Anda di halaman 1dari 12

PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN

disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Manajemen Syariah


Oleh :
Ilman Nurfadilah (030218016)
Nanda Galih Pradita (030218041)
Rizky Ahmad Nurjaman (030218099)
Sheilla Dewi Paramitha (030218121)

Program Studi Manajemen


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI DR. KHEZ. MUTTAQIEN
PURWAKARTA
2021

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang.
Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
serta inayah-NyA kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan Makalah Pemimpin
dan Kepemimpinan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Manajemen Syariah.
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karenanya kami
dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bisa
memberikan manfaat untuk pembaca.

Purwakarta, 02 Juni 2021

Penyusun

DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup,
manusia selalau berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Manusia hidup
berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil. Hidup dalam
kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis
anggota kelompok haruslah saling menghormati dan menghargai. Keteraturan hidup perlu
selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan dan menjaga
kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia. Manusia adalah makhluk Tuhan yang
paling tinggi dibanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia dianugerahi kemampuan untuk
berpikir, kemampuan untuk memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk.
Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik.
Allah SWT menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi hanya untuk menyembah
dan beribadah kepadaNya. Mengerjakan segala perintahNya, mulai dari shalat, puasa,
zakat, dan segala hal yang mendatangkan kemaslahatan bagi diri manusia itu sendiri dan
menjauhi laranganNya agar dapat mencegah kerusakan di muka bumi.
Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan sosial
manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia
yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin
dirinya sendiri. Dengan berjiwa pemimpin, manusia akan dapat mengelola diri, kelompok
dan lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relative
pelik dan sulit. Di sinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil
keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pemimpin
2. Apa saja kriteria pemimpin sukses
3. Bagaimana pemimpin dan perbaikan perusahaan
4. Apa saja syarat kepemimpinan
5. Bagaimana wanita sebagai pemimpin
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian dari pemimpin
2. Untuk mengetahui apa saja kriteria pemimpin sukses
3. Untuk mengetahui pemimpin dan perbaikan perusahaan
4. Untuk mengetahui syarat kepemimpinan
5. Untuk mengetahui wanita sebagai pemimpin

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pemimpin
Ada 2 istilah yang merujuk pada pengertian pemimpin. Pertama, kata Umara yang
sering disebut dengan ulul amri. Hal itu dikatakan dalam al-qur’an surat An-nisa ayat 59
Dalam ayat itu di katakan bahwa ulul amri adalah orang yang mendapat amanah
untuk mengurus urusan rakyat. Dengan kata lain,  pemimpin itu adalah orang yang
mendapat amanah untuk mengurus urusan rakyat.
  Kedua, pemimpin sering disebut khadimul ummah (pelayan umat). Menurut
istilah itu, seorang pemimpin harus menempatkan diri pada posisi sebagai pelayan
masyarakat (pelayan perusahaan). Bagi pemimpin yang bersikap melayani, maka
kekuasaan yang dipimpinnya bukan sekedar kekuasaan yang dipimmpinnya melainkan
kekuasaan yang bersifat formalistik karena jabatannya, melainkan sebuah kekuasaan
yang melahirkan sebuah power (kekuatan) yang lahir dari kesadaran.
B. Kriteria Pemimpin Sukses
Ada beberapa kriteria pemimpin sukses dalam sebuah organisasi.
1. Ketika seorang pemimpin dicintai oleh bawahan
Organisasi yang dipimpinnya akan berjalan dengan baik jika kepemimpinannya
dinahkodai oleh pemimpin yang dicintai oleh bawahan.
2. Pemimpin yang mampu menampung aspirasi bawahannya
 Maksudnya adalah pemimpin yang baik juga dapat menerima kritik dari
bawahannya. Jika pemimpin itu melakukan sesuatu yang baik, maka bawahan akan
mendukungnya, namun jika sebaliknya maka bawahan akan mengoreksinya. Inilah
pentingnya mekanisme tausiyah, mekanisme saling mengoreksi dan saling
menasehati
3. Pemimpin yang selalu bermusyawarah
Musyawarah ini ditujukan untuk saling bertukar pendapat dan pemikiran. Islam
menganjurkan untuk membuadayakan musyawarah antara sesama orang beriman.

4. Tegas
Tipe pemimpin dalam islam tidak otoriter, melainkan tegas dan bermusyawarah serta
dicintai.
Sedangkan islam juga memiliki pandangan tentang kriteria terhadap seorang
pemimpin. Adapun kriteria pemimpin menurut islam adalah :
1. Niat yang tulus
Apabila menerima suatu tanggung jawab, hendaklah didahului dengan niat sesuai
dengan apa yang Allah perintahkan. Kepemimpinan atau ajabatan adalah tanggung
jawab dan beban, bukan kesempatan dan kemuliaan.
2. Laki-laki
Wanita sebaiknya tidak memegang jabatan kepemimpinan. Hal inipun telah ada
didalah hadits yang diriwayatkan oleh imam Bukhari bahwasannya Rasulullah SAW
bersabda :
﴿ ْ‫لَن‬: ‫سلَّ َم قَا َل‬ َ ‫ض َي هًّللا ُ َع ْنهُ َع ِن النَّبِ ِّي‬
َ ‫صلَّى هَّلل ُ َعلَ ْي ِه َو‬ ِ ‫َوعَنْ أَبِ ْي بَ ْك َرةَ َر‬
‫يُ ْفلِ ُح قَ ْو ٌم َولَ ْوا أَ ْم َر ُه ْم اِ ْم َر ُه ْم اِ ْم َرأَةً﴾ رواه البخا رى‬
“Dari Abu Bakar r.a, rasulullah saw. Bersabda, “Tidak akan pernah bahagia suatu kaum
(bangsa) jika mereka menyerahkan urusan mereka kepada wanita.” (HR Bukhari)
3. Tidak meminta jabatan
Rasulullah bersabda kepada Abdurrahman bin Samurah: “janganlah kamu meminta
untuk menjadi pemimpin. Sesungguhnya jika kepemimpinan diberikan kepada kamu
karena permintaan, maka kamu akan memikul tanggung jawab sendirian, dan jika
kepemimpinan diberikan kepada kamu bukan karena permintaan, maka kamu akan
dibantu untuk menanggungnya,” (Riwayat Bukhari dan Muslim).
4. Berperan dan konsisten pada hukum Allah
Ini adalah salah satu kewajiban seorang pemimpin. Allah berfirman, “Dan hendaklah
kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka.” (al-Maaidah:49).
Jika ia meninggalkan hukum Allah, maka seharusnya dilucutkan dari jabatannya.
5. Memutuskan perkara dengan adil
Rasulullah bersabda, “Tidaklah seorang pemimpin mempunyai perkara kecuali ia
akan datang dengannya pada hari kiamat dengan kedaan terikat, entah ia akan
diselamatkan oleh keadilan, atau akan dijerumuskan oleh kezhalimannya. (Riwayat
Baihaqi dari Abu Hurairah dalam kitab Al-Kabir).
6. Senantiasa ada ketika diperlukan rakyat
Hendaklah untuk selalu membuka pintu untuk setiap pengaduan dan permasalahan
rakyat. Rasulullah bersabda,” Tiadaklah seorang pemimpin atau pemerintah menutup
pintunya terhadap keperluan, hajat, dan kemiskinan kecuali Allah akan menutup
pintu-pintu langit terhadap keperluan, hajat, dan kemiskinannya,” (Riawayat Imam
Ahmad dan At-Tirmidzi).
7. Menasehati rakyat
Rasulullah bersabda, “Tidaklah seorang pemimpin yang memgang urusan kaum
Muslimin lalu ia tidak bersungguh-sungguh dan tidak menasehati mereka, kecuali
pemimpin itu tidak akan masuk surga bersama mereka (rakyatnya).
8. Tidak menerima hadiah
Seorang rakyat yang memberikan hadiah kepada pemimpin pasti mempunyai maksud
tersembunyi. Oleh karena itu, hendaklah seorang pemimpin menolak pemberian
hadiah dari rakyatnya. Rasulullah bersabda, “Pemberian hadiah kepada pemimpin
adalah pengkhianatan.” (Riwayat Thabarani).
9. Mencari pemimpin yang baik
Rasulullah bersabda, “Tidakkah Allah mengutus nabi atau menjadikan seorang
khalifah kecuali ada bersama mereka itu golongan pembantu, yaitu pembantu yang
menyuruh kepada kebaikan dan mendorongnya kesana. Maka orang yang terjaga
adalah orang yang dijaga oleh Allah.” (Riwayat Bukhari dari Abu said r.a).
10. Lemah lembut
Doa Rasulullah, “ya Allah, barangsiapa mengurus satu perkara umatku, lalu ia
mempersulitnya, maka persulitlah ia, dan barangsiapa yang mengurus satu perkara
umatku dan ia berlemah lembut kepada mereka, maka berlemah lembutlah
kepadanya.
11. Tidak meragukan rakyat
Rasulullah bersabda, “ Jika seorang pemimpin menyebarkan keraguan dalam
masyarakat, ia akan merusak mereka.” (Riwayat Imam Ahmad, Abu Dawud, dan Al-
halim).
12. Terbuka untuk menerima ide dan kritikan
Salah satu prinsip islam adalah kebebasan bersuara. Kebebasan bersuara ini adalah
program bagi rakyat untuk memberi ide atau kritikan kepada pemimpin agar semua
menggembling tenaga dan ijtihad kearah pembentukan negara yang maju.

C. Pemimpin dan Perbaikan Perusahaan


sesungguhnya perbaikan yang paling utama yang harus dilakukan seorang pemimpin
adalah perbaikan internal. Perbaikan internal inilah yang tidak banyak dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan pada umumnya. Mereka justru lebih menekankan pada
target,target,dan target. Sebuah perusahaan memang harus memiliki target. Akan tetapi,
hal yang harus diperhatikan juga adalah bagaimana proses untuk mencapai target itu.
Proses pencapaian target itulah yang harus dihayati oleh perusahaan. Apalah arti sebuah
perusahaan yang berhasil melampaui target,namun ternyata karyawannya melakukannya
dengan terpaksa dan tidak dilandasi cinta. Kondisi seperti ini mungkin hanya akan
mampu bertahan selama dua tahun. Setelah itu para karyawan akan mencari perusahaan
lain sebagai tempat mereka dapat mengaktualisasikan diri, dapat bermusyawarah, dapat
memberikan pendapat, dapat memberikan saran dsb. Jadi, hal yang paling penting selain
unsur-unsur yang bersipat mekanistis adalah unsur-unsur yang bersifat ruhiyah bersifat
hati dan spiritual.
Jika unsur-unsur yang bersifat ruhiyah,hati dan spiritual itu telah tercipta dalam diri para
karyawan, maka akan terjadi peningkatan kualitas sumber daya manusia perusahaan.
Artinya, pengembangan diri karyawan dapat diimplementasikan dengan baik di samping
faktor-faktor keterampilan.Pengembangan diri hanya akan terjadi jika hati para
karyawan memang siap untuk dikembangkan. Jika hati mereka tidak siap untuk
dikembangkan akibat hilangnya motivasi, tidak adanya penghargaan kepada pekerja, dan
tidak adanya koreksi terhadap kesalahan yang dilakukan, maka program pengembangan
diri tidak akan berjalan dengan baik. Sebaliknya jika hati para karyawan siap di
kembangkan, meskipun diberikan sentuhan-sentuhan sedikit saja maka mereka akan
melakukan pembinaan diri secara intensif. Artinya, para karyawan tidak lagi merasa
terpaksa dengan pengembangan diri dan hati. Dalam kegiatan ekonomi, hati harus diberi
porsi yang utama.

Adapun dalam sebuah hadist Nabi Muhammad yang mengatakan bahwa “Ingatlah
bahwa diri kita ada segumpal darah yang kalau beres, bereslah perilaku, kalau rusak,
maka rusaklah perilaku itu. Itulah yang dikatakan hati.” (HR Bukhari dan muslim).

Konsep kepemimpinan islami sebagai dasar, Pemimpin yang baik adalah pemimpin
yang berpegang pada nilai-nilai moral, etika yang bersumber pada ajaran agama yang
dianutnya. Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan sempurna maka ia harus memiliki
pedoman atau konsep-konsep yang jelas dalam menjalankan kepemimpinannya di
masyarakat, kantor ataupun instansi pemerintah. Setiap agama memiliki kaidah-kaidah
kepemimpinan yang bersumber pada kitab suci. Dalam pandangan Islam, kepemimpinan
merupakan amanah dan tanggungjawab yang tidak hanya dipertanggungjawabkan
kepada anggota-anggota yang dipimpinya, tetapi juga akan dipertanggungjawabkan di
hadapan Allah. Secara etimologis istilah kepemimpinan dikenal dengan kata imamah,
sedangkan kata yang terkait dengan kepemimpinan dan berkonotasi pemimpin dalam
Islam ada 7 (tujuh) macam, yaitu: khalifah, malik, wali, ‘amir, ra’in, sultan, rais, serta
ulil ‘amri. Menurut ulama Quraish Shihab, imam dan khalifah adalah dua istilah yang
digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk pemimpin. Kata imam diambil dari kata amma-
ya’ummu, yang berarti menuju, menumpu dan meneladani. Kata khalifah berakar dari
kata khalafa, yang pada mulanya berarti “di belakang.” Kata khalifah, sering diartikan
“pengganti” karena yang menggantikan selalu berada di belakang, atau datang sesudah
yang digantikannya selanjutnya. Al-Qur’an menggunakan kedua istilah ini untuk
menggambarkan ciri seorang pemimpin ketika berada di depan sebagai panutan, dan
ketika dibelakang sebagai seorang pendorong sekaligus mengikuti kehendak dan arah
yang dituju oleh yang dipimpinnya.6 Sebagai agama yang sesuai dengan fitrah manusia,
Islam memberikan prinsip-prinsip dasar dan tata nilai dalam mengelola organisasi atau
perusahaan. Al-qur'an dan As-sunnah dalam permasalahan ini telah mengisyaratkan
beberapa prinsip pokok dan tata nilai yang berkaitan dengan kepemimpinan, kehidupan
bermasyarakat, berorganisasi, perusahaan termasuk di dalamnya ada manajamen usaha
yang nota-benenya merupakan kontrak sosial. Prinsip-prinsip atau nilai-nilai tersebut
antara lain:7
a) Prinsip Tauhid Prinsip tauhid merupakan salah satu prinsip dasar dalam kepemimpinan
Islam. Sebab perbedaan akidah yang fundamental dapat menjadi pemicu dan pemacu
kekacauan suatu umat. Sebab itu, Islam mengajak ke arah satu kesatuan akidah diatas
dasar yang dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat, yaitu tauhid. Dalam al-Qur'an
sendiri dapat ditemukan dalam surat An- Nisa': 48, Ali Imran: 64 dan surat Al-Ikhlas.
Dalam QS An-Nisa: 4
b) Prinsip Musyawarah Musyawarah berarti mempunyai makna mengeluarkan atau
mengajukan pendapat. Dalam menetapkan keputusan yang berkaitan dengan kehidupan
berorganisasi dan bermasyarakat, paling tidak mempunyai tiga cara: 1) Keputusan yang
ditetapkan oleh penguasa; 2) keputusan yang ditetapkan pandangan minoritas; dan 3)
keputusan yang ditetapkan oleh pandangan mayoritas, ini menjadi ciri umum dari suatu
perusahaan atau organisasi. Hal ini sebagaimana terdapat pada surat Ali-Imran: 15
c) Prinsip Keadilan (al-‘Adalah) Keadilan adalah kata jadian dari kata “adil” yang terambil
dari bahasa Arab ‘adl. Kamus- kamus bahasa Arab menginformasikan bahwa kata ini
pada mulanya berarti “sama” atau “persamaan.” Persamaan yang merupakan makna asal
kata “adil” itulah yang menjadikan pelakunya “tidak berpihak,” dan pada dasarnya pula
seorang yang adil “berpihak kepada yang benar,” karena baik yang benar maupun yang
salah sama-sama harus memperoleh haknya. Dengan demikian, ia melakukan sesuatu
“yang patut” lagi “tidak sewenang-wenang.”10
d) Prinsip Kebebasan (al-Hurriyah) Kebebasan dalam pandangan Al-Qur'an sangat
dijunjung tinggi termasuk dalam menentukan pilihan agama sekaligus. Namun
demikian,kebebasan yang dituntut oleh Islam adalah kebebasan yang bertanggungjawab.
Kebebasan disini juga kebebasan yang dibatasi oleh kebebasan orang lain. Dalam
konteks kehidupan kehidupan organisasi, setiap individu mempunyai hak yang tak
terpisahkan dari kebebasan dalam segala bentuk fisik, budaya, ekonomi dan politik serta
berjuang dengan segala cara

D. Syarat Kepemimpinan
Terdapat empat syarat pemimpin yang islami, yaitu:
1. Memiliki akidah yang benar (aqidah salimah)
Seorang pemimpin harus mempunyai pegangan atau keyakinan yang kuat, keyakinan
terhadap Allah sebagai Rabb-Nya serta beriman dan bertakwa kepada-Nya.
2. Memiliki ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas
Pemimpin yang kuat fisik dan luas pengetahuan diperlukan untuk menjadikan umat
yang juga kuat. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan yang luas bagi
pemimpin adalah perlu.
3. Memliki akhlak yang mulia (akhlaqul karimah)
Pemimpin juga berfungsi sebagai pendidik umat, maka pada prinsipnya pemimpin
wajib memiliki segala sifat yang berakhlak mulia dan sebaiknya perlu menjauhkan
diri dari sifat-sifat yang tercela. 
4. Seorang pemimpin harus memiliki kecakapan manajerial
Memahami ilmu-ilmu administrasi, mengatur semua kegiatan karyawannya serta
mengatur urusan-urusan duniawi yang lainnya.

E. Wanita Sebagai Pemimpin


Persoalan kepemimpinan perempuan dalam perspektif pendidikan Islam merupakan
sesuatu yang unik dan urgen dibicarakan, bahkan selalu menjadi perdebatan yang tak
kunjung sima. Hal ini disebabkan karena kepemimpinan merupakan akad timbal balik antara
pimpinan dan rakyat yang tugasnya cukup komplek, sebagai pelayan umat yang harus
mampu mewujudkan rasa keadilan, menciptakan rasa aman, menjaga disintegrasi sampai
pada kemampuan mendapatkan Negara Baldatun Thayyibatun Warabbun Ghafur. Syariat
Islam yang sifatnya komprehensif, elastis, dinamis dan fleksibel, menentukan kriteria-kriteria
yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, antara lain, adil,punya kapasitas keilmuan (dunia
dan akhirat), sehat fisik dan mental. Sebagian ulama menambah satu kriteria lagi yaitu harus
laki-laki, sementara sebagian ulama lain tidak mempermasalahkan gender (jenis kelamin)
laki-laki atau perempuan, yang penting punya potensi dan profesional. Penulis berasumsi,
terlepas dari pro kontra ulama tentang kepemimpinan perempuan, yang utama adalah seorang
pemimpin mampu membawa aspirasi umat semaksimal mungkin, tidak munafik, tidak
menipu diri sendiri.Mansour Fakih dalam buku Analisis Gender dan Transformasi sosial
menjelaskan, setidaknya terdapat lima bentuk ketidakadilan gender.2Pertama, violence,
kekerasan dalam kehidupan sosial. Penyebabnya adalah lemahnya kaum perempuan.
Tiadanya aturan yang dapat memperkuat posisi perempuan manakala dihadapkan pada situasi
demikian. Kedua, marginalisasi, pemiskinan perempuan dalam kehidupan ekonomi. Terdapat
banyak perbedaan jenis dan bentuk, tempat dan waktu serta mekanismeproses pemiskinan
perempuan, karena perbedaan gender. Ketiga, stereotype, pelabelan negatif dalam kehidupan
budaya. Stereotype dalam kaitannya dengan gender adalah pelabelan negatif terhadap jenis
kelamin tertentu,umumnya kaum perempuan. Perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi,
karena tugasnya hanya berkutat di sumur, dapur, dan kasur. Pelabelan ini sangat populer di
masyarakat. Keempat, Double burden, beban berganda dalam 2Mansour Fakih, Analisis
Gender dan Transformasi Sosial, (Yogyakarta: Pustaka, 1996), Hal. 13-23
kehidupan keluarga. Seorang istri, selain melayani suami, memasak dan merawat anak,
membersihkanrumah, mencuci pakain, membantukerja suami di toko, kantor, sawah, pasar,
dan sebagainya. Kelima, subordinasi, penomorduaan dalam kehidupan politik. Bentuk
ketidakadilan ini antara lain, berupa penempatan perempuan hanya pada posisi yang kurang
penting, posisi yang tidak mempunyai wewenang untuk mempengaruhi proses pembentukan
keputusan.
Kesetaraan Gender dalam Konsep KepemimpinanIslamGender merupakan hasil konstruksi
sosial budaya dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Peran gender bersifat
dinamis, dipengaruhi oleh umur (generasi tua dan muda, dewasa dan anak-anak), ras,etnik,
agama,lingkungan geografi, pendidikan, sosial ekonomi dan politik. Oleh karena itu,
perubahan peran gender sering terjadi sebagai respon terhadap perubahan kondisi sosial
ekonomi, budaya, sumberdaya alam dan politik. Gender merupakan identifikasi perbedaan
antara laki-laki dan perempuan dari segi-segi sosial budaya, psikologis dan bidang lainnya.
Sehingga dalam persoalan gender itu sendiri selalu berkaitan dengan persamaan hak antara
laki-laki dan perempuan. Ketidakadilan gender ini biasanya bermula dari kesenjangan gender
dalam berbagai aspek kehidupan, terutama dalam akses pendidikan dan sumber ekonomi.
Dalam Islam, setiap manusia pada hakikatnya adalah pemimpin baik bagi dirinya sendiri
maupun apa yang dipimpinnya, sehingga seorang pemimpin suatu saat akan dimintai
pertanggungjawabannya. Hal ini sebagaimana hadits yang berasal dari Rasulullah SAW yang
diriwayatkan oleh Ibnu Umar r.a : “Saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda : setiap
orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya.
Seorang kepala negara akan diminta bertanggung jawapan perihal rakyat yang dipimpinnya.
Seorang suami akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang isteri yang
memelihara rumah tangga suaminya akan ditanya perihal tanggungjawab dan tugasnya.
Bahkan seorang pembantu/ pekerja rumah tangga yang bertugas memelihara barang milik
majikannya juga akan ditanya dari hal yang dipimpinnya. Dan kamusekalian pemimpin dan
akan ditanya (diminta pertanggungan jawab) dari hal hal yang dipimpinnya”. Pemimpin
sangat dibutuhkan dalam kehidupan, baik rumah tangga, masyarakat, bangsa, negara
termasuk perusahaan. Pemimpin memanfaatkan kemampuan dan kecerdasannya dengan
memanfaatkan lingkungan dan potensi yang ada untuk kemajuan organisasi atau perusahaan
yang dipimpinnya. Dalam kaitan itu, apa sebenarnya kepemimpinan itu? Makna
kepemimpinan mengalami perubahan selaras dengan peran yang diemban, kemampuan untuk
memberdayakan (empowering) bawahan/karyawan sehingga muncul inisiatif untuk berkreasi
dalam bekerja dan hasilnya lebih bermakna bagi perusahaan dengan sekali-kali pemimpin
mengarahkan, menggerakkan, dan mempengaruhi bawahan/karyawan. Inisiatif pemimpin
harus direspon sehingga dapat mendorong munculnya sikap mandiri dalam bekerja dan
berani mengambil keputusan dalam rangka percepatan pencapaian tujuan
organisasi/perusahaan. Jadi, kepemimpinan adalah kemampuan seseorang dalam
menggerakkan, mengarahkan sekaligus mempengaruhi pola pikir, cara kerja setiap anggota
agar bersikap mandiri dalam bekerja terutama dalam pengambilan keputusan untuk
kepentingan percepatan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Begitu urgensinya posisi kepemimpinan tersebut, sehingga dalam pandangan Islam,
kepemimpinan merupakan amanah dan tanggungjawab yang tidak hanya
dipertanggungjawabkan kepada anggota-anggota yang dipimpinnya, tetapi juga akan
dipertanggungjawabkan dihadapan Allah. Sehingga pertanggung jawaban kepemimpinan
dalam Islam tidak hanya bersifat horizontalformal sesama manusia, tetapi bersifat vertikal-
moral, yakni tanggungjawab kepada Allah di akhirat nanti. Seorang pemimpin akan dianggap
lolos dari tanggungjawab formal dihadapan orang-orang yang dipimpinnya, tetapi belum
tentu lolos ketika ia bertanggungjawab dihadapan Allah. Kepemimpinan sebenarnya bukan
sesuatu yang mesti menyenangkan, tetapi merupakan tanggungjawab sekaligus amanah yang
amat berat yang harus diemban dengan sebaik-baiknya. Allah berfirman dalam QS al-
Mu’minun: 8-9 ‘Dan orang-orang yang memelihara amanah (yang diembankannya) dan janji
mereka, dan orang-orang yang memelihara sholatnya, mereka itulah yang akan mewarisi
surga firdaus, mereka akan kekal didalamnya

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu melakukan tugas-tugasnya
secara efektif. Pemimpin yang setiap saat me-review misinya agar selalu relevan dengan
semua situasi kepemimpinannya. Pemimpin yang mampu menyesuaikan kebutuhan
organisasi dengan keinginan masyarakatnya (stakeholder). Pemimpin yang berbakat
mendayagunakan seluruh sumber daya dan mengembangkan talenta orang-orang yang
ada dalam organisasi untuk mencapai tujuan berkelanjutan.
Dalam Islam tertera nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang mendasari pola-pola
kepemimpinan efektif. Kepemimpinan efektif ekuivalen dengan pemimpin yang dalam
melaksanakan tugasnya selalu mengedepankan nilai-nilai atau prinsip-prinsip Islam
seperti;  kecerdasan, visibilitas, inisiatif, rela berkorban, tanggung jawab, percaya diri,
tanggap, empati, inovatif, toleran, kesederhanaan, efektifisien, keteladanan, dan
keterbukaan. Pemimpin/manajer yang mengacu akan nilai-nilai ini, ia akan mempunyai
dua keistimewaan. Keistimewaan yang pertama ia disebut khalifah dan keistimewaan
yang kedua ia akan disebut a’bid. Khalifah karena ia mengadopsi prinsip-prinsip
kepemimpinan, dan a’bid karena ia mengimplementasikan ajaran-ajaran ketuhanan.

Anda mungkin juga menyukai