Anda di halaman 1dari 19

GOTONG ROYONG PADA PROGRAM BANTUAN STIMULAN PEMULIHAN

SOSIAL DI MAMUJU, SULAWESI BARAT

MUTUAL AID STIMULANT RECOVERY ON SOCIAL ASSISTANCE PROGRAM AND


MUTUAL ASSISTANCE IN MAMUJU, WEST SULAWESI

Habibullah
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial RI
Jl. Dewi Sartika No. 200 Cawang III Jakarta Timur
Email: habibullah@kemsos.go.id

Bambang Pudjianto
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial RI
Jl. Dewi Sartika No. 200 Cawang III Jakarta Timur
Email: bambangaltaf@yahoo.co.id

Diterima: 24 Februari 2014, Direvisi: 20 Maret 2014, Disetujui: 6 April 2014

ABSTRAK
Gotong royong merupakan salah satu karakter masyarakat Indonesia, namun nilai-nilai
kegotongroyongan mulai memudar. Bantuan stimulan pemulihan sosial (bsps) merupakan bantuan tunai
yang diberikan kepada korban bencana untuk rehabilitasi/rekonstruksi/relokasi yang dilakukan oleh
masing-masing kelompok secara gotong royong. Oleh karena itu penelitian ini mengkaji gotong royong
pada pelaksanaan BSPS di Mamuju, Sulawaesi Barat. Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif, Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik: data sekunder, in-depth interview,
dan observasi. Berdasarkan hasil penelitian BSPS tidak mampu menumbuhkan kegiatan gotong royong
dalam kelompok penerima manfaat. Hal tersebut disebabkan tidak terbangunnya kebersamaan sesama
anggota, tidak terampilnya dalam membangun rumah, bahkan bantuan stimulan tersebut menimbulkan
kecemburuan pada masyarakat yang tidak menerima bantuan.
Kata Kunci: Bencana, komunitas, gotong royong.

ABSTRACT
Gotong royong (Mutual aid) is one among Indonesian people profile. However, its getting fade. Program
of Stimulants Aid for Social Recovery of the character of the people of Indonesia, but the values of gotong
royong began to fade. Bantuan stimulan pemulihan sosial ( stimulant for social recovery:BSPS) is a cash
assistance given to disaster victims for rehabilitation / reconstruction / relocation performed by each group
in gotong royong. Therefore, this study examines how the gotong royong contribute the gotong-royong in
the execution of programs BSPS in Mamuju, West Sulawesi. This study uses a qualitative approach, . dData
has been collected byApproach this study used a qualitative approach, data was collected in this study
using the technique: secondary data, in-depth interviews, and observation. Based on the research results
of programBSPS are not able to foster gotong royong activities in the beneficiary group. This is due to the
establishment of togetherness among members, not skilled in building the house, even the help of stimulants
cause jealousy on people who are not receiving assistance.

Gotong Royong pada Program Bantuan Stimulan Pemulihan Sosial di


17
Mamuju, Sulawesi Barat, Hal : 17 - 35
Keywords: Disaster; community, mutual aid. bangunan, rumah yang sudah dibangun dan
siap huni maupun bantuan berupa uang untuk
PENDAHULUAN
membangun kembali rumah yang sudah rusak.
Masyarakat Indonesia terkenal dengan
masyarakat yang suka tolong menolong Pemerintah melalui Kementerian Sosial RI
terutama dalam peristiwa-peristiwa penting telah lama melaksanakan bantuan perbaikan
dalam kehidupan seperti kelahiran, pernikahan rumah bagi korban bencana baik korban
dan kematian. Kegiatan tolong-menolong dan bencana alam maupun bencana sosial. Ada
gotong royong cukup menonjol juga ketika berbagai mekanisme pelaksanaan bantuan
keluarga atau tetangga mengalami musibah perumahan bagi korban bencana sebelumnya
akibat bencana baik itu bencana alam, bencana yaitu:
non-alam maupun bencana sosial. Bencana 1) Bantuan Bahan Bangunan Rumah (BBR),
alam adalah bencana yang diakibatkan oleh proses pengerjaan rehabilitasi rumah
peristiwa atau serangkaian peristiwa yang dikerjakan oleh korban bencana atau
disebabkan oleh alam, antara lain berupa masyarakat setempat.
gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
2) Bantuan Bahan Bangunan Rumah (BBR),
kekeringan, angin topan dan tanah longsor . proses pengerjaan rehabilitasi rumah
Ketika terjadi bencana, masyarakat sekitar dikerjakan oleh Tentara Nasional Indonesia.
dan keluarga saling tolong menolong dalam 3) Bantuan Bahan Bangunan Rumah (BBR),
penanganan bencana terutama pada tahap proses pengerjaan rehabilitasi rumah
tanggap darurat. Bantuan berupa bahan dikerjakan oleh pihak ketiga melalui proses
makanan, pakaian dan kebutuhan pokok lainnya tender.
merupakan jenis bantuan yang sering diberikan Namun berdasarkan hasil evaluasi
dan dibutuhkan pada saat tanggap darurat. Pada Bappenas, menyatakan bahwa nomenklatur
beberapa jenis bencana seperti tanah longsor program bantuan bahan bangunan rumah
dan gempa bumi, sering kali menyebabkan (BBR) kurang sesuai dengan core bussiness
kerusakan rumah. Padahal rumah merupakan Kementerian Sosial RI maka mulai tahun
unsur yang sangat menentukan keberlangsungan 2011 program tersebut mengalami perubahan
hidup manusia dan tidak hanya sekedar tempat dan terintegrasi menjadi program Bantuan
pertahanan hidup, rumah diperlukan sebagai Stimulan Pemulihan Sosial (BSPS) dengan
sebagai upaya pemenuhan kebutuhan akan nama Bantuan Stimulan Bahan Bangunan
keamanan, keselamatan, perlindungan dari Rumah (BBR) berupa uang melalui kelompok
iklim, pertahanan dari penyakit serta sebagai masyarakat penerima bantuan.
penghargaan martabat kemanusian (Sugiyanto,
Program BSPS ini diberikan kepada
2012, hal. 26).
masyarakat korban bencana alam yang rumahnya
Upaya rehabilitasi rumah pasca bencana rusak total/berat atau kepada masyarakat yang
biasanya dilakukan sendiri oleh korban bencana. tinggal di daerah rawan bencana yang mau/
Namun ketika korban bencana tersebut tidak bersedia untuk direlokasi dengan maksud untuk
mampu melakukan sendiri rehabilitasi rumah meringankan beban di dalam memperbaiki/
tersebut maka memerlukan bantuan dari pihak membangun kembali rumahnya. Ada perubahan
lain (masyarakat dan pemerintah). Bantuan kebijakan program yaitu bentuk stimulan
dari pihak lain tersebut dapat berupa bahan pada awal bentuknya berupa bantuan bahan

18 SOSIO KONSEPSIA Vol. 3, No. 2, Januari - April, Tahun 2014


bangunan untuk tiang, dinding, atap, lantai, baik (lokal/non lokal)
dan pintu/jendela. Pada saat ini program 4) Pelaksanaan rehabilitasi/rekonstruksi/
bantuan stimulan tersebut berupa uang melalui relokasi rumah korban bencana alam
kelompok masyarakat penerima bantuan. dilakukan oleh masing-masing kelompok
Besaran bantuan stimulan tersebut maksimal secara gotong royong
Rp. 25.000.000,- /unit rumah yang sebelumnya 5) Meringankan beban penderitaan korban
sebesar Rp. 5.000.000,- s/d Rp. 15.000.000,-/ bencana
unit rumah. (Direktorat Perlindungan Sosial
Salah satu prinsip program yaitu pelaksanaan/
Korban Bencana Alam, 2011).
rekonstruksi/relokasi rumah korban bencana
Menurut petunjuk teknis program maka alam dilakukan oleh masing-masing kelompok
yang menjadi sasaran program yaitu: secara gotong royong. Dengan demikian
proses pengerjaan rumah diharapkan melalui
1) Keluarga/Masyarakat korban bencana alam
gotong royong oleh masing-masing kelompok
yang rumahnya mengalami kerusakan dan
penerima bantuan.
masih dalam keadaan belum diperbaiki
serta mau menerima bantuan BBR, terutama Namun pada pelaksanaannya untuk
bagi korban bencana yang kondisi sosial membangun rumah secara gotong royong
ekonominya tergolong tidak mampu. bagi penerima bantuan BSPS tidaklah mudah
2) Keluarga/Masyarakat yang bermukim dilaksanakan. Salah satu penyebabnya nilai-
di daerah rawan bencana alam dan mau nilai kegotongroyongan yang ada di masyarakat
direlokasi/dipindahkan/dimukimkan ke Indonesia semakin memudar, seiring dengan
daerah yang lebih aman dari ancaman perubahan sosial dan modernisasi masyarakat
bencana alam.
Indonesia yang semakin individualis. Oleh
3) Pemerintah daerah Kabupaten/Kota lokasi karena itu penelitian ini mengkaji gotong
penerima bantuan (BBR) yang menyediakan royong pada pelaksanaan BSPS di Kabupaten
dana sharing dan atau lahan relokasi. Mamuju Provinsi Sulawaesi Barat. Diharapkan
Dengan demikian program BSPS tidak hasil penelitian memberikan manfaat bagi
hanya ditujukan kepada keluarga/ masyarakat implementasi bantuan stimulan pemulihan
korban bencana akan tetapi juga ditujukan sosial.
kepada keluarga/masyarakat yang tinggal di
Penelitian ini menggunakan pendekatan
daerah rawan bencana dan mau direlokasi ke
kualitatif, melalui data kualitatif akan diperoleh
daerah yang lebih aman. Pada skema relokasi
gambaran yang detail mengenai situasi,
juga diharapkan ada kontribusi dari pemerintah
kejadian, orang-orang, interaksi dan pengamatan
daerah untuk menyediakan dana sharing dan
perilaku, kutipan langsung dari orang-orang
atau lahan untuk relokasi.
tentang pengalaman, sikap, keyakinan dan
Prinsip dalam pelaksanaan program, yaitu: pemikiran mereka, serta mengutip sebagian atau
keseluruhan isi dokumen, koresponden, arsip
1) Tepat sasaran, tepat waktu dan tepat
dan riwayat kasus. Data kualitatif dikumpulkan
bangunan
tanpa menetapkan kategori berupa aneka
2) Cepat dalam pelaksanaan pemberian pilihan tanggapan berupa kuesioner (Patton,
bantuan stimulan BBR
1997:273).
3) Mutu bahan bangunan rumah berkualitas

Gotong Royong pada Program Bantuan Stimulan Pemulihan Sosial di


19
Mamuju, Sulawesi Barat, Hal : 17 - 35
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten (Bali) menyebutnya Sekaha, Orang Kepulauan
Mamuju Provinsi Sulawesi Barat, pemilihan Kei (Maluku Tenggara) menyebutnya Masohi,
informan menggunakan teknik purposive Orang Jawa menyebutnya Sambatan, dan masih
sampling yaitu menggunakan informan yang banyak sebutan lain yang ditujukan kepada
terpilih benar-benar menguasai permasalahan, gotong-royong, mengingat jumlah suku bangsa
yakni dapat menceritakan pengalaman mengenai yang ada di Indonesia relatif baik (Melalatoa,
program BSPS dan gotong royong agar 1985).
informan yang terpilih benar-benar menguasai
Sedangkan dalam perspektif antropologi
permasalahan. Adapun informan penelitian
pembangunan, gotong-royong didefinisikan
ini adalah 1). Penerima Bantuan BSPS, 2).
sebagai pengerahan tenaga manusia tanpa
Tokoh Masyarakat, 3). Aparat Pemerintah
bayaran untuk suatu proyek atau pekerjaan yang
Daerah Kabupaten/Provinsi dan 4). Pejabat
bermanfaat bagi umum atau yang berguna bagi
Kementerian Sosial RI yang bertanggung jawab
pembangunan (Koentjaraningrat, 1974:60).
terhadap pelaksanaan BSPS.
Kehidupan gotong royong banyak ditemukan
Pengumpulan data pada penelitian ini pada masyarakat yang berakar pada tradisi
menggunakan teknik: data sekunder, in-depth pertanian pedesaan atau agraris, yang disebut
interview, dan observasi. Sebagai usaha untuk Eric Wolf dengan istilah peasant commmunity.
meningkatkan kualitas penelitian kualitatif Tradisi pertanian mengharuskan masyarakat
maka digunakan triangulasi. Triangulasi petani untuk saling bekerja sama sejak mulai
dilakukan dengan cara mengecek antara data menyemai bibit, menanamnya, merawatnya
yang satu dengan data yang lainnya. Data yang hingga memanennya. Gotong royong juga
dimaksudkan antara lain berasal dari hasil diperlukan oleh masyarakat petani yang
wawancara dengan observasi dan data sekunder. sebagian besar hidupnya dilakukan dengan
Dengan kata lain, triangulasi ini digunakan cara subsisten yang orientasi ekonominya baru
untuk mendapatkan kepastian data yang didapat sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup
atau untuk mendapatkan gambaran yang lebih minimalnya. Gotong royong menjadi cara
lengkap mengenai data dan informasi. hidup, bertahan hidup dan berelasi di dalam
masyarakat agraris yang berbentuk masyarakat
Kegiatan ke-gotong-royongan merupakan paguyuban atau dalam istilah Ferdinand Tonnies
salah satu karakteristik atau watak khas disebut dengan masyarakat gemeinschaft
bangsa Indonesia (Bintarto, 1980). Sebagai (Soekanto, 1982: 116)
karakteristik bangsa Indonesia, maka kegiatan
gotong royong tersebut akan dapat ditemukan Gotong royong berkaitan dengan konsep
pada semua masyarakat di Indonesia, meskipun pertukaran yang pada dasarnya dapat
dengan nama atau istilah yang berbeda–beda. dimasukkan sebagai pertukaran secara umum
Orang Batak menyebutnya Dalihan na tolu, yaitu:
Orang Tapanuli menyebutnya Marsiuripan, 1). Tolong menolong, biasanya berkaitan
Minahasa menyebutnya Mapulus kobeng, dengan sistem ketetanggaan atau apabila
Madura disebut Long tinolong, Jawa Barat terjadi bencana alam yang bisa berakibat
disebut Liliuran, Sumatera Barat disebut Julo- kepada seluruh anggota masyarakat,
julo, Sumba disebut Pawonda, Orang Makassar sehingga perlu dilakukan keterlibatan
menyebutnya Mapalus, Orang Lampung anggota masyarakat lainnya yang satu desa
menyebutnya Nemui Nyimah, Orang Trunyan atau satu wilayah tertentu.

20 SOSIO KONSEPSIA Vol. 3, No. 2, Januari - April, Tahun 2014


2). Saling tolong, biasanya berkaitan dengan tradisi dan perlu diupacarakan agar dapat
aktivitas sosial berkenaan dengan berfungsi kembali. Solidaritas mekanik ini
aktivitas kerabat seperti perkawinan, biasanya tanpa disadari mengikat anggota-
kematian. Adanya satu keluarga yang akan anggotanya agar taat pada aturan yang
menikahkan anaknya, maka warga lainnya melingkupinya, dalam menjalankan aturan-
akan menolong dia dengan beberapa aturan yang dianggap sebagai adat istiadat
imbalan ketika nanti tetangganya tersebut maka diperlukan seseorang yang dianggap
melakukan hajad yang sama maka akan sebagai orang yang paling mengetahui
ditolong juga oleh yang dia tolong pada aturan-aturan tersebut serta orang yang
saat sekarang, begitu juga dengan adanya berhak untuk memutuskan sanksi terhadap
kematian, maka tetangga lainnya akan pelanggaran terhadap aturan yang berlaku.
melakukan pertolongan membantu keluarga Aturan-aturan yang berlaku meurpakan
yang sedang terkena musibah kematian. aturan yang selalu menjadi acuan dalam
3). Kerja bakti berkaitan dengan keadaan kondisi bertingkah laku dan biasanya disebut
wilayah tempat tingga yang melibatkan sebagai sebuah tradisi yang terus menerus
semua atau hampir semua warga desa untuk dilaksanakan perwujudannya oleh para
melakukan kegiatan yang sama dan bisa saja anggota.
hanya membatu tenaga, ada juga yang air 2). Solidaritas organik, lebih kentara tergambar
minum, rokok dan lainnya sehingga dalam di perkotaan dimana diversitas pekerjaan
kegiatan ini tidak ada pamrih apapun karena sangat besar, masing-masing individu
berkaitan dengan tempat tinggal mereka menyadari betul fungsinya masing-masing
bersama (Rudito, 2014). dalam sebuah komuniti, sehingga pedoman
yang menjadi acuan lebih merupakan
Gotong-royong sebagai solidaritas sosial
sebuah sistem yang berfungsi antar
yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
individu satu dengan lainnya dalam sebuah
Solidaritas sosial yang dimaksud disini adalah
komuniti. Pelanggaran terhadap aturan
suatu ikatan pengelompokkan antar individu atau pedoman bisa terjadi dan biasanya
yang diikat oleh adanya aturan ataukan adanya individu si pelanggar akan dikenai sanksi
kebutuhan antar masing-masing individu. formal atau akan didiskriminasi oleh
Solidaritas sosial dibedakan menjadi: kelompoknya, dan alasan ini masuk akal
karena sanksinya jelas yaitu adanya hukum
1). Solidaritas mekanik, lebih cenderung
formal.Pelanggaran terhadap aturan dalam
menguasai kehidupan sosial di pedesaan,
solidaritas organik dapat menyebabkan
dijelaskan bahwa masyarakat pedesaan
fungsi antara masing-masing anggota akan
lebih mengutamakan pedoman yang
terhenti dan bahkan dapat menyebabkan
menjadi acuan bagi tindakannya, dan
kekacauan dalam hubungan antara satu
bahkan tidak sadar akan fungsinya mengapa
unit dengan unit lainnya. Dalam solidaritas
mereka harus melakukan tindakan seperti
organik, kebebasan masing-masing unsur
itu, misalnya gotong royong di pedesaan.
dalam sebuah sistem menjadi hak mutlak
Dalam solidaritas mekanik, pedoman
dari unsur tersebut, hal ini berkaitan dengan
yang mengatur interaksi antar anggota
kapasitas dari unit atau unsur tersebut dalam
komuniti sangat kuat mengatur individu-
berfungsi terhadap lainnya.terutama mereka
individunya dan bahkan diberikan norma
yang membentuk komunitas-komunitas,
yang bersifat sakral, artinya apabila terjadi
karena dalam komunitas seperti ini akan
penyimpangan tindakan terhadap pedoman
terlihat dengan jelas (Rudito, 2014).
maka individu tersebut dianggap melanggar

Gotong Royong pada Program Bantuan Stimulan Pemulihan Sosial di


21
Mamuju, Sulawesi Barat, Hal : 17 - 35
Pada alur penanggulangan bencana, mereka sendiri. Dalam konteks Pengurangan
berbagai konsep gotong royong diadopsi Resiko Bencana (PRB), PRB Berbasis
melalui pengurangan resiko berbasis komunitas. Komunitas (PRBBK) dimaknai sebagai
Pada bidang pembangunan, setiap pekerjaan program pengurangan risiko bencana, di mana
yang dilakukan di tingkat komunitas kemudian komunitas yang melakukan kajian risiko,
disebut berbasis komunitas (community based), menyusun rencana, dan mengelola aksi. Peran
dengan maksud membedakannya dengan pihak luar hanya selaku fasilitator. Bobot
pekerjaan di belakang meja dan advokasi keterlibatan mereka bervariasi tergantung
kebijakan pemerintah. Dalam arti sempit, tahapan suatu program. Meskipun memiliki
community-based sering dimaknai service banyak versi, definisi PRBBK pada dasarnya
delivery atau penyediaan layanan untuk adalah upaya pemberdayaan komunitas atau
komunitas. masyarakat di daerah rawan bencana untuk
merencanakan, memanfaatkan sumber daya
Secara umum, pekerjaan di tingkat
lokal, dan menerapkan prinsip pengurangan
komunitas bisa dibedakan menjadi dua, yaitu
risiko bencana. Adapun pemerintah dan lembaga
pertama sebagai sebuah kegiatan oleh pihak
non pemerintah hanya berperan membantu agar
luar untuk komunitas (intervensi ke komunitas)
komunitas dapat menghadapi risiko bencana
dan kedua, kegiatan dengan oleh masyarakat
dengan sebaik-baiknya.
(community-managed) atau pihak luar, selama
kegiatan itu berlangsung di akar rumput, tetap Di tingkat global, konsep PRBBK sendiri
banyak disebut berbasis komunitas. mulai muncul sebagai alternatif penanganan
bencana pada sekitar tahun 1980-an dan
Pada bidang pekerjaan sosial, istilah
1990-an. Ini setelah makin jelas bahwa
intervensi jarang digunakan, sekalipun campur
pendekatan top-down dan karitatif yang
tangan pihak luar untuk mengadakan perubahan
semula mendominasi praktik penanganan
dalam suatu komunitas tidak diharamkan.
bencana gagal memenuhi kebutuhan komunitas
Perbedaannya adalah campur tangan dilakukan
yang rentan terhadap bencana, dengan kerap
atas persetujuan komunitas yang bersangkutan.
mengabaikan kapasitas dan sumber daya
Dengan kata lain, perlu proses penyadaran
lokal. PRBBK mendorong keterlibatan aktif
bahwa mereka membutuhkan campur tangan
komunitas di seluruh tahap pengurangan risiko
pihak luar. Untuk itu, kalangan pekerja sosial
bencana. Tujuannya mengurangi kerentanan
lebih suka memakai istilah pendampingan
serta meningkatkan kapasitas masyarakat untuk
komunitas, ketimbang intervensi komunitas.
mencegah atau menekan potensi kerugian dan
Dengan mengingat dua pengertian mengenai
kerusakan akibat bencana terhadap kehidupan,
komunitas dan berbasis komunitas di atas,
tempat tinggal, mata pencaharian, dan
kegiatan berbasis komunitas bisa dimaknai
lingkungan. PRBBK diharapkan mengurangi
sebagai upaya untuk melakukan perubahan
korban manusia dan nilai kerugian, sembari
dalam komunitas dengan fasilitasi pihak
mempercepat pemulihan. (Yon)
eksternal dan dikelola oleh komunitas itu
sendiri. Pemberian bantuan stimulan pemulihan
sosial berupa uang untuk perbaikan rumah
Program berbasis komunitas dikembangkan
korban bencana memiliki kelebihan dan
dari prinsip komunitas. Komunitas dapat dan
kekurangan dibanding dengan bantuan berupa
seharusnya dimampukan mengkaji realitas
barang. Manfaat utama dari bantuan tunai

22 SOSIO KONSEPSIA Vol. 3, No. 2, Januari - April, Tahun 2014


adalah bantuan tunai tidak secara langsung perbedaan keinginan dan selera rumah tangga.
mendistorsi harga. Manfaat kedua, bantuan Sedangkan voucher tidak luput dari kelemahan
tunai dapat menstabilkan perekonomian makro, yang sama. Jika voucher dimaksudkan sebagai
sejauh sasaran bantuan tersebut meningkat alat untuk mendapatkan sejumlah barang yang
ketika perekonomian melemah dan menurun telah ditetapkan oleh pemerintah, maka jenis
ketika perekonomian mulai pulih. Lebih jauh intervensi ini akan menghadapi masalah yang
lagi, ketika sarana administratif telah ada, sama dengan in-kind transfer. Jika voucher
biaya menjalankan program transfer tunai lebih disalurkan melalui jalur distribusi resmi, maka
rendah daripada menyediakan bantuan dalam tidak menguntungkan bagi jalur distribusi lain
bentuk barang ataupun jasa. yang tidak ditunjuk oleh pemerintah.

Berbeda dengan subsidi konsumsi, program PROFIL LOKASI PENELITIAN


bantuan tunai biasanya tidak dipengaruhi
Desa Tampalang merupakan lokasi
oleh harga barang atau biaya hidup, membuat
penelitian merupakan adalah salah satu desa
program semacam ini terlindungi dari
di Kecamatan Tapalang Kabupaten Mamuju
melonjaknya inflasi atau harga barang-barang.
Provinsi Sulawesi Barat. Jarak dari Desa
Dari sudut pandang penerima, bantuan tunai
Tampalang ke Ibukota Provinsi Sulawesi
memberikan mereka kebebasan pilihan dalam
Barat dan Kabupaten Mamuju 30 KM. Posisi
penggunaan bantuan yang mereka terima
desa relatif strategis yaitu dilewati Jalan Trans
untuk meningkatkan kesejahteraan mereka dan
Sulawesi (Mamuju-Majene). Posisi desa
memberi mereka tingkat kepuasan yang lebih
berada di pesisir barat Pulau Sulawesi dengan
pada setiap tingkatan pendapatan dibandingkan
ketinggian 0-500 meter diatas permukaan laut.
dengan bantuan dalam bentuk natura.
Batas wilayah desa: Utara Desa Takadeang,
Disamping itu, penyedia dana program ini
Selatan: Selat Makassar, Barat: Desa Oro Batu
merasakan stigma yang berkurang yang terkait
dan Timur: Kelurahan Galung.
dengan program ini (Habibullah, 2011).
Pada tahun 2012 jumlah penduduk desa
Hal yang sama diungkapkan DFID yang
Tampalang sebesar 2.412 jiwa terdiri dari
membandingkan bantuan tunai dengan bantuan
1.192 laki-laki dan 1.220 perempuan dengan
jenis lain, intervensi bantuan uang tunai
584 Kepala Keluarga. Penduduk desa tersebut
dipandang lebih baik daripada alternatif lain
bermukim menyebar di 6 Dusun yaitu:
dari program pengentasan kemiskinan seperti
Tappalang, Tanoa, Taparia, Pimpoang, Lenang
pemberian barang (in-kind transfer), pemberian
dan Ramdaman. Mayoritas penduduknya
voucher, atau perbaikan sisi penawaran layanan
beragama Islam dan hanya 3 orang yang
publik (DFID 2005). In-kind transfer, dimana
beragama kristen.
pemerintah menyalurkan barang kebutuhan
kelompok masyarakat miskin secara massal, Laut dan Jalan Trans Sulawesi merupakan
menghambat perkembangan sektor usaha, obyek penting dan merupakan salah satu
sedemikian sehingga hanya menguntungkan sumber penghidupan bagi mereka. Laut
bagi sektor usaha yang memproduksi merupakan sumber penghidupan bagi yang
sekelompok barang yang telah ditetapkan bekerja sebagai nelayan sedangkan Jalan Trans
pemerintah. Penetapan jenis dan spesifikasi Sulawesi merupakan sumber penghidupan bagi
barang itu sendiri akan menjadi masalah karena yang bekerja sebagai pedagang/toko kelontong,
hampir pasti sulit untuk memuaskan seluruh rumah makan, tambal ban, dan lain-lain.

Gotong Royong pada Program Bantuan Stimulan Pemulihan Sosial di


23
Mamuju, Sulawesi Barat, Hal : 17 - 35
Sehingga pola permukiman penduduk berada bagi keturunan bangsawan adat.
diantara Laut dan Jalan Trans Sulawesi.
Gelombang pasang dan abrasi pantai
Pola permukiman tersebut tidak terlepas merupakan jenis bencana yang mengancam
dengan suku bangsa yang mendominasi di masyarakat desa Tampalang. Sebelum
Desa Tampalang yaitu Suku Mandar. Suku tahun 2009, gelombang pasang dan abrasi
Mandar masih berkerabat dengan suku Bugis pantai bukan suatu bencana bagi masyarakat
dan Makassar, karena terdapat kedekatan dalam desa Tampalang. Malahan menjadi berkah
segi asal-usul sejarah, budaya dan bahasa. karena setiap gelombang pasang tersebut
Suku Mandar ini termasuk salah satu suku membawa banyak ikan. Mata pencaharian
yang suka hidup di laut, termasuk salah satu nelayan merupakan mata pencaharian utama
suku bahari, tapi mereka berbeda dengan suku masyarakat desa Tampalang. Masyarakat desa
Bajo dan suku-suku laut. Permukiman mereka Tampalang mengenal istilah Penambe yaitu
kebanyakan berhadapan langsung dengan laut cara menangkap ikan yang dilakukan oleh
lepas. Mereka menganggap lautan sebagai masyarakat desa Tampalang dengan mengepung
rumah dan ladang untuk mencari sumber ikan dengan jaring-jaring yang dilakukan secara
kehidupan. Mayoritas suku Mandar adalah berkelompok.
pemeluk agama Islam yang taat, diperkirakan
Namun sejak tahun 2009, gelombang
sekitar 90 persen adalah pemeluk agama Islam,
pasang dan abrasi pantai mulai mengancam
sedangkan pemeluk agama lain hanya sebesar
permukiman penduduk. Sebelum tahun 2009,
10 persen. Beberapa tradisi adat dan budaya
terdapat tiga lapis permukiman antara pantai
suku Mandar banyak dipengaruhi oleh budaya
dengan jalan trans sulawesi akibat terjadi abrasi
Islam.
pantai saat ini hanya terdapat 1 lapis permukiman.
Suku Mandar dalam kehidupan sehari- Menurut pihak BPBD Kabupaten Mamuju dan
hari untuk bertahan hidup, mayoritas adalah Kepala dan tokoh masyarakat desa Tampalang
berprofesi sebagai nelayan. Mereka menangkap penyebab meningkatnya ancaman abrasi pantai
ikan dengan perahu-perahu layar berukuran tersebut disebabkan oleh: 1). Secara geografis
kecil selama beberapa hari. Mereka pandai berbatasan langsung dengan selat makasar tanpa
menentukan kapan harus melaut sesuai dengan ada pulau-pulau kecil sebagai pemecah ombak.
kondisi angin dan cuaca yang akan mereka 2). Terjadinya perubahan muara sungai tamoa
hadapi di tengah laut. Selain itu beberapa ada dan 3). Meningginya permukaan air laut yang
juga yang berprofesi sebagai pedagang. Di disebabkan perubahan iklim global. Kejadian
halaman rumah, mereka memelihara beberapa bencana cukup besar terjadi pada tahun 2009,
hewan ternak untuk melengkapi kebutuhan 2010 dan 2011. Angin dan gelombang pasang
daging bagi keluarga mereka (Mpuh, 14). biasanya terjadi pada bulan September-Maret.

Suku Mandar ini mengenal sistem pelapisan Gotong Royong di Desa Tampalang
sosial yaitu lapisan atas yang terdiri dari kaum
Selama ini gotong royong di Desa
bangsawan yang disebut juga dengan Todiang
Tampalang Kecamatan Tapalang dianggap
Laiyana, golongan orang kebanyakan atau
sebagai suatu kearifan lokal di wilayah Mamuju
Tau Maradika, dan lapisan budak yaitu Batua.
yang diwariskan secara turun temurun di setiap
Golongan bangsawan mempunyai gelar Daeng
generasi kehidupan sebelumnya. Istilah gotong
untuk keturunan bangsawan raja dan Puang
royong termasuk di lokasi penelitian dapat

24 SOSIO KONSEPSIA Vol. 3, No. 2, Januari - April, Tahun 2014


dimaknai sebagai bekerja bersama-sama dalam kecilnya rumah di Mandar ditentukan dari
menyelesaikan pekerjaan dan secara bersama- jumlah tiang rumah (arriang). Pada umumnya
sama menikmati hasil pekerjaan tersebut jumlah tiang rumah di Mandar berjumlah 9
secara adil, atau merupakan suatu usaha atau (paling kecil), 12, 16, 20 dan 25. Ini belum
pekerjaan yang dilakukan tanpa pamrih dan termasuk dapur (paceko) dan teras rumah
secara sukarela oleh semua warga Tampalang (sondo-sondong). Proses pembangunan dimulai
menurut batas kemampuannya masing-masing dengan pembuatan tiang rumah (arriang)
atau dengan kata lain gotong royong dapat sesuai dengan jumlah tiang rumah yang akan
dimaknai sebagai saling menolong untuk dibuat. Kemudian kepala tukang akan memilih
mengerjakan sesuatu, khususnya sesuatu yang salah satu tiag dengan kualitas yang baik untuk
bermakna sosial. dijadikan sebagai tiang pusat (papposi’). Selain
tiang rumah (arriang) pada fase ini juga dibuat
Masyarakat desa Tampalang seperti
struktur rangka rumah lainya sehingga kerangka
masyarakat Indonesia umumnya, juga sering
rumah dapat berdiri dengan sempurna.Kerangka
melaksanakan kegiatan gotong-royong baik
rumah yang telah berdiri sempurna, pada tiang
dalam bentuk tolong menolong dan maupun
pusat (papposi’) akan dipasangi beberapa
kerja bakti. Pada kegiatan tolong menolong
sajian seperti pisang yang masih utuh tangkai
dilaksanakan ketika terjadi peristiwa-peristiwa
dan sebagian batangnya. (Sumobal, 2014)
penting dalam kehidupan seperti pada
saat penyelenggaraan upacara pernikahan, Berat rumah bisa mencapai puluhan ton
kematian, sunatan, maupun ketika salah satu namun dapat dipindahkan secara bersama-sama
warga mengalami bencana. Masyarakat desa tanpa bantuan alat berat apapun. Budaya gotong
Tampalang akan secara sukarela membantu royong ini sudah berlangsung sejak lama. Proses
warga yang lain sehingga beban yang diderita memindahkan rumah (maakke’boyang) sering
oleh warga tersebut terasa ringan. Tolong dilaksanakan setelah sholah jumat. Semua laki-
menolong dilakukan secara sukarela untuk laki (remaja sampai yang tua) setelah selesai sholat
membantu orang lain, tetapi ada suatu kewajiban jumat semua laki-laki akan langsung berkumpul
sosial yang memaksa secara moral bagi dan mengambil peran masing-masing. Dengan
seseorang yang telah mendapat pertolongan satu komando, rumah akan segerah berpindah.
tersebut untuk kembali menolong orang yang Pada proses proses pemindahan rumah ada
pernah menolongnya, sehingga saling tolong yang unik, yaitu menu ule-ule (bubur kacang
menolong ini menjadi meluas tanpa melihat ijo) yang selalu menjadi menu wajib setelah
orang yang pernah menolongnya atau tidak. proses pemidahan rumah. Namun sayang, proses
pemindahan rumah (maakke’boyang) sudah
Pada proses pembangunan rumah di desa
mulai ditinggalkan seiring dengan banyaknya
Tampalang terlihat gotong-royong pada proses
warga yang mulai beralih ke rumah permanen
pemindahan boyang. Boyang adalah rumah
dengan konstruksi semen dan beton sehingga
panggung khas Sulawesi Barat yang juga
sulit untuk dipindah-pindahkan.
merupakan rumah tradisional Suku Mandar
(Mansur, 2013). Rumah panggung ini memang IMPLEMENTASI BANTUAN STIMULAN
tidak jauh berbeda dengan rumah tradisional PEMULIHAN SOSIAL
suku terdekatnya, yaitu Bugis. Boyang (rumah)
Program Bantuan Stimulan Pemulihan
memiliki ukurang besar kecil tertentu layaknya
Sosial: Bantuan Stimulan Bahan Bangunan
rumah pada umumnya. Biasanya ukurang besar

Gotong Royong pada Program Bantuan Stimulan Pemulihan Sosial di


25
Mamuju, Sulawesi Barat, Hal : 17 - 35
Rumah Berupa Uang Melalui Kelompok Hasil verifikasi korban bencana tersebut
Masyarakat Penerima Bantuan di Provinsi ditetapkan menjadi penerima bantuan
Sulawesi Barat dilaksanakan di Dusun dengan Surat Keputusan Bupati Mamaju
Tapalang Desa Tampalang Kecamatan No. 423 Tentang Penetapan Penerima
Tapalang Kabupaten Mamuju pada tahun 2011. Bantuan Stimulan Bahan Bangunan Rumah
Sebelumnya pada tahun 2010 masyarakat Korban Bencana Alam, berdasarkan SK
Desa Tampalang juga menerima program Bupati tersebut setiap korban bencana
sejenis yaitu bantuan bahan bangunan rumah mendapatkan Rp. 15.000.000,-/KK.
(BBR) yang pelaksanaannya dilakukan oleh Namun berdasarkan Keputusan Pejabat
TNI dengan jenis bencana yang sama yaitu Pembuat Komitmen Direktorat PSKBA
gelombang pasang dan abrasi pantai. Kemensos No.1309/LJS.PSKBA.PPS/
IX/2011 Tentang Penetapan Penerima
Proses Program Bantuan Stimulan Bantuan Stimulan Bahan Bangunan Rumah
Pemulihan Sosial Korban Bencana Alam Desa Tampalang
Kec. Tapalang Kab. Mamuju Sulbar, korban
Untuk mendapatkan BSPS dari Kementerian
bencana hanya mendapatkan bantuan
Sosial RI beberapa tahapan kegiatan yaitu:
sebesar Rp. 10.000.000,-/KK.
1) Pendataan Calon Penerima Manfaat, Adanya perbedaan jumlah bantuan
2) Pendataan dilakukan oleh Tagana dan stimulan sebagaimana tertuang di dalam SK
perangkat desa pada saat tanggap darurat. Bupati dan SK Pejabat Pembuat Komitmen
Pendataan dilakukan dengan cara mencatat Direktorat PSKBA. Menurut pihak Dinas
jumlah korban termasuk korban yang rentan Sosial Provinsi Sulawesi Barat disebabkan
seperti penyandang cacat, lanjut usia dan bahwa program BSPS yang dilaksanakan
anak-anak, jumlah dan jenis kerusakan adalah program rehabilitasi rumah yang
termasuk kerusakan rumah dengan berbagai rusak dan hanya akan mendapatkan bantuan
kategori rusak, total, rusak berat, rusak stimulan sebesar Rp. 10.000.000,-/KK dan
sedang dan rusak ringan. jika inginan mendapatkan bantuan stimulan
Hasil pendataan tersebut digunakan sebesar Rp. 15.000.000,-/KK maka
oleh Kepala Desa Tampalang dan Camat masyarakat harus bersedia untuk direlokasi
Tapalang untuk melaporkan kejadian dengan membangun rumah pada lokasi lain
bencana tersebut ke Bupati Mamuju dan yang relatif aman dari bencana.
Gubernur Sulawesi Barat melalui Dinas Namun untuk melakukan relokasi tersebut
Sosial Kab/Provinsi. Berdasarkan hasil mensyaratkan adanya sharing dana dari
pendataan tersebut ternyata banyak rumah pemerintah daerah untuk penyediaan lahan.
yang rusak berat dan hancur total maka Berhubung tidak adanya alokasi sharing
pihak Dinas Sosial Kabupaten melalui dana tersebut dan masyarakat menginginkan
Dinas Sosial Provinsi mengusulkan korban bantuan stimulan tersebut cepat diterima
bencana menjadi calon penerima manfaat oleh mereka maka tetap diputuskan jumlah
program BSPS dari Kementerian Sosial bantuan stimulan sebesar Rp. 10.000.000,-/
RI. Usulan dari Dinas Sosial Provinsi KK untuk rehabilitasi rumah.
Sulawesi Barat tersebut, ditindaklanjuti 3) Sosialisasi Program
oleh Direktorat Perlindungan Sosial Korban
Sosialisasi program dilakukan akan
Bencana Alam dengan melakukan verifikasi
tetapi tidak terlalu membahas secara detail
lapangan data korban bencana alam tersebut.
program sehingga pemahaman penerima

26 SOSIO KONSEPSIA Vol. 3, No. 2, Januari - April, Tahun 2014


manfaat terhadap program relatif kurang. karena tidak ada dukungan alokasi anggaran
Menurut salah satu penerima manfaat: “ untuk sosialisasi program.
bantuan sebesar Rp. 10.000.000,- tersebut 4) Pembentukan Kelompok
merupakan bantuan pemerintah untuk
Salah satu persyaratan untuk
membantu korban bencana dan kami
mendapatkan program BSPS adalah korban
bebas menggunakannya terutama untuk
bencana diwajibkan untuk membentuk
rehabilitasi rumah ”(J, penerima manfaat,
kelompok yang terdiri dari 10-15 anggota/
Mei 2012).
kelompok dengan pengurus terdiri
Penerima manfaat hanya memahami dari ketua, sekretaris dan bendahara.
bahwa mereka sebagai korban bencana Pembentukan kelompok diharapkan
akan mendapatkan bantuan sebesar memudahkan pengorganisasian program
Rp. 10.000.000,-/KK tanpa penjelasan dan proses rehabilitasi rumah yang
mengenai penggunaan uang untuk diharapkan dilaksanakan secara gotong
pembangunan rumah dan kewajiban untuk royong oleh anggota kelompok.
admistrasi berupa nota-nota pembelian
Pembentukan kelompok penerima
bahan bangunan rumah
bantuan di desa Tampalang berdasarkan
Sosialisasi terbatas dilakukan oleh letak lokasi rumah yang berdekatan dengan
pihak Dinas Sosial Kabupaten/Provinsi, penyesuaian keseimbangan SDM masing-
kegiatan tersebut hanya dilakukan dengan masing kelompok. Tidak ada pelibatan
cara menjawab pertanyaan-pertanyaan masyarakat dalam pembentukan kelompok.
masyarakat mengenai program. Tidak Pembentukan kelompok dilakukan oleh
dijelaskan secara mendetail mengenai hak perangkat desa dengan difasilitasi oleh
dan kewajiban penerima manfaat. “rapat Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi
dilakukan di rumah pak kades dan terbatas Kabupaten Mamuju. “Penentuan kelompok
hanya menjawab pertanyaan-pertanyaan ditetapkan oleh kepala desa, kami ditunjuk
yang diajukan oleh peneima manfaat” (A, menjadi ketua karena dipandang bisa
Salah satu pelaksana program di Dinas mengurus admistrasi” (S, salah satu
Sosial Sulawesi Barat, Mei 2012). Kepala kelompok penerima manfaat, Mei 2012)
Desa menambahkan “Kami baru sekarang
Dengan demikian pembentukan
disuruh ngumpulin nota-nota pembelian
kelompok hanya sebatas untuk pemenuhan
bahan bangunan padahal uang tersebut
admistrasi program bukan bersifat fungsional
sudah kami terima bulan november tahun
untuk saling tolong menolong dan gotong
2011, coba kalo dijelaskan di saat sebelum
royong dalam rehabilitasi rumah.
kami terima uang sudah pasti nota tersebut
Berdasarkan ketentuan admistrasi
disiapkan warga” (B, Kades Tampalang,
tersebut maka penerima manfaat
Mei 2012).
dikelompokan menjadi 4 kelompok dengan
Terkesan pihak Dinsonakertrans Kab.
jumlah anggota sebanyak 10 s/d 11 KK/
Mamuju tidak berani melakukan sosialisasi
Kelompok.
terbuka mengenai program terutama untuk
menjelaskan kenapa terjadi selisih antara SK 5) Penyaluran Bantuan Stimulan
Bupati Mamuju dengan SK Pejabat Pembuat Sesuai dengan petunjuk teknis
Komitmen Direktorat PSKBA. Menurut penyaluran bantuan stimulan yaitu bantuan
pihak Dinas Sosial Kabupaten/Provinsi tidak stimulan disalurkan melalui transfer
dilakukannya sosialisasi tersebut disebabkan rekening dari Kementerian Sosial RI

Gotong Royong pada Program Bantuan Stimulan Pemulihan Sosial di


27
Mamuju, Sulawesi Barat, Hal : 17 - 35
ke rekening masing-masing kelompok. Perbaikan/rehabilitasi rumah dilakukan
Dinsonakertrans Kab. Mamuju hanya oleh masyarakat itu sendiri tanpa ada
memfasilitasi pembukaan rekening atas pendampingan dan pengawasan. Penerima
nama masing-masing kelompok masyarakat manfaat mendapatkan bantuan stimulan
penerima manfaat di BRI Cabang Mamuju. sebesar Rp. 10.000.000,-/KK. Oleh
Kementerian Sosial RI mentransfer pengurus kelompok bantuan tersebut
bantuan stimulan ke rekening BRI diserahkanlangsung kepada masing-
Cabang Mamuju atas nama masing- masing anggota untuk dipergunakan
masing kelompok secara langsung (tidak merehabilitasi rumah tanpa dikoordinasikan
bertahap). Demikian juga pencairan yang oleh kelompok. Masing-masing anggota
dilakukan oleh masing-masing kelompok kelompok bebas menggunakan bantuan
dilakukan sekaligus juga. Proses pencairan stimulan tersebut untuk merehabilitasi
harus mendapatkan persetujuan dari rumah masing-masing. Beberapa penerima
Dinsonakertrans Kab. Mamuju. manfaat tersebut mempergunakan bantuan
Setelah proses pencairan maka masing- stimulan tersebut untuk digunakan untuk
masing anggota kelompok menandatangani merehabilitasi rumahnya.
berita acara penerimaan bantuan dengan Rumah penerima manfaat yang akan
diketahui oleh Kepala Dinsonakertrans Kab. direhabilitasi tersebut masih terletak di
Mamuju maka bantuan stimulan tersebut daerah rawan bencana yaitu gelombang
pasang dan abrasi pantai maka rumah yang
langsung diserahkan kepada anggota
telah mereka rehabilitasi kembali hancur
untuk dipergunakan merehabilitasi rumah.
diterjang oleh gelombang pasang dan abrasi
Bantuan stimulan sebesar Rp. 10.000.000,/
pantai yang terjadi pada bulan maret 2012.
KK oleh kelompok masing-masing langsung
Beberapa penerima manfaat program
dicairkan sekaligus dan diterima berupa
berinisiatif untuk melakukan relokasi
uang oleh anggota kelompok tersebut.
sendiri di lahan yang mereka miliki namun
Bantuan stimulan berupa uang melalui karena keterbatasan dana pembangunan
transfer rekening menurut berbagai pihak yang hanya mengandalkan bantuan stimulan
BPBD, Dinas Sosial, LSM dan penerima tersebut maka pembangunan rumahnya
manfaat program di Sulawesi Barat tidak selesai.
menyatakan penyaluran berupa uang relatif Masyarakat Desa Tampalang
lebih baik dibanding dengan penyaluran mempunyai kearifan lokal berupa gotong
melalui mekanisme bantuan stimulan berupa royong ketika membangun rumah, terutama
barang. Hal tersebut disebabkan dengan untuk mengangkat rumah jika rumah
penyaluran berupa uang, penerima manfaat tersebut terbuat dari kayu akan tetapi seiring
dapat memanfaatkan bantuan tersebut sesuai dengan perkembangan semakin banyaknya
dengan kebutuhan bahan bangunannya masyarakat membangun rumah dari bata
dengan kualitas barang sesuai dengan selera maka kegiatan gotong royong tersebut tidak
penerima manfaat. Melalui transfer langsung berjalan karena masyarakat desa Tampalang
ke rekening kelompok masing-masing tidak semuanya bisa untuk bekerja
maka telah memangkas jalur birokrasi yang membangun rumah dengan menggunakan
berbelit dan lambat serta meringankan beban bata dan mengandalkan tenaga tukang
pertanggungjawaban pihak dinas sosial. bangunan yang upahnya Rp.75.000,-/hari.
6) Rehabilitasi Rumah 7) Tidak Dilakukan Pendampingan

28 SOSIO KONSEPSIA Vol. 3, No. 2, Januari - April, Tahun 2014


Ketidaktepatan penggunaan bantuan dilakukan oleh Kementerian Sosial, Dinas
stimulan oleh penerima manfaat salah Sosial Provinsi Sulawesi Barat maupun
satunya penyebabnya tidak adanya Dinsosnakertrans Kab. Mamuju. Alasan
proses pendampingan. Pemahaman dan tidak diadakan kegiatan monitoring dan
pengetahuan penerima bantuan mengenai evaluasi dikarenakan tidak ada dukungan
program BSPS sangat terbatas, pemahaman pendanaan dalam skema APBN dan APBD.
penerima bantuan mereka mendapat Alasan Dinsonakertrans Kab. Mamuju tidak
bantuan sebesar Rp. 10.000.000,-/KK menganggarkan kegiatan Money program
untuk memperbaiki rumah mereka tanpa BBR karena keterbatasan dukungan pendanaan
ada kewajiban untuk pertanggungjawaban APBD dengan keterbatasan tersebut maka
admistratif. alokasi anggaran lebih diprioritaskan kepada
Selain itu, dengan tidak adanya proses program-program lain yang memerlukan
pendampingan maka program BSPS hampir pendanaan
sama dengan program-program pembangunan
fisik rumah tanpa adanya penyadaran dan Jumlah penerima manfaat BSPS adalah
pemulihan sosial korban bencana. Padahal sebanyak 41 Kepala Keluarga (KK). 41 KK
pendampingan merupakan salah satu faktor Penerima manfaat BSPS ini merupakan korban
penting dalam pemulihan sosial. bencana alam yaitu gelombang pasang dan
abrasi pantai. Kejadian bencana tersebut terjadi
Monitoring dan Evaluasi
pada tanggal 18 Desember 2010 dan 12 dan 17
Kegiatan monitoring dan evaluasi belum Januari 2011 yang menyebabkan munculnya

korban. Berdasarkan data dari Camat Tapalang korban bencana.


Gambar 1. Jumlah Korban Bencana di Desa Tampalang

Sumber: Kecamatan Tappalang, 2012 yang mengalami kerusakan tersebut sebanyak


40 rumah dan 1 rumah hilang pondasi. Namun
Sedangkan tingkat kerusakan rumah yang pada saat kembali terjadi gelombang pasang dan
terjadi pada tanggal 18 Desember 2010 dan 12 abrasi pantai tanggal 17 Januari 2011, rumah
Januari 2011. Sebanyak 29 rumah rusak ringan, yang semula rusak ringan menjadi hancur dan
5 rumah rusak berat, 5 rumah hancur dan 1 rusak berat.
rumah hilang pondasi. Keseluruhan rumah

Gotong Royong pada Program Bantuan Stimulan Pemulihan Sosial di


29
Mamuju, Sulawesi Barat, Hal : 17 - 35
Korban bencana dan kerusakan rumah stimulan tersebut cepat diterima oleh mereka
tersebut didata oleh Tagana dan perangkat maka tetap diputuskan jumlah bantuan stimulan
desa setempat. Berdasarkan data kerusakan sebesar Rp. 10.000.000,-/KK untuk rehabilitasi
(rumah hancur dan rusak berat) dan jumlah rumah.
korban bencana (41 KK) serta ketersediaan
Sosialisasi program dilakukan akan tetapi
alokasi APBD maka oleh pihak Dinas Sosial
tidak terlalu membahas secara detail program
Provinsi Sulawesi Barat mengusulkan korban
sehingga pemahaman penerima manfaat
bencana tersebut untuk mendapatkan program
terhadap program relatif kurang. Menurut salah
BSPS dari Kementerian Sosial RI. Setelah
satu penerima manfaat dikatakan bahwa:
diadakan verifikasi korban yang dilakukan oleh
Kementerian Sosial RI dengan didampingi oleh “bantuan sebesar Rp. 10.000.000,-
petugas Dinas Sosial Provinsi dan Kabupaten tersebut merupakan bantuan pemerintah untuk
maka korban bencana tersebut ditetapkan membantu korban bencana dan kami bebas
sebagai penerima bantuan stimulan bahan menggunakannya terutama untuk rehabilitasi
bangunan rumah korban bencana alam. rumah ” (J, penerima manfaat, Mei 2012).
Jenis bantunan stimulan pemulihan sosial Penerima manfaat hanya memahami
yang diberikan kepada korban bencana bahwa mereka sebagai korban bencana akan
gelombang pasang dan abrasi pantai tersebut mendapatkan bantuan sebesar Rp. 10.000.000,-/
berupa uang yang ditransfer melalui rekening KK tanpa penjelasan mengenai penggunaan
kelompok, sejumlah Rp.10.000.000,-/KK. uang untuk pembangunan rumah dan kewajiban
Semua korban bencana yang berjumlah untuk admistrasi berupa nota-nota pembelian
sebanyak 41 KK mendapatkan program BSPS bahan bangunan rumah.
yang dibagi menjadi 4 kelompok penerima
manfaat. Adanya perbedaan jumlah bantuan Sosialisasi terbatas dilakukan oleh pihak
stimulan sebagaimana tertuang di dalam SK Dinas Sosial Kabupaten/Provinsi, kegiatan
Bupati dan SK Pejabat Pembuat Komitmen tersebut hanya dilakukan dengan cara menjawab
Direktorat PSKBA. Menurut pihak Dinas pertanyaan-pertanyaan masyarakat mengenai
Sosial Provinsi Sulawesi Barat disebabkan program. Tidak dijelaskan secara mendetail
bahwa program BSPS yang dilaksanakan mengenai hak dan kewajiban penerima manfaat.
adalah program rehabilitasi rumah yang rusak “rapat dilakukan di rumah pak kades dan terbatas
dan hanya akan mendapatkan bantuan stimulan hanya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
sebesar Rp. 10.000.000,-/KK dan jika ingin diajukan oleh penerima manfaat” (A, Salah satu
mendapatkan bantuan stimulan sebesar Rp. pelaksana program di Dinas Sosial Sulawesi
15.000.000,-/KK maka masyarakat harus Barat, Mei 2012). Kepala Desa menambahkan,
bersedia untuk direlokasi dengan membangun
“Kami baru sekarang disuruh ngumpulin
rumah pada lokasi lain yang relatif aman dari
nota-nota pembelian bahan bangunan padahal
bencana.
uang tersebut sudah kami terima bulan
Namun untuk melakukan relokasi tersebut november tahun 2011, coba kalo dijelaskan
mensyaratkan adanya sharing dana dari di saat sebelum kami terima uang sudah pasti
pemerintah daerah untuk penyediaan lahan. nota tersebut disebabkan warga” (B, Kades
Berhubung tidak adanya alokasi sharing dana Tampalang, Mei 2012).
tersebut dan masyarakat menginginkan bantuan

30 SOSIO KONSEPSIA Vol. 3, No. 2, Januari - April, Tahun 2014


Terkesan pihak Dinsonakertrans Kab. Kelompok. Sesuai dengan petunjuk teknis
Mamuju tidak berani melakukan sosialisasi penyaluran bantuan stimulan yaitu bantuan
terbuka mengenai program terutama untuk stimulan disalurkan melalui transfer rekening
menjelaskan kenapa terjadi selisih antara SK dari Kementerian Sosial RI ke rekening
Bupati Mamuju dengan SK Pejabat Pembuat masing-masing kelompok. Dinsonakertrans
Komitmen Direktorat PSKBA. Menurut Kab. Mamuju hanya memfasilitasi pembukaan
pihak Dinas Sosial Kabupaten/Provinsi tidak rekening atas nama masing-masing kelompok
dilakukannya sosialisasi tersebut disebabkan masyarakat penerima manfaat di BRI Cabang
karena tidak ada dukungan alokasi anggaran Mamuju.
untuk sosialisasi program.
Kementerian Sosial RI mentransfer bantuan
Salah satu persyaratan untuk mendapatkan stimulan ke rekening BRI Cabang Mamuju
program BSPS adalah korban bencana atas nama masing-masing kelompok secara
diwajibkan untuk membentuk kelompok yang langsung (tidak bertahap). Demikian juga
terdiri dari 10-15 anggota/kelompok dengan pencairan yang dilakukan oleh masing-masing
pengurus terdiri dari ketua, sekretaris dan kelompok dilakukan sekaligus juga. Proses
bendahara. Pembentukan kelompok diharapkan pencairan harus mendapatkan persetujuan
memudahkan pengorganisasian program dan dari Dinsonakertrans Kab. Mamuju. Setelah
proses rehabilitasi rumah yang diharapkan proses pencairan maka masing-masing anggota
dilaksanakan secara gotong royong oleh kelompok menandatangani berita acara
anggota kelompok. penerimaan bantuan dengan diketahui oleh
Kepala Dinsonakertrans Kab. Mamuju, bantuan
Pembentukan kelompok penerima bantuan
stimulan tersebut langsung diserahkan kepada
di desa Tampalang berdasarkan letak lokasi
anggota untuk dipergunakan merehabilitasi
rumah yang berdekatan dengan penyesuaian
rumah. Bantuan stimulan sebesar Rp.
keseimbangan SDM masing-masing
10.000.000,/KK oleh kelompok masing-masing
kelompok. Tidak ada pelibatan masyarakat
langsung dicairkan sekaligus dan diterima
dalam pembentukan kelompok. Pembentukan
berupa uang oleh anggota kelompok tersebut.
kelompok dilakukan oleh perangkat desa
dengan difasilitasi oleh Dinas Sosial Tenaga Bantuan stimulan berupa uang melalui
Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Mamuju. transfer rekening menurut berbagai pihak
“Penentuan kelompok ditetapkan oleh kepala BPBD, Dinas Sosial, LSM dan penerima
desa, kami ditunjuk menjadi ketua karena manfaat program di Sulawesi Barat menyatakan
dipandang bisa mengurus admistrasi”(S, salah penyaluran berupa uang relatif lebih baik
satu kelompok penerima manfaat, Mei 2012) dibanding dengan penyaluran melalui
mekanisme bantuan stimulan berupa barang.
Dengan demikian pembentukan kelompok
Hal tersebut disebabkan dengan penyaluran
hanya sebatas untuk pemenuhan admistrasi
berupa uang, penerima manfaat dapat
program bukan bersifat fungsional untuk saling
memanfaatkan bantuan tersebut sesuai dengan
tolong menolong dan gotong royong dalam
kebutuhan bahan bangunannya dengan kualitas
rehabilitasi rumah. Berdasarkan ketentuan
barang sesuai dengan selera penerima manfaat.
admistrasi tersebut maka penerima manfaat
Melalui transfer langsung ke rekening kelompok
dikelompokan menjadi 4 kelompok dengan
masing-masing maka telah memangkas jalur
jumlah anggota sebanyak 10 s/d 11 KK/
birokrasi yang berbelit dan lambat serta

Gotong Royong pada Program Bantuan Stimulan Pemulihan Sosial di


31
Mamuju, Sulawesi Barat, Hal : 17 - 35
meringankan beban pertanggungjawaban pihak tersebut sudah mengalami kerusakan dan
dinas sosial. jika tidak pindah maka lama-kelamaan
rumah ini akan rusak juga.
Ketidaktepatan penggunaan bantuan
2) Rumah sudah diperbaiki ditempati kembali
stimulan oleh penerima manfaat salah
dan rusak kembali.
satu penyebabnya tidak adanya proses
Rumah jenis ini dibangun pada lokasi
pendampingan. Pemahaman dan pengetahuan
rumah yang lama namun letaknya rumahnya
penerima bantuan mengenai program BSPS
sudah berbatasan langsung dengan laut
sangat terbatas, pemahaman penerima
tanpa penghalang lagi. Pada umumnya
bantuan mereka mendapat bantuan sebesar
bagian belakang rumah (dapur) yang
Rp. 10.000.000,-/KK untuk memperbaiki
kembali rusak.
rumah mereka tanpa ada kewajiban untuk
pertanggungjawaban admistratif. 3) Rumah tidak dipebaiki karena hancur total
masyarakat pindah ke lokasi yang lebih
BSPS di Desa Tampalang Kecamatan aman dan membangun rumah baru tapi
Tappalang Kabupaten Mamuju Provinsi belum selesai.
Sulawesi Barat dilaksanakan tahun 2011. Beberapa penerima manfaat program
Secara admistratif bantuan tersebut telah menilai bahwa lokasi rumah yang terdahulu
diterima oleh penerima bantuan dengan tidak dimungkinkan kembali untuk dibangun.
dibuktikan dengan tanda terima uang dari ketua Oleh karena itu mereka mengambil inisiatif
kelompok ke anggota dengan diketahui oleh untuk melakukan relokasi sendiri meskipun
Camat Tappalang dan Kepala Desa Tampalang. pembangunan rumah tersebut tidak selesai
pembangunannya yang disebabkan kurangnya
Namun pencapaian output (keluaran)
pendanaan.
fungsional program untuk dimanfaatkan
sebagai sumber daya pembangunan/rehabilitasi Berbedanya output bangunan rumah yang
rumah yang rusak akibat bencana relatif tidak dihasilkan oleh program BSPS ini disebabkan
tercapai. Akibat tidak adanya sosialisasi dan perbedaan kondisi sosial ekonomi penerima
pendampingan yang baik terhadap penerima manfaat, perbedaan persepsi tentang program
manfaat program maka pemanfaatan bantuan BSPS itu sendiri dan desakan kebutuhan hidup
stimulan tersebut tidak sepenuhnya digunakan penerima manfaat sehingga bantuan tersebut
untuk memperbaiki rumah. digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup
sehari-hari. Selain itu sosialisasi yang tidak
Secara umum rumah penerima manfaat
dilakukan secara benar, mekanisme penyaluran
dapat dikategorikan sebagai berikut:
bantuan stimulan yang langsung diberikan
1) Rumah sudah diperbaiki ditempati kembali kepada anggota kelompok tanpa diberikan
dan tidak rusak pengarahan penggunaan menyebabkan
Hanya beberapa rumah dengan kondisi pengalihan penggunaan bantuan stimulan
seperti ini, pada umumnya masih di lokasi tersebut.
rumah lama namun letaknya relatif lebih
aman yaitu tidak berbatasan langsung Gotong Royong Pada Bantuan Stimulan
dengan laut, antara rumah dengan laut Pemulihan Sosial
masih dibatasi dengan pemecah ombak Nilai-nilai kegotongroyongan masyarakat
yang dibangun meskipun pemecah ombak desa Tampalang yang selama ini sudah tertanam

32 SOSIO KONSEPSIA Vol. 3, No. 2, Januari - April, Tahun 2014


pada kehidupan sehari-harimasyarakat, yang hanya mengandalkan bantuan stimulan
muncul kembali secara spontan pada saat tersebut maka pembangunan rumahnya tidak
bencana “gelombang pasang dan abrasi selesai.
pantai”. Khususnya pada fase tanggap darurat
Dengan demikian, kegiatan gotong royong
diberlakukan., mMasyarakat desa Tampalang
yang didesain oleh pada bantuan stimulan
menolong korban bencana baik dalam perbaikan
pemulihan sosial tidak berjalan karena anggota
rumah sementara, penyediaan tempat tinggal
kelompok melaksanakan rehabilitasi rumah
sementara maupun penyediaan kebutuhan
secara sendiri-sendiri. Memang Masyarakat
hidup sehari-hari dalam tahap tanggap darurat.
Desa Tampalang mempunyai kearifan lokal
Pada tahap rehabilitasi, perbaikan/ berupa gotong royong ketika membangun
rehabilitasi rumah dengan menggunakan rumah, terutama untuk mengangkat rumah
bantuan stimulan pemulihan sosial dilakukan jika rumah tersebut terbuat dari kayu akan
oleh masyarakat itu sendiri tanpa ada tetapi seiring dengan perkembangan semakin
pendampingan dan pengawasan dari pihak banyaknya masyarakat membangun rumah
pemerintah baik dari pemerintah desa maupun dari bata maka kegiatan gotong royong
pemerintah kabupaten. Bantuan stimulan tersebut tidak berjalan karena masyarakat desa
sebesar Rp. 10.000.000,-/KK oleh pengurus Tampalang tidak semuanya bisa untuk bekerja
kelompok bantuan tersebut diserahkan membangun rumah dengan menggunakan bata
langsung kepada masing-masing anggota dan mengandalkan tenaga tukang bangunan
untuk dipergunakan merehabilitasi rumah yang upahnya Rp.75.000,-/hari.
tanpa dikoordinasikan oleh kelompok. Masing-
Kegiatan gotong royong masyarakat dalam
masing anggota kelompok bebas menggunakan
pembangunan/rehabilitasi rumah juga tidak
bantuan stimulan tersebut untuk merehabilitasi
terbangun dengan adaya bantuan stimulan
rumah masing-masing. Beberapa penerima
ini. Masyarakat desa Tampalang beranggapan
manfaat tersebut mempergunakan bantuan
bahwa korban bencana sudah banyak
stimulan tersebut untuk digunakan untuk
mendapatkan bantuan baik dari pemerintah
merehabilitasi rumahnya. Namun karena tidak
maupun masyarakat lainnya sehingga tidak
ada pendampingan dan pengawasan dari Dinas
perlu lagi di bantu dalam pembangunannya.
Sosial kabupaten maupun Dinas Sosial provinsi
Pada masyarakat desa Tampalang, menurut
maka bantuan tersebut tidak sepenuhnya
Kades kebiasaan gotong royong dalam
digunakan untuk merehabilitasi rumah mereka
pembangunan rumah memang ada, terutama
yang rusak.
untuk pembangunan rumah yang berbahan
Rumah penerima manfaat yang direhabilitasi dasar kayu. Pada saat pemancangan tiang dan
tersebut masih banyak terletak di lokasi rawan pengangkatan rumah biasanya dilakukan secara
bencana yaitu gelombang pasang dan abrasi gotong royong.
pantai. Akibatnya rumah yang telah mereka
Dampak program BSPS Outcome berupa
rehabilitasi kembali hancur diterjang oleh
partisipasi, kerukunan dan gotong royong
gelombang pasang dan abrasi pantai yang terjadi
penerima manfaat bantuan stimulan tidak
pada bulan Maret 2012. Beberapa penerima
terlihat pada pelaksanaan program di desa
manfaat program berinisiatif untuk melakukan
Tampalang, partisipasi dari pemerintah
relokasi sendiri di lahan yang mereka miliki
daerah untuk mengalokasikan anggaran untuk
namun karena keterbatasan dana pembangunan

Gotong Royong pada Program Bantuan Stimulan Pemulihan Sosial di


33
Mamuju, Sulawesi Barat, Hal : 17 - 35
penyediaan lahan, pendampingan dan sosialisasi atau tidak bahwa beberapa catatan di atas
tidak ada dengan alasan keterbatasan alokasi apabila tidak segera disikapi akan mampu
anggaran APBD untuk program pembangunan menjadi kendala bagi masyarakat Tampalang
kesejahteraan sosial. Partisipasi dari penerima dalam menumbuhkembangkan nilai- nilai
manfaat juga relatif kurang berpartisipasi luhur yaitu semangat bergotong royong yang
diantaranya hanya membangun/memperbaiki sudah tertanam sejak lama dan menghambat
rumah dengan hanya mengandalkan bantuan kerukunan bermasyarakat itu sendiri.
stimulan dari pemerintah, hal tersebut
disebabkan keterbatasan sumber daya yang KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
dimiliki oleh penerima manfaat. Pemanfaatan bantuan stimulan pemulihan
sosial tidak sepenuhnya digunakan untuk
Selain hal tersebut, masing-masing
merehabilitasi rumah yang rusak akibat bencana.
penerima manfaat di Desa Tampalang
Adanya pemanfaatan yang tidak sesuai dengan
melakukan pembangunan rumah tinggalnya
maksud dan tujuan program disebabkan oleh
pada waktu yang relatif bersamaan, sehingga
adanya desakan kebutuhan hidup sehari-hari
masing-masing penerima manfaat fokus pada
penerima manfaat dan tidak adanya proses dan
kediamannya masing-masing disamping ada
pendampingan yang intensif dilakukan oleh
target waktu yang sudah ditentukan dalam
pengelola program.
pembangunan rumah tinggal sebagai wujud
pertanggungjawaban administratif. Sementara Berbagai pihak berpendapat dengan
bila mengandalkan masyarakat di luar penerima mekanisme bantuan berupa uang yang
manfaat dirasakan kurang dimungkinkan, disalurkan melalui rekening kelompok masing-
mengingat masyarakat lain diluar penerima masing relatif lebih baik dibanding dengan
manfaat ada kesan “kecemberuan sosial’ karena penyaluran bantuan berupa barang karena
tidak menerima bantuan stimulan. penerima manfaat dapat memanfaatkan bantuan
stimulan tersebut sesuai dengan kebutuhan
Nampaknya indikasi memudarnyakanya
bahan bangunan yang diperlukan. Secara umum
perilaku gotong royong di desa Tampalang
bantuan stimulan tersebut bermanfaat dan dapat
bukan tanpa alasan, atau dengan kata lain
membantu meringankan korban bencana.
terdapat pergeseran atau mulai minimnya
perilaku gotong royong pada warga setempat. Kegiatan gotong royong tidak berjalan,
Berbagai alasan yang nampaknya dapat kelompok yang dibentuk sebagai upaya
dijadikan alasan logis dapat dipikirkan secara untuk menumbuhkan gotong royong tidak
lebih mendalam. Beberapa catatan yang berjalan baik. Sementara itu, bantuan stimulan
menjadi alasan memudarnya perilaku gotong pemulihan sosial menimbulkan kecemburuan
royong masyarakat Ttampalang dapat uraikan bagi yang tidak menerima bantuan sehingga
diantaranya.; kurangnya kesadaran warga mereka tidak berpartisipasi lagi dalam kegiatan
Tampalang tentang pentingnya gotong royong; gotong-royong perbaikan rumah.
kurangnya peran serta elemen atau lapisan
masyarakat dalam gotong-royong; kurangnya Hasil penelitian ini merekomendasikan
dukungan dari pemerintah setempat; mulai bahwa program bantuan stimulan pemulihan
munculnya budaya individualisme dan sosial layak dikembangkan kembali dengan
materialisme yang telah merambah daerah berbagai pertimbangan, yaitu: 1). Diperlukan
perdesaan, termasuk di Mamuju. Disadari

34 SOSIO KONSEPSIA Vol. 3, No. 2, Januari - April, Tahun 2014


pendampingan yang intensif terhadap program, P, G. K. (n.d.). Gotong Royong Dalam
jika tidak dilakukan pendampingan maka Kehidupan Masyarakat. Retrieved
program BSPS ini sama dengan program Januari 22, 2014, from Sosiologi UPI:
pembangunan fisik rumah saja dan roh http://sosiologi.upi.edu/artikelpdf/
pemulihan sosial tidak akan terwujud. 2). gotongroyong.pdf
Pembentukan kelompok semestinya tidak hanya
Rudito, B,. (2003). Akses Peran Serta
sebatas memenuhi target admistrasi belaka akan
Masyarakat: Lebih Jauh Memahami
tetapi melalui kelompok inilah mulai dibangun
Community Development. Jakarta:
proses pemulihan sosial. 3). Penumbuhan nilai-
Pustaka Sinar Harapan.
nilai gotong-royong pada masyarakat.
Rudito, B. & Melia, F. (2008). Social Mapping-
Metode Pemetaan Sosial: Teknik
DAFTAR PUSTAKA Memahami Suatu Masyarakat atau
Komuniti. Bandung: Rekayasa Sains.
Asian Disaster Reduction Center. (n.d.).
Gotong-royong in the Recovery Process Sugiyanto, dkk. (2012). Bantuan Stimulan
the Case of Yogyakarta, Indonesia. Pemulihan Sosial: Studi Evaluasi
Retrieved Januari 22, 2014, from Join of Bantuan Stimulan Bahan Bangunan
tokyo: http://www.jointokyo.org/files/ Rumah Berupa Uang melalui Kelompok
cms/news/pdf/04_ADRC_Gotong_ Penerima Bantuan. Jakarta: P3KS
Royong_in_recovery.pdf Press.

Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Sumobal. (2014, Maret). Rumah Tradisional
Alam. (2011). Petunjuk Teknis Bantuan Mandarboyang. Retrieved from
Stimulan Bahan Bangunan Rumah http://sumobal.com/2014/03/rumah-
(BBR) Berupa Uang Melalui Kelompok tradisional-mandar-boyang/
Masyarakat Penerima Bantuan. Jakarta.
Yon, K. N. (t.thn.). Pengurangan Risiko
Galba, S. (t.thn.). Gotong Royong sebagai Bencana Berbasis Komunitas di
Wahana Pendidikan Budaya. Dipetik Indonesia. Dipetik Januari 22, 2014,
Januari 20, 2014, dari http://uun- dari mpbi.org: http://www.mpbi.org/
halimah.blogspot.com/: http://uun- files/workshops/20111205-Kharisma-
halimah.blogspot.com/2011/10/gotong- N-Kwan-MY_PRBBK-di-Indonesia_
royong-sebagai-wahana-pendidikan. Nov-2011.pdf
html

Habibullah. (2011). Bantuan Tunai Bersyarat


pada Program Keluarga Harapan.
Universitas Indonesia, Magister Ilmu
Kesejahteraan Sosial. Depok: Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Mpuh. (14, Juni 2013). Suku Mandar. Diambil


kembali dari http://den-mpuh.blogspot.
com/2013/06/suku-mandar.html

Gotong Royong pada Program Bantuan Stimulan Pemulihan Sosial di


35
Mamuju, Sulawesi Barat, Hal : 17 - 35

Anda mungkin juga menyukai