PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam manajemen risiko, tentunya perlu adanya sebuah teknik agar risiko tersebut
dapat dihindari. Salah satu risikonya adalah risiko operasional. Risiko operasional adalah
risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari ketidakcukupan atau kegagalan
proses internal, manusia, sistem, atau peristiwa-peristiwa dari eksternal. Risiko operasional
merupakan risiko yang paling tua tetapi belum banyak diketahui karakteristiknya
dibandingkan beberapa risiko lain seperti risiko pasar, risiko tingkat bunga, risiko
kredit.Dikatakan paling tua, karena perusahaan berurusan dengan aspek operasional sejak
perusahaan berdiri.
Dalam makalah ini akan membahas tentang teknik manajemen risiko untuk risiko
operasional dan manajemen risiko untuk eksposur perubahan kurs. Manajemen risiko
operasional memfokuskan pada manajemen kualitas, yang intinya adalah bagaimana
memperbaiki kualitas produk atau pelayanan dengan memperbaiki proses produksi atau
pelayanan. Sehingga nantinya akan dibahas manajemen kualitas melalui konsep six-sigma,
yang kemudian diteruskan dengan alat statistik yang bermanfaat untuk pengendalian kualitas.
Selain manajemen risiko operasional, tentunya perusahaan harus memanajemen risiko
perubahan kurs. Dalam makalah ini akan dibahas tentang manajemen risiko perubahan kurs
untuk eksposur transaksi, eksposur akuntansi, dan eksposur operasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah yang
akan dibahas dalam makalah ini, diantaranya adalah:
1. Bagaimana teknik manajemen risiko dalam menghadapi risiko operasional khususnya
dalam risiko kualitas?
2. Bagaimana teknik manajemen risiko untuk eksposur perubahan kurs?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk memahami teknik manajemen risiko operasional pada manajemen kualitas.
2. Untuk memahami teknik manajemen risiko untuk eksposur perubahan kurs.
BAB II
PEMBAHASAN
Six sigma mempunyai dua metodologi kunci yaitu DMAIC dan DMADV:
a. DMAIC (define, measure, analyze, improve,control) digunakan untuk memperbaiki
proses bisnis saat ini yang berada di bawah standar, dan digunakan untuk mencari
perbaikan secara gradual.
DMAIC terdiri dari lima tahap berikut ini:
1. Mendefinisikan secara formal tujuan dari perbaikan proses yang konsisten dengan
permintaan konsumen dan strategi orgnisasi.
2. Melakukan pengukuran awal untuk perbandingan di masa mendatang. Melakukan
penataan dan pengukuran proses yang sedang diperbaiki, dan mengumpulkan data
proses yang diperlukan.
3. Melakukan analisis untuk memverifikasi kaitan dan hubungan sebab akibat.
4. Memperbaiki dan mengoptimalkan proses berdasarkan analisis dengan
menggunakan teknik seperti desain eksperimen.
5. Menyiapkan dan mengendalikan percontohan untuk menetapkan kemampuan
proses, transisi ke produksi, dan secara terus menerus mengukur proses dan
menetapkan mekanisme pengendalian, untuk memastikan bahwa variasi
diperbaiki sebelum memunculkan produk rusak.
b. DMADV (define, measure, analyze, design, verify) digunakan untuk menciptakan
proses atau output yang baru yang mempunyai kualitas dengan standar six-sigma.
DMADV juga bisa digunakan jika proses saat ini membutuhkan lebih dari
perbaikan gradual.
DMADV terdiri dari lima tahap:
1. Mendefinisikan secara formal tujuan dari aktivitas desain yang konsisten dengan
permintaan konsumen dan strategi perusahaan.
2. Mengukur, mengidentifikasi kualitas perusahaan, kemampuan produk,
kemampuan proses produksi, assessment risiko dan sebagainya.
3. Analisis, mengembangkan alternatif desain, menciptakan desain dengan tingkat
yang tinggi, dan mengevaluasi kemampuan desain, supaya bisa dipilih desain
yang terbaik.
4. Desain, dan mengembangkan desain yang detail, megoptimalkan desain, dan
merencanakan verifikasi desain.
5. Verifikasi desain, menyiapkan percontohan, menjalankan proses produksi, dan
menyerahkan proses tersebut ke pemilik proses.
Six-sigma mengidentifikasi lima peranan kunci untuk menjamin kesuksesannya.
Kelima kunci tersebut adalah:
1. Pemimpin puncak (Direktur atau CEO) organisasi dan anggota manajemen puncak
lainnya. Mereka bertanggung jawab untuk menetapkan visi untuk pelaksanaan six-
sigma.
2. Champions bertanggung jawab terhadap pelaksanaan six-sigma di organisasi dengan
cara yang terintegrasi. Champion juga bertindak sebagai guru untuk pemegang sabuk
hitam six-sigma.
3. Master Black Belts (Guru pemegang sabuk hitam) ditunjuk oleh champions, bertindak
sebagai pakar dalam organisasi (in-house) dalam hal six-sigma. Mereka
menghabiskan waktunya 100% untuk six-sigma.
4. Pemegang sabuk hitam bekerja di bawah guru sabuk hitam untuk melaksanakan
metodologi six-sigma untuk proyek spesifik. Fokus mereka adalah pelaksanaan
proyek, sedangkan fokus champions dan guru pemegang sabuk hitam adalah
indentifikasi proyek/ fungsi untuk six-sigma.
5. Pemegang sabuk hijau adalah karyawan yang melaksanakan six-sigma berbarengan
dengan pekerjaannya. Mereka bekerja di bawah pengarahan pemegang sabuk hitam.
3. Perbaikan Proses Bisnis
Perbaikan proses bisnis berkaitan erat dengan six-sigma, karena salah satu
aktivitas six-sigma bisa jadi melakukan perbaikan proses bisnis. Perbaikan proses bisnis
adalah pendekatan yang sistematis untuk membantu organisasi melakukan perubahan
signifikan terhadap cara organisasi menjalankan bisnisnya. Tujuan dari perbaikan proses
bisnis lebih pada perubahan radikal, bukannya perubahan secara gradual.
Cara kerja perbaikan proses bisnis adalah sebagai berikut ini:
1. Mendefinisikan tujuan strategis organisasi, misi dan maksud keberadaan organisasi.
2. Menentukan kosumen, stakeholders organisasi.
3. Menentukan struktur dan proses yang ada saat ini. Menyatukan proses bisnis agar
bisa memenuhi persyaratan yang diminta oleh konsumen.
4. Menentukan output apa dari proses tersebut yang akan menghasilkan nilai tambah
bagi organisasi. Pemilik proses yang bertanggung jawab menentukan output tersebut.
5. Setelah output tersebut ditentukan, organisasi perlu memfokuskan pada
pencapaian output tersebut, perlu melakukan perubahan agar bisa memenuhi misi dan
visinya, menggunakan serangkaian benchmark dan indikator pencapaian target
lainnya.
4. Bagan Pengendalian (Control Charts)
Bagan pengendalian ingin menunjukkan apakah variasi dari output disebabkan
karena proses yang masih terkendali (in control) atau proses yang sudah tidak terkendali
(out of control). Jika situasi menjadi tidak terkendali, maka perbaikan harus dilakukan
agar proses kembali lagi ke situasi normal. Badan pengendalian bisa dikelompokkan
berdasarkan data yang dicakup. Bagan x̄ digunakan jika kualitas suatu output diukur
dengan variabel seperti panjang, berat, temperatur, dan sebagainya. Jika
suatu output mempunyai ukuran di luar batas yang ditentukan, maka proses produksi
seharusnya dievaluasi ulang, sebelum dilanjutkan lagi.
a. Bagan X (X – Chart)
Garis vertikal menyajikan skala pengukuran variabel yang diamati. Garis
tengah menyajikan rata-rata dari proses jika proses masih terkendali. Dua batas
yaitu batas atas dan batas bawah. Jika suatu sampel diamati berada diantara kedua
batas tersebut, maka dikatakan bahwa ada probabilitas yang tinggi bahwa proses
masih terkendali. Jika sampel mempunyai variabel diatas batas atas atau di bawah
batas bawah, maka ada indikasi proses tersebut di luar kendali, sehingga tindakan
perbaikan seharusnya dilakukan. Dari waktu ke waktu sampel akan diambil untuk
diamati. Garis kanan adalah garis waktu.
b. Bagan x jika standar deviasi dan rata – rata diketahui
Jika standar deviasi dan rata-rata proses diketahui, kita bisa menyusun
bagan x. Misal perusahaan menjual beras dalam karung. Jika proses berjalan
sebagaimana mestinya, beras karung tersebut adalah 5kg, standar deviasinya
adalah 0,5kg. Diasumsikan juga bahwa berat pengisian beras adalah
beristribusi normal. Karena itu akan megamati sampel, maka kita akan
menggunakan rata-rata sampel dan standar deviasi sampel. Distribusi sampel
dari rata-rata bisa digunakan untuk menentukan batas atas dan batas bawah,
dengan demikian indikator batas atas dan batas bawah. Standar deviasi dari
bisa dihitung sebagai berikut :
α x~ = α / √n
Misal kita melakukan inspeksi 10x (setelah proses pegisian karung
pertama selesai, kita ambil misal lima karung, kemudian kita rata-rata
beratnya, proses diulangi sampai 10x pengisian karung), nilai rata-rata sampel
yang diharapkan adalah 5kg, standar errornya adalah
α x~ = 0,5 / √ 10 = 0,5 / 3,16 = 0,158
Batas atas dan bawah biasanya ditentukan denga 3 standar deviasi dari
rata-rata dari total wilayah. Dengan demikian batas atas dan bawah untuk
pengisian beras tersebut adalah:
Batas atas (UCL) = 5 +3 (0,158) = 5,47
Batas bawah (LCL) = 5 – 3 (0,158) = 4,52
c. Bagan Distribusi Pengisian Karung Beras
Contoh :
e. Bagan R (R-chart)
Dalam beberapa situasi, kita ingin membentuk bagan R (R-chart), yaitu
bagan yang memperlihatkan variabilitas suatu proses. Untuk membuat R-chart,
kita bisa mengasumsikan range sebagai variabel random dengan nilai rata-rata dan
standar deviasinya. Rata-rata range memberikan estimasi rata-rata variabel
random tersebut. Standar deviasi range bisa dihitung sebagai berikut :
αR=d3 (R~ / d2)
dimana d3 dan d2 adalah konstanta yang nilainya tergantung dari ukuran
sampel. Batas atas dan bawah untuk range tersebut bisa dihitung sebagai
berikut :
UCL R = R~ +
(αR) LCL R = R~ -
(αR)
Dalam hal ini kita melakukan spekulasi. Jika tebakan kita salah, kita akan
merugi. Jika pasar sudah efisien, maka alternatif semacam itu tidak akan
menghasilkan keuntungan. Alternatif lain adalah dengan menggunakan derivatif
untuk mencegah kerugian yang muncul akibat perubahan kurs.
3. Manajemen Eksposur Operasi
Eksposur operasi terjadi karena perubahan kurs akan mengakibatkan
terganggunya operasi perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
a. Jangka Pendek: Memanfaatkan situasi perubahan kurs untuk kepentingan
perusahaan.
Dalam hal ini PT. Tjiwi Kimia, memanfaatkan perubahan kurs dengan
meningkatkan ekspor beragam produk nya ke pasar Internasional. Meskipun kita
ketahui bahwa, harga jual produk-produk Perseroan tergantung juga pada factor
eksternal diluar kendali perseroan, yang salah satunya adalah Perubahan Kurs
Mata Uang.
b. Jangka Panjang: Mengurangi sensitivitas operasi perusahaan terhadap
perubahan kurs.
Dalam jangka panjangnya, operasi perusahaan PT. Tjiwi Kimia dibuat menjadi
tidak sensitive pada perubahan kurs, supaya pihak manajer perusahaan lebih
memfokuskan perhatiannya pada aspek non-kurs seperti (pemasaran serta
produksi) yang nantinya dapat menghasilkan sebuah produk yang dapat
memuaskan para konsumen yang menggunakannya. Pengurangan sensitivitas
pada dasarnya bertujuan untuk merubah produk ataupun konsumen perusahaan
untuk tidak menjadi sensitive terhadap perubahan harga (harga berubah karena
kurs yang berubah pula). Pengurangan sensitivitas dapat melalui beberapa cara
sebagai berikut :
1) Aspek Pemasaran
Perusahaan dapat membuat pemasaran yang membuat konsumen
berkurang sensitivitasnya terhadap kurs yang ada. Seperti, dengan
mendiferensiasikan produk perusahaan. Produk yang terdiferensiasi memiliki
fitur yang akan menarik konsumen untuk membeli. Bukan karena harganya,
namun karena fitur yang ada pada produk yang dihasilkannya.
Saat ini, produk-produk PT. Tjiiwi Kimia sudah dikenal luas di
pasaran dunia terutama negara-negara di Asia, Amerika, Timur Tengah,
Afrika dan Eropa. Strategi pemasaran yang dilakukan dengan lebih fokus
pada pasar Asia dan domestik yang relatif tidak terpengaruh secara signifikan
oleh krisis ekonomi serta penetrasi terhadap pasar-pasar baru yang prospektif
telah membantu pemasaran produk Perseroan. Untuk distribusi lokal,
Perseroan bekerja sama dengan distributor-distributor yang sudah memiliki
hubungan kerja dengan wholesaler, retailers dan pedagang, dimana mereka
menjual barang Perseroan ke penerbit, sekolah, kantor dan toko. Sedangkan
untuk penjualan ekspor, Perseroan melakukan penjualan langsung kepada
distributor, agen, toko, pabrikan maupun ke end customer.
2) Aspek Produksi
Perusahaan dapat melakukan manajemen eksposur operasi dengan melalui aspek
produksi. Kemampuan Perseroan untuk mengendalikan biaya produksi dapat
mempengaruhi usaha, kondisi keuangan dan hasil dari operasi Perseroan itu sendiri.
Biaya pembelian pulp berperan sangat penting dalam komposisi biaya produksi kertas
dan produk pengemas. Harga pulp sangat berfluktuasi dan sensitif terhadap perubahan
kapasitas dan output level di pasar internasional dan regional dan juga terhadap
perubahan kondisi makro ekonomi. Perseroan berusaha untuk menekan biaya produksi
lainnya. Biaya produksi lainnya termasuk dari biaya bahan bakar, bahan kimia, biaya
overhead (termasuk biaya perbaikan dan perawatan), tenaga kerja dan biaya bahan
pendukung lainnya.
Perseroan secara aktif mencari solusi untuk mengendalikan biaya tersebut, sebagai
contoh penyesuaian energi campuran yang digunakan dalam proses produksi, bergantung
pada biaya biomass, batu bara dan gas alam untuk memaksimalkan penghematan biaya
energi. Untuk meningkatkan efisiensi, Perseroan juga melakukan perubahan product mix
dari waktu ke waktu dan meningkatkan penjualan high value-added products yang
bertujuan untuk memaksimalkan pengembalian dari investasi atas aset tetap. Di
sepanjang 2011 sampai dengan 2013, kapasitas produksi kertas mengalami peningkatan
sedangkan untuk produk pengemas dan stationery cenderung stabil. Kenaikan kapasitas
produksi kertas terjadi di 2012 sebesar 10% dikarenakan adanya penambahan mesin baru.
Perseroan bermaksud untuk meningkatkan kapasitas produk kertas untuk mencukupi
permintaan pasar global. Peningkatan kapasitas produksi ini akan diikuti dengan
peningkatan signifikan belanja modal Perseroan.
3) Aspek lain
Masih banyak aspek lain yang digunakan untuk manajemen eksposur
operasi pada PT. Tjiwi Kimia Tbk.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Manajemen risiko operasional dilakukan melalui perbaikan operasional perusahaan.
Karena itu manajemen kualitas menjadi relevan dengan menajemen risiko operasional.
Perbaikan proses bisnis juga merupakan teknik yang bermanfaat untuk mengelola risiko
operasional. Di samping aspek rekayasa kualitas, aspek pengendalian dan pengawasan
kualitas juga penting diperhatikan. Teknik statistik yang bisa digunakan untuk
mengendalikan atau mengawasi proses manajemen kualitas, yaitu teknik statistik
x~ chart, R chart.
2. Manajemen risiko perubahan kurs dilakukan berdasarkan tipe eksposur yang dihadapi
oleh perusahaan, yaitu eksposur transaksi, akuntansi, dan operasi. Untuk masing-masing
eksposur tersebut, beberapa alternatif manajemen risiko bisa dilakukan.
B. Saran
Setelah mengetahui tentang teknik manajemen risiko pada manajemen kualitas dan
manajemen perubahan kurs, hendaknya jika kita nantinya bekerja dalam sebuah perusahaan, kita
mengamalkan apa yang telah kita ketahui dan pahami.
DAFTAR PUSTAKA
Hanafi, Mamduh M. Manajemen Risiko. Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2016.
Supriyono, R. A. Manajemen Risiko. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, Anggota
IKAPI, 2016.