Anda di halaman 1dari 4

Tingkatkan Peran HR dalam Pelaksanaan UU Cipta Kerja

Oleh : Herry Barus | Minggu, 18 Oktober 2020 - 14:00 WIB

Tingkatkan Peran HR dalam Pelaksanaan UU Cipta Kerja

INDUSTRY.co.id - Jakarta- Pemerintah telah mengesahkan UU Cipta Kerja pada 5 Oktober 2020
lalu lewat Rapat Paripurna DPR. Pengesahan tersebut menjadi sorotan bagi banyak pihak,
khususnya dunia usaha dan karyawan, untuk mendapatkan kejelasan terkait kebijakan baru
berdasarkan UU Cipta Kerja yang disahkan.

Dengan latar belakang tersebut, Mekari selaku perusahaan teknologi penyedia Software as a
Service (SaaS) melalui produknya Talenta, software HRIS & payroll berbasis cloud,
menyelenggarakan Insight Talenta yang membahas mengenai “Lingkup dan Peran HR Dalam
Perencanaan UU Cipta Kerja”.

Event webinar ini dilaksanakan pada Jumat, 16 Oktober 2020 dengan narasumber yakni Faisal
Rizza, S.H, M.H selaku Dosen Politeknik Ketenagakerjaan, Masykur Isnan, Advokat dan IR
Specialist juga Founder IR Talk, dan Suwandi Soh, CEO Mekari dengan tujuan memberikan
ruang diskusi bagi para praktisi HR dan ahli terkait perkembangan dan penerapan UU Cipta
Kerja. Harapannya forum diskusi ini bisa memberikan insight lebih lanjut terkait implementasi
UU Cipta Kerja di dunia usaha kedepannya serta langkah strategis apa yang bisa disiapkan oleh
HR dengan perubahan ini

Mekari memiliki visi untuk meningkatkan produktivitas bisnis di Indonesia melalui produk -
produknya seperti Talenta, Jurnal, dan Klikpajak. Insight Talenta merupakan bentuk komitmen
Mekari dalam memfasilitasi ruang edukasi dan informasi terkait isu atau perkembangan seputar
dunia HR, serta mengedukasi pengaplikasian teknologi yang dapat mengautomasi proses HR
agar berjalan lebih mudah dan efisien salah satunya melalui produk Talenta, software HRIS &
Payroll berbasis cloud.
Dalam event webinar Insight Talenta kemarin yang dihadiri sekitar 500 praktisi HR di Indonesia,
Masykur Isnan, Advokat dan Founder IR Talks, menyatakan, “Perjalanan UU Cipta Kerja ini
masih panjang karena tidak serta merta bisa diterapkan jika sudah ditandatangani Presiden
atau secara resmi mendapatkan lembaran negara. Banyak pasal yang membutuhkan turunan
teknis dalam Peraturan Pemerintah hingga nantinya bisa diimplementasikan.”

Sementara itu Faisal Rizza selaku Dosen Politeknik Ketenagakerjaan juga menekankan bahwa,
“Di masa transisi ini, HR bisa menenangkan karyawan untuk bersabar dan meyakinkan bahwa
perusahaan akan comply dengan aturan yang berlaku. Jangan sampai termakan hoaks karena
pengesahan UU ini masih panjang dan butuh waktu untuk merumuskan aturan teknis di
Peraturan Pemerintah.”

Kedua narasumber tersebut menjelaskan bahwa jika proses pengesahan UU secara resmi
berjalan lancar, masih dibutuhkan kurang lebih 3 bulan untuk mengatur aturan teknis
turunannya. Sehingga, kemungkinan implementasi dari UU Cipta Kerja ini paling cepat dapat
dilaksanakan pada Kuartal I 2021.

Dalam pemaparan yang diberikan, ada beberapa langkah yang bisa diterapkan HR untuk
mempersiapkan diri di masa transisi sebelum UU Cipta Kerja diimplementasikan, seperti:

1. Memahami dengan jelas terkait UU Cipta Kerja dan aturan turunannya

UU Cipta Kerja ini memang dibuat untuk merubah, menetapkan dan mengganti UU No 13
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, tapi perlu dipahami HR bahwa hanya sebagian poin yang
diubah. Masih ada poin - poin lain yang mengacu pada UU No 13 Tahun 2003 atau kebijakan
lain yang sudah ditetapkan pemerintah terkait ketenagakerjaan yang berlaku. Di masa transisi
ini sebelum UU Cipta Kerja disahkan masih mengacu pada UU yang berlaku.

2. Pahami instrumen produk yang berkaitan jika UU Cipta Kerja ini diimplementasikan

Penting bagi HR untuk memahami basic knowledge, bahwa UU bersifat umum sementara ada
instrumen produk hukum yang bersifat spesialis di internal perusahaan seperti Perjanjian Kerja,
Peraturan Perusahaan, Perjanjian Kerja Bersama (PKB) dan lainnya. Butuh kajian jika Omnibus
Law ini berkaitan dengan produk hukum yang bersifat internal. Lalu, perlu dikaji juga
keterkaitan Omnibus Law kedepannya dengan strategi bisnis agar bisa berjalan dengan paralel
dan HR berperan untuk memastikan aspek UU, instrumen hukum dan strategi bisnis sinergis.

3. Membangun relasi dan komunikasi yang berkelanjutan secara efektif

HR harus menempatkan diri menjadi strategic partner bagi perusahaan dengan menjadi sumber
yang kredibel terkait update pemberlakuan dan implementasi UU Cipta Kerja kedepannya. Ada
2 (dua) fase yang akan dihadapi oleh HR di masa ini yaitu Fase I, saat UU Cipta Kerja Belum
Diimplementasikan, dimana butuh transparansi dan update dari HR kepada manajemen atau
karyawan atas kejelasan perkembangan UU Cipta Kerja dan Fase II, saat UU Cipta Kerja dan PP
turunannya ditetapkan, dimana HR perlu membuat roadmap strategi perencanaan perubahan
yang mempertimbangkan sisi produktivitas dan target bisnis, serta tetap memikirkan
kesejahteraan karyawan.

“Menjadi penting bagi HR untuk mencari banyak referensi yang kredibel dan membangun
channel komunikasi terpusat dan dua arah karena HR memegang peran sebagai contact center.
Hal ini akan memudahkan penyampaian informasi atau sosialisasi secara transparan antara
perusahaan dan karyawan. Poin penting lainnya adalah meyakinkan karyawan bahwa
perusahaan akan selalu comply dengan aturan yang berlaku,” ujar Suwandi Soh, CEO Mekari
dalam webinar tersebut.
Dalam pengembangan produk, Mekari selalu berusaha comply dengan perubahan kebijakan
yang diterapkan oleh pemerintah. Suwandi menjelaskan bahwa “Kami mencoba mendeteksi
sedini mungkin perubahan kebijakan di pemerintah dan berusaha mengadopsinya dengan
cepat ke dalam sistem Talenta. Sehingga teman - teman HR bisa dengan mudah dan efisien
langsung mengimplementasikannya dengan otomatis jika menggunakan Talenta. Misalnya,
kebijakan insentif PPh 21 DTP yang ditetapkan pemerintah dampak Covid - 19 atau penyesuaian
iuran BPJS, secara cepat kami implementasikan di sistem Talenta, jadi proses payroll bisa lebih
mudah tanpa perlu menyesuaikan potongan secara manual. Teknologi automasi yang
ditawarkan oleh HRIS seperti Talenta ini bisa jadi strategi yang diterapkan HR untuk tetap
comply meskipun ada perubahan - perubahan kebijakan kedepannya.”

Anda mungkin juga menyukai