Anda di halaman 1dari 41

REFLEKSI KASUS

Low Back Pain (LBP)


Diajukkan untuk
Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Bagian Ilmu Penyakit Saraf
Di RSI SULTAN AGUNG SEMARANG

Disusun oleh :
FARIDA MAHANINGRUM
30101507448

Pembimbing :
dr. NAILI SOFI RIASARI, Sp. N

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
2020

DAFTAR MASALAH
NO MASALAH TGL NO MASALAH TGL
AKTIF INAKTIF
1 LBP 30-4-20 - - -
2 obesitas 30-4-20 - - -
3 Lasequa + 60 30-4-20 - - -
derajat
4 Patrik + 30-4-20 - - -
5 Kontra patrik + 30-4-20 - - -
6 x-foto 1-5-20 - - -
Gambaran
spondilosis
lumbal
7 1,3,4,5,6,7  1-5-20 - - -
spondilosis
lumbal

KASUS
Nama : Ny. S
Umur : 40 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Pedagang
Status : Menikah
Alamat : Lamper
Nomor CM : 012xxxxx--.--

SUBJEKTIF
Anamnesa: Dilakukan secara Alloanamnesa pada tanggal 1 Mei 2020, di
Ruang Poli Saraf pukul 13.00 WIB
KELUHAN UTAMA: Nyeri pinggang
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
 Onset : 6 bulan yang lalu
 Kualitas : nyeri dari punggung kanan dan kiri menjalar sampai ke bagian

kedua betis. Dalam 3 bulan terakhir sering kesemutan

 Kuantitas : aktivtitas pasien saat ini jadi terhambat, untuk berjalan


memerlukan tongkat, apabila sudah jalan terlalu jauh membuat nyerinya
kambuh. Aktivitas makan, minum, berpakaian sendiri masih bias.
 Faktor memperberat : ketika kedua kaki untuk aktivitas dan saat
angkat-angkat beban berat nyeri tambah memberat. Batuk (+) bersin(+)
mengejan (+)
 Faktor memperingan : Nyeri pinggang berkurang sedikit dengan
istirahat, sudah diberi obat namun nyerinya tidak pernah hilang.
 Gejala penyerta : sering terasa kesemutan (+), Batuk lama (-)
KRONOLOGI:
Pasien datang dengan keluhan nyeri di pinggang kiri yang menjalar
hingga ke tungkai kaki kiri sejak 1 bulan yang lalu. Nyeri terus-menerus
seperti ditusuk jarum, dirasakan bertambah berat dengan batuk, bersin,
mengejan dan perubahan posisi badan, atau di saat pasien berdiri lama dan
berjalan, pasien mengaku pada saat mau berwudhu posisi jongkok ,pasien
sulit kembali ke bentuk semula karena sulit nyeri pinggang yang
dirasakanya . Pasien merasa lebih nyaman apabila dalam posisi tidur dan
miring ke arah yang sakit. Pasien juga mengaku mempunyai masalah
terhadap berat badanya.
Awalnya pasien merasakan nyeri sejak tahun 2018 setelah
mengangkat barang berat saat bekerja. Namun setelah di obati, nyerinya
hilang dan pasien tidak pernah memeriksakan diri lagi. Buang air kecil
dan buang air besar tidak ada keluhan

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


 Riwayat dengan keluhan serupa : disangkal
 Riwayat darah tinggi : disangkal
 Riwayat penyakit ginjal : disangkal
 Riwayat TBC : disangkal
 Riwayat kencing manis :disangkal
 Riwayat penyakit jantung : disangkal
 Riwayat kejang : disangkal
 Riwayat trauma kepala : disangkal
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
 Riwayat keluarga dengan keluhan serupa : disangkal
 Riwayat darah tinggi : disangkal
 Riwayat penyakit ginjal : disangkal
 Riwayat TBC : disangkal
 Riwayat kencing manis :disangkal
 Riwayat penyakit jantung : disangkal
 Riwayat kejang : disangkal
 Riwayat trauma kepala : disangkal

RIWAYAT SOSIAL EKONOMI :


Biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS. Kesan ekonomi cukup.

OBJEKTIF
Status Presens (8 April 2020)
 Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
 Kesadaran : Composmentis GCS 8(E4V5M6)
 Tekanan Darah : 130/80 mmHg
 Nadi : 90x/menit
 RR : 20x/menit
 Suhu : 36,50C
 SpO2 : 100%
 NPS :6
 BB : 80kg
 TB : 142 cm

Pemeriksaan Fisik
 Kepala : Mesocephal
Wajah : simetris (+), edema (-)
Mata : simetris(+),lagoftalmus (-/-)conjungtiva anemis (-)
Telinga : sekret (-/-), nyeri tekan (-/-) simetris (+)
Mulut : sianosis (-)
Hidung : simetris (+), deviasi septum (-), sekret (-/-)
 Leher : Sikap : Normal
Pergerakan : Normal
Pembesaran KGB :Tidak ada
Nyeri tekan : (-)

STATUS INTERNUS
 Cor :
Inspeksi : IC tak tampak
Palpasi : IC kuat angkat
Perkusi : redup
Auskultasi : suara jantung I dan II reguler, murmur (-)
 Pulmo :
Inspeksi : simetris (+), retraksi (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor di lapang paru
Auskultasi : SDV (+/+), suara tambahan (-)
 Abdomen :
Inspeksi : datar, simetris
Palpasi : nyeri tekan (-), pembesaran hepar & lien (-)
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus dalam batas normal
 Ekstremitas :
Edema : superior (-/-), inferior (-/-)
Akral dingin: superior (-/-), inferior (-/-)
CRT : superior (<2s/<2s), inferior (<2s/<2s)
Status Neurologi
 GCS : E4V5M6
 Rangsang meningeal :
 Kaku kuduk : tidak dilakukan
 Kernig : tidak dilakukan
 Laseque : tidak dilakukan
 Brudzinski I-IV : tidak dilakukan

Nervus Kranialis Kanan Kiri

N. I (Olfactorius) N N

N.II (Opticus)
a. Daya penglihatan N N
b. Lapang pandang N N
c. Fundus okuli tidak dilakukan Tidak dilakukan

N.IV (Trochlearis) :
a. Gerak mata lateral bawah (+) (+)
b. Strabismus konvergen (-) (-)
c. Diplopia (-) (-)
N.III (Oculomotorius)
a. Ptosis (-) (-)
b. lagophtalmus (-) (-)
c. Gerak mata keatas dbn dbn
d. Gerak mata kebawah dbn dbn
e. Gerak mata media dbn dbn
f. Ukuran pupil 3mm 3mm
g. Bentuk pupil Bulat, reguler Bulat, regular
h. Reflek cahaya direct (+) (+)
i. Reflek cahaya indirect (+) (+)
j. Reflek akomodasi tidak dilakukan tidak dilakukan
k. Strabismus divergen (-) (-)
l. Diplopia (-) (-)

N.IV (Trochlearis) :
a. Gerak mata lateral bawah (+) (+)
b. Strabismus konvergen (-) (-)
c. Diplopia (-) (-)

N.V (Trigeminus)
a. Menggigit tidak dilakukan tidak dilakukan
b. Membuka mulut (+) (+)
c. Sensibilitas (+) (+)
d. Reflek kornea tidak dilakukan tidak dilakukan
e. Trismus (-) (-)

N.VI (Abducens)
a. Pergerakan mata (ke
(+) (+)
lateral)
(-) (-)
b. Strabismus konvergen
(-) (-)
c. Diplopia
N.VII (Facialis)
a. Mengerutkan dahi (+) (+)
b. Mengangkat alis (+) (+)
c. Menutup mata (+) (+)
d. Sudut mulut (+) (+)
e. Meringis (+) (+)
f. Mecucu/bersiul (+) (+)
g. Daya kecap 2/3 depan (+) (+)

N.VIII (Vestibulocochlearis)
a. Suara berbisik (+) (+)
b. Mendengarkan detik arloji tidak dilakukan tidak dilakukan
c. Tes rinne tidak dilakukan tidak dilakukan
d. Tes weber tidak dilakukan tidak dilakukan
e. Tes schwabach tidak dilakukan tidak dilakukan

N.IX (Glossopharyngeus)
a. Arkus faring N
b. Uvula N
c. Daya kecap 1/3 belakang N
d. Reflek muntah N
e. Sengau N
f. Tersedak N

N.X (Vagus)
a. Arkus faring N
b. Daya kecap 1/3 belakang N
c. Bersuara (+)
d. Menelan (+)

N.XI (Accesorius)
(+)
a. Memalingkan muka
dbn
b. Sikap bahu
dbn
c. Mengangkat bahu

N.XII (Hypoglossus)
a. Sikap lidah Normal
b. Menjulurkan lidah Ditengah
c. Artikulasi Jelas
Anggota Gerak Atas Kanan Kiri

Sistem motorik :    
Gerakan bebas bebas
Kekuatan 5 5
Tonus normotonus normotonus
Trofi normotrofi normotrofi
Klonus (-) (-)
   

Sistem sensorik :
Sensibilitas dbn dbn

Refleks Biceps ++ ++
Refleks Tromner (-) (-)

Anggota Gerak Bawah Kanan Kiri


Sistem motoric  

- Inspeksi Dropfoot (+) Dropfoot (+)


- Palpasi Kenyal Kenyal
- Gerakan terbatas terbatas
- Kekuatan 5 5
- Tonus Hypotonus hipotonus

- Trofi normotrofi normotrofi

- Klonus (-) (-)

Sistem Sensoris :

Sensibilitas

Reflek Fisiologi
+
- Refleks Patella +
+
- Refleks Achiles +
Reflek Patologis    

- Babinski (-) (-)


- Chaddock
(-) (-)

Tes Laseque
(+) 60o (+)60o
Tes Laseque silang
(+) (+)
Tes Patrik
(-) (-)
Tes Kontra Patrik
(+) (+)
 

PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan Laboratorium (darah rutin, GDS, ureum, creatinin,)
• X foto Lumbosacral AP Lateral

ASSESMENT
Diagnosis Klinis : Low Back Pain, Ischialgia sinistra et dextra (bilateral),
hipoastesi sesuai dermatome L4- S1, paraparese inferior
flaksid
Diagnosis topis : nervus vertebra dari L4- S1
Diagnosis etiologi : HNP

TERAPI
Medikamentosa
P/O Natrium Diklofenak 50 mg 2x1
P/O Gabapentin 100 mg 3x1
P/O Diazepam 2 mg 2x1
P/O Mecobalamin 500 mg 3x1

Non Medikamentosa :
Konsul Rehabilitasi Medik
Fisioterapi : SWD/ TENS
William Flexion Exercise + Mc Kenzie
Terapi okupasi
Terapi ortotik : pasang korset
Cognitive Behavior Therapy
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Sakit pinggang atau biasa dikenal dengan sebutan “low back pain”

(LBP) merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan gejala utama

berupa rasa nyeri atau perasaan lain yang tidak enak yang terjadi di daerah

punggung bagian bawah dan dapat menjalar ke kaki terutama bagian

belakang dan samping luar, umumnya merupakan masalah yang terjadi

karena gangguan pada otot bagian belakang.

Keluhan ini dapat demikian hebatnya sehingga seringkali pasien

mengalami kesulitan dalam setiap pergerakan dan pasien harus

beristirahat. LBP termasuk salah satu gangguan muskuloskeletal,

gangguan psikologis dan akibat dari mobilisasi yang salah. LBP

menyebabkan timbulnya rasa pegal, linu, ngilu, atau tidak enak pada

daerah lumboskaral dan sakroiliaka yang dapat ditimbulkan oleh berbagai

sebab, kadang-kadang disertai dengan penjalaran nyeri kearah tungkai dan

kaki. Nyeri punggung bawah lebih sering terjadi pada pekerja yang sehari-

harinya melakukan kegiatan mengangkat, memindahkan, mendorong atau

menarik benda berat.(1)

Etiologi

Etiologi low back pain (LBP) dapat dihubungkan dengan hal-hal sebagai

berikut :
1. Proses Degeneratif
Proses degeneratif, meliputi: spondilosis, spondilolistesis, HNP, stenosis

spinalis, osteoartritis. Perubahan degeneratif pada vertebrate lumbosakralis

dapat terjadi pada korpusvertebrae berikut arkus dan prosessus artikularis

serta ligamenta yang menghubungkan bagian-bagian ruas tulang belakang

satu dengan yang lain. Dulu proses ini dikenal sebagai osteoartrosis

deforman, tapi kini dinamakan spondilosis. Perubahan degeneratif ini juga

dapat menyerang annulus fibrosis diskus intervertebralis yang bila

tersobek dapat disusul dengan protusio diskus intervertebralis yang

akhirnya menimbulkan hernia nukleus pulposus (HNP). Unsur tulang

belakang lain yang sering dilanda proses degeneratif ini adalah kartilago

artikularis yang dikenal sebagai osteoartritis.

2. Penyakit Inflamasi

LBP akibat inflamasi terbagi 2 yaitu arthritis rematoid yang sering timbul

sebagai penyakit akut dengan ciri persendian keempat anggota gerak

terkena secara serentak atau selisih beberapa hari/minggu, dan yang kedua

adalah pada spondilitis angkilopoetika, dengan keluhan sakit punggung

dan sakit pinggang yang sifatnya pegal-kaku dan pada waktu dingin dan

sembab linu dan ngilu dirasakan.

3. Osteoporotik

Sakit pinggang pada orang tua dan jompo,terutama kaum wanita, seringkali

disebabkan oleh osteoporosis. Sakit bersifat pegal, tajam atau radikular.


4. Kelainan Kongenital

Anomali kongenital yang diperlihatkan oleh foto rontgen polos dari vertebrae

lumbosakralissering dianggap sebagai penyebab LBP meskipun tidak

selamanya benar.Contohnya adalah lumbalisasi atau adanya 6 bukan

5korpus vertebrae lumbalis merupakan variasi anatomik yang tidak

mengandung artipatologik. Demikian pula pada sakralisasi, yaitu adanya 4

bukan 5 korpus vertebrae lumbalis.

5. Gangguan Sirkulatorik

Aneurisma aorta abdominalis dapat membangkitkan LBP yang hebat dan dapat

menyerupai sprung back atau HNP. Gangguan sirkulatorik yang lain

adalah trombosis aorta terminalis yang perlu mendapat perhatian karena

mudah didiagnosa sebagai HNP. Gejalanya disebut sindrom Lerichie.

Nyeri dapat menjalar sampai bokong,belakang paha dan tungkai kedua

sisi.

6. Tumor

Dapat disebabkan oleh tumor jinak seperti osteoma, penyakit Paget,

osteoblastoma, hemangioma, neurinoma, meningioma. Atau tumor ganas

yang primer seperti myeloma multipel maupun sekunder seperti macam-

macam metastasis.

7. Toksik

Keracunan logam berat, misalnya radium.

8. Infeksi
Akut disebabkan oleh kuman piogenik (stafilokokus, streptokokus) dan kronik

contohnya pada spondilitis tuberculosis (penyakit Pott), jamur,

osteomielitis kronik.

9. Problem Psikoneurotik

Histeria atau depresi, malingering, LBP kompensatorik. LBP yang tidak

mempunyai dasar organik dan tidak sesuai dengan kerusakan jaringan atau

batas-batas anatomis.

Faktoresiko :

1. Faktor Resiko yang tidak dapat dirubah yakni umur, jenis kelamin, dan riwayat trauma
sebelumnya
2. Faktor resiko yang dapat diubah diantaranya pekerjaan dan aktivitas, olah raga tidak
teratur, latihan berat dalam jangka waktu yang lama, merokok, berat badan berlebih, batuk
lama dan berulang.(2)

Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis LBP berbeda-beda sesuai dengan etiologinya masing-masing

seperti beberapa contoh dibawah ini :

1. LBP akibat sikap yang salah

Sering dikeluhkan sebagai rasa pegal yang panas pada pinggang,

kaku dan tidak enak namun lokasi tidak jelas.Pemeriksaan fisik

menunjukkan otot-otot paraspinal agak spastik di daerah lumbal, namun


motalitas tulang belakang bagian lumbal masih sempurna, walaupun

hiperfleksi dan hiperekstensi dapat menimbulkan perasaan tidak enak.

Lordosis yang menonjol.Tidak ditemukan gangguan sensibilitas, motorik,

dan refleks pada tendon. Foto rontgen lumbosakral tidak memperlihatkan

kelainan yang relevan.

2. Pada Herniasi Diskus Lumbal

Nyeri punggung yang onsetnya perlahan-lahan, bersifat tumpul

atau terasa tidak enak, sering intermiten, walau kadang onsetnya

mendadak dan berat. Diperhebat oleh aktivitas atau pengerakan tenaga

serta mengedan, batuk atau bersin. Menghilang bila berbaring pada sisi

yang tidak terkena dengan tungkai yang sakit difleksikan. Sering terdapat

spasme refleks otot-otot paravertebrata yang menyebabkan nyeri sehingga

membuat pasien tidak dapat berdiri tegak secara penuh. Setelah periode

tertentu timbul skiatika atau iskialgia.

3. LBP pada Spondilosis

Kompresi radiks sulit dibedakan dengan yang disebabkan oleh

protrusi diskus, walaupun nyeri biasanya kurang menonjol pada

spondilisis. Dapat muncul distesia tanpa nyeri pada daerah distribusi

radiks yang terkena. Dapat disertai kelumpuhan otot dan gangguan reflex.

Terjadi pembentukan osteofit pada bagian sentral dari korpus vertebra

yang menekan medula spinalis. Kauda ekuina dapat terkena kompresi pada

daerah lumbal bila terdapat stenosis kanal lumbal.


4. LBP pada Spondilitis Tuberkulosis

Terdapat gejala klasik tuberkulosis seperti penurunan berat badan,

keringat malam,demam subfebris, kakeksia.Gejala ini seringtidak

menonjol.Pada lokasi infeksi sering ditemukan nyerivertebra/lokal dan

menghilang bila istirahat.Gejala dan tanda kompresi radiks atau medulla

spinalis terjadi pada 20% kasus (akibat absesdingin)Onset penyakit dapat

gradual atau mendadak (akibat kolaps vertebra dan kifosis). Diawali nyeri

radikular yang mengelilingi dadaatau perut, diikuti paraparesis yang

lambat launmakin memberat, spastisitas, klonus,hiperrefleksia dan refleks

Babinsky bilateral.Dapat ditemukan deformitas dan nyeri ketoktulang

vertebra.Penekanan mulai dari bagian anterior sehinggagejala klinis yang

muncul terutama gangguanmotorik.

5. LBP pada Spondilitis Ankilopoetika

Biasanya dirasakan pada usia 20 tahun. Tidak hilang dengan

istirahat dan tidak diperberat oleh gerakan. Pemeriksaan fisik

menunjukkan pembatasangerakan di sendi sakrolumbal dan seluruhtulang

belakang lumbal. Laju endap darah meninggi.Terjadi osifikasi ligamenta

interspinosa.(3)

Diagnosis

a. Anamnesis
Dalam menegakkan diagnosa perlu diperhatikan hal–hal seperti derajat nyeri,

stadium penyakit, lokasi nyeri dan faktor mekanik, derajat disfungsi,

faktor resiko dan pekerjaan, ada tidaknya trauma dan hasil pemeriksaan

penunjang.

Kapan mulai sakit, sebelumnya pernah tidak? Apakah nyeri diawali oleh suatu

kegiatan fisik tertentu? Apa pekerjaan sehari-hari? Adakah suatu trauma?

Dimana letak nyeri? (sebaiknya penderita sendiri yang disuruh

menunjukkan dimana letak nyerinya). Ada tidak penjalaran? Bagaimana

sifat nyeri? Apakah nyeri bertambah pada sikap tubuh tertentu? Apakah

bertambah pada kegiatan tertentu? Apakah nyeri berkurang pada waktu

istirahat? Adakah keluarga dengan riwayat penyakit serupa? Ada tidak

perubahan siklus haid, atau perdarahan pervaginam? Ada tidak gangguan

miksi dan defekasi atau penurunan libido?

Gambaran klinis

Nyeri punggung (back pain) pada regio yang terkena merupakan gejala

khas.Umumnya nyeri yang timbul berhubungan dengan aktivitas. Aktivitas

membuat nyeri makin bertambah buruk dan istirahat akan dapat

menguranginya. Spasme otot dan kekakuan dalam pergerakan tulang

belakang merupakan ciri spesifik. Gejala neurologis seperti nyeri pada

bokong dan otot hamstring tidak sering terjadi kecuali jika terdapatnya

bukti adanya subluksasi vertebra. Keadaan umum pasien biasanya baik

dan masalah tulang belakang umumnya tidak berhubungan dengan

penyakit atau kondisi lainnya.


b. Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi

Pada penderita dengan low back pain biasanya ditemukan antalgic

gait (cara berjalan seperti orang yang kesakitan), berdiri tidak tegak, tidak

bisa duduk lama. Inspeksi daerah punggung. Perhatikan jika ada lurus

tidaknya, lordosis, ada tidak jalur spasme otot para vertebral, deformitas,

kifosis, gibus.

2. Palpasi

Palpasi sepanjang kolumna vertebralis (ada tidaknya nyeri tekan

pada salah satu procesus spinosus, atau gibus/deformitas kecil dapat teraba

pada palpasi atau adanya spasme otot para vertebra).

Pemeriksaan Neurologik

Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah kasus nyeri pinggang

bawah adalah benar karena adanya gangguan saraf atau karena sebab yang

lain.

a. Pemeriksaan sensorik

Bila nyeri pinggang bawah disebabkan oleh gangguan pada salah satu saraf

tertentu maka biasanya dapat ditentukan adanya gangguan sensorik dengan

menentukan batas-batasnya, dengan demikian segmen yang terganggu

dapat diketahui.

b. Pemeriksaan motorik
Dengan mengetahui segmen otot mana yang lemah maka segmen mana yang

terganggu akan diketahui, misalnya lesi yang mengenai segmen L 4 maka

musculus tibialis anterior akan menurun kekuatannya.

c. Pemeriksaan refleks

Refleks tendon akan menurun pada atau menghilang pada lesi motor neuron

bawah dan meningkat pada lesi motor atas. Pada nyeri punggung bawah

yang disebabkan oleh HNP maka reflex tendon dari segmen yang terkena

akan menurun atau menghilang.

Test-test

i. Tes lasegue (straight leg raising). Tungkai difleksikan pada sendi coxae sedangkan
sendi lutut tetap lurus. Saraf ischiadicus akan tertarik. Bila nyeri pinggang dikarenakan
iritasi pasa saraf ini maka nyeri akan dirasakan pada sepanjang perjalanan saraf ini,
mulai dari pantat sampai ujung kaki.
ii. Crossed lasegue. Bila tes lasegue pada tungkai yang tidak sakit menyebabkan rasa
nyeri pada tungkai yang sakit maka dikatakan crossed lasegue positif.
iii. Tes kernig. Sama dengan lasegue hanya dilakukan dengan lutut fleksi, setelah sendi
coxae 90o dicoba untuk meluruskan sendi lutut.
iv. Patrick sign (FABERE sign). FABERE merupakan singkatan dari fleksi, abduksi,
external, rotasi, extensi. Pada tes ini penderita berbaring, tumit dari kaki yang satu
diletakkan pada sendi lutut pada tungkai yang lain. Setelah ini dilakukan penekanan
pada sendi lutut hingga terjadi rotasi keluar. Bila timbul rasa nyeri maka hal ini berarti
ada suatu sebab yang non neurologik misalnya coxitis.
v. Kontra Patrick sign. Cara melakukan tes ini yaitu tungkai dalam posisi fleksi sendi
lutut dan sendi panggul, kemudian lutut didorong ke medial, bila di sendi sakroiliaka
ada kelainan, maka di situ akan terasa nyeri.
vi. Bragard’s sign. Bragard’s sign merupakan tes lanjutan dari tes Lasegue (LSR). Jika
LSR positif (nyeri), turunkan kaki sedikit di bawah titik ketika LSR + (nyeri) dan
secara cepat dorsofleksikan pada pergelangan kaki. Jika nyeri (+) atau bertambah maka
Bragard’s sign (+).
vii. Sicard’s sign. Sicard’s sign merupakan tes lanjutan dari tes Lasegue (LSR). Jika LSR
positif (nyeri), turunkan kaki sedikit di bawah titik ketika LSR + (nyeri) dan secara
cepat dorsofleksikan ibu jari kaki tersebut. Jika nyeri (+) atau bertambah maka sicard’s
sign (+).
viii. Tes Naffziger. Dengan menekan kedua vena jugularis, maka tekanan LCS akan
meningkat, hal ini menyebabkan tekanan pada radiks bertambah, sehingga timbul nyeri
radikuler.
ix. Tes Valsava. Penderita disuruh menutup mulut dan hidung kemudian meniup
sekuatnya.
Dengan melakukan tes-tes ini, maka kita dapat menyingkirkan diagnosis banding

yang lain.(1,4,5)

Postur pasien biasanya normal, bilamana subluksasio yang terjadi

bersifat ringan.Dengan subluksasi berat, terdapat gangguan bentuk

postur.Pergerakan tulang belakang berkurang karena nyeri dan terdapatnya

spasme otot. Penyangga badan kadang-kadang memberikan rasa nyeri

pada pasien, dan nyeri umumnya terletak pada bagian dimana terdapatnya

pergeseran/keretakan, kadang nyeri tampak pada beberapa segmen distal

dari level/tingkat dimana lesi mulai timbul.(1,2)

Ketika pasien diletakkan pada posisi telungkup (prone) di atas

meja pemeriksaan, perasaan tidak nyaman atau nyeri dapat diidentifikasi

ketika palpasi dilakukan secara langsung diatas defek pada tulang

belakang. Nyeri dan kekakuan otot adalah hal yang sering dijumpai. Pada

banyak pasien, lokalisasi nyeri disekitar defek dapat sangat mudah

diketahui bila pasien diletakkan pada posisi lateral dan meletakkan kaki

mereka keatas seperti posisi fetus (fetal position). Defek dapat diketahui

pada posisi tersebut. Fleksi tulang belakang seperti itu membuat massa
otot paraspinal lebih tipis pada posisi tersebut. Pada beberapa pasien,

palpasi pada defek tersebut kadang-kadang sulit atau tidak mungkin

dilakukan. Pemeriksaan neurologis terhadap pasien dengan spondilolistesis

biasanya negatif. Fungsi berkemih dan defekasi biasanya normal,

terkecuali pada pasien dengan sindrom cauda equina yang berhubungan

dengan lesi derajat tinggi.(1,2)

Pemeriksaan Penunjang

 Darah rutin : tidak spesifik


 Urine rutin : tidak spesifik
 Liquor cerebrospinalis : biasanya normal. Jika terjadi blok akan didapatkan
peningkatan kadar protein ringan dengan adanya penyakit diskus. Kecil manfaatnya
untuk diagnosis.
 Myelogram mungkin disarankan untuk menjelaskan ukuran dan lokasi darihernia. Bila
operasi dipertimbangkan maka myelogram dilakukan untukmenentukan tingkat
protrusi diskus.
 MRI tulang belakang: bermanfaat untuk diagnosis kompresi medula spinalisatau kauda
ekuina. Alat ini sedikit kurang teliti daripada CT scan dalam halmengevaluasi
gangguan radiks saraf.
 Foto : foto rontgen tulang belakang. Pada penyakit diskus, foto ini normal
ataumemperlihatkan perubahan degeneratif dengan penyempitan sela invertebra dan
pembentukan osteofit.
 EMG : untuk membedakan kompresi radiks dari neuropati perifer
 Myelo-CT untuk melihat lokasi HNP

Penatalaksanaan

Langkah pertama adalah pemberian obat-obatan untuk mengurangi nyeri

tanpa menghiraukan penyebab dasar LBP.Sering dokter menggunakan satu


pengobatan atau kombinasi beberapa jenis pengobatan dalam rencana

terapi pada pasien, dengan pemberian analgetik untuk mengontrol nyeri.

Hal tersebut bervariasi dari pemberian ibuprofen hingga acetaminofen,

akan tetapi pada beberapa kasus berat, NSAIDs digunakan untuk

mengurangi pembengkakan dan inflamasi yang dapat terjadi.

Penanganan dapat dilakukan dalam beberapa langkah penatalaksanaan

diantaranya adalah:

1. Perawatan non-farmakologis.
Bed Rest mutlak di tempat tidur yang padat dengan posisi yang

relaks, lutut agak ditekuk dan di bawah pinggang untuk selama 2-3

minggu tergantung keparahannya.

2. Perawatan farmakologi
 Pemberian obat analgesik
 Obat-obatan NSAID
 Obat-obatan pelemas otot (muscle relaxant)
 Penenang minor atau major bila diperlukan
3. Pembedahan
 Discectomy : Membuang sebagian ataupun keseluruhan intervertebral dics.
 Laminotomy : Beberapa bagian lamina dibuang untuk mengurangi tekanan pada
saraf.
 Laminectomy: Membuang keseluruhan lamina.
4. Perubahan gaya hidup
 Melakukan pekerjaan sehari-hari secara ergonomic.
 Menurunkan berat badan
Program Rehabilitasi Medik

a. Medikamentosa
- Analgetik
- Transquilizer
- Neuroroborantia
b. Program Rehabilitasi Medik
Fisioterapi

- Terapi panas seperti : Infra red/hot packs


- Diatermi : MWD, SWD, USD
- Terapi listrik : TENS
- Traksi
Okupasi Terapi

- Latihan AKS
- Proper Body Mechanism
- Latihan dengan aktivitas

Ostetis Prostetis

- Pemakaian korset LSO (Lumbal Sacral Orthose). Fungsinya untuk mengontrol


postur spinal, mengurangi nyeri, mencegah cedera lebih lanjut, menghindarkan
gerakan yang berbahaya bagi spinal.
Psikolog

Mengadakan evaluasi dan mengobati gangguan mental akibat penyakit, untuk

meningkatkan motivasi serta berusaha mengatasi penyakitnya.

Evaluasi : - Gaya hidup penderita sebelum sakit

- Respons penderita terhadap stress sehari-hari


- Respons penderita terhadap penyakit
Petugas Sosial Medik

Petugas yang memberikan bantuan kepada penderita demi menghadapi masalah sosial yang

mempengaruhi penderita dalam hubungan dengan penyakit dan penyembuhan. (2,3,6)

Prognosis

Kebanyakan pasien penderita 80-90% akan membaik keadaannya

kepada aktivitas normal tanpa terapi yang agresif, dan dapat sembuh

sempurna dalam hitungan kira-kira 1-2 bulan. Tetapi sebagian kecil akan

berlanjut menjadi kronik nyeri punggung bawah walaupun telah menjalani

terapi. Dan bila berlanjut dengan adanya keluhan pada kontrol bowel dan

bladder maka perlu dipikirkan kembali untuk dilakukan tindakan bedah.

Pencegahan

Bekerja atau melakukan aktifitas dengan aman, menggunakan

teknik yang aman. Mengontrol berat badan bisa mencegah trauma

punggung atau pinggang pada beberapa orang.(1,2)

Pedoman Penatalaksanaan Nyeri Pinggang Bawah

Guideline Development Group (GDG) tidak menemukan

pengarahan yang khusus untuk penanganan nyeri punggung bawah pada

12 minggu pertama episode nyeri dikarenakan banyaknya penelitian pada

nyeri punggung bawah dengan durasi yang lebih lama. GDG merasa

bahwa pengarahan American College of Physicians/ American Pain

Society (ACP/APS) diperuntukan pada nyeri punggung bawah juga bisa


untuk penanganan pada pasien yang mengalami kekambuhan ataupun

tidak ada perbaikan. Maka dengan alasan ini GDG mengubah fokus

penanganan dan evaluasi nyeri pinggang bawah dibandingkan berdasarkan

waktunya. Gambar 1 dan 2 merupakan algoritma penanganan nyeri

punggung bawah secara medikamentosan dan non medikamentosa. (7)

Pembaruan

Pedoman ACP/APS dikeluarkan tahun 2007. Penulisnya dihubungi saat

maret 2011 dan diberitahukan bahwa saat itu belum ada bukti yang

dikeluarkan yang bisa mengganti pedoman dan rekomendasi tersebut.

GDG merekomendasikan ACP/APS melakukan evaluasi ulang tentang

pedoman terbaru sehingga setidaknya ada pembaruan dalam 2 tahun

berikutnya.(7)

Rekomendasi

Berikut adalah rekomendasi pedoman klinis dari ACP/APS. GDG

menyetujui rekomendasi berikutyang sudah terhubung dalam algoritmanya

(Gambar 1 dan Gambar 2). Rekomendasi berikutnya dilanjutkan pada

tahun 2009 dan 2011.(7)


Ischialgia
2.1 Definisi

Ischialgia adalah kondisi dimana ada rasa sakit, rasa lemah, rasa panas, dan
kesemutan di sepanjang kaki bagian belakang (sepanjang persyarafan Ischiadicus)
yang disebabkan oleh kompresi atau kecelakaan. Ischialgia memiliki banyak istilah
seperti Lumbosacral Radiculer Syndrome, nyeri pada akar syaraf, dan penjepitan akar
syaraf. Ischialgia biasanya terkait dengan faktor usia dan riwayat trauma. Pada
kondisi ini terdapat adanya keluhan nyeri, keterbatasan LGS, dan penurunan kekuatan
otot (Wibowo, 2013).
Ischialgia menyerang nervus Ischiadicus yang berasal dari radiks

posterior L4-S3. Ischialgia menimbulkan nyeri sepanjang distribusi

sensorik nervus Ischiadicus. Oleh karena itu, nyeri yang dialami sering

muncul pada bagian posterior paha dan lateral tungkai. Ischialgia dapat

disebabkan oleh prolapse discus intervertebralis dengan tekanan pada satu

atau dua akar nervus spinalis lumbalis bawah dan nervus sacralis, tekanan

pada plexus sacralis atau nervus ischiadicus oleh tumor intrapelvis,

peradangan pada nervus ischiadicus atau ramus terminalisnya (Snell,

2014).
2.2 Etiologi
Menurut Sidharta (1979) dalam Sanjaya (2014), ischialgia dibagi menjadi tiga yaitu:

2.2.1 Ischialgia sebagai perwujudan neuritis ischiadicus primer

Ischialgia akibat neuritis ischiadicus primer adalah ketika nervus ischiadicus


terkena proses radang. Tanda dan gejala utama neuritis ischiadicus primer adalah
nyeri yang dirasakan bertolak dari daerah sakrum dan sendi panggul, tepatnya di
foramen infra piriformis atau incisura ischiadica dan menjalar sepanjang perjalanan
nervus ischiadicus dan lanjutannya pada nervus peroneus dan tibialis. Nyeri tekan
ditemukan pada incisura ischiadica dan sepanjang spasium poplitea pada tahap akut,
juga 5
tendon archiles dan otot tibialis anterior dan peroneus longus terasa nyeri pada
penekanan. Kelemahan otot tidak seberat nyeri sepanjang tungkai. Karena nyeri itu
maka tungkai di fleksikan, apabila diluruskan nyeri bertambah hebat. Tanda-tanda
skoliosis kompensatorik sering dijumpai pada ischialgia jenis ini.

2.2.2 Ischialgia sebagai perwujudan entrapment radikulitis atau radikulopati

Pada ischialgia radikulopati merupakan akibat dari jebakan oleh tumor,


nukleus pulposus yang menjebol ke dalam kanalis vertebralis maupun osteofit atau
peradangan (rematois spondilitis angkilopoetika, herpes zoster, tuberkulosa) yang
bersifat menjerat dan terjadi radikulopati. Pola umum ischialgia adalah nyeri seperti
sakit gigi atau nyeri hebat yang dirasakan bertolak dari vertebra lumbosakralis dan
menjalar menurut perjalanan nervus ischiadicus dan lanjutannya pada nervus
peroneus atau nervus tibialis. Makin jauh ke tepi nyeri makin tidak begitu hebat,
namun parestesia atau hipoastesia sering dirasakan.

2.2.3 Ischialgia sebagai perwujudan entrapment neuritis

Unsur-unsur nervus ischiadicus yang dibawakan oleh nervus L4,

L5, S1, S2 dan S3 menyusun pleksus lumbosakralis yang berada di fasies

pelvina os sakri. Di situ pleksus melintasi garis sendi sakroiliaka dan

sedikit lebih distal membentuk nervus ischiadicus yang merupakan saraf

perifer terbesar. Selanjutnya dalam perjalanannya ke tepi nervus

ischiadicus dapat terjebak dalam bangunan-bangunan yang dilewatinya.

Pada pleksus lumbosacral dapat diinfiltrasi oleh sel-sel karsinoma ovarii,

karsinoma uteri atau sarcoma retroperineal.

2.3 Patofisiologi

Menurut Sidharta (1999) dalam Sanjaya (2014), vertebra manusia terdiri dari
cervikal, thorakal, lumbal, sakral, dan koksigis. Nervus ischiadicus adalah berkas
saraf yang meninggalkan pleksus lumbosakralis dan menuju foramen infrapiriformis
dan keluar pada permukaan tungkai di pertengahan lipatan pantat. Pada apeks
spasium poplitea nervus ischiadicus bercabang menjadi dua yaitu nervus perineus
komunis dan nervus tibialis. Ischialgia 6
timbul akibat perangsangan serabut-serabut sensorik yang berasal dari radiks
posterior lumbal 4 sampai sakral 3, dan ini dapat terjadi pada setiap bagian nervus
ischiadicus sebelum sampai pada permukaan belakang tungkai.

2.4 Tanda dan Gejala Klinis

Pada kasus ischialgia akibat spasme otot vertebra, m.piriformis,

m.hamstring dan m.gastrocnemius, nyeri berasal dari daerah pantat dan

menjalar menurut perjalanan n.ischiadicus dan selanjutnya pada n.tibialis

dan n.peroneus communis. Adanya nyeri tersebut membuat pasien enggan

menggerakkan badannya sehingga lama kelamaan akan menimbulkan

keterbatasan gerak dan kelemahan otot. Spasme otot sudah pasti terjadi

pada daerah m.piriformis karena pada kasus ini penyebabnya adalah

spasme m.piriformis . Namun akibatnya juga bisa menimbulkan spasme

pada otot lain. Pada m.Hamstring dan m.Gastrocnemius juga kadang lebih

tegang dari yang lain. Pada kasus ischialgia ini gangguan aktivitas terjadi

karena pada tungkai yang sakit mengalami penurunan kekuatan otot akibat

nyeri sehingga kaki yang sehat menjadi tumpuannya.


DAFTAR PUSTAKA

1. Angliadi LS, Sengkey L., Mogi TI., Gessal J. Low Back Pain. Dalam : Bahan
Kuliah Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Bagian Ilmu Kedokteran Fisik
dan Rehabilitasi FK UNSRAT. Manado. 2006. Hal: 79-90.
2. Nuatha A.A. Bgs. Ngr. Beberapa Segi Klinik Dalam Penatalaksanaan Nyeri
Pinggang Bawah. Downloaded from:
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/54_10_beberapa_segi
klinikdanpenatalaksanaannya. pdf.html. Mei 2014
3. Adelia, Rizma., 2007. Nyeri Pinggang/Low Back Pain.
Downloaded from : http://www.fkunsri.wordpress.com /2007/09/01/nyeri-
pinggang-low-back-pain/ Mei 2014.
4. Mansjoer, Arif, Et All. Ilmu Penyakit Saraf. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran.
Edisi III. Jakarta. Media Aesculapius. 2007. Hal: 5-59.
5. Mahar Marjono. Iskialgia Dalam: Neurologi Klinik Dasar. PT.Dian Rakyat.
Jakarta 2004;94-1001
6. Roger Chou, MD, and Laurie Hoyt Huffman, MS. (2007) Medications for Acute
and Chronic Low Back Pain: A Review of the Evidence for an American Pain
Society/American College of Physicians Clinical Practice Guideline. Annals of
Internal Medicine 147, 507-510
7. Guideline on the Evaluation and Management of Low Back Pain. Downloaded
from:
http://www.oregon.gov/oha/herc/EvidenceBasedGuidline/Guideline_on_the_Eva
luation_and_Management_of_Low_Back_Pain.pdfMei 2014.

Anda mungkin juga menyukai