag dalam lien kemungkinan berasal dari sel
induk dalam medulla osseum. Apabila lien diangkat, maka fungsinya akan
diambil alih oleh organ lain. Apabila terjadi luka, akan terjadi kesembuhan
dengan timbulnya jaringan pengikat.
Tonsilla

Lubang penghubung antara cavum oris dan pharynx disebut faucia. Di daerah ini
membran mukosa tractus digestivus banyak mengandung kumpulan jaringan
limfoid dan terdapat infiltrasi kecil-kecil diseluruh bagian di daerah tersebut.
Selain itu diyemukan juga organ limfoid dengan batas-batas nyata.

Rangkaian organ limfoid ini (cincin Waldeyer) meliputi:

a. Tonsila Lingualis

Tonsilla lingualis terdapat pada facies dorsalis radix linguae sebagai tonjolan-
tonjolan bulat. Pada permukaannya terdapat lubang kecil yang melanjutkan diri
sebagai celah invaginasi(crypta) yang dilapisi oleh epitel gepeng berlapis. Crypta
tersebut dikelilingi oleh jaringan limfoid. Sejumlah limfosit yang mengalami
infiltrasi dalam epitel dan berkumpul dalam crypta yang kemudian mengalami
degenerasi dan membentuk suatu kumpulan dengan sel epitel yang sudah
terlepas bersama bakteri sebagai detritus. Kadang-kadang dalam crypta
bermuara kelenjar mukosa. Dalam jaringan limfoid tampak adanya nodus
lymphaticus.

b. Tonsila Palatina

Diantara arcus glossoplatinus dan arcus pharyngopalatinus terdapat ua buah


jaringan limfoid dibawah membrane mukosa yang masing-masing disebut
tonsilla palatine. Epitel bersama jaringan pengikat yang menutupi mengadakan
invaginasi membentuk crypta sebanyak 10-20 buah. Pada dasar crypta, batas
antara epitel dan jaringan limfoid kabur karena infiltrasi limfosit dalam epitel.
Limfosit yang telah melintasi epitel bersama dengan leukosit dan sel epitel yang
mati sebagai corpusculum salivarius. Terdapat nodulus lymphaticus sebesar 1-2
mm dengan germinal centernya tersusun berderet dalam jaringan limfoid yang
difus. Antara nodulus lymphaticus yang satu dengan yang lain dipisahkan oleh
jaringan pengikat (capsula) yang mengandung limfosit, mast sell dan plasmasit.
Apabila ditemukan granulosit, hal ini menunjukkan adanya radang.

c. Tonsila Pharyngealis

Pada atap dan dinding dorsal nasopharynx terdapat kelompok jaringan limfoid
yang ditutupi pula oleh epitel yang dinamakan tonsilla pharyngealis. Jenis
epitelnya sama dengan epitel tractus respiratorius ialah epitel semu berlapis
bercillia dengan sel piala. Epitelnya tidak mengadakan invaginasi membentuk
crypta tetapi melipat-lipat. Pada puncak lipatan banyak infiltrasi limfosit,
dibawah epitel terdapat nodulus lymphaticus yang mengikuti lipatan-lipatan.
Jaringan limfoid ini dipisahkan oleh capsula tipis jaringan pengikat dan diluar
capsula terdapat kelenjar-kelenjar campuran yang saluran keluarnya menembus
jaringan limfoid dan bermuara didalam saluran lipatan epitel.

2. Biokimia enzim

Enzim berasal dari kata EN-ZYME yang berarti dalam ragi. Dihubungkan dengan
aktivitas enzim dalam ragi, misalnya pada pembuatan tape ketan atau ketela
dengan menggunakan ragi roti. Enzim merupakan suatu biokatalis, artinya suatu
katalisator yang disintesis oleh organisme hidup. Secara structural enzim adalah
protein, sehingga sifat-sifat protein dimiliki oleh enzim, seperti termolabil, rusak
oleh logam berat (Ag,Pb,Hg), terganggu oleh perubahan pH.

Aktivitas enzim umumnya bersifat spesifik. Nomenklatur yang mula-mula


digunakan sangat sederhana, yaitu dengan mencantumkan akhiran ase pada
nama substrat di mana enzim itu bekerja. Misalnya proteinase : yaitu enzim yang
bekerja pada protein, lipase : enzim yang bekerja pada lipid, dsb. Ada pula yang
mencantumkan akhiran ase pada jenis reaksinya, missal oksidase yaitu enzim
yang bereaksi secara oksidasi, reduktase yaitu enzim yang bereaksi secara
reduksi. Namun kesemuanya masih memberikan kesimpangsiuran atau
kurangtepatnya nomenklatur enzim; sehingga IUB (International Union of
Biochemistry) menganut satu aturan kode dengan cara membagi enzim kedalam
enam kelas, yaitu :

1. Oksidoreduktase :

Enzim yang mengkatalisis reaksi oksidasi-reduksi antara dua substrat

Ex : katalase (1.11.1.6 Enzim yang bekerja pada H2O2 : disebut H2O2


Oksidoreduktase)

1.1 bekerja pd gugus C-OH

1.4 bekerja pd gugus CH-NH2

1.9 bekerja pd gugus Hem

1.11 bekerja pd gugus H2O2

2. Transferase :

Mengkatalisis pemindahan gugus (selain H) antara sepasang substrat.

Ex : heksokinase (2.7.1.1 Pemindah gugus yang mengandung fosfat, misal ATP :


D-heksosa-6 fosfo tranferase)

2.3 pemindah gugus asil trnsfr\

2.7 pemindah gugus fosfat

3. Hidrolase :

Mengkatalisis hidrolisis ikatan ester, eter, peptida, glikosil, anhidrida asam, c-c,
c-halida, P-N.

Ex : pseudokolin esterase (3.1.1.8 asilkolin asilhidrolase)

4. Liase :

Mengkatalisis pemindahan gugus dari substrat, meninggalkan ikatan rangkap.

Ex : fumarase (4.2.1.2 L-malat-hidro-liase)


L-malat = fumarat + H2O

5. Isomerase :

Ex : triosafosfat isomerase

5.3.1.1 D-gliseraldehida-3 fosfat keto isomerase

6. Ligase :

Mengkatalisis penggabungan 2 senyawa diikuti oleh pemecahan ikatan


piropospat dalam ATP atau senyawa yang sejenis.

Ex : glutamin sintase

6.3.1.2 L-glutamat : amonia ligase (ADP)

ATP – L-glutamat + NH43+ = ADP + ortofosfat — L glutamin

Keterangan :

• Digit I menunjukkan kelas; Digit II menunjukkan sub kelas; Digit III


menunjukkan sub sub kelas; Digit terakhir menunjukkan nama Enzim.

KOFAKTOR

Sejumlah besar enzim membutuhkan suatu komponen lain untuk dapat


berfungsi sebagai katalis. Komponen ini secara umum disebut kofaktor. Kofaktor
dapat dibagi lagi dalam tiga kelompok, yaitu :

a. gugus prostetik

b. koenzim

c. activator (ion-ion logam yang dapat atau mudah terlepas dari enzim)

a. GUGUS PROSTETIK
Adalah kelompok kofaktor yang terikat pada enzim, dan tidak mudah lepas dari
enzimnya, Contoh : Flavin Adenin Dinukleotida (FAD) adalah gugus prostetik
dari enzim suksinat dehidrogenase

b.KOENZIM

1. Merupakan senyawa organik dengan berat molekul kecil; non protein

2. Stabil terhadap panas

3. Banyak diperlukan untuk aktivitas Enzim kecuali Enzim pencernaan (reaksi


hidrolitik)

4. Terikat pada Enzim ada yang secara kovalen (prostetik) kebanyakan non
kovalen

5. Dianggap sebagai substrat ke-2 :

Contoh : NAD,NADP,ATP,tiamin pirofosfat

- Pada reaksi Oksidasi – reduksi

Laktat + NAD+ —– piruvat + NADH+ + H+

(ko-substrat)

- berfungsi sebagai reagen pemindah gugus

Ex : D-G + A = A-G + D

Gugus fungsional G dipindah dari molekul D-G, ke molekul penerima A;


melibatkan koEnzim;
D-G Co-E A-G

D Co-E-G A

Ex : transaminasi

3. Anatomi organ-organ endokrin

4. Sekresi hormon steroid dan amin

Anda mungkin juga menyukai