Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA TAHAP


PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA PRASEKOLAH
A. PENGERTIAN
U.S Bureau of the Census mendefinisikan keluarga adalah individu
yang bergabung bersama oleh ikatan pernikahan, darah, atau adopsi dan
tinggal di dalam suatu rumah tangga yang sama (Freadman, 2010).
Keluarga adalah sebuah kelompok yang mengidentifikasi diri dan
terdiri atas individu atau lebih yang memiliki hubungan khusus yaitu dapat
terkait dengan hubungan darah atau hukum, atau dapat juga tidak, namun
berfungsi sedemikianrupa sehingga menganggap dirinya sebagai keluarga
(Whall, 1986, dikutip dari Freadman, 2010).
Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan
melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan (Setiadi, 2008).

B. TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA


Karena individu memiliki tugas perkembangan yang harus mereka
capai agar tercapai kepuasan selama tahap perkembangan dan agar mampu
berkembang secara sukses pada tahap berikutnya setiap tahap
perkembangan keluarga memiliki tugas perkembangan atau harapan peran
tertentu. Tugas perkembangan keluarga lebih cenderung menumbuhkan
rasa tanggungjawab yang harus dicapai oleh keluarga pada setiap tahap
perkembangan keluarga sehingga keluarga dapat memenuhikebutuhan
kebutuhan biologis keluarga, penekanan budaya keluarga, dan aspirasi dan
nilai keluarga.
Sikluskehidupan setiapkeluarga mempunyaitahapan-tahapan.Seperti
individu- individu yangmengalamitahap pertumbuhandan perkembangan
yang berturut-
turut,keluargajugamengalamitahapperkembanganyangberturut-turut.
Adapun tahap-tahapperkembangankeluargaberdasarkankonsep
DuvalldanMiller (Friedman, 1998) adalah :
1. TahapI:keluargapemulaperkawinandarisepasanginsanmenandaibermul
anya sebuahkeluargabarudanperpindahandari keluargaasal atau
statuslajangke hubungan baru yangintim.
2. TahapII:keluargasedangmengasuhanakdimulaidengankelahirananak
pertamahinggabayiberusia30 bulan.
Tugasperkembangan:
a. Perubahan peran menjadi orang tua, Perubahan hidup yang sulit,
masa transisi, tugaskritis.
Masalah:Suamimerasa diabaikan, peningkatanperselisihandan
argumentasi
suamidanisteri,interupsidalamjadwalyangcontinue,kehidupanseksu
al dan sosial terganggu.
b. Adaptasidenganperubahananggotakeluarga:Peran,interaksi,kebutu
han-kebutuhan,keselamatan,keterbatasan,
toilettraining,komunikasibayi
c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
pasangannya:
pembentukankembalipolakomunikasi,Pembentukanperasaan,perka
winan, hubungan seksual menurun, konseling KB, hubungan
perkawinan yang kokoh dan bergairahsangatpenting bagi
stabilitasdanmoralkeluarga. Masalah kesehatan : Pendidikan
maternitas, Perawatan bayi yang baik,
Pengenalandanpenangananmasalahkesehatanfisiksecaradini,Imuni
sasi, Tumbuh kembang.
3. TahapIII:keluargadengananakusiaprasekolahdimulaiketikaanakpert
ama berusia duasetengah tahun,dan berakhirketika anakberusia 5
tahun. Anak prasekolah banyak belajar pada tahap ini terutama
diarea kemandirian. Mereka harus mencapai otonomi dan
kemandirian yang cukup afar mampu menangani diri mereka
sindiri tanpa orangtua diberbagai tempat. Pengalaman di taman
kanak-kanan, tempat penitipan anak adalah cara yang baik untuk
membantu tipe perkembangan ini. Tugas utama keluarga adalah
menyosialisasikan anak. Anak prasekolah mengembangkan sikap
diri yang kritis (konsep diri) dan dengan cepat belajar untuk
mengekspresikan diri mereka sendiri sebagaimana yang terlihat
dalam penangkapan bahasa mereka yang cepat.
4. Tahap IV: keluarga dengan anak usia sekolah dimulai ketika anak
pertama berusia6 tahundanmulaimasuksekolahdasar
danberakhirpadausia13tahun, awaldarimasa remaja.
5. TahapV:keluarga dengan anak remaja yang dimualai ketika anak
pertama melewatiumur13tahun,berlangsungselama6sampai7tahun.
Tahapinidapat lebih singkat jika anakmeninggalkankeluarga
lebihawal ataulebihlama jika anak masihtinggaldirumah
hinggaberumur 19 atau 20 tahun.
6. TahapVI:keluargayangmelepasanakusiadewasamudayangditandaio
leh anak pertamameninggalkan rumah orang tuadan
berakhirdengan “rumah
kosong”,ketikaanakterakhirmeninggalkanrumah.
Tahapinidapatsingkatatau
agakpanjang,tergantungpadaberapabanyakanakyangbelummenikah
yangmasihtinggaldirumah.Faseiniditandaiolehtahun-
tahunpuncakpersiapan daridanoleh anak-anak untukkehidupan
dewasa yangmandiri.
7. Tahap VII: orang tua usia pertengahan, dimulai ketika anak
terakhir meninggalkanrumahdanberakhirpadasaat pensiun
ataukematian salahsatu pasangan.
8. TahapVIII:keluargadalammasapensiundanlansiadimalidengansalah
satu ataukedua pasanganmemasukimasa pensiun, hingga
salahsatupasangan meninggaldanberakhir denganpasangan
lainnyameninggal.

C. POLA DAN PROSES KOMUNIKASI KELUARGA


Pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang
atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang tepat,
sehingga pesanyang dimaksud dapat dipahami (Djamarah, 2014). Dimensi
pola komunikasi terdiri dari dua macam, yaitu pola yang berorientasi pada
konsep dan pola yang berorientasi pada sosial yang mempunyai arah
hubungan yang berlainan (Soenarto, 2016).
1. Pola Komunikasi Persamaan (Equality Pattern)
Dalam pola ini, tiap individu membagi kesempatan komunikasi secara
merata dan seimbang, peran yang dimainkan tiap orang dalam keluarga
adalah sama. Tiap orang dianggap sederajat dan setara
kemampuannya, bebas mengemukakan ide-ide, opini, dan
kepercayaan. Komunikasi yang terjadi berjalan dengan jujur, terbuka,
langsung, dan bebas dari pemisahan kekuasaan yang terjadi pada
hubungan inerpersona lainnya. Dalam pola ini tidak ada pemimpin dan
pengikut, pemberi pendapat dan pencari pendapat, tiap orang
memainkan peran yang sama. Komunikasi memperdalam pengenalan
satu sama lain, melalui intensitas, kedalaman dan frekuensi pengenalan
diri masing-masing, serta tingkah laku nonverbal seperti sentuhan dan
kontak mata yang seimbang jumlahnya. Tiap orang memiliki hak yang
sama dalam pengambilan keputusan, baik yang sederhana seperti film
yang akan ditonton maupun yang penting seperti sekolah mana yang
akan dimasuki anak-anak, membeli rumah, dan sebagainya. Konflik
yang terjadi tidak dianggap sebagai ancaman. Masalah diamati dan
dianalisa. Perbedaan pendapat tidak dilihat sebagai salah satu kurang
dari yang lain tetapi sebagai benturan yang tak terhindarkan dari ide-
ide atau perbedaan nilai dan persepsi yang merupakan bagian dari
hubungan jangka panjang. Bila model komunikasi dari pola ini
digambarkan, anak panah yang menandakan pesan individual akan
sama jumlahnya, yang berarti komunikasi berjalan secara timbal balik
dan seimbang.
2. Pola Komunikasi Seimbang Terpisah (Balance Split Pattern)
Dalam pola ini, persamaan hubungan tetap terjaga, namun dalam pola
ini tiap orang memegang kontrol atau kekuasaan dalam bidangnya
masing-masing. Tiap orang dianggap sebagai ahli dalam wilayah yang
berbeda. Sebagai contoh, dalam keluarga biasa, suami dipercaya untuk
bekerja/ mencari nafkah untuk keluarga dan istri mengurus anak dan
memasak. Dalam pola ini, bisa jadi semua anggotanya memiliki
pengetahuan yang sama mengenai agama, kesehatan, seni, dan satu
pihak tidak dianggap lebih dari yang lain. Konflik yang terjadi tidak
dianggap sebagai ancaman karena tiap orang memiliki wilayah sendiri-
sendiri. Sehingga sebelum konflik terjadi, sudah ditentukan siapa yang
menang atau kalah. Sebagai contoh, bila konflik terjadi dalam hal
bisnis, suami lah yang menang, dan bila konflik terjadi dalam hal
urusan anak, istri lah yang menang. Namun tidak ada pihak yang
dirugikan oleh konflik tersebut karena masing-masing memiliki
wilayahnya sendiri-sendiri.
3. Pola Komunikasi Tak Seimbang Terpisah (Unbalanced Split Pattern)
Dalam pola ini satu orang mendominasi, satu orang dianggap sebagai
ahli lebih dari setengah wilayah komunikasi timbal balik. Satu orang
yang mendominasi ini sering memegang kontrol. Dalam beberapa
kasus, orang yang mendominasi ini lebih cerdas atau berpengetahuan
lebih, namun dalam kasus lain orang itu secara fisik lebih menarik atau
berpenghasilan lebih besar. Pihak yang kurang menarik atau
berpenghasilan lebih rendah berkompensasi dengan cara membiarkan
pihak yang lebih itu memenangkan tiap perdebatan dan mengambil
keputusan sendiri. Pihak yang mendominasi mengeluarkan pernyataan
tegas, memberi tahu pihak lain apa yang harus dikerjakan, memberi
opini dengan bebas, memainkan kekuasaan untuk menjaga kontrol, dan
jarang meminta pendapat yang lain kecuali untuk mendapatkan rasa
aman bagi egonya sendiri atau sekedar meyakinkan pihak lain akan
kehebatan argumennya. Sebaliknya, pihak yang lain bertanya, meminta
pendapat dan berpegang pada pihak yang mendominasi dalam
mengambil keputusan.
4. Pola Komunikasi Monopoli (Monopoly Pattern)
Satu orang dipandang sebagai kekuasaan. Orang ini lebih bersifat
memerintah daripada berkomunikasi, memberi wejangan daripada
mendengarkan umpan balik orang lain. Pemegang kekuasaan tidak
pernah meminta pendapat, dan ia berhak atas keputusan akhir. Maka
jarang terjadi perdebatan karena semua sudah mengetahui siapa yang
akan menang. Dengan jarang terjadi perdebatan itulah maka bila ada
konflik masing-masing tidak tahu bagaimana mencari solusi bersama
secara baik-baik. Mereka tidak tahu bagaimana mengeluarkan
pendapat atau mengugkapkan ketidaksetujuan secara benar, maka
perdebatan akan menyakiti pihak yang dimonopoli. Pihak yang
dimonopoli meminta ijin dan pendapat dari pemegang kuasa untuk
mengambil keputusan, seperti halnya hubungan orang tua ke anak.
Pemegang kekuasaan mendapat kepuasan dengan perannya tersebut
dengan cara menyuruh, membimbing, dan menjaga pihak lain,
sedangkan pihak lain itu mendapatkan kepuasan lewat pemenuhan
kebutuhannya dan dengan tidak membuat keputusan sendiri sehingga
ia tidak akan menanggung konsekuensi dari keputusan itu sama sekali.

D. STRUKTUR PERAN KELUARGA


Sebuah peran didefinisikan sebagai kumpulan dari perilaku yang secara
relatif homogen dibatasi secara normatif dan diharapkan dari seorang yang
menempati posisi sosial yang diberikan.
1. Peran formal keluarga
a. Peran dan hubungan pernikahan
Nye dan Gecas (1976) mrndefinisikan delapan peran dasar yang
menyusun posisi soaial suami-ayah dan istri-ibu: provider,
pengurus rumah tangga, pengasuh anak, rekreasional,peran
pertemanan (memelihara huungan dengan keluarga pihak ayah dan
ibu), terapeutik ( memenuhi kebutuhan afektif pasangan atau
pasangan intim dewasa, peran seksua
b. Peran wanita dan pria dalam keluarga
1) Peran Ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-
anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan
pemberi rasa aman serta sebagai kepala keluarga, ayah juga
berperan sebagai anggota dari kelompok sosialnya dan sebagai
anggota masyarakatdilingkungannya.
2) Peran Ibu : Ibu berperan sebagai istri dari suami dan ibu dari
anak-anaknya, mempunyai tugas untuk mengurus rumah
tangga, pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan
anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu
berperan sebagai pencari nafkah tambahan dari keluarga.
3) Peran Anak : Anak-anak melakukan peranan psikososial sesuai
dengan tingkat perkembangan baik fisik,mental,social dan
spiritual.
2. Peran informal keluarga
a. Pendorong: pendorong, memuji, menyetujui dan menerima
kontribusi orang lain.
b. Penyelaras: penyelaras menengahi perbedaan yanga ada diantara
anggota keluarga dengan melawak atau melunakkan
ketidaksepakatan
c. Insiator-kontributor: menyarankan atau mengsulkan ide atau
perubahan cara berkenaan dengan masalah atau tujuan kelompok
pada kelompo
d. Penghalang
e. Sahabat: teman bermain keluarga yang memperuntukkan diri
sendiri dan memperbolehkan perilaku anggota keluarga atau
dirinya tanpa mempertimbangkan akibatnya.
f. Pengasuh keluarga: pengasuh keluarga adalah anggota keluarga
yang diperlukan untuk mengasuh dan merawat anggota keluarga
lainnya yang membuthkan.

E. FUNGSI KELUARGA
Menurut Friedman (2010) fungsi keluarga dibagi menjadi 5 yaitu :
1. Fungsi Afektif Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada
kebehagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan
fungsi afektif adalah :
a) Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling
mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang
dan dukungan dari anggota keluarga yang lain.
b) Saling menghargai dan mengakui keberadaan hak dan kewajiban
setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim positif.
c) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan
sepakat memulai hidup baru. 15
d) Fungsi Sosialisasi Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang
bertujuan untuk menjadikan anak sebagai anggota masyarakat
yang produktif serta memberikan status pada anggota keluarga.
e) Fungsi Reproduksi Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga
selama beberapa generasi dan untuk keberlangsungan hidup
masyarakat.
f) Fungsi Ekonomi Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan
efektif alokasinya.
g) Fungsi Perawatan Keluarga Kemampuan keluarga dalam
memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan.
Tugas kesehatan keluarga yaitu:
1) Mengenal masalah/gangguan kesehatan keluarga Keluarga
perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan yang
dialami anggota keluarga sehingga ketika terjadi perubahan
sekecil apapun yang dialami keluarga akan menjadi perhatian
keluarga.
2) Mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat bagi
keluarga Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama
untuk mencari bantuan yang tepat sesuai dengan masalah
kesehatan yang menimpa keluarga.
3) Merawat anggota keluarga yang sakit Tugas keluarga untuk
memberikan perawatan lanjutan setelah memperoleh
pelayanan kesehatan di institusi pelayanan kesehatan.
4) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan
keluarga Merupakan upaya keluarga untuk mendayagunakan
potensi internal di lingkungan rumah untuk mempertahankan
kesehatan atau membantu proses perawatan anggota keluarga
yang sakit. e) Menggunakan fasilitas kesehatan Upaya
keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan anggota keluarga
dengan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.

F. STRESS DAN KOPING KELUARGA


1. Sumber stressor keluarga (Stimulus)
Friedman (2018) mengidentifikasi tiga strategi untuk adaptasi individu
yang juga dapat digunakan pada keluarga yaitu mekanisme pertahanan,
merupakan cara-cara yang dipelajari, kebiasaan dan otomatis untuk
berespon, taktik untuk menghindari masalah dan biasanya merupakan
perilaku menghindari sehingga cenderung disfungsi, strategi koping
yaitu upaya-upaya pemecahan masalah, biasanya merupakan strategi
adaptasi positif dan penguasaan yaitu merupakan mode adaptasi yang
paling positif sebagai hasil dari penggunaan strategi koping yang
efektif dan sangat berhubungan kompetensi keluarga
2. Koping Keluarga
Koping keluarga menunjuk pada analisa kelompok keluarga (analisa
interaksi). Koping keluarga didefinisikan sebagai respon positif yang
digunakan keluarga dalam menyelesaikan masalah (mengendalikan
stress). Berkembang dan berubah sesuai tuntutan/stressor yang
dialami. Sumber koping keluarga bisa internal yaitu dari anggota
keluarga sendiri dan eksternal yaitu dari luar keluarga.
3. Strategi adaptasi disfungsional
Dapat berupa penyangkalan dan ekploitasi terhadap anggota keluarga
seperti kekerasan terhadap keluarga, kekerasan terhadap pasangan,
penyiksaan anak, penyiksaan usia lanjut, penyiksaan orang tua, proses
pengkambinghitaman dan penggunaan ancaman. Penyangkalan
masalah keluarga dengan menggunakan mitos keluarga, triangling
(pihak ketiga) dan pseudomutualitas, pisah/ hilangnya anggota
keluarga dan otoritariansme.
e. Masalah-MasalahTumbuh KembangAnak
DalambukuPedomanPembinaanPerkembangan
AnakDiKeluargayang disusun oleh Direktorat Bina Kesehatan
Keluarga, masalah-masalah/gangguan padamasa kecil
ataukelainanyangdibawa sejaklahirseringmengakibatkan
hambatanpada perkembangananak(Direktorat BinaKesehatan
Keluarga,2002). Masalahtumbuhkembangyangseringtimbul
gangguanperkembanganmotorik. Perkembangan
motorikyanglambatdapatdisebabkanoleh:Faktor keturunan,
faktorlingkungan,faktor kepribadian,retardasimental,
kelainantonusotot, obesitas, penyakitneuromuscular, buta.

G. ASUHAN KEPERAWATAN KELUAGA


1. Pengkajian
a. Pengkajian Umum
Pengkajian asuhan keperawatan pada keluarga meliputi data
umum (nama KK, umur, alamat, pekerjaan KK, pendidikan
dan anggota KK, serta terdapat pengkaian genogram keluarga,
tipe keluarga, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi. Dan
kegiatan aktivitas rekreasi).
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
Meliputi pengkaian tahap perkembangan keluarga saat ini,
tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, riwayat
keluarga inti, riwayat keluarga sebelumnya (istri maupun
suami).
c. Lingkungan
Meliputi pengkajian karakteristik rumah, karakteristik tetangga
dan komunitas, mobilitas geografi keluarga, perkumpulan
keluarga dan interaksi dengan masyarakat, serta sistem
pendukung keluarga.
d. Struktur komunikasi keluarga
Meliputi pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan
keluarga, struktur peran, serta nilai dan norma budaya.
e. Fungsi Keluarga
Meliputi fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi perawatan
kesehatan (bagaimana keluarga dalam mengenal masalah,
mengambil keputusan, merawat anggota keluarga yang sakit,
memelihara atau memodifikasi lingkungan, serta menggunakan
fasititas kesehatan yang ada).
f. Stress dan koping keluarga
Melipusi stressor jangka pendek dan jangka panjang yang
dialami keluarga, kemampuan keluarga berespon terhadap
stressor dan situasi, serta strategi koping yang di gunakan.
g. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia
Meliputi pengkajian nutrisi, cairan, istirahat dan tidur, aktivitas
latihan, serta eliminasi.
h. Pengkajian Tumbuh Kembang Keluarga
Meliputi pemeriksaan tanda-tanda vitas keluarga (TD, nadi,
suhu, RR), pemeriksaan head to too dari ujung kepala hingga
ujung kaki (pemeriksaan kepala, leher, dada, rambut,
konjungtiva, sklera, hidung, telinga, ulut, dada, abdomen,
ekteremitas, kulit, turgor, dan keluhan).
Perhatian pelayanan kesehatan pada anak usia prasekolah :
- Penyakit menular pada anak-anak
- Pencegahan kecelakaan dan keamanan rumah (jatuh, luka
bakar, keracunan)
- Kebutuhan dalam pertumbuhan dan perkembangan
- Penganiayaan dan pengabaian anak
- Praktik kesehatan (misalnya, tidur, nutrisi, olahraga)
2. Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan
menggambarkan respons manuasia. Dimana keadaan sehat atau
perubahan pola interaksi potensial/actual dari individu atau
kelompok dimana perawat dapat menyusun intervensi-intervensi
definitive untuk mempertahankan status kesehatan atau untuk
mencegah perubahan. Untuk menegakkan diagnosa dilakukan 2
hal, yaitu:
3. Analisa data
Mengelompokkan data subjektif dan objektif, kemudian
dibandingkan dengan standar normal sehingga didapatkan masalah
keperawatan.
a. Perumusan diagnosa keperawatan
Komponen rumusan diagnosa keperawatan meliputi:
1) Masalah (problem) adalah suatu pernyataan tidak
terpenuhinya kebutuhan dasarmanusia yang dialami oleh
keluarga atau anggota keluarga.
2) Penyebab (etiologi) adalah kumpulan data subjektif dan
objektif.
3) Tanda (sign) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif
yang diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau
tidak langsung atau tidak yang emndukung masalah dan
penyebab.
Dalam penyusunan masalah kesehatan dalam perawatan
keluarga mengacu pada tipologi diagnosis keperawatan
keluarga yang dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu:
a) Diagnosa sehat/Wellness/potensial yaitu keadaan
sejahtera dari keluarga ketika telah mampu memenuhi
kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber
penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat
digunakan. Perumusan diagnosa potensial ini hanya
terdiri dari komponen Problem (P) saja dan sign
/symptom (S) tanpa etiologi (E).
b) Diagnosa ancaman/risiko yaitu masalah keperawatan
yang belum terjadi. Diagnosa ini dapat menjadi
masalah actual bila tidak segera ditanggulangi.
Perumusan diagnosa risiko ini terdiri dari komponen
problem (P), etiologi (E), sign/symptom (S).
c) Diagnosa nyata/actual/gangguan yaitu masalah
keperawatan yang sedang dijalani oleh keluarga dan
memerlukn bantuan dengan cepat. Perumusan diagnosa
actual terdiri dari problem (P), etiologi (E), dan
sign/symptom (S).
b. Perumusan problem (P) merupakan respons terhadap gangguan
pemenuhan kebutuhan dasar.Sedangkan etiologi mengacu pada
5 tugas keluarga. Dalam SDKI (2016) diagnosa-diagnosa
keperawatan pilihan yang cocok untuk praktek keperawatan
keluarga anak dewasa adalah sebagai berikut:
1) Pemeliharaan kesehatan tidak efektif (D.0117)
2) Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif (D.0115)
4. Rencana Asuhan Keperawatan
Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat
untuk dilaporkan dalam memecahkan masalah kesehatan dan
keperawatan yang telah diidentifikasi. Penyusunan rencana
perawatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu pemenuhan skala
prioritas dan rencana perawatan (Suprajitmo, 2018).
Skala prioritas
Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang mempunyai
skor tinggi dan disusun berurutan sampai yang mempunyai skor
terendah. Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan dan
keperawatan keluarga harus didasarkan beberapa criteria sebagai
berikut:
a. Sifat masalah (actual, risiko, potensial)
b. Kemungkinan masalah dapat diubah
c. Potensi masalah untuk dicegah
d. Menonjolnya masalah
Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosa
keperawatan telah dari satu proses skoring menggunakan skala
yang telah dirumuskan oleh Bailon dan Maglay (1978) dalam
Effendy (1998).

Kriteria Bobot Skor


Sifat masalah 1 Aktual =3
Risiko =2
Potensial =1
Kemungkinan masalah 2 Mudah =2
untuk dipecahkan Sebagian =1
Tidak dapat = 0
Potensi masalah untuk 1 Tinggi =3
dicegah Cukup =2
Rendah =1
Menonjolnya masalah 1 Segera diatasi = 2
Tidak segera diatasi =
1
Tidak dirasakan
adanya masalah = 0

Proses scoring dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan :


1. Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat
2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikaitkan dengan bobot
3. Jumlahkan skor untuk semua criteria
4. Skor tertinggi berarti prioritas (skor tertinggi 5)
Rencana
Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan tujuan
keperawatan.Tujuan dirumuskan untuk mengetahui atau mengatasi
serta meminimalkan stressor dan intervensi dirancang berdasarkan
tiga tingkat pencegahan.Pencegahan primer untuk memperkuat garis
pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat garis
pertahanan sekunder, dan pencegahan tersier untuk memperkuat
garis pertahanan tersier (Anderson & Fallune, 2010).
Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka
pendek.Tujuan jangka panjang mengacu pada bagaimana mengatasi
problem/masalah (P) di keluarga. Sedangkan penetapan tujuan
jangka pendek mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi yang
berorientasi pada lima tugas keluarga.
Adapun bentuk tindakan yang akan dilakukan dalam
intervensi nantinya adalah sebagai berikut :
No Diagnosa Tanda dan Gejala SLKI SIKI
Keperawatan
1 Pemeliharaan 1. Kurang Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan
kesehatan tidak menunjukan asuhan (I.12383)
efektif perilaku adaptif keperawatan 1. Identifikasi kesiapan
(D.0117) terhadap selama 4 kali tatap dan kemampuan
perubahan muka diharapkan menerima informasi
lingkungan keluarga mampu : 2. Sediakan materi dan
2. Kurang Pemeliharaan media pendidikan
menunjukan Kesehatan kesahatan
pemahaman (L.12106) 3. Jelaskan faktor resiko
tentang perilaku 1. Menunjukan yang dapat
sehat perilaku adaptif mempengaruhi
3. Tidak mempu meningkat kesehatan
menjalankan 2. Menunjukan 4. Ajarkan perilaku
perilaku sehat pemahaman hidup bersih dan
4. Memiliki riwayat perilaku sehat sehat
perilaku mencari meningkat
bantuan 3. Kemampuan Promosi Perilaku Upaya
kesehatan yang menjalankan Kesehatan (I.12472)
kurang perilaku sehat 1. Identifikasi perilaku
5. Kurang meningkat upaya kesehatan
menunjukan yang dapat
minat untuk ditingkatkan
meningkatkan 2. Berikan lingkungan
perilaku sehat yang mendukung
Tidak memiliki kesehatan
sistem pendukung 3. Ajarkan mencuci
(support system) tangan dengan air
bersih dan sabun
Anjurkan melakukan
aktivitas fisik setiap hari
2 Manajemen 1. Mengungkapkan Setelah dilakukan Dukungan Koping
kesehatan tidak memahami asuhan Keluarga (I.09260)
keluarga tidak masalah keperawatan 1. Identifikasi respons
efektif kesehatan yang selama 4 kali tatap emosional terhadap
(D.0115) diderita muka diharapkan kondisi saat ini
2. Mengungkapkan keluarga mampu : 2. Dengarkan masalah,
kesulitan Manajemen perasaan, dan
menjalankan Kesehatan pertanyaan keluarga
perawatan yang Keluarga (L.12106) 3. Fasilitasi
ditetapkan 1. Kemampuan pengungkapan
3. Gejala penyakit menjelaskan perasaan antara
anggota keluarga masalah pasien dan keluarga
semakin kesehatan yang atau antar anggota
memberat dialami keluarga
4. Aktivitas meningkat 4. Hargai dan dukung
keluarga untuk 2. Aktivitas mekanisme koping
mengatasi keluarga adaptif yang
masalah mengatasi digunakan
kesehatan tidak masalah
tepat kesehatan tepat
Gagal melakukan meningkat
tindakan untuk Gejala penyakit
mengurangi faktor anggota keluarga
resiko menurun
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S. (2012). Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan Praktik


Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Friedman, Marlyn. (2018). Keperawatan Keluarga, Teori dan Praktik. Jakarta : EGC
Harmoko. (2012 ). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogjakarta: Pustaka
Pelajar.
Setiadi, T. (2013). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Aplikasi Teori Pada Praktik
asuhan keperawatan Keluarga. Jakarta: Trans Info Media.
SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator
Diagnostik. Jakarta.
SIKI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta.
SLKI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta.
Suprajitno, (2014). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC
Suharto, (2017). Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan
Keperawatan Transkurtural. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai