Anda di halaman 1dari 5

NAMA : M.

FAJRI
NO.BP : 1710532034

A. DEFENISI PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN


Pengertian pemimpin menurut Suradinata (1997:11) adalah orang yang memimpin
kelompok dua orang atau lebih, baik organisasi maupun keluarga. Sedangkan,
kepemimpinan adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mengendalikan,
memimpin, mempengaruhi fikiran, perasaan atau tingkah laku orang lain untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

B. TEORI KEPEMIMPINAN AWAL.


1. Teori Orang Hebat (Great-Man Theory).
Pernyataan ini menggunakan “Teori Orang Hebat atau Great-Man Theory”,
yang mana usaha orang-orang di zaman dahulu kala dalam pencarian sifat-
sifat umum terhadap kepemimpinan membawa mereka kepada kesimpulan
bahwa pemimpin yang hebat adalah orang-orang hebat yang dilahirkan ke
dunia, bukan orang-orang hebat yang dibentuk menjadi pemimpin hebat.

Pada tahun 1847, Thomas Carlyle menyatakan bahwa sejarah adalah sesuatu
yang universal, sejarah merupakan apa yang telah dicapai manusia di dunia ini dan
sejarah berada di dasar orang-orang hebat yang telah bekerja keras di dunia.
Dalam pernyataannya ini, Carlyle setuju bahwa pemimpin hebat adalah mereka
yang sudah diberkahi potensi heroik, kecerdasan dan mental yang lebih kuat dari
Tuhan. Akan tetapi, teori kepemimpinan ini sempat terbantahkan setelah manusia
melihat peristiwa kehebatan Adolf Hitler.

2. Teori Sifat (Trait Theory).


Pada Teori Sifat atau Trait Theory ini, para ahli mengemukakan bahwa setiap
pemimpin memiliki mental, fisik dan kepribadian tertentu yang sangat berbeda
dengan mereka yang bukan pemimpin. Tidak seperti teori kepemimpinan yang
sebelumnya, yaitu Teori Great-Man, yang mana banyak para ahli berpendapat
seorang pemimpin adalah mereka yang terlahir dengan genetik kepemimpinan
di dalam dirinya masing-masing, sehingga semua karakteristik kepemimpinan
sudah melekat semenjak lahir. Trait theory ini mengabaikan faktor genetik
kepemimpinan tersebut. Tidak hanya itu, teori sifat ini juga tidak begitu yakin
bahwa seorang pemimpin dapat dibentuk atau dilatih.

Seorang ahli bernama Jenkins mengidentifikasikan sifat-sifat kepemimpinan


dari teori ini. Beberapa sifat yang secara garis keturunan menurun kepada orang
tersebut seperti, kecerdasan, tinggi badan, ketampanan dan kecantikan (daya
tarik), kepribadian dan juga karisma. Bahkan, seorang filsuf terkenal bernama
Max Weber mengatakan bahwa karisma adalah suatu kekuatan revolusioner
terbesar yang mampu mengajak orang lain untuk melakukan pengabdian dan
mengikuti arahan pemimpin berkarismatik tersebut.

3. Teori Kepemimpinan Situasional (Situational Theories).


Teori Kepemimpinan Situasional ini merekomendasikan kepada kita bahwa
tidak ada gaya kepemimpinan yang paling tepat dalam kehidupan ini. Dalam hal
ini, gaya kepemimpinan yang perlu kita terapkan tergantung dengan suatu
keadaan tertentu. Teori Kepemimpinan Situasional menyampaikan kepada kita
bahwa gaya kepemimpinan yang tepat itu bergantung pada faktor-faktor
tertentu seperti, kualitas dan situasi para pengikut kita (anggota tim).

Teori kepemimpinan ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1969 yang
mengungkapkan bahwa tidak ada cara yang paling tepat untuk memimpin, yang
ada hanyalah para pemimpin harus mampu beradaptasi dengan segala situasi
dan mengubah gaya kepemimpinan berdasarkan situasi yang dirinya hadapi.
Jadi, setiap gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan berbeda-beda,
karena semuanya tergantung dari tingkat kesiapan para pengikut atau
anggota timnya.

4. Teori Gaya dan Perilaku (Style and Behavior Theory).


Dalam teori gaya dan perilaku ini, kita bisa melihat bahwa kesuksesan dan
keberhasilan yang diraih oleh seorang pemimpin semuanya tergantung dengan
perilaku, sikap, dan karakteristik yang dirinya miliki. Dengan kata lain,
keberhasilan kepemimpinan tergantung pada sikap dan perilaku pemimpin
dalam memenuhi fungsi-fungsi kepemimpinannya.
Misalnya, kita perlu melihat bagaimana cara seorang pemimpin mengambil
keputusan dengan tepat, bagaimana cara seorang pemimpin memotivasi
karyawannya, bagaimana cara pemimpin tersebut memberikan perintah atau
instruksi, berkomunikasi dengan sesama pemimpin maupun dengan seluruh
anggota timnya.

5. Teori Transaksional (Transactional Theory).


Ini adalah teori kepemimpinan yang hadir pada akhir tahun 1970-an dan awal
1980-an. Dalam teori kepemimpinan ini, baik seorang pemimpin dan pengikut
terlibat dalam praktik yang memungkinkan adanya pertukaran antara pengikut
dan pemimpin. Dengan kata lain, teori ini digambarkan sebagai suatu asosiasi
yang melibatkan pemimpin dan pengikut terjadi karena adanya serangkaian
perjanjian antara pemimpin tersebut dengan para pengikutnya.

6. Teori Transformasional (Transformational Theory).


Kepemimpinan transformasional adalah sebuah teori yang relevan dengan
kehidupan modern saat ini. Dalam hal ini, teori kepemimpinan transformasional
mencakup dua elemen yang sangat penting. Kedua elemen yang dimaksud adalah
relasional dan hal-hal yang berurusan dengan perubahan riil. Teori kepemimpinan
ini terjadi ketika satu orang atau sekelompok orang berhubungan dengan orang
banyak dengan upaya untuk mengangkat posisi atau pencapaian para pemimpin
dan pengikut (anggota tim). Dengan kata lain, antara pemimpin dan pengikut
saling mengangkat pencapaian mereka sampai kepada tingkat motivasi dan
moralitas (semangat) yang lebih tinggi.

C. TIGA TEORI KONTINGENSI UTAMA KEPEMIMPINAN.


1. Teori kepemimpinan Fiedler (Contingensi of leadhership)
Teori atau model kontingensi (Fiedler, 1967) sering disebut teori situasional
karena teori ini mengemukakan kepemimpinan yang tergantung pada situasi.
Model atau teori kontingensi Fiedler melihat bahwa kelompok efektif tergantung
pada kecocokan antara gaya pemimpin yang berinteraksi dengan subordinatnya
sehingga situasi menjadi pengendali dan berpengaruh terhadap pemimpin.

Menurut Fiedler, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kesesuaian


situasi dan ketiga faktor ini selanjutnya mempengaruhi keefektifan pemimpin.
Ketiga faktor tersebut adalah hubungan antara pemimpin dan bawahan (leader-
member relations), struktur tugas (the task structure) dan kekuatan posisi
(position power).
Gaya kepemimpinan fiedler :
- Kepemimpinan berorientasi-tugas
- Kepemimpinan berorientasi-hubungan
Faktor-faktor situasional :
- Hubungan pemimpin-anggota
- Struktur tugas
- Position power

2. Teori Kepemimpinan Path-Goal


Path-Goal Theory atau model arah tujuan ditulis oleh House (1971)
menjelaskan kepemimpinan sebagai keefektifan pemimpin yang tergantung
dari bagaimana pemimpin memberi pengarahan, motivasi, dan bantuan untuk
pencapaian tujuan para pengikutnya. Path-Goal Theory, berpendapat bahwa
efektifitas pemimpin ditentukan oleh interaksi antara tingkah laku pemimpin
dengan karakteristik situasi (House 1971).

Menurut House, tingkah laku pemimpin dapat dikelompokkan dalam 4


kelompok:
1). Supportive leadership (menunjukkan perhatian terhadap kesejahteraan bawahan
dan menciptakan iklim kerja yang bersahabat)
2). Directive leadership (mengarahkan bawahan untuk bekerja sesuai dengan
peraturan, prosedurdan petunjuk yang ada),

3). Participative leadership (konsultasi dengan bawahan dalam pengambilan


keputusan)

4). Achievement-oriented leadership (menentukan tujuan organisasi yang menantang


dan menekankan perlunya kinerja yang memuaskan).

3. Teori Kepemimpinan Vroom & Yetton


Vroom & Yetton mengembangkan tujuh gaya (dari A sampai G) pembuatan
keputusan manajemen dengan memberikan 13 alternatif saran mana yang cocok
diterapkan dalam situasi yang berbeda. Artinya, dengan melihat situasi disarankan
keputusan gaya yang cocok.
Berikut ini disajikan lima gaya pengambilan keputusan yang disarankan
Vroom & Yetton lengka dengan tingkat partisipasi bawahannya:
Gaya 1. Tetapkan keputusan sendiri dengan menggunakan informasi yang ada
saat itu. Partisipasi bawahan tidak ada.

Gaya 2. Dapatkan informasi dari bawahan dan selesaikan masalah oleh kita sendiri.
Tidak perlu memberitahukan kepada bawahan apa yang menjadi masalah ketika
meminta informasi kepada mereka, peran yang diharapkan dari bawahan hanya
merupakan sumber informasi dan bukan mengemban alternative penyelesaian.
Partisipasi bawahan rendah.

Gaya 3. Ikut sertakan bawahan yang bersangkutan dengan masalah, minta ide dan
sarannya secara sendiri-sendiri. Kemudian ambil keputusan, baik sendiri atau tidak
disertai pengaruh dan saran-saran bawahan. Partisipasi bawahan sedang.

Gaya 4. Ikut sertakan bawahan sebagai satu kelompok, dapatkan ide dan saran
dari mereka. Kemudian ambil keputusan sendiri disertai pengaruh dan saran
bawahan. Partisipasi bawahan tinggi.

Gaya 5. Ikut sertakan bawahan sebagai suatu kelompok dalam memecahkan


masalah. Bersama mereka kembangkan dan evaluasi alternatif. Usahakan
mencapai consensus. Anda sebagai pemimpin berperan sebagai ketua. Tidak
dibenarkan mempengaruhi kelompok dengan apa yang hendak anda putuskan
dan anda bersedia untuk menerima dan melaksanakan setiap keputusan
kelompok. Partisipasi bawahan sangat tinggi.

D. Isu-Isu Kontemporer Dalam Kepemimpinan


Menurut Hainswort & Meng isu berada dalam empat tahap, yakni:
× Tahap Permulaan
Pada tahap ini tidak ada isu yang tampak namun kondisi muncul dengan jelas
yang berpotensi untuk berkembangnya menjadi sesuatu yang penting. Isu terjadi
dalamorganisasi ketika kelompok secara signifikan mempunyai permasalahan
dalam perkembangannya secara politik, kebijakan, ekonomi atau tren sosial.
Dalam tahap ini harus diketahui apakah ini termasuk isu yang penting atau tidak.

× Tahap Mediasi
Pada tahap ini isu telah berkembang dan memberikan pengaruh terhadap
organisasi secara jelas. Organisasi masih dapat menjaga isu tidak berkembang
dengan memperhatikan isu-isu lainnya. Selain itu, organisasi harus mengelola
arus informasi dengan memberikann informasi dua arah yang cukup kepada
masyarakat secara aktual dan benar.

× Tahap Organisasi
Tahap organisasi adalah dimana isu sedang berkembang dan menjadi topik
pembicaraan yang berkembang menjadi krisis. Publik akan membentuk jaringan
untuk mendesak organisasi melakukan suatu tindakan terhadap isu yang
berkembang ini. Organisasi harus memberikan penanganan yang cepat dan
melibatkan stakeholder. Dalam tahap ini media memiliki peran yang penting
karena kemampuan komunikasi massanya. Organisasi perlu melakukan
pemantauan terhadap media. Diperlukan teknik Media Relations yang baik agar
isu dapat mereda dengan cepat.

× Tahap Resolusi
Jika telah mencapai tahap ini, berarti adanya anggapan bahwa isu telah selesai.
Namun, organisasi harus terus melakukan pemantauan untuk mencegah isu
datang kembali.

Perusahaan dan insititusi akan bisa menghasilkan kepemimpinan yang baik


apabila mereka mempunyai perencanaan kepemimpinan (succession planning)
dan program mentoring dalam perusahaannya di mana orang yang cakap dapat
dibina menjadi pemimpin masa depan perusahaan dan organisasinya.

Anda mungkin juga menyukai