PROPOSAL
oleh:
AURELIA SALSABILLA ALMIRAH
1701025148
MANAJEMEN
1
BAB I
PENDAHULUAN
pada era modern sekarang dengan perkembangan jaman, kebutuhan berpenampilan dan
berpakaian bukan hanya sekedar seadanya melainkan kebutuhan fashion, dimana pakaian
Dengan seiring waktu, kebutuhan konsumen yang beragam memberikan peluang bisnis
bagi para pelaku bisnis terutama di bidang fashion. Kenyataan ini membuat banyak
bermunculan toko yang menjual berbagai macam jenis produk fashion baik untuk wanita
maupun pria.
Industri fashion di Indonesia semakin dinamis dan persaingan bukan lagi soal harga,
namun juga kualitas dan desain. Kehadiran ritel luar membuat konsumen semakin
memiliki banyak pilihan dan cerdas memilih produk. Masalah merek memang masih
kualitas yang menentukan kenyamanan saat dipakai. Memilih tempat berbelanja atau
membeli suatu produk merupakan suatu titik awal interaksi konsumen dengan lingkungan
berbelanja.
2
PT. RAMAYANA LESTARI SENTOSA, Tbk merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak dalam bidang bisnis rantai department store dan toko swalayan yang ada di
Indonesia.
Perkembangan toko Ramayana itu nyatanya menunjukkan hasil yang baik. Terbukti pada
tahun 1985, mereka telah membuka toko cabang yang berada di luar Jakarta yakni di
Bandung. Selain itu, mereka juga mulai mengembangkan produk-produk yang ditawarkan
di toko. Pada toko cabang pertama mereka di Bandung, mereka telah memperkenalkan
produk aksesoris seperti sepatu dan tas yang tak hanya terbatas pada pakaian.
Seiring dengan perkembangan toko yang semakin pesat. Bisnis toko sederhana ini pun
menjelma menjadi sebuah jaringan ritel yang tumbuh secara global. Pada tahun 1989 saja,
Ramayana telah memiliki lebih dari 13 gerai yang mampu mempekerjakan setidaknya
Tak hanya itu, Ramayana juga mulai mengembangkan berbagai varian produk, mulai dari
kebutuhan rumah tangga, mainan hingga perlengkapan alat tulis. Kedudukan Ramayana
semakin kuat saat perusahaan melakukan penawaran umum perdana sejak tahun 1996
konsep belanja satu atap pusat perbelanjaan. Dengan konsep ini, Ramayana semakin
tumbuh dengan jaringan ritel yang terbesar di Indonesia. Hingga saat ini jaringan ritel
Ramayana telah tersebar di lebih dari 42 kota besar yang ada di Jawa, Bali, Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi bahkan Ramayana telah membuka jaringan toko di Papua pada
tahun 2010.
Saat ini perusahaan telah mempekerjakan lebih dari 17.867 orang karyawan yang telah
berdedikasi tinggi pada perusahaan. Dengan visi "menjadi jaringan ritel terbesar di
3
Indonesia dengan mengendalikan biaya, meningkatkan layanan pelanggan,
menguntungkan dengan pemasok dan rekan bisnis" Ramayana akan selalu memanjakan
Perilaku konsumen yang menarik di dalam toko ritel modern adalah adanya perilaku
impulse buying atau perilaku pembelian yang tidak direncanakan akibat adanya
Perilaku impulse buying juga dapat terjadi di department store sebagai format toko ritel
informasi tentang fashion membuat konsumen merasa suka berbelanja untuk memenuhi
kebutuhan akan barang yang belum dimilikinya. Alasan kenapa orang menyukai
berbelanja yaitu karena kesenangan pribadi, mereka ingin memiliki barang-barang yang
belum pernah mereka miliki untuk kepuasan diri. Alasan lain adalah karena terdapat
koleksi barang-barang baru, sehingga timbul rasa ingin bereblanja dan memiliki barang
tersebut. Seseorang yang melihat koleksi terbaru, cenderung merasa ingin memiliki
barang tersebut walaupun sebelumnya tidak memiliki rencana untuk berbelanja. Hal
Faktor yang mempenaruhi impulse buying salah satunya adalah hedonic shopping
motivation, Kim (2006) berpendapat bahwa hedonic shopping motivation identik dengan
Menurut Park, Kim dan Forney (2006), hedonic shopping motivation mempunyai peran
penting dalam pembelian impulsif. Oleh sebab itu, sering kali konsumen mengalami
4
pembelian impulsif ketika didorong oleh keinginan hedonis atau sebab lain di luar alasan
`ekonomi, seperti karena rasa suka terhadap suatu produk, senang, sosial atau karena
pengaruh emosional.
bersifat psikologis seperti rasa puas, gengsi, emosi, dan perasaan subjektif lainnya.
Konsumen merasa lebih bersemangat dan puas selama berbelanja ketika mereka
menjelajahi dunia baru. Pengalaman yang menyenangkan pada saat berbelanja dapat
disebabkan oleh pemenuhan hasrat emosional, dalam rangka untuk mengurangi atau
Selain hedonic shopping motivation, shopping lifestyle juga memiliki pengaruh dalam
impulse buying. Menurut Levy, 2009 dalam Chusniasari dan Prijati (2015) shopping
lifestyle didefinisikan sebagai gaya hidup yang mengacu pada bagaimana seseorang
dilakukan, sikap dan pendapatan mereka tentang dunia dimana mereka tinggal.
uang. Dengan ketersediaan waktu konsumen akan memiliki banyak waktu untuk
berbelanja.
Dalam suatu sisitem ekonomi kompetitif dan marketing modern, untuk bertahan dan
pemasaran yang baik. Untuk menarik minat konsumen perusahaan membuat promosi dan
penawaran kompetitif lainya. Hal terpenting dalam marketing adalah bagaimana marketer
5
dapat menyampaikan pesannya secara baik kepada konsumen. Tidak hanya fokus
terhadap orientasi pasar saja, yang dibutuhkan perusahaan yaitu untuk menjadi pemimpin
pasar.
produk, jasa, toko, event dan orang. Kemajuan teknologi yang tersu berkembang dan
kemajuan ekonomi dalam suatu industry membuat dan menuntut marketer untuk lebih
kreatif dalam menyampaikan pesan mereka. Oleh karena itu, marketing tools yang
marketing tools yang ada dimanfaatkan sedemikan rupa dan saling diintegrasikan untuk
menyampaikan pesan dengan baik. Mengintegrasikan alat- alat pemasaran yang ada
bisnis dengan membuat perencanaan, mengeksekusi dan memonitor brand message yang
2008:17). Secara keseluruhan pemasaran berawal dari marketing mix dan juga melibatkan
internet marketing, advertising, sales promotion ,public relations dan personal selling
(Belch, 2004). Berdasarkan fenomena yang terjadi saat ini, dalam penelitian ini akan di
fokuskan kepada hedonic shopping motivation dan shopping lifestyle serta komunikasi
samarinda. Berdasarkan latar belakang tersebut maka saya mengangkat penelitian dengan
6
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut:
7
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan keragaman
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
b. Bagi Mahasiswa
c. Bagi Universitas
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
waktu untuk mengunjungi pusat perbelanjaan, mall, menikmati suasana atau atmosfer
yang ada di pusat perbelanjaan itu sendiri meskipun mereka tidak membeli apapun
suatu kesenangan, keinginan, dan motivasi tersendiri bagi orang yang berbelanja.
9
2.1.2 Indikator hedonic shopping motivation
1. Adventure shopping
Suatu bentuk eksperimen dalam arti petualangan belanja seseorang sebagai bentuk
2. Gratification shopping
Suatu bentuk kegiatan seseorang dalam berbelanja yang dilakukan dengan maksud
untuk menghilangkan penat sebagai alternatif untuk menghilangkan mood negatif dan
3. Role shopping
Situasi dimana banyak konsumen lebih suka berbelanja untuk orang lain daripada
4. Value shopping
10
Situasi dimana adanya kenikmatan yang dihasilkan ketika konsumen berburu untuk
mencari diskon, promosi, tawar menawar lainya. Konsumen yang membeli barang
diskon akan merasa sangta senang dan menganggap dirinya sebagai pembeli yang
5. Social shopping
berbelanja bersama keluarga, teman, sahabat, atau orang tertentu. Tujuanya adalah
Reynolds, 2003).
6. Idea shopping
Suatu keadaan dimana mayoritas konsumen pergi berbelanja karena mereka ingin
Menurut Setiadi (2003) Gaya hidup secara luas didefinisikan sebagai cara hidup yang
mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga dunia di sekitarnya. Dalam diri
11
seseorang tentunya memiliki gaya berbelanja dengan caranya masing-masing. Cara
membedakan antara satu dengan orang lain melalui gaya berbelanja. Menurut Levy,
2009 dalam Chusniasari dan Prijati (2015) shopping lifestyle adalah gaya hidup yang
uang, kegiatan pembelian yang dilakukan, sikap dan pendapat mereka tentang dunia
dimana mereka tinggal. Gaya hidup seseorang dalam membelanjakan uang tersebut
Jadi dapat disimpulkan bahwa shopping lifestyle ini adalah cara gaya hidup seseorang
Menurut Cobb dan Hoyer terdapat enam indikator untuk mengetahui hubungan
shopping lifestyle terhadap impulse buying (Cobb dan Hoyer, 1986 dalam Japarianto
6. Yakin ada dari merk lain (kategori produk) yang sama seperti yang dibeli
12
2.3 Komunikasi Pemasaran Terpadu
Shimp (2010) mendefinisikan IMC sebagai sebuah proses komunikasi yang terdiri
1980an ini didefinisikan oleh Schultz (2004:43) sebagai sebuah strategi dalam proses bisnis
program komunikasi merek yang terkoordinasi pada konsumen, pelanggan, atau sasaran
Jadi, dapat disimpulkan bahwa komunikasi pemasaran terpadu ini merupakan strategi dalam
1. Advertising
2. Internet marketing
mengkomunikasikan produknya.
13
3. Public relations
4. Personal selling
keinginan konsumen.
5. Promosi penjualan
yang sebelumnya tidak diakui secara sadar sebagai hasil dari suatu pertimbangan atau niat
membeli yang terbentuk sebelum memasuki toko. Sedangkan menurut Strack (2005) dalam
Chusniasari dan Prijati (2015), Impulse buying didefiniskan sebagai pembelian yang tiba-tiba
berikut ini:
14
Pembelian yang tidak diharapkan dan memotivasi konsumen untuk membeli
sekarang.
dengan seketika.
3. Pembelian terburu-buru
Desakan spontan untuk membeli sering disertai dengan emosi yang dicirikan
sebagai “menggairahkan”.
Menurut Nguyen, dkk dalam Prastia (2013:2), perilaku belanja hedonis mengacu pada
motivasi. Sedangkan menurut Mowen (2008), impulse buying didefinisikan sebagai tindakan
membeli yang sebelumnya tidak diakui secara sadar sebagai hasil dari suatu pertimbangan
15
H1: Terdapat pengaruh positif antara Hedonic Shopping Motivation (X1) terhadap
Menurut Levy, 2009 dalam Chusniasari dan Prijati (2015) shopping lifestyle adalah gaya
hidup yang mengacu pada bagaimana seseorang hidup, bagaimana mereka menghabiskan
waktu, uang, kegiatan pembelian yang dilakukan, sikap dan pendapat mereka tentang dunia
dimana mereka tinggal. Sedangkan impulse buying didefinisikan sebagai tindakan membeli
yang sebelumnya tidak diakui secara sadar sebagai hasil dari suatu pertimbangan atau niat
H2: Terdapat pengaruh positif antara Shopping Lifestyle (X2) terhadap Impulse
Buying
pada representasi visual untuk menghasilkan gambar pada makna merek, dan simulasi
spektakuler yang menciptakan aspsiasi dalam benak konsumen. Sedangkan impulse buying
didefinisikan sebagai tindakan membeli yang sebelumnya tidak diakui secara sadar sebagai
hasil dari suatu pertimbangan atau niat membeli yang terbentuk sebelum memasuki toko
(Mowen, 2008).
H3: Terdapat pengaruh positif antara komunikasi pemasaran terhadap impulse buying
16
Beberapa penelitian terdahulu sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Shopping Lifestyle dan Impulse Buying (Survei pada Pelanggan Outlet Stradivarius
shopping motives (X1), shopping lifestyle (Y1), impulse buying (Y2). Permodelan
Listyorini mengenai
(X3), impulse buying (Y1). Permodelan persamaan struktural data dari 100 responden
sampling yaitu menggunakan syarat tertentu seperti usia minimal 18-50 tahun, telah
17
semuanya memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pembelian
implusif.
teknik sampel purposive sampling dengan kriteria usia minimal 17 tahun karena pada
4. Penelitian yang dilakukan oleh Lia Octaria Pasaribu, Citra Kusuma Dewi
Toko Online: Studi pada Toko Online Zalora “. Variabel yang digunakan diantaranya
Malang Town Square dan Mall Olympic Garden”. Variabel yang digunakan
18
diantaranya adalah shopping lifestyle (X1), fashion involvement (X2), hedonic
pembelian implusif.
diantaranya adalah hedonic shopping motivation (X1), shopping lifestyle (X2), impulse
buying (Y1). Permodelan persamaan struktural data dari 100 responden dan
buying.
7. Penelitian yang digunakan oleh Erni Veronika Siregar, Citra Kusuma Dewi
adalah motivasi berbelanja hedonis (X1), impulse buying (Y1). Permodelan persamaan
struktural data dari 100 responden dengan menggunakan teknik sampel non
19
digunakan hedonic shopping motivation (X1), shopping lifestyle (Xz), E-impulse
buying (Y1). Permodelan persamaan struktural data dari 100 responden dengan
(X2), hedonic shopping value (X3), impulse buying (Y1). Permodelan persamaan
structural data dari 300 responden dengan menggunakan teknik sampel rumus solvin.
10. Penelitian yang digunakan oleh Hanifah Syafri, Eri Besra mengenai “ Pengaruh
Variabel yang digunakan hedonic shopping motivation (X1), store atmospehere (X2),
sales promotion (X3), impulse buying (Y1). Permodelan persamaan struktural data dari
120 responden dengan menggunakan teknik sample random sampling dengan kriteria
impulse buying.
20
2.6 Kerangka Konsep
21
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Adventure shopping
Yaitu seseorang lebih cenderung mencari sebuah eksperimen dalam arti petualangan
2. gratification shopping
22
3. role shopping
Yaitu seseorang cenderung lebih suka berbelanja untuk orang lain daripada untuk
dirinya sendiri.
4. value shopping
Yaitu seseorang lebih cenderung memebeli barang diskon karena adanya kenikmatan
tersendiri.
5. social shopping
6. idea shopping
Yaitu seseorang lebih cenderung pergi berbelanja karena mereka ingin mengetahui
tren baru.
kegiatan pembelian, dan sikap. Indikator shopping lifestyle didasarkan pada penelitian yang
dikembangkan:
Seseorang lebih sering membeli pakaian model terbaru untuk mengikuti tren yang ada
saat itu.
Seseorang lebih sering membeli merek yang paling terkenal karena mengikuti tren
23
4. yakin merek terkenal yang dibeli terbaik dalam hal kualitas
Seseorang harus yakin bahwa merek yang dibeli terbaik dalam kualitas karena melihat
Seseorang lebih sering membeli berbagai merek karena setiap penjual pasti berbeda
Seseorang lebih sering yakin bahwa merek yang ia beli pasti ada merek lain diluar
mengingatkan konsumen secara langsung maupun tidak langsung tentang produk dan merek
yang dijual. Indikator komunikasi pemasaran didasarkan pada penelitian yang dikembangkan:
1. Advertising
2. Internet marketing
mengkomunikasikan produknya.
3. Public relations
4. Personal selling
24
Ramayana department store melakukan pemasaran komunikasi secara
keinginan konsumen.
5. Promosi penjualan
Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, obyek,
transaksi, atau kejadian di mana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi obyek
penelitian (Mudrajat, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan konsumen
ramayana department store samarinda yang melakukan impulse buying. Sampel merupakan
sebagian atau wakil dari populasi yang memiliki sifat dan karakter yang sama serta
memenuhi populasi yang diselidiki (Sugiono, 2008). Teknik yang digunakan dalam penelitian
ini adalah nonprobability sampling. Teknik nonprobability sampling adalah semua elemen
dalam populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel (Wijaya,
2013). Teknik nonprobability sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Selain itu alasan
menggunakan ini adalah karna untuk lebih menghemat tenaga, waktu dan biaya.
sampai 10 kali jumlah indikator. Pada penelitian ini memiliki 19 indikator. Maka jumlah
sampel yang diambil sebesar 95 sampel atau responden. Namun sebagai antisipasi adanya
25
kesalahan data maka akan disebar kuesioner sebanyak 120 kuesioner dan disortir setelah
penyebaran kuesioner, maka kuesioner yang layak digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Data primer
Data yang digunakan sebagai pertimbangan dalam penelitian ini adalah data primer.
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung di lapangan dari sumber
2. Data sekunder
Data yang berasal dari berbagai sumber yang dengan mempelajari berbagai macam
tulisan seperti buku, jurnal, dan yang lainya yang dapat mendukung penelitian.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan metode survei yang menggunakan
kuesioner, yaitu berupa daftar pertanyaan mengenai gambaran umum tentang perhatian
responden dan pendapat responden mengenai objek penelitian. Menurut Sugiyono (2008)
kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
26
pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Responden menjawab pertanyaan dalam
kuesioner dengan memberi tanda tertentu pada jawaban yang disediakan. Daftar pertanyaan
yang diberikan dalam kuesioner mengenai variabel pengaruh hedonic shopping motivation,
dan shopping lifestyle serta komunikasi pemasaran terhadap impulse buying. Kategori
penilaian dalam penelitian dimana masing-masing pernyataan diberi skor 1-5 yaitu 1 = sangat
tidak setuju , 2 = tidak setuju, 3 = cukup setuju, 4 =setuju, dan 5 = sangat setuju.
a. Uji Validitas
kesahihan suatu instrumen.. Validitas konstruk dalam penelitian ini diuji dengan
versi 25, dimana dikatakan valid apabila memiliki nilai korelasi product moment
b. Uji Reliablitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui akurat dan tepat atau tidaknya suatu
terhadap kelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek
27
3.5 Metode Analisis Data
Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis data software smart PLS.
Menurut Menurut Jogiyanto dan Abdillah (2009) PLS (Partial Least Square) adalah:
Analisis persamaan struktural (SEM) berbasis varian yang secara simultan dapat
pengukuran digunakan untuk uji validitas dan reabilitas, sedangkan model struktural
digunakan untuk uji kausalitas (pengujian hipotesis dengan model prediksi). Selanjutnya
Jogiyanto dan Abdillah (2009) menyatakan analisis Partial Least Squares (PLS) adalah
Menurut Vicenzo (2010) uji yang dilakukan pada outer model yaitu convergent validity,
alpa.
1. Convergent Validity
Validitas konvergen merupakan nilai loading pada faktor variabel laten dengan
2. Discriminant Validity
Validitas diskriminan yaitu nilai cross loading faktor yang berguna untuk mengetahui
28
membandingkan nilai loading pada suatu konstruk yang dituju harus lebih besar
3. Composite Reliability
Uji reabilitas ini merupakan data yang dimiliki Composite Reliable >0.7 mempunyai
5. Cronbach Alfa
Uji realibilitas diperkuat dengan Cronbach alpha atau Composite Reliability. Nilai
Uji pada model structural dilakukan dengan tujuan untuk menguji suatu hubungan antara
konstruk laten. Beberapa uji model structural menurut Vicenzo (2010) yaitu:
Menurut Chin (1998) yaitu, nilai R square sebesar 0.67 menunjukkan kuat, 0.33
Yaitu merupakan nilai koefisien jalur atau besarnya suatu hubungan dan pengaruh
Q square atau yang lebih dikenal dengan Stone-Geisser’s yaitu uji ini dilakukan
29
Jadi, apabila nilai yang didapatkan 0.02 menunjukkan kecil, 0.15 menunjukkan
sedang, dan 0.35 menunjukkan besar dan hanya dapat dilakukan untuk konstruk
statistiknya. Untuk nilai probabilitas, nilai p-value dengan alpha yaitu sebesar 5%
adalah kurang dari 0,05. Dan nilai t statistic untuk alpha sebesar 5% adalah 1,96.
indikatornya seperti:
30
Y = Vektor variabel laten endogen
variabel latenya (Jaya et.AL., 2008). Persamaan blok dengan indikator refleksi dapat
x = λxξ+ Ԑx
y = λη +ɛy
Yaitu, x dan y adalah indikator untuk variabel eksogen dan endogen. Sedangkan x dan
menghubungkan variabel laten dengan indikatornya residual yang diukur seperti dan
dan seperti kefisien regresi berganda dari variabel laten terhadap indikator, sedangkan
Outer model menghubungkan antara blok indikator dengan variabel latenya. Persamaan
31
HSM1 = HSM1 + 1
HSM2 = HSM2 + 2
HSM3 = HSM3 + 3
HSM4 = HSM4 + 4
HSM5 = HSM5 + 5
HSM6 = HSM6 + 6
SL1 = SL1 + 1
SL2 = SL2 + 2
SL3 = SL3 + 3
SL4 = SL4 + 4
SL5 = SL5 + 5
32
SL6 = SL6 + 6
KP1 = KP1 + 1
KP2 = KP2 + 2
KP3 = KP3 + 3
KP4 = KP4 + 4
IB1 = IB1 + 1
IB2 = IB2 + 2
IB3 = IB3 + 3
33
IB4 = IB4 + 4
Keterangan :
Y = Impulse Buying
X2 = Shopping Lifestyle
X3 = Komunikasi Pemasaran
Model struktural (Inner Model) dievaluasi dengan melihat persentase variance yang
dijelaskan oleh nilai R-Square (R2) untuk variabel dependen dengan menggunakan ukuran
Stone-Geisser Q-Square test (Stone, 1974; Geisser, 1975) dan juga melihat besarnya
koefiseien jalur struktural. Model persamaannya dapat ditulis seperti dibawah ini :
η = βo + βη + Гξ + ζ
Yaitu η adalah vector endogen (dependen) variabel laten, ξ adalah vector variabel eksogen
(independent) dan ζ adalah vector variabel residual. Karena, PLS di desain untuk model
resurvuve, maka hubungan antar variabel laten dan setiap variabel dependen dapat ditulis
sebagai berikut :
Ƞ1 = Σiβjiηi + ΣiYjiξi + ζj
34
Yaitu βji dan Yji merupakan sebuah jalur yang menghubungkan variabel endogen (Ƞ) dan
variabel eksogen (ξ), rentang I dan b adalah merupakan range indices dan ζj merupakan
35