Anda di halaman 1dari 135

tr10/f.

r1 Ir

PERBEDAAN MOTIVASI
UNTUK MENIKAH DINI ANTARA
REMAJA LAKl-LAKI DAN REMAJA PEREMPUAN
di Kecamatan Sepatan Tangerang

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan


dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi

YEYEN MELIYANTI
NIM : 101070022997

FAKULTAS PSIKOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATUllAH JAl<ARTA
TAHUN 1428 H/ 2007 M
PERBEDAAN MOTIVASI
UNTUK MENIKAH DINI ANTARA
REMAJA LAKlmLAKI DAN REMAJA PEREMPUAN
di Kecamatan Sepatan Tangerang

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psil<ologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi persyaratan
dalam Memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh:
YEYEN MELIYANTI
NIM: 101070022997

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I, Pembimt~

o/~--
=-~1ad~Ph.D
NIP. 150 326 891
~ny Lm:vinda, M.Si
NIP:

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERll
SYARIF HIDAYATULLAH JAKAFtTA
1428 H / 2007 M
PENGESAHAN PANITIA UJIA~d

Skripsi yang berjudul PERBEDAAN MOTIVASI UNTUK MENIKAH DINI


ANTARA REMAJA LAKl-lAKI DAN REMAJA PEREMPUl~N DI SEPATAN
TANGERANG telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24 Mei
2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Psikologi.
Jakarta, 24 Mei 2007
Sidang Munaqasyah
Sekretaris Merangkap Anggota

NIP: 150 238 773


Anggota:

Penguji I Penguji II

_/~~,s:.-
M. Si sambang Madi., Ph. D
NIP: 150 326 89·1

Pembimbing I Pembimbing II

liany Luzvinda, M. Si
NIP:150 326 891 NIP:
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
(8) Mei 2007
(C) Yeyen Meliyanti
(D) PERBEDMN MOTIVASI UNTUK MENIKAH DINI ANTARA REMAJA
LAKl-LAKI DAN REMAJA PEREMPUAN DI SEPATAN TANGERANG
(E) Halaman : xviii + 89 halaman
(F) Satu sisi, dunia remaja adalah identik dengan dunia coba-coba, dan
rentan dengan paham pergaulan bebas. Namun di sisi lain ada juga
remaja yang di saat usia mereka masih belia, mereka telah berani
mengambil keputusan untuk menikah dan membina rumah tangga di
usia dini. Dan komitmen dalam pernikahan sangat berbeda dengan
l<omitmen dalam hubungan interpersonal biasa. Tentunya dibalik
pengambilan keputusan yang telah dilakukan oleh para remaja laki-laki
dan perempuan, ada banyak faktor motivasi yang rnelatarbelakangi
para remaja mau melakukannya. Motivasi merupakan dorongan yang
dapat mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan apapun
dalam hidup ini.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan


motivasi untuk menikah dini antara remaja laki-laki dan remaja
perempuan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif,
dengan metode kausal komparatif. Populasi penelil!ian ini adalah para
remaja laki-laki dan remaja perempuan yang telah menikah di usia
dini, yaitu antara 18-21 tahun, dengan latar belakang pendidikan
minimal telah lulus SMU/ sederajat, di Sepatan Tangerang. Dengan
menggunakan jumlah sampel untuk masing-masin!l kelompok
sebanyak 25 remaja laki-laki dan 25 remaja pereimpuan. Pengambilan
sampel dilakukan dengan menggunakan probability sampling atau
pengambilan sampel secara acak. Instrument pene!litian men!jgunakan
skala model Likerl, berupa kuesioner skala motivasi dalam
pengambilan keputusan untuk menikah dini yang terdiri dari 47 item.
Uji validitas menggunakan rumus korelasi Product Moment Pearson,
dengan uji reliabilitas menggunakan Alpha-Cronbach. Teknik uji
hipotesa menggunakan Uji-t, dan seluruh perhitun~1anya menggunakan
program SPSS versi 11,5.

Dari hasil analisa data diperoleh nilai signifikansi sebesar (,000)


dengan taraf kepercayaan 95 % (0,05) hasilnya adalah ( ,000 < 0,05)
yang artinya bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, ini berarti bahwa ada
perbedaan yang signifikan pada motivasi untuk menikah dini antara
remaja laki-laki dan remaja perempuan. Bahwa perempuan memiliki
motivasi untuk menikah dini lebih tinggi dari pada motivasi yang dimiliki
oleh laki-laki.
(G) Bahan bacaan : 27 buku (1980 - 2004), 4 skripsi, 6 wibesite.
ABSTRACT

(A) Faculty of Psychology, Syarif Hidayatullah State Islamic University


Jakarta
(B) May 2007
(C) Yeyen Meliyanti
(D) DIFFERENCES IN MOTIVATION FOR MARRIAGE IN EARLY AGE
BETWEEN MALE AND FEMALE YOUTH AT SEPATAN
TANGERANG
(E) Page : xviii + 89 Pages
(F) One side, teenagers are identical by trying world and very susceptible
with free sex. But another hand, there are also some young teenagers
that made amazing choosing in their life by getting married in an early
age. The wedding commitment is different with interpersonal
relationship commitment, their reason in this decision making, had
many motivation factor so they could getting married sooner, cause
motivation could give influence for somebody to make any decision
making in their life.

This research was held to know are there differences motivation on


married in early age between female and male youth. This research
used quantitative with causal comparative method. Population in this
research were female and male youth whom had married in early age
between eighteen until twenty one. With their education background at
least graduated from high school at Sepatan Tange~rang. With using
sample for each group 25 male and 25 female. This research used
probability sampling on took the sample. The instrument of this
research was likert scale, use questioner of motivation scale in
decision making married in early age which include 47 items. For the
validity, we uses the formula product moment pearson and t- test
which were all calculated by SPSS version 11,5the result of the data
analyze were significant,, (,000) with trust standard 95% (0,05) with the
score result (0,000< 0,05). It has mean that Ho was not acceptable
and Ha was acceptable. We could conclude that there is a significant
motivation differences on process for married in early age between
female and male. Female had higher motivation in early age than
male.

(G) Reading substance: 27 books (1980-2004), 4 Scripts, 6 Websites


KATA PENGANTAR
<Bismiffahirramanirrahim

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Yang Maha Pandai (Ar-
Rasyid) lagi Maha Menguasai (Al-Waly), yang selalu memberikan
perlindungan dengan kasih dan sayang-Nya yang Maha Luas (Al-Wasi'u).
Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada pemimpin suri tauladan
terbaik sepanjang zaman, Nabi Muhammad SAW, semoga kita termasuk
pada umat yang mendapat syafaatnya kelak di hari kiamat. Amin.

Sebuah perjalanan panjang yang begitu menegangkan, menguras tenaga,


pikiran, dan waktu. Proses pembuatan skripsi ini memberikan sebuah
pelajaran dan pengalaman hidup yang sangat berharga bagi penulis. Sebuah
tanggung jawab yang harus diperjuangkan dengan berbagai suka dan duka,
hambatan dan kemudahan, semangat dan kebimbangan, keberanian dan
ketakutan, alhamdulillah akhirnya sampai sudah di waktu yang terbaik
menurut-Nya.

Begitu banyak dukungan, motivasi, arahan dan bimbingan dari berbagai


pihak yang telah membantu dan memudahkan proses skripsi ini hingga
selesai. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih yang
tiada terhingga kepada :

1. lbu Hj. Ora. Netty Hartati, M. Si, Oekan Fakultas Psikologi dan ibu Hj. Ora.
Zahrotun Nihayah, M. Si, pembantu dekan I bagian akademik. Untuk ibu
Neneng Tati Sumiati, M. Si dosen pembimbing akademik, ibu Ora.
Agustiyawati, M. Phil. Sne, Bapak Asep Haerul Ghani, S. Psi. serta
seluruh dosen serta para staf Fakultas Psikologi. Terimakasih atas ilmu,
bimbingan dan motivasi yang dengan tulus ikhlas diberikan kepada
penulis dari awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.
2. Bapak Bambang Suryadi, Ph. 0 dan lbu Liany Luzvinda, M. Si dosen
pembimbing skripsi. Yang dengan sabar dan ikhlas me•luangkan waktunya
untuk membimbing penulis, memberi arahan, memotivasi, dan
mengajarkan arti tanggung jawab, ketelitian, serta ketegasan. Hanya Allah
yang mampu membalas kebaikanmu Bapak dan lbu, semoga ini semua
menjadi ilmu yang bermanfaat, amin.
3. Ucapan cinta dan sayang yang teramat, ditujukan untuk orang tua penulis
Bpk. Basri dan lbu Laelatul Akhdah Basri, atas doa dan kasih sayang
yang luar biasa besar. Terimakasih untuk semua pelajaran hidup yang
berharga, yang hanya penulis dapatkan dari sebuah keluarga yang
dipimpin oleh orang tua yang hebat. Semoga Allah memuliakan mereka di
dunia dan akhirat. Rabbighfirlii Waliwaalidayya Warham Humaa Kamaa
Rabbayaanii Shagiira, amin.
4. Untuk kakakku A'a dan Teteh, adikku Syamsul Sudrajat dan Muhammad
Syahrullah, keponakanku adik Syifa Natasya K. Terimakasih untuk setiap
doa dan senyumannya, motivasi yang luar biasa dahsyat !!!
5. Bapak Ors. Abdul Kadir Yusuf Kepala KUA Sepatan Tangerang. Bapal< H.
Miftahuddin S. Ag, Bapak Ahmad Ghozaly, S. Hi, M. S, Bapak Solihin, S.
Hi. Dan tanpa mengurangi rasa terimakasih untuk seluruh staf KUA
Sepatan, tidak memungkinkan bagi penulis untuk menyebutkan satu
persatu namanya disini. Terimakasih telah membantu dan memberi
kemudahan pada penulis selama proses pengambilan data.
6. Semua sahabat terbaik yang penulis miliki : Alfun Khusnia dan keluarga,
terimakasih untuk hati yang bijak, ketenangan, seman~1at, rumah yang
selalu terbuka, menerima dan membantu penulis setiap saat dalam
keadaan apapun. Anna l'anah dan keluarga di Kp. Sawah Lama, tempat
singgah yang nyaman. Eer Herawati, Nurhasanah, Nurhanani, Dewy
Lestari. My Luna dan keluarga, terimakasih untuk doa, senyuman, serta
pengalamannya.
7. Untuk teman-teman terhebat penulis: Rossy Silmiyanita, Fadhilah Rhifa
Aini, Yunny Rizkiani, Dian Rahdiani, Lusy Faiqoh, Susi Karyanti, Abdul
Rahman, Sudedi, Sugiharto, Anissa Solehati, Odhy Rosaeni, dan teman-
teman Psikologi A, C, D, khususnya B 2001. Sahabat baik TLC: Ahmad
Subekti M, Andy Kamaruzaman, Jamali, M. Sugandhi, Yudhy Syarif,
tempat singgah penuh semangat. Sahabat FORMACI, sahabat KKN
Ciwidey Bandung, dan kak Dolly. Kepada semua pihak yang telah
membantu penulis, yang tidak memungkinkan penulis sebutkan satu
persatu, terimakasih.
8. Serta untuk para pasangan muda yang ikhlas menjadi responden dalam
penelitian ini.

Wassalam.

Jakarta, Mei 2007

Penulis
DAFTAR ISi

HALAMAN JU DUL ...............................................................................


HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ....... ...... ....... ..... ..... ...... ..... ..... .. ..... iii
PERSEMBAHAN .................................................................................. iv
ABSTRAK .............................................................................................. v
ABSTRACT ............................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ............................................................................ viii
DAFTAR ISi ........................................................................................... x
DAFTAR TABEL .................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiv

BABI PENDAHULUAN ........................................................... 1-17


1.1. Latar Belakang Masalah ............. " .............................. 1
1.2. ldentifikasi Masalah .................................................... 12
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................... 13
1.3.1. Pembatasan Masalah ..................................... 13
1.3.2. Perumusan Masalah ....................................... 14
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ···"····························· 14
1.4.1. Tujuan Penelitian ............................................ 14
1.4.2. Manfaat Penelitian ............. .......... .... .... ... ... ..... 15
1.5. Sistematika Penulisan ............ .... .... ... .... .................... 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................... 18-51
2.1. Motivasi ..................................................................... 18
2.1.1. Definisi Motivasi .............................................. 18
2.1.2. Macam-macam Motivasi ................................. 22
2.1.3. Aspek-aspek dalam Motivasi .......................... 28
2.1.4. Fungsi dan Peranan Motivasi .......................... 31
2.2. Pernikahan Dini .......................................................... 34
2.2.1. Definisi Pernikahan Dini .................................. 34
2.2.2. Manfaat dan Dampak Pernikahan Dini ............ 36
2.2.3. Tujuan Pernikahan ........................................... .43
2.2.4. Hukum Pernikahan .......................................... 44
2.2.5. Karakteristik dan Tugas-tugas Perkembangan
Remaja ............................................................ 46
2.3. Perbedaan Motivasi Untuk Menikah Dini ................... 47
2.4. Kerangka Berfikir ....................................................... 49
2.5. Hipotesis ······································"···························· 51

BABlll METODE PENELITIAN ............................................. 52-70


3.1. Jenis Penelitian .......................................................... 52
3.1.1 Pendekatan Penelitian .................................... 52
3.1.2 Metode Penelitian ........................................... 52
3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............. 53
3.2.1. Variabel Penelitian .......................................... 53
3.2.2. Definisi Operasional ........................................ 54
3.3. Pengambilan Sampel ................................................. 56
3.3.1. Populasi dan Sampel ....................................... 56
3.3.2. Teknik Pengambilan Sampel .......................... 58
3.4. Pengumpulan Data ..................................................... 59
3.4.1. Metode dan lnstrumen Penelitian .................... 59
3.4.2. Teknik Uji lnstrumen Penelitian ....................... 62
3.4.3. Uji lnstrumen Penelitian .................................. 65
3.5. Teknik Analisa Data ................................................... 67
3.6. Prosedur Penelitian .................................................... 68

BAB IV PRESENTASI DAN ANALISA DATA .................. 71-83


4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian ........................ 71
4.2. Presentasi dan Analisa Data .................................... 74
4.2.1. Uji Homogenitas ............................................. 74
4.2.2. Uji Hipotesis .................................................... 76
4.3. Gambaran Perbedaan Motivasi untuk Menikah Dini ... 79

BABV KESIMPULAN ............................................................ 84-89


5.1. Kesimpulan ................................................................ 84
5.2. Diskusi .... ........ ... ....... .... ... ... .... ...... .. .. ..... ........ ... ......... 84
5.3. Saran ......................................................................... 87

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ xv

LAMPI RAN
DAFTAR TABEL

BABlll

Tabel 3.1 Blue print skala motivasi untuk menikah dini sebelum

~~ ............................................................ ~

Tabel 3.2 Bobot skor penilaian .......................................... 62

Tabel 3.3 Klasifikasi koefisien reliabilitas .............................. 65

Tabel 3.4 Blue print revisi skor motivasi untuk menikah dini ..... 66

BABIV

Tabel 4.1 Komposisi responden berdasarkan jenis kelamin ...... 71

Tabel 4.2 Komposisi responden berdasarkan usia saat menikah 72

Tabel 4.3 Homogenitas .................................................... 75

Tabel 4.4 Tingkat motivasi untuk menikah dini antara remaja

laki-laki dan remaja Perempuan . .. .. . . .. . . . .. . .. . . .. . . . . .. 77

Tabel 4.5 Nilai hasil Uji-t ................................................... 78

Tabel4.6 Nilai Statistik Skor Motivasi Pernikahan Dini ............ 80

Tabel 4.7 Klasifikasi skor skala motivasi untuk Menikah Dini .... 80

Tabel 4.8 Kategori perbedaan motivasi untuk menikah dini

antara remaja laki-laki dan remaja perempuan ......... 81


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat izin penelitian dari Fakultas Psikologi

Lampiran 2. Surat keterangan telah melakukan penelitian dari KUA Sepatan

Lampiran 3. Kuesioner try out

Lampiran 4. Skor hasil try out skala motivasi untuk menikah dini

Lampiran 5. Reliabilitas skala motivasi untuk menikah dini

Lampiran 6. Kuesioner penelitian sebenaranya

Lampiran 7. Skor hasil penelitian skala motivasi untuk menikah dini

Lampiran 8. Uji Homogenitas

Lampiran 9. Uji Hipotesa dengan Uji-t

Lampiran 10. Kategorisasi motivasi untuk menikah dini antara laki-laki dan
perempuan
BABI

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam sebuah hadist, Rasulullah pernah bersabda :

"Aku pernah mendengar Rasulul/ah SAW, bersabda, "Wahai para pemuda

barang siapa dianatara kalian telah mencapai ba'ah, kawinlah. Karena

sesungguhnya, pernikahan itu lebih mampu menahan pandangan mata dan

menjaga kemaluan. Dan, barang siapa be/um mampu melaksanakannya,

hendaklah ia berpuasa karena sesungguhnya puasa itu akan meredakan

gejo/ak hasrat seksua/." (H.R. Imam yang Lima)

Kini, di zaman yang kian maju dan pesat dengan kemajuan teknologi yang

kian canggih, media informasi (baik cetak atau elektronik) terus menawarkan
2

informasi-informasi yang terbaru dan terdepan. Di samping rnanfaatnya yang

positif dan bisa langsung dinikmati, darnpak negatifnya pun dapat juga

langsung berimbas luas pada sernua kalangan, tak terkecuali ke pada

remaja. Telah banyak kita jurnpai kini, tayangan-tayangan televisi, VCD,

DVD, media cetak, film, dunia rnaya (internet), HP. Yang terus menawarkan

bahkan telah terang-terangan menyajil<am tantangan seksual yang

mengumbar nafsu ke pada remaja. Maka tak heran apabila sering kita jumpai

!erjadi pelecehan seksual yang dilakukan oleh remaja.

Pertumbuhan fisik masih jauh dari sempurna pada masa puber berakhir,dan

juga belum sepenuhnya sempurna pada rnasa awal remaja. Seperti pada

semua usia, dalam perubahan fisik juga terdapat perbedaan individual.

Perbedaan seks sangat jelas. Meskipun anak laki-laki memulai pertumbuhan

pesatnya lebih lambat daripada anak perempuan, namun pertumbuhan laki-

laki berlangsung lebih lama, sehingga pada saat matang biasanya laki-laki

lebih tinggi daripada perempuan. Karena otot anak laki-laki tumbuh lebih

besar daripada otot perempuan. Setelah masa puber, kekua!an anak la1ki-laki

melebihi kekuatan anak peremuan, dan perbedaan ini terus meningkat

(Hurlock, 1980).

Pengaruh life style yang kurang baik otomatis akan berdampak negatif pada

pergaulan remaja. Tidak terlalu tabu dan aneh jika sekarang kita lihat dan
3

dengar, para remaja yang melakukan seks bebas, mengkon:sumsi narkoba

dan sejenisnya, remaja putri yang hamil di luar nikah, bahkan sampai nel<at

melakukan aborsi di usia belia.

Lembar fakta yang diterbitkan oleh PKBI, United Nations Population Fond

(UNFPA) dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

menyebutkan bahwa setiap tahun terdapat sekitar 15 juta remaja berusia 15

- 20 tahun telah melahirkan. Dan setiap tahunnya sekitar 2,:3 juta kasus

aborsi juga terjadi di Indonesia dan 20 % nya dilakukan oleh remaja. Sekitar

15 % remaja usia 10 - 24 tahun di Indonesia, yang jumlahnya mencapai 62

juta telah melakukan hubungan seksual di luar nikah ( BKKBN, 2006)

Masa remaja adalah masa di mana manusia sedang mengaliami

perkembangan pesat, baik fisik, psikologis, maupun sosial. Perkembangan

secara fisik ditandai dengan makin matangnya organ-organ 'tubuh termasuk

organ reproduksi. Secara sosial perkembangan ini ditandai dengan semakin

berkurangnya ketergantungan dengan orang tuanya, sehing!ga remaja

biasanya akan semakin mengenal komunitas luar dengan jaian interaksi

sosial yang dilakukannya di sekolah, pergaulan dengan sebaya maupun

masyarakat luas. Pada masa ini pula, ketertarikan dengan la1wan jenis juga

mulai muncul clan berkembang. Rasa ketertarikan pada remaja diwujudkan

dalam bentuk misalnya berpacaran di antara mereka. Hubungan ini


4

dalam bentuk misalnya berpacaran di antara mereka. Hubungan ini

dimaksudkan untuk mencari seorang teman dekat dan didalamnya terdapat

hubungan untuk mengkomunikasikan kepada pasangan, membangun

kedekatan emosi, clan proses pendewasaan kepribadian (BKKBN Potret

Remaja Dalam Data Kompas, 2002).

Saat ini pembengkakan jumlah penduduk usia remaja tengah terjadi di

berbagi negara di dunia, termasuk Indonesia. Saat ini 44 juta remaja

bertumbuh di tanah air kita, artinya, satu dari lima orang Indonesia berada

dalam rentang usia remaja, merekalah bakal orang tua bagi generasi

mendatang. Bisa dibayangkan betapa besar pengaruh segala !indakan yang

mereka lakukan saat ini pada hari-hari mendatang merek:a sebagai orang

dewasa, clan lebih jauh lagi pada bangsa kita di masa depan (BKKBN Satu

Dari Lima Orang Indonesia Adalah Remaja, 2004).

Tahun 1990, majalah Newsweek pemah terbit dalam edisi khusus. Di salah

satu bagian tulisannya, Newsweek menyatakan,"Orang-orang muda Amerika

yang memasuki abad-21 jauh lebih kurang dewasa dibanding para leluhumya

pada awal abad-20. Perbedaan itu nyata dalam seluruh asp1~k perkembangan

pemuda: seks, cinta, perkawinan, pendidikan clan pekerjaan." Lanjutnya,

"secara fisik," pemuda masa kini menjadi dewasa lebih cepat dari pada

generasi-generasi sebelumnya, akan tetapi secara emosional, mereka


5

memakan jauh lebih panjang untuk mengembangkan kedewasaannya."

Kesenjangan antara kematangan fisik yang datang lebih cepat dan

kedewasaan emosional yang terlambat menyebabkan timbulnya persoalan-

persoalan psikis dan sosial. Kematangan fisik, misalnya, menjadikan ke~lenjar­

kelenjar seksual mul;,li bekerja aktif untuk menghasilkan hormon-hormon

yang dibutuhkan. lni kemudian menyebabkan terjadinya dorongan menyukai

lawan jenis, sebagai manifestasi dari kebutuhan seksual. Pada taraf ini,

keinginan untuk mendeka!i lawan jenis memang banyak dis<1babkan oleh

dorongan seks (Adhim, 2002).

Salu sisi, dunia remaja adalah identik dengan dunia coba··coba dam rentan

dengan paham pergaulan bebas. Namun di sisi lain ada juga remaja yang

ingin di saat usia mereka belia, mereka telah berani mengambil keputusan

untuk menikah dan membina rumah tangga di usia dini. Seperti kila ketahui

pemikahan merupakan moment yang sakral, bersifat unik dan sangat

mendalam. Komitmen dalam pemikahan sangat berbeda dengan komi!men

dalam hubungan interpersonal biasa. Pada saat seseorang memutuskan dan

memasuki kehidupan pemikallan, baik wanita a!au pria akan menjumpai

suatu komitmen yang menuntut tanggung jawab dan pengorbanan yang

lebih.
6

Tahun 1983, masyarakat Indonesia pernah dihebohkan oleh gagasan Sarlito

Wirawan Sarwono. Melalui tulisannya berjudul Bagaimana Kalau Kita

Galakkan Perkawinan Remaja?, beliau mengemukakan bahwa pernikahan

remaja merupakan pilihan terbaik untuk menciptakan pergaulan yang baik

dan sehat. Ketika banyak yang tidak setuju pada pendapatnya kala itu,

menarik untuk kita ke!ahui calatan guru besar Fakul!as PsiktJlogi UI ini.

Menurut Sarlito mencegah bahaya haruslah didahulukan ketimbang

rnengambil manfaat, dan manfaat penundaan usia perkawinan rnernang

banyak, dan itu tidak bisa dibantah. Tetapi, kalau perkawinaan rernaja

sunguh-sungguh diperlukan un!uk rnengatasi suatu bahaya, lebih baik

kiranya pencegahan bahaya itu didahulukan. Apalagi rnermmg itulah jalan

yang dibenarkan oleh agarna (Adhirn, 2002).

Dari kacarnata psikologi, pernikahan dini lebih dari sekedar alternatif dari

sebuah musibah yang sedang mengancam kaurn rernaja, tapi juga sebagai

motivator untuk rnelejitkan polensi diri dalam segala aspek positif. Jadi, cukup

logis kalau pernikahan i!u dinilai bukan sekedar tali pengil<at untuk

rnenyalurkan kebutuhan biologis, tetapi juga bisa rnenjadi media aktualisasi

ketaqwaan. Karena i!u, untuk memasuki jenjang pemikahan dibutuhkan

persiapan-persiapan yang rnatang; kematangan fisik, psil<is, rnaupun spiritual

(Buletin lnstinbat FMIPA UNAIR, 2005: Edisi 097).


7

Bahkan menurut Abraham M. Maslow, psikolog humanislik yang menikah di

usia 20 tahun, orang yang menikah di usia dini lebih mungkin mencapai taraf

aktualisasi diri lebih cepat dan lebih sempuma dibanding dengan mereka

yang selalu menunda pernikahan. Pernikahan yang sebenarnya, menurut M.

Maslow, dimulai dari saat menikah. Pemikahan akan mematangkan

seseorang sekaligus memenuhi separuh dari kebu!uhan-~;ebutuhan

psikologis manusia, yang pada gilirannya akan menjadikan manusia mampu

mencapai puncak pertumbuhan kepribadian yang mengesankan (Adhim,

2002).

Dan sebagaimana yang tertera pada pasal 7 ayat 1 tentang syarat-syarat

perkawinan, yai!u : perkawinan hanya akan diijinkan jika pihak pria sudah

mencapai usia 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 tahun

(Mahdiah, 2003).

Jadi setiap orang yang sudah aqil baligh dapat melakukan suatu pemikahan

kapanpun ia mau asalkan ia sudah mampu. Orang yang dikiitakan mampu

adalah orang yang nantinya dapat memenuhi kebutuhan i(eluarganya dari

segi materi maupun immateri. Oleh karena jika seseorang sudah mampu

untuk menikah meskipun ia masih remaja, maka menikahlah. Tetapi ketika

seseorang yang belum siap clan belum mampu untuk menikah, apakah ia

masih remaja atau sudah dewasa, hendaknya ia mengurun£1kan niatnya


8

untuk menikah sampai orang tersebut mampu. Namun menil<ah di usia muda

tidaklah salah, selama itu bertujuan untuk menjauhkan diri dari malape!aka

yang akan menghancurkan diri dunia dan akhirat (BKKBN Rubrik Remaja,

2006).

Pada hadils yang telah disebutkan di awal dengan jelas dialamatkan kepada

syabab (remaja). Mengapa kepada syabab (remaja)? Menurut mayoritas

ulama, syabab (remaja) adalah orang yang telah mencapai aqil baligh dan

usianya belum mencapai tiga puluh tahun. Aqil baligh bisa ditandai dengan

mimpi basah (ihtilam) atau haid bagi wanita. Selain mengandung makna

pendidikan bagi anak, hadits itu juga menyimpan sebuah isyarat bahwa pada

usia remaja, seorang anak telah memiliki potensi menuju kematangan

seksual (Adhim, 2002).

Pemikahan merupakan keputusan individu yang membutuh~:an banyak

persiapan yang matang. Karena pernikahan bukan hanya sekedar tali

pengikat untuk menyalurkan kebutuhan biologis, tapi juga menjadi media

aktualisasi ketaqwaan. Karena i!u, untuk memasuki jenjang pernikahan

dibutuhkan persiapan-persiapan yang matang; kematangan fisik, psikis,

maupun spiritual. Persiapan fisik seperti kesehalan jasrnani, kemampuan

materi, dan bahan-bahan lainnya. Persiapan psikis berupa kesiapan mental

untuk melangsungkan pemikahan, dan persiapan spiritual yaitu berupa


9

keyakimm pada Allah, bahwa kita telah menjalankan perintah-Nya dan

dengan menikah maka telah sempumalah separuh agama kila.

Selain itu, menikah adalah suatu proses pendewasaan, dan dibutuhkan

keberanian untuk memu!uskannya. Menikah adalah proses pengenalan diri,

baik untuk diri sendiri maupun pasangan hidup. Ada komunil{asi dua arah,

ada !oleransi sedalam samudra, ada kerelaan mendengarkan kri!ik, ada

keikhlasan meminta maaf, ada ketulusan melupakan kesalahan, dan

keberanian mengemukakan pendapat. Benar-benar diperlukan keberanian

tingkat tinggi untuk melalui proses ini. Meski begitu menikah sanga! indah bila

dijalankan dengan langkah yang benar (Ali a!-Sahbuni, 2000).

Menurut survey yang dilakukan oleh BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga

Berencana Nasional) !ahun 2004, angka statis!ik pemikahan dini (dengan

pengantin di bawah 16 tahun) menunjukan secara keseluruhan mencapai

lebih dari seperempat, bahkan di beberapa daerah, seperliga dari pemikahan

yang terjadi, tepatnya di Jawa Timur 39,43%; Kalimantan Seilatan 35,48%;

Jambi 30,63%; Jawa Baral 36% dan Jawa Tengah 27,84%. Di beberapa

daerah pedesaan, pemikahan seringkali dilakukan segera s1;;telah anak

perempuan mendapat haid pertama. Padahal pemikahan dini berarti

mendorong remaja untuk menerabas alur tugas perkemban~1annya, menjalani


10

peran sebagai dewasa lanpa memikirkan kesiapan fisik, mental, dan sosial si

pengantin (BKKBN Satu Dari Lima Orang Indonesia Adalah Remaja, 2004).

Sedangkan penelitian yang dilakukan di Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta

menunjukan angka pemikahan dini masih tinggi. Sebagian perempuan

menikah rata-rata di bawah 20 tahun dan laki-laki kurang dari 21 tahun. Data

tahun 2004 menunjukkan, sebanyak 304 pasangan suami istri di sebuah

kecamatan di Bantu! menil<ah di bawah umur." Diperkirakan tahun ini angka

itu mengalami kenaikan," ujar Kabid Perencanaan Program Badan

Kesejahteraan Keluarga Pemkab Bantu!, Sulis!yanto MPd, di Bantul (Bl<KBN

Pernikahan di Bawah Umur Tinggi di Bantu!, 2006).

Dari data pernikahan yang lerdaftar di KUA kecamatan Sepatan Kabupalen

Tangerang, rata-rata dalam setahun untuk wilayah KUA kec;~matan Sepatan

telah menikahkan ·1000 pasang pengantin. Dan dari 1000 pengantin

perempuan, 90% nya adalah remaja putri, dan dari 1000 pengantin laki-laki

60% nya adalah remaja laki-laki (Arsip Pemikahan KUA Sepatan, 2006).

Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap keputusan untuk menikah pada

usia dini adalah rasa tanggung jawab. Para laki-laki dam pemimpuan yan!~

memilikki rasa tanggung jawab yang tinggi, cenderung lebih cepat mengambil

keputusan untuk menikah. Namun selain itu, faktor external pun memiliki
11

pengaruh yang besar dalam pengambilan keputusan untuk menikah dini

(Adhim, 2002).

Adanya fakta pada masyarakat bahwa dalam rumah tan911a. tanggung jawab

lebih di bebankan kepada pihak laki-laki dibanding pere,mpuan, karena laki-

laki berperan sebagai kepala rumah tangga yang harus bertanggung jawab

terhadap anggota keluarganya (istri dan anak), dengan m19mberikan

perlindungan dan menafkahi lahir batin. Sedangkan bagi ~;aum perempuan

tugas mereka untuk mengurus rumah dan suami serta anak. lni menjadikan

adanya perbedaan motivasi antara laki-laki dan perempuam dalam mengambil

keputusan untuk menikah dini (Sahbuni, 2002).

Melihat fenomena diatas, tampak bahwa rernaja putri lebih rnerniliki

kecendrungan untuk melakukan pemikahan dini di banding dengan rernaja

laki-laki. Tentunya dibalik pengambilan keputusan untuk menikah dini, ada

banyak motivasi yang menyebabkan rernaja mau melakukan pernikahan di

usia dini. Misalnya saja karena ingin berbakti pada orang tua atau untuk

memenuhi kepentingan orang tua yang ingin segera menimang cucu. Karena

kebiasaan dalarn lingkungan rumah atau lingkungan tempat tinggal individu

yang telah mengganggap biasa pernikahan di usia dini. Pada beberapa kasus

tertentu ada remaja putri yang bahkan rela berhenti sekolah hanya karena
12

telah dilamar. Atau karena alasan ingin memiliki anak di usia muda, dan ingin

membina sebuah keluarga di usia muda.

Dari berbagai pemaparan diatas, penulis merasa tertarik untuk melakulG:m

penelitian yang berhubungan dengan permasalahan tersebu!. Maka pem11is

mencoba mengungkap lebih dalam mengenai permasalahan ini, dengan

melakukan peneli!ian yang berjudul " PERBEDAAN MOTIV.ASI UNTUI<

MEN IKAH DINI ANT ARA REMAJA LAKl-LAKI DAN REMAJA

PEREMPUAN, " dengan melakukan peneli!ian di Kecamatan Sepatan

Tangerang.

1.2. ldentifikasi Masalah

Dari latar belakang penelitian di alas, maka ada beberapa permasalahan

yang dapat diidentifikasi, dian!aranya adalah :

1) Apakah ada perbedaan motivasi untuk menikah dini antara remaja

laki-laki dan remaja perempuan?

2) Perbedaan motivasi apa saja yang membuat remaja laki-laki dan

remaja perempuan untuk menikah dini?

3) Kendala apa saja yang dihadapi oleh remaja laki-laki dan remaja

perempuan untuk menikah dini?


13

1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.3.1. Pembatasan masalah

Agar jelas arah dari penelitian ini, maka penulis membatasi beberapa hal

yang akan diteliti. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Motivasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah motivasi remaja

laki-laki dan remaja perempuan untuk menikah dini (di wilayah

Kecamatan Sepatan Tangerang), yaitu seberapa besar dorongan yang

memberikan kekuatan pada remaja laki-laki dan remaja perempuan

untuk menikah dini. Motivasi ini akan didapat dari sl<or yang diperoleh

melalui kuesioner skala motivasi yang akan diajukan kepada para

remaja laki-laki dan remaja perempuan yang telah menikah di usia dini

di wilayah kecamatan Sepatan Tangerang. lndikator yang digunakan

dalam skala motivasi untuk menikah dini dalam penelitian ini

didasarkan pada jenis motivasi yang dilihat dari datangnya suatu

penyebab tindakan, yang membagi motivasi menjadi dua yaitu

motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

2. Pernikahan dini di sini maksudnya adalah pernikahan yang dilakukan

oleh remaja laki-laki dan remaja perempuan, yang menikah pada saat

usia mereka 18-21 tahun (masa remaja akhir) batasan usia ini merunut
14

pada pendapat Zakiah Daradzat (2003). Remaja laki-laki dan remaja

perempuan yang telah menikah dini pada usia 18-2'.1 tahun ini

terhitung dari pernikahan tahun 2005-2006 di kecamatan Sepatan

Tangerang. Serta berlatar belakang pendidikan minimal lulus SMU

atau sederajad. Menurut Marx (Salulu, 1996), bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi seseorang untuk menentukan pilihan salah satunya

adalah faktor kognisi, yaitu berupa kuantitas dan kualitas pen!~etahuan

yang dimiliki individu. Termasuk didalamnya pendiclikan yang

berpengaruh pada pola pikir dan cara panclang individu. Dengan latar

belakang minimal SMU, diharapkan akan mempt~rmudah kerjasama

dengan penulis dalam mendapatkan data selama penelitian.

1.3.2. Perumusan masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah ada perbiadiaan motivasi untuk

menikah dini antara remaja laki-laki dan remaja perempuan ?

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujmm penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan

dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada


15

perbedaan motivasi untuk menikah dini antara remaja laki-laki dan remaja

perempuan di wilayah kecamatan Sepatan Tangerang.

1.4.2. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis

maupun secara praktis, yaitu sebagai berikut :

a) Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan

teori-teori dalam bidang psikologi sosial, khususnya yang berhubungan

dengan teori motivasi.

b) Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dan

pembanding untuk penelitian-penelitian selanjutnya dalam pengembangan

bidang psikologi sosial. Selain itu, diharapkan bisa menjadi masukan yang

positif, sebagai pertimbangan-pertimbangan dalam kajian tentang motivasi

pada remaja laki-laki dan remaja perempuan yang ingin melakukan

pemikahan di usia dini.


16

1.5. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan laporan ini penulis menggunakan metode

penulisan APA (American Psychology Association) Style. D;;m untuk

mempermudah pembahasan skripsi ini, penulis membagi dalam lima bab

dengan sistematika sebagai berikut :

BABI Merupakan pendahuluan tentang alasan mengapa penelitian ini

dilakukan, pembahasannya terdiri dari latar beiakang masalah,

identifikasi masalah, pembatasan dan perumw>an masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sii>tematika penulisan

laporan penelitian.

BAB I! Bab ini mernbahas tentang kajian pustaka yan!~ berkaitan

dengan penelitian yaitu memuat teori tentang motivasi, teori

pernikahan dini, gambaran motivasi untuk rnenikah dini,

kerangka berfikir, serta hipotesis.

BABlll Pada bab ini mernbahas tentang penggunaan rnetode penelitian

yang meliputi pendel{a!an penelilian dan metode penelitian,

variabel penelitian, definisi variabel dan definisi operasional,

populasi dan sampel, teknil< pengambilan sampel, metode


17

pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik uji instrumen,

Uji instrumen penelitian, dan teknik analisa clata.

BABIV Dalam bab ini menggambarkan tentang hasil penelitian yang

akan dilakukan, yaitu presentasi clan analisa data, yan~i meliputi

gambaran umum subyek penelitian, presentasi data mengenai

deskripsi statistik skor subyek penelitian, uji homogenitas dan

uji hipotesis.

BABV Pada bab terakhir ini berisi penutup yang mE~liputi kesimpulan,

diskusi clan saran penelitian.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Motivasi

2.1.1. Definisi motivasi

Sebelum membahas pengertian motivasi, perlu kiranya lebih dahulu

mendefisikan apa yang dimaksud dengan motif atau yang dalam bahasa

inggrisnya motive, yang berasal dari kata motion, yang berarti gerakkan atau
sesuatu yang bergerak. Jadi, is!ilah motif erat berkaitan den1~an gerak, yakni

dalam hal ini geral<kan yang dilakukan oleh manusia, atau disebut juga

perbuatan atau tingkah laku. Motif dalam psikologi berarti rangsangan,

dorongan atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu tingkah laku (Sobur,

2003).

Selain motif, dalam psikologi dikenal pula istilah motivasi. Siibenarnya,

motivasi merupakan istilah yang lebih umum yang menunjuk pada seluruh

proses gerakan, lermasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul

dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkannya, dan dalam tujuan a!au

akhir dari gerakan atau perbuatan. Karena ilu, bisa juga dikatakan bahwa

motivasi berarti membangkitkan motif, membangkitkan daya gerak, atau


19

menggunakan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam

rangka rnencapai suatu kepuasan atau tujuan (Sobur, 2003).

Beberapa ahli yang melakukan penelitian rnotivasi rnengatakan bahwa

meskipun motivasi merupakan hal yang dapat diternui setiap saat, untuk

rnemberikan penjabaran mengenai apa itu motivasi bukanlah merupakan hal

yang mudah. Namun dernikian, beberapa ahlimencoba memberikan

pendapat mengenai definisi motivasi.

Winkel rnenyatakan bahwa motivasi adalah motif yang sudah rnenjadi al<tif

pada saat-saat tertentu. Sedangkan maksud dari motif adalah daya

penggerak dalarn diri seseorang untuk melakukakn kegiatan tertentu demi

mencapai suatu tujuan tertentu (Mujib, 2002).

Menurut Sarwono (1996) rnotivasi merupakan istilah umurn yang rnenunjukan

pada seluruh proses gerakan termasuk didalarnnya situasi yang mendorong

timbulnya tindakan, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku

yang ditirnbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir dari gerakan atau

perbuatan tersebut. Pengertian tersebutmenggambark13n bahwa motivasi

tidak sebatas pada pelaksanaan perilaku tetapi juga bekenaan dengan

keadaan organisrne yang menerangkan mengapa tingkah laku terarah

kepada tujuan tertentu. Jadi motivasi merupakan latar belakang atau alasan

mengapa seseorang melakukan suatu kegiatan tertentu.


20

Motivasi dalam psikologi dipakai untuk menunjukkan suatu l~eadaan dalam

diri seseorang yang berasal dari akibat suatu kebutuhan, dan motif inilah

yang mengaktifkan atau membangkitkan perilaku yang biasanya tertuju pada

pemenuhan kebutuhan tadi (Dafidoff, 1991 ).

Lain halnya dengan Chaplin (1999) yang mendefinisikan motivasi sebagai

satu variabel penyelang (yang iku! campur tangan) yang digunakan un!uk

menimbulkan faktor-faktor tertentu di dalam organisme, y;>n!J

membangkitkan, mengelo!a, mempertahankan, dan menyalurkan !ingkah laku

menuju satu sasaran.

Sedangkan Usman Nadjati (2001) mendefinisikan motivasi sebagai suatu

dorongan (dari dalam diri) yang membangkitkan semangat pada makhluk

hidup, yang kemudian hal itu menciptakan adanya tingkah laku dan

mengarahkannya pada sua!u tujuan tertentu.

Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu. Menurut definisi ini, individu akan melakukan sesuatu

bila ada motivasi pada dirinya. Sedangkan bila tidak ada motivasi pada

dirinya maka individu tersebut tidak akan melakukan apa-apa (Suryabrata,

1998).
21

Menurut Mc. Donald (Djamarah, 2002) mendefinisikan motivasi sebagai suatu

perubahan energi di dalam diri atau pribadi seseorang yang ditandai dengan

timbulnya perasaan (afektif) dan reaksi untuk mencapai tu.juan. Adapun

perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktivitas nyata

berupa kegiatan fisik. Karena seseorang memiliki tujuan tE,rtentu dalam

aktifitasnya, maka seseorang itu mempunyai motivasi yang kuat untuk

mencapainya dengan segala upaya yang dapat ia lakukan untuk

mencapainya.

Sedangkan menurut Maslow dalam Djamarah (2002) sim11at percaya bahwa

tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh l<ebutuhan-kebutuhan

tertentu, seperti kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta, penghargaan

aktualisasi diri, mengetahui dan mengerti, dan kebutuhan estetik. Kebutuhan-

kebutuhan inilah menurut Maslow yang mampu memotivasi tingkah laku

individu. Oleh karena itu, apa yang seseorang lihat sudah tentu akan

membangkitkan minatnya, sejauh apa yang ia lihat itu mempunyai hubungan

dengan kepentingannya sendiri.

Seberapapun perbedaan para ahli dalam mendefinisikan motivasi, namun

dapat dipahami bahwa motivasi merupakan akumulasi daya dan kekuatan

yang ada dalam diri seseorang untuk mendorong, merangsang,

menggerakkan, membangkitkan, dan memberi harapan pada tingkah laku.


22

Motivasi rnenjadi pengarah dan pernbirnbing tujuan hidup seseorang,

sehingga ia rnarnpu rnengatasi inferioritas yang benar-benar dirasakan dan

mencapai superioritas yang lebih baik. Makin tinggi motivasi hidup s1>seorang

maka makin tinggi pula intensitas tingkah lakunya, baik secara kuantitatif

rnaupun kualitatif (Mujib, 2002).

Banyak para ahli yang sudah menggunakan pengertian rnotivasi dengan

berbagai sudut pandang rnereka rnasing-rnasing. Namun intinya sarna, yakni

sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke

dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu.

Dari berbagai uraian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa motivasi

adalah sebagai suatu dorongan atau rangsangan yang memberikan kekuatan

dan arah yang akan menimbulkan suatu tingkah laku baru, dorongan ini

dapat rnuncul dari adanya tujuan kebutuhan individu yang disebabkan oleh

faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.

2.1.2. Macam-macam motivasi

Para ahli mengklasifikasikan macam-macam motivasi, dipandang dari

berbagai sudut dan pemikiran yang berbeda-beda. Di bawah ini akan

dipaparkan beberapa klasifikasi dari beberapa para ahli yang terkenal.

Menurut Sartain (Purwanto, 2003) motivasi terbagi dalam dua macam, yaitu :
23

a. Psychological motives, yaitu dorongan-dorongan yang bersifat

fisiologis atau jasmaniah, seperti lapar, haus, ngantuk, sel<s, clan

sebagainya.

b. Social motives, yaitu dorongan-dorongan yang ada hubungannya

dengan manusia yang lain dalam masyarakat, s<:perti nilai keindahan,

etika, penghormatan, dan sebagainya.

Sedangkan Woodworth (Sabri, 1993) mengklasifikasikan motivasi menjadi

dua macam, yaitu:

a. Unlearned motives : yaitu motivasi pokok yang tidak dipelajari atau

motivasi bawaan (motivasi yang dibawa sejak lahir}, jadi motivasi

tersebut ada tanpa harus dipelajari. Pu1wanto (200:3) menambahkan

bahwa Unlearned motives sebagai motivasi yan11 tirnbul disebabkan

karena kekurangan atau kebutuhan-kebutuhan dalam tubuh, seperti

dorongan untuk makan, minum, air, dan sebagainya. Hal-hal seperti ini

dapat menimbulkan dorongan dalam diri agar dipenuhi, ditunda, atau

bahkan menjauhkan diri dari padanya.

b. Learned motives. yaitu motivasi yang timbul kare•na dipelajari, seperti

dorongan untuk belajar psikologi, atau motivasi seseorang untuk

menjadi seorang gubemur. Motivasi ini sering disebut sebagai motivasi


24

yang disyaratkan secara sosial, motivasi-motivasi semacam ini muncul

karena manusia hidup dalam lingkungan sosial.

Jenis motivasi yang kedua sifatnya lebih tinggi dari pada yang pertama dan

hanya terdapat pada manusia. Tetapi meskipun demikian, antara keduannya

saling berhubungan satu sama lain.

Dilihat dari datangnya penyebab suatu tindakan, motivasi di bagi menjadi dua

macam, yaitu :

a. Motivasi lntrinsik.

Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang

menjadi aktif, atau berfungsinya ticlak perlu didorong dari luar, sebab

dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan

sesuatu (Djamarah, 2002)

Yang dimaksud motivasi instrinsik adalah doron~1an yang berasal dari

dalam diri individu tanpa paksaan dari luar dirinya, karena dalam diri

setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

Motivasi intrinsik dapat menjadikan individu tidak rnerasa terpaksa

dalam mengikuti suatu aktivitas (Syah, 2002).


25

lndividu termotivasi secara intrinsik dikarenakan ia senang meilakukan

apa yang dikerjakannya. Adapun faktor-faktor intemalnya adalah

seperti minat (interest}, kebutuhan (needs), kenikmatan (enjoyment},

dan rasa ingin tahu (curiosity}. Tipe penentuan tujuannya adalah

teaming goal, berupa kepuasan pribadi dalam menemukan tantangan,

individu yang termotivasi secara intrinsik, cenderung memilih tugas

yang cukup sulit dan menantang (Woolfolk dalam Holilah, 2005).

b. Motivasi ekstrinsik.

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena

adanya dorongan dari luar (Djamarah, 2002).

Pada motivasi eldrinsik ini individu melakukan aktivitas atas dasar nilai

yang terkandung dalam obyek yang menjadi sasaran atau tendensi

tertentu. Karenanya, motivasi ekstrinsik juga dikatakan sebagai bentuk

motivasi yang di dalam aktivitasnya dimulai dan ditmuskan

berdasarkan dorongan-dorongan dari luar yang sec:ara tidak mutlak

berkaitan dengan aktivitas tersebut (Syah, 2002}.

lndividu dengan motivasi ekstrinsik, dalam melakuk.an suatu tugas

merasa yakin bahwa partisipasinya dalam tugas tersebut akan

mendatangkan hasil yang diharapkan. Bentuk motivasi ekstrinsik yang


26

berasal dari luar diri individu, seperti lingkungan keluarga (orang tua)

atau lingkungan luar (teman alau lingkungan budaya setempat).

Perlu diingat bahwa perbuatan yang kita lakukan sehari-hari, banyak yang

didorong oleh motivasi ekstrinsik alau motivasi intrinsik, juga ada pula yang

didorong oleh keduanya sekaligus. Hal ini sesuai dengan pendapat yang

dikemukakan oleh Bimo Walgi!o (2004), yang menyatakan bahwa peristiwa

terbentulrnya elemen dalam (motivasi intrinsik) dan elemen luar (motivasi

ekstrinsik) dari motivasi adalah serempak, yai!u elemen yan!~ satu

mendahului dan segera diikuti oleh elemen lainnya.

Pendapat lainnya dikemukakan oleh Woodworth dan Marquis (Walgito, 2004)

yang menggolongkan motivasi menjadi tiga macam yaitu :

a. Motivasi organis adalah motivasi yang berkaitan dem~1an kebutuhan-

kebu!uhan bagian dalam dari tubuh (kebu!uhan-kebutuhan organis),

yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan kelangsungan hidup

organisme. Misalnya kebu!uhan untuk makan, kebutuhan unluk

minum, kebutuhan untuk istirahat, kebutuhan untuk udara segar atau

kebutuhan untuk aktif.

b. Motivasi darurat, yaitu motivasi yang timbul situasi mEmuntut timbulnya

tindakan kegiatan yang cepat dan kual dari ki!a. Dalam hal ini motivasi

timbul bukan alas kemauan kita, tetapi karena pernngsang dari luar
27

yang menarik kita dan bergantung pada keadaan sekitar atau di luar

organisme. Dalam hal ini organisme sering dihadapkan pada situasi

yang harus mengambil langkah untuk menghindari bahaya.

Motivasi darurat ini mencakup beberapa motivasi, yaitu (a) escape

motive, yaitu motivasi yang ada pada individu guna melepaskan diri

dari keadaan bahaya; (b) motivasi untuk melawan, yaitu motivasi yang

timbul apabila individu mendapatkan serangan, maka individu akan

melawanya; (c) motivasi untu/( mengatasi hambatan, yaitu apabila

individu mengalami hambatan dalam mencapai tujuan, maka akan ada

motivasi untuk mengatasi hambatan tersebut; dan (d) motivasi

mengejar atau mencari, misalnya di saat remaja telah cukup umur,

yang kemudian secara naluriah atau normal, maka remaja tersebut

akan mengejar dan mencari pacar atau pasangan untuk hidupnya.

c. Motivasi obyektif, yaitu motivasi yang diarahkan kepada obyek atau

tujuan tertentu di sekitar kita. Menurut Bimo Walgi!o (:2004) motivasi

obyektif merupakan motivasi yang tergantung pada lingkungan

individu, yang termasuk dalam motivasi ini adalah (a) motivasi

eksplorasi, yaitu motivasi untuk mengetahui tentang segala sesuatu

yang ada di sekilar kita; (b) motivasi manipu/asi, y21itu motivasi individu

untuk mengadakan manipulasi atau menguasai keadaan sekitamya;


28

dan (c) menaruh minat, yaitu motivasi yang timbul karena individu

tertarik pada obyek sebagai hasil eksplorasi, sehingg;3 individu

mempunyai minat terhadap obyek yang bersangkutan.

2.1.3. Aspek-aspek dalam motivasi

Ada beberapa pendapat para ahli yang menjelaskan aspek-aspek yang

terkandung dalam motivasi. Pada dasarnya aspek-aspek yang dikemukakan

oleh para ahli tersebut sama, hanya terdapat perbedaan istilah dan

penjabarannya.

Mc. Donald dalam Soemanto (1998) mendefinisikan mo!ivas.i sebagai s.uatu

perubahan tenaga di dalam diri atau pribadi seseorang yang ditandai oleh

dorongan yang afektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. Dari

definisi tersebut, Mc Donald menyirnpulkan tiga aspek yang !erdapat dalam

motivasi yaitu :

1. Motivasi dimulai dengan suatu perubahan tenaga dalam diri seseorang.

Asumsinya adalah bahwa setiap perubahan motivasi mengakibatkan

beberapa perubahan tenaga di dalam sislem neurofisiologis pada

manusia. Didalamnya banyak dasar organis dari perubahan tenaganya

yang tak diketahui. Misalnya dasar organis dari keinginan untuk dihargai

dan diakui, dimana hal ini tidak dapat diterangkan tetapi dapat
29

diasumsikan. Dasar organis dari perubahan tenaga lainnya yang dapat

diketahui, misalnya pada saat lapar, haus, dan lelah.

2. Motivasi itu ditandai dengan dorongan afektif. Secara subjektif, keadaan

ini dapat dicirikan sebagai emosi. Dorongan afeklif ini tidak harus kuat.

Dorongan afektif yang kuat, sering nyata dalam tingkahlaku, misalnya

kata-kata kasar, bentakan, teriakan, memukul-mukul benda dan lain-lain.

Di lain pihak ada pula dorongan afek!if yang sulit untuk dipahami,

misalnya orang yang tampaknya !idak memiliki dorongan afeksi (tenang-

tenang duduk bekerja dimejanya), padahal sebenamya ia memiliki

dorongan berupa manifestasi perubahan psikologis yang terjadi pada

dirinya.

3. Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi mencapai tujuan. Orang yang

temiotivasi, membuat reaksi-reaksi yang mengarahkan dirinya kepada

usaha mencapai tujuan, untuk mengurangi ketegangan yang ditimbulkan

oleh perubahan tenaga di dalam dirinya. Seseorang dapat membuat

reaksi-reaksi yang diperlukan untuk mencapai tujuan, guna mengurangi

ketegangan psikologisnya. Apabila seseorang tidak mern~mukan cara

un!ul< mencapai tujuan tertentu, maka kebutuhannya untuk mencapai

tujuan itu tidak terpenuhi. Namun bila tujuannya tercapai, maka individu

akan menjadi puas.


30

Sedangkan menurut Bimo Walgito (2004) motivasi merupakan keadaan

dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan.

Dengan dernikian dapat dikemukakan bahwa motivasi itu meimpunyai 3

aspek, yaitu :

1. Keadaan terdorong dalarn diri organisrne (a driving state), yaitu

kesiapan bergerak karena kebutuhan, misalnya kebuluhan jasrni~ni,

karena keadaan linglwngan, atau karena keadaan memtal seperti

berfikir dan ingatan. Menurut Winkel dalam Sabri ('1993}

menggambarkan driving state sebagai timbulnya suaiu kebutuhan

yang dihayati dan dorongan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

2. Perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan ini (motivated

behavior). Timbulnya perilaku ini salah satunya disebabkan oleh

adanya sesuatu yang kurang atau tidak seimbang. Maka orang akan

mencari hal yang dapat menjadikannya seimbang, dan didorong untuk

berbuat atau berperilaku untuk sampai pada keadaan seimbang.

Misalnya kelika merasa kesepian karena butuh perhatian dan kasih

sayang, maka keadaan ini mendorong manusia untuk. mencari teman,

mencari komunitas yang sesuai, mencari hiburan, atau mencari

pasangan hidup.
31

Sedangkan C.T Morgan (Singgih, 1996) membagi aspek-aspe>k

motivated behavior dalam beberapa bentuk, yaitu :

a. Aktivitas : yaitu berupa gerakan-gerakan yang timbul

menyertai adanya kebutuhan.

b. Gerakan naluriah : yaitu berupa suatu gerakan yang dapat

dilakukan tanpa dipelajari terlebih dahulu.

c. Refleks : yaitu suatu gerakan yang diperlihatkan untuk

mempertahankan atau melindungi tubuh.

d. Belajar secara instrumental : yaitu mempelajari sesuatu

yang terjadi.

3. Goal atau tujuan yang dituju oleh perilaku tersebut. Sedangkan

menurut Purwanto (2003) mengartikan goal atau tujuan adalah

sebagai hal yang menentukan atau membatasi tingkah laku

organisme.

2.1.4. Fungsi di:m penm motivasi

Setiap motivasi akan berhubungan erat dengan suatu tujuan atau suatu cita-

cita. Makin berharga tujuan itu bagi yang bersangkutan, maka akan makin

kuat pula motivasinya (Purwanto, 2003) jadi motivasi itu sangat berguna bagi
32

tindakan atau perbuatan individu. Dan motivasi memiliki beberapa fungsi

yaitu sebagai berikut :

1. Motivasi akan mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak.

Maksudnya adalah motivasi itu berfungsi sebag;ai penggerak atau

sebagai motor yang memberikan energi (kekuatan) kepada seseorang

untuk melakukan suatu tugas.

2. Motivasi berfungsi untuk menentuan arah perbuatan, yaitu ke arah

perwujudan suatu tujuan atau cita-cita. Maksudnya adalah mencegah

penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan

itu. Makin jelas tujuan tersebut, makin jelas pula terbentang jalan yang

harus ditempuh. Dalam mengarahkan l<egiatan, motivasi berperan

mendekatkan atau menjauhkan individu dari sasaran atau tujuan yang

akan dicapainya. Apabila sasaran atau tujuan tersebut merupakan

sesuatu yang diinginkan individu, maka motivasi berperan

mendekatkan (approach motivation), dan apabila tidak diiginkan

individu, maka motivasi berperan menjauhkan s::1saran atau tujuan

(avoidance motivation). Karena motivasi berkenaan dengan kondisi

yang cukup kompleks, maka akan terjadi pula bahwa motivasi

sekaligus berperan mendekatkan dan menjauhkan sasaran dan tujuan

(approsch-avodiance motivation).
33

3. Motivasi akan menyeleksi perbuatan kita. Orang yaing1 mempunyai

molivasi senantiasa selektif dam tetap terarah kepada tujuan yang

ingin dicapai, artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana yang

harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan

menyampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu.

Seorang yang benar-benar ingin mencapai gelamya sebagai sarjana,

tidak akan menghamburkan waktunya dengan berfoya-foya atau

bermain, berjalan-jalan, sebab perbualan itu !idak coc:ok dengan

tujuannya (Sabri, 1996).

4. selain fungsi di atas terdapat fungsi lain yang ditamb<1hkan oleh

Sarwono (1995), yaitu sebagai perantara pada individu atau manusia

untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Fungsi mo!ivasi menurut Alisuf Sabri (1996) yaitu pendomnt1 individu untuk

berbuat dalam menc:apai tujuannya. Penentu arah perbuatan kearah yang

hendak dic:apai. Penyelel<si perbuatan sehingga perbuatan orang yang

mempunyai mo!ivasi senantiasa selektif dan tetap terarah kE!pada !ujua1n

yang ingin dicapai.

Sedangl<an menurut Syaiful Djamarah (2002) fungsi motivasi adalah sebagai

pendorong perbuatan, motivasi sebagai penggeral< perbuatan, motivasi

sebagai pengarah perbuatan.


34

Hal terpenting yang berkaitan dengan rnotivasi adalah bahwa rnotivasi tidak

dapat diarnati secara langsung. Tetapi rnotivasi itu dapat cliketahui clan clapat

diinterpretasikan dari perilaku, yaitu apa yang dikatakan dan apa yang

diperbuat oleh seseorang. Winkel (1991) rnenjelaskan bahwa rnotivasi

berkaitan erat dengan penghayatan suatu kebutuhan, dorongan unruk

rnernenuhi kebutuhan tingkah laku, dan untuk rnencapai tujuan guna

rnernenuhi kebutuhan tersebut.

Lebih lanjut Sarlito dalarn Singgih (1996), rnengernukakan rnotivasi dapat

dikatakan instansi terakhir bagi terjadinya tingkah laku. ME,skipun ada satu

kebutuhan, tetapi kebutuhan itu tidak berhasil rnenciptakan rnotivasi, rnaka

ticlak akan terjadi tingkah laku. Hal ini disebabkan karena motivasi tidak saja

clitentukan oleh faktor-faktor dalarn diri individu, seperti faktor-faktor biologis

tetapi dipengaruhi pula oleh faktor-faktor sosial clan kebudayaan.

Pernikahan Dini

2.2.1. Definisi pemikatm dini

Pernikahan usia muda terdiri dari dua kata yaitu "pemikahan" dan "usia

rnuda". Pernikahan berasal dari bahasa Arab yaitu An-nikah artinya

rnenghimpun clan mengurnpulkan. Dalarn pengertian fiqih nikah adalah akad

yang rnengandung kebolehan rnelakukan hubungan suami istri dengan lafal


35

nikah atau kawin, atau yang semakna dengan i!u. Pemikahain muda atau

nama lainnya yaitu pemikahan dini (Ensiklopedi, 1994).

Menurut Lois Hoffman (Adhim, 2002), berdasarkan beberapa penelitian yang

dilakukannya, pemikahan dini adalah suatu pemikahan yan~1 dilakukan oleh

seseorang yang berusia antara 18-24 tahun.

Sedangkan menurut Diane E. Papalia & Sally Wendkos (Adhim, 2002)

mengemukakan bahwa usia terbaik untuk menikah bagi pen:m1puan adalah

19-25 tahun, sedangkan laki-laki adalah 20-25 tahun diharapkan sudah

menikah.

Namun, bila kita melihat budaya yang berada di Indonesia, maka definisi

pemikahan dini yang tepat adalah definisi yang telah dikemukakan oleh

Sarlito (Yuliasti, 2005), beliau mengemukakan dalam artikelnya yang pi~mah

dimuat pada surat kabar Sinar Harapan pada tahun 1983, bahwa pemilmhan

dini adalah ikatan secara agama maupun Undang-Undang perkawinan antara

pria dan wani!a, dimana usia wanitanya berusia 17 tahun (masa sekolah),

sedangkan pada pria berusia sekitar 19 tahun (memasuki usia perkuliahan).

Sedangkan dalam pandangan islam, menurut Rasulullah saw pemikahan

adalah salah satu bentuk ibadah yang sangat mulia. Dalam islam sendiri

tidak ada batasan usia untuk melangsungkan pemikahan, Rasulullah saw


36

telah mengingatkan lewat sabdanya "bahwa barang siapa di antara umatnya

yang telah mampu maka hendaknya ia menikah, sebab pernikahan akan

menjaga pandangan dan kemaluan kita." Meskipun pemikahan bukan

sekedar untuk memenuhi kebutuhan biologis.

Sebagaimana yang tertera pada Hukum Acara Peradilan Agama pasal 7 ayat

1 tentang syarat-syarat perkawinan yaitu : perkawinan hanya akan diijinkan

jika pihak pria sudah mencapai usia 19 tahun dan pihak wanita sudah

mencapai usia 16 tahun (Mahdiah, 2003).

Bila melihat beberapa definisi mengenai pernikahan dini yang dikemukakan

oleh beberapa tokoh di atas, maka penulis mengambil sebuah kesimpulan

bahwa pernikahan dini adalah pemikahan yang dilakukan oleh pria dan

wanita, yang usia mereka masih berada pada tahap perkembangan masa

remaja sampai masa dewasa awal.

2.2.2. Manfaat dan dampak pemikahan dini

Adapun manfaat atau nilai positif yang diperoleh dari pemikahan dini, dengan

catatan manfaat ini hanya bisa dirasakan oleh mereka yang sungguh-

sungguh ikhlas menikah untuk ibadah, diantara manfaat dimaksud adalah

sebagai berikut (Nasution, 2005):

a. Menghindarkan pelakunya dari penyimpangan seksual.


37

Karena dengan menikah akan dapat menundukkan pandanga1n mata,

seseorang yang menikah akan terhindar dari gejolak nafsu syahwat,

mudah memelihara kehormatan, tidak jatuh kedalam kubangan dosa

yang keji yang disebabkan oleh penyimpangan seksual (penyaluran

seksual yang tidak halal). Penyimpanagn seksual akan meny<ibabkan

berbagai kerusakan secara individual maupun sosi<"!I, contoh

penyimpangan seksual seperti : zina, homoseksual, lesbian, onani,

masturbasi.

b. Menyehatkan secara fisik dan psikis.

Dr. Haflbert, seorang direktur RS psikiater di New York Berkata :

"Bahwa jumlah pasien yang datang untuk berobat ~:e RS ini

perbandingannya adalah empat (lajang) dan satu pasangan yang telah

menikah." Demikian pula dengan data hasil peneilitian statistik yang

dilakukan oleh Dr. Barchulum menunjukan, bahwa 1Peristiwa bunuh diri

lebih bayak dilakukan oleh para lajang dari pada pa1sangan yang telah

menikah. Dari sisi mental atau rohani, orang yang t•elah menikah lebih

bisa mengendalikan emosinya dan mengendalikan nafsu seksnya. Hal

tersebut sesuai dengan hadis Nabi bahwa nikah akan memelihara

pandangan dan faraj. Ditambah lagi jika pasangan tersebut telah

memiliki anak, kebahagian suami istri lebih besar lagi.


38

c. Mempercepat memiliki keturunan

Salah satu tujuan dari menikah adalah memperoleh keturunan,

dengan melakukan pernikahan dini dimungkinkan untuk mempercepat

mendapat keturunan. Bagi seorang istri, dalam rentang waktu usia 20-

35 tahun akan memiliki waktu subur yang lebih panjang dibanding

perempuan yang menikah diatas 30-an. Dengan masa subur yang

lebih panjang diharapkan akan mendapatkan keturunan yang banyak,

karena Rasulullah saw mencintai mereka yang banyak keturunannya.

d. Lebih banyak nilai ibadah.

Dengan menikah dini akan lebih cepat mendapatkan nilai-nilai ibadah

dibandingkan dengan menunda pemikahan. Karena dalam islam

sebuah rumah tangga merupakan ladang amal yang banyak. Bagi

suami bisa menghidupi anak istri, memberikan nafkah lahir batin. Bagi

istri bisa melayani keperluan suami dan anaknya, menyambutnya saat

mereka tiba dirumah, dan mendidik anak-anak akan mendapatkan

pahala yang berlimpah.

e. Lebih cepat dewasa.

Menikah diri akan mempercepat seorang mencapai kedewasaan. Hal

ini didasarkan realitas sosial yang menggambarkan, bahwa dalam


39

kehidupan sebuah rumah tangga terdapa! banyak halangan dan

rintangan. Halangan dan rintangan itu jika direnun~ii memberikan

pendidikan mental yang baik. Mereka yang sering dit(~rpa berbagai

kesulitan akan mudah memahami hidup. Karena itu berumah tangga

bisa lebih cepat mendewasakan seseorang.

f. Bermanfaa! untuk pendidikan anak.

Suami istri yang menikah diusia muda adalah lebih sehat, lebih lrnat

dan lebih subur ketika mereka memasuki umur 40 tahun. Lebih dari itu,

perebedaan tipis antara umur kedua orang tua dengan anak-anaknya

akan memudahkan kedua orang tua menjadi sahabat bagi anak··

anaknya. Dan mudah bagi orang tua untuk mengetahui tabiat dan

perilaku anak-anak mereka, yang mana hal ini merupakan unsur

penting diantara unsur-unsur pendidikan.

Dalam bukunya, Fauzil Adhim (2003) mengemukakan beberapa manfaat

pemikahan dini bagi kesehatan seseorang dalam tiga hal berikut :

1. Meningkatkan stamina. Proses-proses fisik dalam tubuh karena

meningkatnya kebahagiaan, membuat kita memiliki daya tahan

yang lebih baik. Papalia & Olds menunjukan bahwa orang yang
40

menikah cenderung lebih jarang mengalami ketunaan (disabilities)

dibanding dengan yang tidak menikah atau bercerai.

2. Bertambahnya imunitas. Orang-orang yang menikah dini lebih

jarang mengalami gangguan penyaki! yang kronis dibanding

mereka yang tidak menikah, dengan status kesehatan awal yang

sama. Maksudnya, jika ada dua orang yang sama-sama memiliki

bakat asma denagn tingkatan yang sama, mak;;i orang yang

menikah akan lebih jarang terserang asma (kamb:uh) dibanding

yang tidak menikah, cerai, atau berpisah dengan i;uaminya.

3. Pemulihan lcesehatan yang lebih mudah. Proses penyembuhan

dan pemulihan kesehatan orang yang menikah dini cenderung

lebih cepat dibanding orang yang lidak menikah atau bercerai.

4. Menurut teori hierarki kebutuhan Abraham H. Maslow, mereka

yang menikah dini akan lebih mungkin mencapai taraf aktua!isasi

diri yang lebih awal sekaligus lebih sempurna dibanding mereka

yang menunda pernikahan.

Dalam sebuah pernikahan, terjadi hubungan interpersonal antara suami dan

is!ri. lni merupakan hubungan interpersonal yang paling del<at dan intim.

Keintiman tersebut lebih bersifat luas dan mendalam (extensive & intensive),

hal ini disebabkan karena kebersamaan antara suami istri tidak hanya

berlangsung beberapa jam, tidak seperti layaknya kebersamaan dengan


41

teman kerja atau pacar. Kebersamaan ini bersifat kesatuan yang berjalan

sepanjang hari, sepanjang tahun untuk seumur hidup.

Namun, tentang pernikahan dini ini sendiri masih terdapat pro kontra di

masyarakat. Sebagian masyarakat memandang pemikahan dini lebih banyak

mudhorotnya dari pada manfaatnya, mereka berpendapat bahwa pernikahan

dini akan berakibat/ dampak negatif (Nasution, 2005), seperti diantaranya :

a. Mengakibatkan tingginya pertumbuhan penduduk disebabkan karena

panjangnya masa kelahiran (reproduksi bagi wanita).

b. Dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi akan mempersulit usaha

peningkatan pemerataan kesejahteraan rakyat, lap•angan kerja,

pendidikan dan pelayanan kesehatan dan perumahan.

c. Pemikahan dini mengakibatkan keburukan bagi l<esehatan ibu dan

anak, karena faktor gizi ibu kurang terpenuhi. Berdasarkan survei

kesehatan rumah tangga yang dilakukan tahun 19915, sebanyak 55 %

ibu hamil mengalami anemia. Hal itu kemungkimrn besar des<ibabkan

karena kekurangn gizi.

d. Resiko kesakitan dan kematian ibu dan anak, pada ibu yang

melahirkan masih muda. Dalam hal ini WHO memperkirakan, resiko

kematian akibat kehamilan pada remaja putri berusia 15-19 tahun

lebih tinggi dua kali lipat dibandingkan usia 20-24 tahun. Bahkan pada
42

anak remaja putri 10-14 tahun lebih tinggi lima kali lipat dibandingkan

dengan perempuan usia 20 tahun. Komplikasi kehamilan merupakan

penyebab utama kamatian remaja putri usia 15.·19 tahun.

e. Anak-anak yang dilahirkan dari remaja putri lebih mntan untuk lahir

premature. Yaitu saat lahir memiliki berat badan rendah mengalami

gangguan pertumbuhan ataupun kecacatan, kamatian ibu dan bayi

juga sangat tinggi pada usia ibu di bawah 20 tahun.

f. Survei demografi dan kesehatan di 20 negara pada tahun 1998

membuktikan, bahwa kematian pada bayi dan balita yang dilahirkan

dari ibu usia 20-29 tahun sangat tinggi.

g. Jabar Suryadi Kepala Bidang Pengendalian Keiuarga Berencana/

Kesehatan reproduksi BKKBN, menurutnya secara nasional,

pemikahan dini dengan usia pengantin dibawah usia 16 tahun

sebanyak 26.9%. Dinilai sebagai penyebab tingginya kehamilan

beresiko, baik terhadap ibu belia yang mengandun1i maupun bagi

anak yang dilahirkannya.

h. Menurut pemaparan penelitian mengenai persepsi dan pengetahuan

perempuan di kota Solo tentang kekerasan terhadap istri, yang

dilakukan oleh SPEK-HAM, pemikahan dini merupakan salah satu

penyebab tindakan kekerasan terhadap istri. Hal ini karena tingkat

berfikir yang dimiliki pasangan muda tersebut belum cukup matang.


43

i. Pernikahan dini sering berbuntut perceraian. Sepet1i dikutip oleh

mantan ketua Pengadilan Agama Palembang, Ors. Maradaman

Harahap, SH, bahwa kasus perceraian yang !erdaftar di PA

Palembang umumnya dilatarbelakangi oleh pernikah<m dini.

2.2.3. Tujuan pemikahan

Usia 18-22 tahun, seseorang berada dalam tahap perkembangan remaja

akhir. Masa remaja sudah berakhir dan tugas-tugas perkemlbangan

seharusnya telah terpenuhi dengan baik. Dan salah satu tug'as

perkembangan pada fase remaja akhir adalah menikah, a!au setidaknya

mempersiapkan diri memasuki pernikahan (Fauzil Adhim, 2003). Walaupun

pernikahan dini bukanlah merupakan hal yang mutlak untuk dilakukan oleh

seseorang. Namun setidaknya, setiap tugas perkembangan harus terpenuhi

pada tiap tahap perkembangan dimana tugas tersebut berada.

Dalam UU No. 1tahun1974 tentang perkawinan dijelaskan bahwa tujuan

dari pemikahan adalah untuk memben!uk keluarga (rumah tangga) yang

bahagia dan kekal (Mahdiah, 2003).


44

Merujuk Q.S Al-Rum: 21 (Departemen Agama RI, 1998). Allah SWT

berlirman:

Artinya :

"Dan dari tanda-tanda (kekuasaan-Nya) yang telah menciptakan kalian dari

lawan jenis agar berpasang-pasangan dan (Dia) menjadikan diantara kalian

Mawaddah, dan Rahmat. Sesungguhnya di dalam f1a/ tersebut terdapat

tanda-tanda bagi orang-orang yang berpikir." (Q.S. Ar-Rum : 21)

Pemikahan bertujuan untuk menjaga kehormatan dan martabat umat

manusia, untuk mendapat keturunan yang sah di mata Tuhan dan

masyarakat, serta untuk memperoleh ketentraman dan kenyaman karena

dalam pemikahan penuh dengan rasa kasih dan sayang.

2.2.4. Hukum pemikahan

Islam mempunyai konsep kaffah dalam masalah pernikahan. Pemikahan

islam dilandasi atas akidah keimanan, fitrah, dan akhlak mulia. Untuk itu

terdapat beberapa hukum pemikahan yaitu :


45

a) Wajib : Jika seseorang sudah mampu untuk menikah dan merasa

khawatir akan berbuat zina dan terjerumus ke dalam jurang

kemaksiatan.

b) Sunnah: Artinya seseorang akan berpahala jika m13nikah dan tidak

berdosa jika meninggalkannya. Menikah hanya menjadi sunnah jika

seseorang muslim/ muslimah ingin dan mengharapkan keturunan.

c) Mubah : Artinya seseorang diperbolehkan menikah tetapi dia tidak

menginginkannya dan juga tidak mengharapkan keturunan. Dalam hal

ini pernikahan boleh dilakukan dan boleh juga tidak. dilakukan.

d) Makruh : Jika dengan melakukan hal itu ibadah yang tidak wajib

terganggu dan orang tersebut memang tidak ingin menikah maupun

mempunyai keturunan.

e) Haram : Jika dengan menikah tersebut menjadi ter!ianggu ibadah

wajibnya. Artinya dengan menikah maka akan mendapat pahala, dan

jika tidak dilakukan maka akan berdosa.

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, dalam islam tidak ada

batasan usia dalam melangsungkan pemikahan. Hukum pemikahan yang

telah dikemukakan diatas berlaku untuk semua muslim pada "semua usia."

Jadi baik remaja maupun orang yang usianya sudah cukup untuk menikah

dikenai hukum yang sama dalam pemikahan bisa wajib, sunnah, mal<ruh,
46

dan bahkan haram. Tergan!ung niat dan kesanggupan dalam

menghadapinya.

Dalam membangun rumah tangga diperlukan kedewasaan clalam bersikap

clan bertindak, menata kesadaran tentang tanggung jawab, terutama

kedewasaan dari masing-masing pasangan. Perlu upaya sungguh-sun,~guh

sebab usia tidak dengan sendirinya membuat ki!a dewasa. dalam rumah

tangga seorang suami berkewajiban dan bertanggung jawab untuk

melinclungi, menafkahi clan mencukupi segala keperluan istri secara lahir

batin. Begitu pun istri kepada suami bertanggung jawab menjaga kehormatan

dan hartanya. Jika masing-masing pasangan telah melakukan kewajiban,

otomatis hak mereka telah terpenuhi.

2.2.5. Karakteristik dan tugas perkembangan remaja

Masa remaja merupakan salah satu masa yang krisis dalam kehidupan

seseorang. Masa ini memberikan arti yang sangat mendalam serta menjacli

landasan yang kuat bagi kehidupan remaja dikemudian harL Pada masa

remaja, individu mengenal kehidupan dengan segala realita:~ yang ada

melalui berbagai pengalaman, baik yang manis clan yang pa1hit.

Santrock (1995) mendefinisikan remaja sebagai masa transisi dari masa

anak-anak menuju masa dewasa muda dalam aspek biologis, kognitif, clan
47

sosio emosinal. Perubahan biologis ditandai dengan pertumbuhan fisik yang

pesat dan munculnya karakteristik seksual sekunder akibat mulai

berfungsinya hormon seksual. Pada perkembangan kognitifnya, seorang

remaja sudah berfikir secara abstrak mengenai suatu permasalahan, serta

pemecahannya. Sedangkan perubahan sosio emosional ditandai dengan

adanya kecenderungan keadaan mood yang tidak menentu serta keinginan

untuk mulai melepaskan diri dari ketergantungan pada orang tua.

Beberapa tokoh membagi masa remaja dalam beberapa periode tertentu,

yaitu remaja awal dan akhir. Pembagian ini tidak hanya didasarkan pada

perubahan fisik semata tapi juga pada perbedaan pola tin!Jkah laku.

Pada masa remaja, individu akan dihadapkan dengan berbagai tuntutan dan

pembentukan peran dalam hidupnya sebagai dasar memasuki tahap

perkembangan selanjutnya. Masa remaja sebagai masa pencarian identitas

dimana seorang remaja harus membentuk citra diri yang positif bagi dirinya,

dan dapat diterima oleh orang lain.

2.3. Perbedaan Motivasi Untuk Menikah Dini

Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Marx (Salusu, 1£196) bahwa

menentukan pilihan merupakan hasil dari berflkir, hasil dari usaha intelektual,

menentukan pililhan selalu melibatkan pilihan dari berbagai alternatif. Dan


48

faktor pendukung yang mempengaruhi seseorang untul< menentukan pilihan

diantaranya adalah faktor personal, yaitu meliputi :

a. Faktor kognisi : yai!u berupa kuantitas dan kualitas pengetahuan yang

dimiliki individu itu sendiri. Seperti latar belakang pendidikan, hal ini

akan sangat berpengaruh pada cara pandang/ berfikir individu dalam

menentukan pilihan. kemudian kemampuan individu dalam memahami

informasi yang ada, sehingga akan mempermudah dalam proses

pengambilan keputusan.

b. Motif : yaitu bagaimana dan seperti apakah motivasi individu dalam

merespon situasi yang sedang dihadapi. Semakin besar, jelas dan

kuat dorongan (motivasi) yang mempengaruhi individu, maka hal ini

akan mempermudah individu dalam proses mencapai tujuan yang

diinginkannya.

c. Sikap : yaitu yang berhubungan dengan perasaan positif dan perasaan

negatif individu terhadap situasi. Perasaan yang timbul dari individu,

baik positif atau negatif , akan berpengaruh pada sikap dan tindakan

individu dalam proses menentukan pilihan dan tujuan.

Motivasi perempuan untuk menikah dini biasanya lebih cepat, hal ini

disebabkan karena telah dijodohkan oleh orang tuanya, atau karena

termotivasi teman sebaya yang telah menikah terlebih clahulu. Sedangkan


49

pada laki-laki termotivasi menikah dini karena pihak pria sudah di minta untuk

cepat melamar (sudah ditegur oleh pihak perempuan).

Sejalan dengan yang diutarakan oleh Linda L. Dafidoff (Hl91), tentang faktor-

faktor yang mempengaruhi seseorang dalam menentukan pilihan diantaranya

adalah faktor kuatnya motivasi, yaitu bila motivasi yang timbul dari sebuah

pilihan kuat dan besar maka akan semakin kuat pula dorongan untuk memilih

hal tersebut, dibandingkan dengan pilihan yang motivasinya lemah.

2.4. Kerangka Berfikir

Dari kacamata psikologi, pemikahan dini tidak sekedar altematif dari sebuah

musibah yang sedang mengancarn kaum rernaja baik laki··laki maupun

perempuan, tapi juga sebagai motivator untuk melejitkan potensi diri dalam

segala aspek positif. Jadi, cukup logis kalau pemikahan dini itu dinila.i bukan

sekedar tali pengikat untuk menyalurkan kebutuhan bioloi;1is, tetapi juga bisa

rnenjadi media aktualisasi diri dan ketaqwaan. Karenanya, untuk rnernasuki

jenjang pemikahan dibutuhkan persiapan-persiapan yang matang seperti

kematangan fisik, psikis, maupun spiritual.

Faktor yang berpengaruh terhadap keputusan untuk menil<ah dini salah

satunya adalah tanggung jawab. Laki-laki dan perempuan yang memilil<i rasa

tanggung jawab yang tinggi, cenderung lebih cepat mengambil l<eputusan


50

untuk menikah dini. Adanya persepsi masyarakat bahwa dalam rumah

tangga, tanggung jawab lebih dibebankan kepada pihak laki-laki dibanding

perempuan, menjadikan adanya perbedaan motivasi antara laki-laki dan

perempuan untuk menikah dini. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan

kerangka berfikir sebagai berikut :

Skema Kerangka Beriikir

Motivasi Remaja

laki-laki ~
,_______ ~
Pemikahan Dini

Motivasi Remaja /~-


Perempuan
51

2.5. Hipotesis

Dalam penelitian ini hipotesis sementara yang penulis ajukan adalah :

Hipotesa nol (Ho) adalah : Tidak ada perbedaan motivasi untuk menikah dini

antara remaja laki-laki dan remaja perempuan.

Hipotesa alternatif (H1) adalah : Ada perbedaan mo!ivasi untuk menikah dini

antara remaja laki-laki dan remaja perempuan.


BAB Ill

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

3.1.1. Pendekatan penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis pendeka!an kuantitatif.

Penelitian jenis kuantitatif adalah penelitian yang bekerja dengan angka, yang

datanya berwujud bilangan (skor atau nilai, peringkat, atau frekuensi), yang

dianalisa dengan menggunakan data statistik, unluk menjawab pertanyaan

atau hipotesis penelitian yang sifatnya spesifik, dan untuk melakukan prediksi

bahwa suatu variabel tertentu mempengaruhi variabel yang lain (Creswell

dalam Alsa, 2003).

3.1.2. Metode penelitian

Penelitian ini penulis menggunakan metode komparatif atau ex post facto.

Yaitu pene!i!ian yang menyelidiki permasalahan dengan mempelajari atau

meninjau variabel-variabel. Penelitian ini berupaya untuk meinentukan sebab

atau alasan adanya perbedaan tingkah laku atau status kelompok individu.

Gay dalam Sevilla (1993) dalam penelitian ini, peneliti menyelidiki


53

permasalahan dengan mempelajari atau meninjau variabel-variabel. Variabel

!erika! dalam penelitian seper!i ini dapat segera diamati, dan persoalan utama

peneliti selanjutnya adalah menemukan penyebab yang menimbulkan akibat

terse but.

3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.2.1. Variabel penelitian

Variabel penelitian adalah suatu sifat yang dapat memiliki berbagai macam

nilai, menyangkut segala sesuatu yang menjadi obyek penelitian. Menurut

Kerlinger (2000), terdapat dua jenis variabel penelitian, yaitu variabel bebas

(Independent Variable), dan variabel terikal (Dependent Variable). Beriku!

akan diuraikan variabel bebas dan variabel !erika! dalam penelitian ini :

Menurut Ahmadi (1997), variabel bebas (Independent Variabel) adalah

kondisi atau l~arakteris!ik-karakteristik yang mempengaruhi fomomena yang

diobservasi atau variabel terikat. Variabel ini sering juga dise;but sebagai

variabel pengaruh karena berfungsi mempengaruhi variabel lain. Variabel

bebas dalam penelitian ini adalah remaja laki-laki dan remaja perempuan

yang telah menikah dini.

Variabel !erikat (Dependent Variabel) yaitu kondisi karnkteris!ik yang berubah

atau muncul ketika mengintroduksi pengubah, a!au m<mgganli variabel


54

bebas. Variabel ini sering di sebut variabel yang dipengaruhi atau variabel

!erpengaruh (Ahmadi, 1997). Variabel !erikat dalam penelitan ini adalah

motivasi untuk menikah dini.

3.2.2. Definisi operasional

Untuk dapat mengukur variabel-variabel yang telah disebutkan di atas, maka

diperlukan pengoperasionalisasi variabel tersebul dengan cara menetapkan

rincian indikator yang digunakan dalam pengukuran, sebagai berikut :

1. Definisi variabel unluk menyatakan motivasi dalam pe1nelilian ini

adalah motivasi remaja lal<i-laki dan remaja perempuan untuk menikah

dini, yaitu seberapa besar dan berbeda dorongan yang memberikan

kekuatan remaja laki-laki dan remaja perempuan untuk menikah dini di

wilayah kecamatan Sepatan Tangerang.

Definisi operasional untuk menyatakan motivasi untu~~ menikah dini

diperoleh dari kuesioner skala motivasi untuk menikah dini. Adapun

faktor-faktor yang digunakan dalam kuesioner dalam :Skala motivasi

pada penelitian ini didasarkan pada pendapat Muhibbin Syah (2002},

yang menggolongkan jenis motivasi dilihat dari datan!1nya penyebab

sua!u tindakan, yaitu motivasi intrinsil< dan motivasi el<s!rinsik.


55

Dan indikator-indikator dari motivasi intrinsik diadaptasi dari teori

intrinsik Woolfolk dalam Holilah (2005) yang antara lain yaitu : minat

(interest), kebutuhan (needs), kenikmatan (enjoyment), dan rasa ingin

tahu (curiosity).

2. Pernikahan dini di sini maksudnya adalah pernikahian yang dilakukan

oleh remaja laki-laki dan remaja perempuan, yang menikah pada saat

usia mereka 18-21 tahun batasan usia ini merunut pada pendapat

Zakiah Daradzat (2003). Remaja laki-laki dan remaja perempuan yang

telah menikah dini pada usia 18-21 tahun pada penelitian ini terhitung

dari pernikahan tahun 2005-2006 di kecamatan Sepatan Tangerang.

Dengan pendidikan minimal telah lulus SMU atau sederajad. Hal ini

merunut pada pendapat Marx (Salulu, 1996), bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi seseorang menentukan pilihan salah satunya adalah

faktor kognisi, yaitu berupa kuantitas dan kualitas pengetahuan yang

dimiliki individu. Termasuk didalamnya pendidikan yang berpengaruh

pada pola pikir dan cara pandang individu. Dengan latar belakang

minimal SMU, diharapkan akan memperrnudah kerjasama dengan

penulis dalam mendapatkan data selama penelitian.


56

3.3. Pengambilan Sampel

3.3.1. Populasi dan sampel

Populasi adalah totalitas dari semua obyek atau individu yang memiliki

karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap, yang akan ditelili (Hasan, 2002).

Sedangkan Kerlinger dalam Sevilla (1993) mendefinisikan populasi sebagai

keseluruhan anggota, kejadian atau obyek-obyek yang telahi dite!apkan

dengan baik.

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja laki-laki dan remaja perempuan

yang telah menikah dini pada usia 18-21 tahun dan !ercalal di kantor KUA

Sepatan Tangerang. Dengan pendidikan terakhir minimal telah lulus SMU/

sederajad.

Dengan jumlah populasi yang sesuai dengan karakteristik s11banyak 158

orang, data pernikahan dini ini terhitung dari tahun 2005-2006. Data populasi

ini penulis peroleh langsung dari daftar buku calatan pernikahan di kantor

KUA Sepatan Tangerang.

Untuk data penelitian ini, peneliti hanya mengambil sebagian jumlah dari

populasi yang ada, yaitu yang disebut dengan sampel. Se1mpel adalah
57

sebagian atau wakil populasi yang diteliti, dengan maksud untuk

menggeneralisasikan hasil penelitian dari sampel (Arikunto, 1998).

Menurut Sevilla (1993) sampel adalah sekelompok kecil yang kita amati, dan

populasi adalah kelompok besar yang merupakan sasaran generalisasi

peneliti. Menurut Ferguson (Sevilla, 1993) menyatakan bahwa sampel adalah

beberapa bagian kecil a!au cuplikan yang ditarik dari populasi.

Gay menambahkan (Sevilla, 1993) bahwa dalam peneli!ian komparatif,

jumlah ukuran minimum sampel yang dapa! diterima berdasarkan tipe

penelitiannya adalah sebanyak 15 subyek/ sampel per kelompoknya. Karena

penelitian ini adalah penelitian komparalif, maka jumlah sampel

perkelompoknya harus imbang, tujuannya adalah agar m1:impermudah dalam

analisis data dan penghitungan datanya.

Menurut Suharsimi Arikunto (1998) pengambilan subyek pun tergantung

se!idak-tidaknya dilihat dari beberapa faktor seperti : kemampuan peneli!i

dilihat dari keterba!asan waktu, !enaga dan dana ; sempit lw~snya wilayah

pengamatan dari setiap subyek ; dan besar kecilnya resiko yang di!anggung

oleh peneliti. Karena dilihat dari beberapa faktor diatas, maka pada penelitian

ini menggunakan jumlah sampel sebanyak 50 orang, dengan masing-masing

kelompok sebanyak 25 orang, dan hal ini sudah dianggap dapat mewakili

jumlah populasi.
58

3.3.2. Teknik pengambil<m sampel

Dalam menentukan sample penelitian dibutuhkan satu tehnik pengambilan

sampel. Sevilla (1993) menyatakan sampling atau pengambilan sampe'I

adalah proses yang meliputi pengambilan sebagian populasi, dengan

melakukan pengama!an pada populasi secara keseluruhan.

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu

juga memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang clianggap bisa

mewakili populasi (Hasan, 2002).

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode probability

sampling atau pengambilan sample secara acak. Dan menurut Weirsma

dalam Sevilla (1993) probability sampling maksudnya adalah suatu metode

pemilihan ukuran sampel dari suatu populasi dimana setiap anggota populasi

mempunyai peluang yang sama, dan semua kemungkinan penggabungarmya

yang diseleksi sebagai sampel mempunyai peluang yang sama.

Sedangkan teknik pengambilan sampel menggunal<an teknif< randomisasi

sederhana dengan cara label nomor acak, yai!u merupakan teknik yang

paling sistematis dalam perolehan unit-unit sampel melalui a1cak. Tabel acak

berisi kolom-kolom digit yang dihasilkan secara mekanik, umumnya dengan

komputer untuk meyakinkan susunan acaknya (Sevilla, 199:l).


59

3.4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah pencatatan hal-hal, peristiwa, keterangan, atau

karakteris!ik-karakteristik sebagian a!au keseluruhan elemen popula si yang

akan menunjang atau mendukung penelitian (Hasan, 2002).

3.4.1. Metode dan instrumen peneiitilm

Untuk memperoleh data, penulis menggunakan metode pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner skala mo!ivasi untuk

menikah dini yang mengacu pada skala model Likert.

lnstrumen penelitian ini menggunakan kuesioner, yaitu kuesioner skala

molivasi untuk menikah dini. Skala ini digunakan untuk men1~ukur seberapa

besar dan berbeda motivasi remaja laki-laki dan remaja perempuan untuk

menikah dini. Fak!or yang digunakan adalah motivasi in!rinsik dan motivasi

ekstrinsik. lndikator motivasi intrinsik adalah minat, kebutuhan, kenikmatan,

dan rasa ingin !ahu. Sedangkan indikator motivasi ekstrinsik adalah dorongan

orang tua, dorongan teman, dan dorongan lingkungan/ buda.ya tempat

tinggal.

Dari !iap karakteristik di buat indikator perilaku, dan selanjutnya dibuatlah

pemyataan-pemya!aan. Ada dua jenis pemya!aan, (1) pemyataan favorable

yaitu pemyataan yang memihak dan memberi isyarat dukun:;ian


60

permasalahan yang sedang diteliti, (2) pernyataan unfavorable yaitu

pemyataan yang tidak mendukung atau bertentangan dengan permasalahan

yang sedang diteliti.

Skala motivasi untuk menikah dini berjumlah 70 item, dan disusun

berdasarkan derajat favorable 35 item dan unfavorable 35 item. Adapun

perincian bu!ir-butir tersebut dapat dilihat pada label blue print berikut ini :

Tabel 3.1

Blue Print Skala Motivasi tmtuk Menikah Dini

Sebelum Try Out.

No. Faktor lndikator Fav Unfav 1:


1, 15, 29, 43, 8, 22, 36, 50,
Dorongan minat 10
57 64
Molivasi
1 2, 16, 30, 44, 9, 23, 37, 51,
lntrinsik Dorongan kebutuhan 10
58 -
65
3, 17, 31, 45, 10, 24, 38, 5:!,
Dorongan kenikmatan 10
59 66
Dorongan rasa ingin 4, 18, 32, 46, 11, 25, 39, 5~l,
10
tahu 60 67
5, '19, 33, 47, 12., 26, 40, 54,
Dorongan orang tua 10
Motivasi 5·1 68
2
Ekstrinsik 6, 20, 34, 48, 13, 27, 41, 5!5,
Dorongan leman 10
62 69
Dorongan Lingkungan/ 7, 21, 35, 49, 14, 28, 42, 56,
10
budaya 63 70
Total 35 35 70
61

Menurut Edwars (1957:47) skala sikap model Likert ini meimiliki sejumlah

kelebihan anlara lain :

a. Metodenya sederhana.

b. Untuk pembuatannya memerlukan waktu yang relatif singl<at.

c. lnformasi tentang jawaban subyek mudah untuk diinterpretasikan

dengan hanya melihat jumlah total skor subyek. Sikap posftif atau

menyetujui terhadap obyek sikap akan terlihat dari jumlah keseluruhan yang

linggi. Sedangkan sikap yang nega!if a!au lidak menyetujui obyek sikap

akan terlihat dari jumlah total keseluruhan yang rendah.

Kelemahan skala sikap ini adalah sulit untuk menginterpretasikan jawaban

pada kategori ragu-ragu. Kesulitan ini limbul terutama jika pimeli!i ingin

menentukan apakah sikap seseorang positif atau negatif terhadap obye!k

sikap. Dan untuk menanggulangi masalah ini, maka dalam penelitian ini

alternative jawaban ragu-ragu ditiadakan sebab memiliki indikasi arti ganda

yaitu berupa jawaban netral atau belum dapat memastikan jiawaban yang

akan dipilih. Karenanya penulis hanya membuat empat kate1gori jawaban

yaitu sangat se!uju (SS), setuju (S), tidak se!uju (TS), sangat tidak setu.iu

(STS).
62

Tabel 3.2.

Bobot Skor Peniiaian

Skor Item Skor item


Aitematif Jawaban Kode
Favorable unfavirable
-
a. Sangat setuju ST 4 1
b. Setuju s 3 2
c. Tidak setuju TS 2 3
d. Sangat tidak setuju STS 1 4

3.4.2. Teknik uji instmmen penelitian

Suatu penelitian ilmiah harus menggunakan alat ukur yang valid dan reliable,

agar dalam menyimpulkan penelitian tidak keliru dan tidak memberikan

gambaran yang jauh berbeda dari keadaan yang sebenarnya.

1. Uji Validitas

Untuk menguji validitas dari setiap item pernyataan, terlebih dahulu

dilakukan analisis item dengan menggunakan setiap item dengan skor total,

dan koefisien korelasinya diperhitungkan sebagai validitas. Pernyataan

dikorelasikan dengan skor total. Koefisien korelasinya diperhitungkan sebagai

validitas. Kemudian item-item yang memiliki korelasi yang si9nifikan akan


63

digunakan untuk skala final. Sedangkan item yang tidak memiliki korelasi

signifikan tidak akan digunakan.

Oleh karena itu, untuk menguji validitas dari skala yang telah dibuat,

digunakan teknik korelasi Product Moment Pearson dengan perhitungan

menggunakan program SPSS versi 11,5 (Azwar, 2003).

Adapun rumusnya adalah : rxy = r XY - (:EX) • (lE Y)/n

.../[IX' • (:EX) 2 I n] . [I '1'2 .• (r Y) 2 I n]

Keterangan:

rxy = Angka indeks koefisien korelasi

:t XY =Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y

LX = Jumlah seluruh skor variabel X

l:Y = Jumlah seluruh skor variabel Y

N =Jumlah subjek

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas artinya adalah tingkat kepercayaan hasil suatu p•engukuran.

Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggi, yaitu yaJng mampu


64

memberikan hasil ukur yang terpercaya (Azwar, 2003). Untuk mencari nilai

estimasi reliabilitas dari instrument yang digunakan, penulis menggunakan

teknik Alpha Cronbach, yang dilakukan dengan membelah item-item menjadi

dua belahan yang jumlahnya sama banyak, sehingga rumus yang digunakan

adalah sebagai berikut (Azwar, 2003).

a= [ k ] [ 1• rs j 2
]

k-1 SX"

Keterangan:

a = Koefisien Alpha

k =Jumlah belahan tes

Sj 2 = Jumlah varians dari skor item

SX' = Jumlah varians dari skor tes

Uji reliabilitas ini dalam perhitungannya menggunakan program SPSS versi

11,5. Adapun klasifikasi koefisien reliabilitas adalah mengacu pada kaidah

Guilford.
65

Tabel 3.3.

Klasifikasi Koefisien Reliabilita~;

--
Nilai Status
> 0, 90 Sangat reliabel
0, 70 - 0, 89 Reliabel
-- --
0, 40- 0, 69 Cukup reliabel
--
0, 20- 0, 39 Kurang reliabel
--
< 0, 19 Tidak reliabel
--

3.4.3. Uji instrumen penelitian

a_ Uji validitas instrumen

Sebelum melakukan penelitian, dengan terlebih dahulu penulis melakukan try

out. Pelaksanaan try out dilakukan pada Kamis 1 Maret 2007 - Kamis 15

Maret 2007 bertempat di wilayah Ciputat. Data skala motivasi untuk menikah

dini diperoleh dari 30 responden lal<i-laki dan 30 responden perempuan, yang

telah menikah di saat usia dini (18 - 21 tahun), dan berpendidikan minimal

telah lulus SMU atau sederajat

Kemudian dilakukan perhitungan uji validitas skala motivasi ini dengan

menggunakan teknik Product Moment Pearson, dan dalam perhitungannya

menggunakan program SPSS versi 11,5. Data yang telah diolah melalui
66

perhitungan uji validitas, memiliki koefisien validitas masing-masing, dan item

dinilai valid jika memiliki koefisien validitas diatas 0,30 (Uhat tabel 3.4).

· Tabel 3.4.

Blue Print Revisi Skala Motivasi Untuk Menikah Dini

No. Faktor lndikator Fav Unfav Jumlah


Dorongan minat 15,29,43 36,5() 5
Motivasi
1 Dorongan kebutuhan 16,58 9, 23,51,65 6
lntrinsik
3, 17, 31, 45,
Dorongan kenikmatan 10 6
59
Dorongan rasa ingin 4, 18, 32, 46,
11, 53, 67 8
tahu 60
Dorongan orang tua 5, 19,33,47 12,54,68 7
Motivasi
2 6, 20, 34, 48, 13, 41, 55,
Ekstrinsik Dorongan teman 9
62 69
Dorongan Lingkungan/ 21, 35, 49,
14,28 6
budaya 63
Total 28 19 47

Berdasarkan tabel 3.4 diperoleh hasil yang valid berjumlah 47 item yang

layak digunakan untuk penelitian selanjutnya, dari 70 item. Dengan urutan

item sebagai berikut: nomor 3 (1), 4 (2), 5 (3), 6 (4), 9 (5), 10 (6), 11 (7), 12

(8), 13 (9), 14 (10), 15 (11), 16 (12), 17 (13), 18 (14), 19 (15), 20 (16), 21 (17),

23 (18), 28 (19), 29 (20), 31 (21), 32 (22), 33 (23), 34 (24), 35 (25), 36 (26),

41 (27), 43 (28), 45 (29), 46 (30), 47 (31), 48 (32), 49 (33), 50 (34), 51 (35),


67

53 (36), 54 (37), 55 (38), 58 (39), 59 (40), 60 (41), 62 (42), 6:~ (43), 65 (44),

67 (45), 68 (46), 69 (47). Dan ada 23 item yang dinyatakan gugur.

b. Uji reliabilitas inslrumen

Uji reliabilitas instrumen dilakukan pada item-item yang valid dari skala

penelitian. Dari hasil perhitungan uji reliabililas menggunakan program SPSS

versi 11,5 . Dari 47 item yang valid dengan koefisien reliabilitas Alpha

Cronbach sebesar 0, 9174. Sejalan dengan Guilford dkk (1Sl81) menyatakan

bahwa dalam kaidah reliabilitas 0, 9174 termasuk rentangan 0,70 - 0,90 maka

dinyatakan reliabel.

Selanjutnya penulis melakukan penelitian pada hari Sabtu 17 Maret 2007 sld

f<amis 22 Maret 2007 di Sepatan Tangerang. Dengan sampel sebanyalc 50

orang, terdiri dari 25 responden laki-laki dan 25 responden perempuan yang

telah menikah di usia dini (18 - 21 tahun), dan berpendidikan minimal t1~lah

lulus SMU/ sederajat.

3.5. Teknik Analisa Data

Metode pengolahan data merupakan suatu metode yang digunakan untuk

menganalisis data hasil penelitian dalam rangka menguji kebenaran

hopotesis penelitian. Data yang diperoleh dari penelitian akan dianalisa

dengan teknik statistik, yaitu Uji hipotesis dengan menggunakan Uji-t,


68

sebagai anaiisa data yaitu kelompok sampel yang mengulrnr perbedaan rata-

rata hitungnya terdiri dari dua kelompok, guna melihat perbedaan dari dua

variabel yang ada :

T= M1-M2

SDbm

keterangan :

T =Perbedaan mean antara kedua kelompok

X1 =Rata-rata skor Motivasi laki-laki

X2 = Rata-ra!a skor Motivasi perempuan

SDbm = Standar kesalahan perbedaan rata-rata

3.6. Prosedur Penelitian

Secara garis besar penelitian ini dilakukan dalam empat t;3hap, yaitu ;

1. Tahap Persiapan

a) Merumuskan permasalahan.

b) Menentukan variabel yang akan ditelili.

c) Melakukan studi pustaka untuk mendapatkan gambaran dan landasan

teori yang tepat mengenai variabel penelilian.


69

d) Menentukan, menyusun dan menyiapkan alat ukur yang akan

digunakan dalan penelitian ini, yang berupa skala motivasi untuk

menikah dini.

e) Menentukan sampel penelitian.

f) Menentukan lokasi dan menyelesaikan administrasi perijinan.

2. Tahap pengambilan data

a) Pad a tahap kedua peneliti melakukan try out di daerah Ciputat,

kemudian mengolah data try out. Kemudian merevisi kembali alat ukur

tes yang akan dijadikan penelitian yang sebenaranya.

b) Memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian, dan meminta

kesediaan subjek untuk mengisi kuesioner.

c) Melakukan pengambilan data, dengan cara menyebarkan kuesioner

yang telah disiapkan kepada subyek try out.

3. Tahap pengolahan data

a) Melakukan skoring terhadap hasil kuesioner yang telah diisi oleh

subyek penelitian.

b) Menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh, dan membuat

tabel data.
70

c) Melakukan analisis data dengan menggunakan mE!tode statistik untuk

menguji hipotesis penelitian.

4. Tahap pembahasan

a) Menginterpretasikan dan membahas hasil analisis statistik.

b) Merumuskan kesimpulan dari hasi penelitian.


BAB IV

PRESENTAS! DAN ANALISA DATA

4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian

Gambaran umum subyek penelitian diuraikan secara rinci di bawah ini, yaitu

berupa gambaran umum frekuensi dari jenis kelamin dan usia. Populasi

dalam penelitian ini be1jumlah 158 orang, dan sampel yang digunakan untuk

masing-masing kelompok adalah 25 remaja laki-laki dan 25 remaja

perempuan, yang telah menikah pada usia 18-21 tahun, dengan tingkat

pendidikan minimal telah lulus SMU/ sederajat di Sepatan Tangerang, berikut

ini adalah gambarannya :

Tabel 4.1

Komposisi Respom:len Berdasarkan Jenis l(eiamin

No. Jenis Kelamin Frekuensi Prnsentase (%)

1. Laki-Jaki (rernaja) 25 50%

2. Perempuan (remaja) 25 50%

Jumlah 50 '100%
72

Dari hasil persentase data di atas, maka dapat diketahui bahwa subyek

penelitian terbagi jadi 2 kelompok berdasarkan jenis kelamin. Dengan

masing-masing l<elompok terdiri dari 25 remaja laki-laki (50 %) dan 25 remaja

perempuan (50 %).

Tabel4.2

Komposisi Respondem Berdasarkan Usia Saat Menikah

Usia Saat Kelompok


Menikah Laki-iaki Perempuan
Frekm:msi % Frekuensi %
18 tahun 0 0% 6 24%
-
19 tahun 4 16% 7 28%
20 tahun 7 28% 7 28%
21 tahun 14 56% 5 20%
Jumlah 25 100% 25 100%

Dilihat berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa subyek laki-laki yang

telah menikah di usia dini berkisar antara 19-21 tahun. Dengan persentase

tertinggi pada usia 21 tahun sebanyak 14 orang (56 %), ha! ini dikarenakan

pada usia 21 remaja laki-laki sudah merasa lebih siap lahir batin untuk

menikah, lebih siap secara materi karena telah memiliki pekerjaan sebagai

jamimm un!uk menafkahi istri dan anaknya. Sedangkan pada usia 18 tahun

tidak ada responden laki-laki yang mengambil keputusan untuk menikah di


73

usia dini. Hal ini disebabkan pada usia ini remaja laki-laki baru saja lulus dari

sekolah, dan belum memiliki komitmen yang kuat untuk menanggung

tanggung jawab dalam membina rumah tangga. Juga masih belum siap

secara materi karena belum memiliki pekerjaan sebagai jaminan untuk

menafkahi keluarga barunya kelak. Sedangkan untuk remaja laki-laki yang

menikah di usia 19 tahun sebanyak 4 orang (16 %), dan yang menikah di

usia 20 tahun sebanyak 7 orang (28 %).

Pada responden perempuan berdasarkan usia di perolEih hasil, bahwa

motivasi untuk menikah dini tertinggi ada pada usia antara 19 dan 20 tahun,

dengan jumlah masing-masing di usia 19 tahun sebanyak 7 orang (28 %) dan

di usia 20 tahun sebanyak 7 orang juga (28 %). Data ini bt:lrbeda dari hasil

data yang diperoleh dari responden remaja laki-laki, mayoritas responden

laki-laki menikah di usia 21 tahun. Responden perempuan yang menikah di

usia 18 tahun ada 6 orang (24 %), dan yang paling rendah pada usia 21

tahun yaitu ada 5 orang (20 %). Hal ini disebabakan karena selepas lulus

sekolah, biasanya para perempuan memiliki banyak waktu luang jika mereka

tidak bekerja, karenanya mereka lebih memilih untuk menikah dari pada

menganggur dirumah. Sebuah tradisi di daerah Sepatan (sebagai faktor

sosial budaya), jika anak perempuan yang telah lulus sekolah atau aqil baligh

akan segera dinikahkan oleh orang tuanya. Hal ini karena malu dan takut

akan disebut sebagai perawan tua jika mereka menikah d,iatas usia ~11 tahun.
75

Berdasarkan hasil uji homogenitas yang dilakukan dengan menQ!~unakan

program SPSS versi 11.5 diperoleh hasil sebagai berikut .

Tabel4.3

Tabel Homogenitas

levene's Test of Equality of


Variam::es
F Sio
Motivasi Untuk Menikah Dini
7,442 ,009

Untuk pengambilan keputusan dalam penelitian ini penulis menggunakan

probabilitas. Dan dari tabel nilai uji homogenitas di atas, dapat di ketahui

bahwa motivasi untuk menikah dini antara remaja laki-laki dan perempuan

memiliki probabilitas dengan nilai signifikansi ,009 < 0,05. Sehingga Ho

ditolak, yang artinya varians data bersifat tidak homogen.


76

4.2.2. Uji hipotesis

Selanjutnya penulis melakukan uji hipotesis, yang gunanya adalah untuk

menguji hipotesis dalam penelitian ini, yaitu :

Ho : Tidak ada perbedaan untuk menikah dini antara remaja laki-laki dan

remaja perempuan.

H1 : Ada perbedaan untuk menikah dini antara remaja laki-laki dan remaja

perempuan.

Pengambilan keputusan dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat

probabilitas, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah "probabilitas >

0,05" maka Ho diterima. Dan jika "probabilitas < 0,05" maka Ho ditolak.

Berdasarkan hasil uji hipotesa yang dilakukan dengan menggunakan

program SPSS versi 11,5 , diperoleh hasil sebagai berikut :


77

Tabel 4.4.

Nilai hasil Uji-t

t-test for Equality of Mean

95% Confidence
Interval of The
Difference
Sig. (2- Mean Std.Error
t df
tailed) Difference Difference
Lower Upper

Motivasi
untuk -6,423 48 ,000 -25, 1600 3,9"17:015 - -17,28365
33,03635
Menikah Dini ~

Dari tabel nilai uji-t di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikan motivasi

untuk menikah dini adalah 0,000. Dengan nilai sig =,000 ( sig < 0,05) maka
H1 yang menyatakan "Ada perbedaan untuk menikah dini antara remaja laki-

laki dan remaja perempuan" diterima.


78

Tabei 4.5.

Tingkat motivasi 1.mtuk menikah dini

antara remaja laki-laki dan remaja pere1rnpuan

Group Statistics

Std. Error
Jenis Kelmnin N Mean Std. Deviation Mean
Motivasi untuk Laki-laki 25 128,0000 16,11159 3,22232
Menikah Dini Perempuan 25 153,1600 11,13807 2,22761

Dari tabel di atas diperoleh nilai Mean untuk perempuan sebesar

153, 1600 dan Standar Deviasi 11, 13807, dengan jumlah sampel

sebanyak 25 responden. Untuk nilai Mean laki-laki sebesar 128,0000 dan

Standar Deviasi 16, 11 ·159 dengan jumlah sampel 25 reisponden. Hasil ini

dapat diketahui bahwa remaja perempuan memiliki motivasi intrinsik dan

ekstrinsik untuk menikah dini lebih tinggi dibanding remaja laki-lal<i.


79

4.3. Gambaran Perbedaan Motivasi untuk Menikah Dini

Dalam penelitian ini penulis menggunakan skala motivasi dalam pengambilan

keputusan untuk menikah dini berjumlah 47 item. Untuk setiap alternative

jawaban favorable (SS) diberi skor 4, untuk jawaban (S) di beri sl<0r 3, untuk

jawaban (TS) diberi skor 2, dan untuk jawaban (STS) dibe1ri :>kor 1.

sedangkan untuk setiap alternative jawaban unfavorable (SS) diberi skor 1,

untuk jawaban (S) diberi skor 2, untuk jawaban (TS) diberi skor 3, dan untuk

jawaban (STS) diberi skor 4.

Penelitian ini menggunakan empat pilihan jawaban. Maka diperoleh

rentangan minimum teoritiknya adalah 1 x 47 = 47, sampai clengan rentangan

maksimumnya aclalah 4 x 47 = 188, sehingga luas sebarannya adalah 188-

47 =141, dengan clemikian setiap satuan standar cleviasinya bernilai 141/6


=23,5 clan mean teoritisnya adalah 47 + 188 / 2 = 117,5.
Adapun perolehan rentang stalislik penelitiannya yaitu dengan nilai minimum

100 clan nilai maksimumnya aclalah 182. sehingga luas seba1rannya adalah

182 -100 =82. Dengan demikian maka setiap harga satuan standar

deviasinya adalah 82 / 6 = 13,66 dengan mean penelitiannya adalah 182 +

10012 = 141. Sebagaimana yang tertera pada tabel 4.6 di bawah ini.
80

label 4.6.

Nilai Statistik Skor Motivasi Pemikahim Dini

Statistik leoritik Perolelum

Nilai Maksimum 188 182

Nilai Minimum 47 100

Mean 117,5 141

Standar Deviasi 23,5 13,66

Maka akan diperoleh kategori - kategori skor motivasi untuk menikah dini

sebagai berikut :

label 4.7.

Klasifikasi skor ska!a Motivasi untuk Menikah Dini

Kategori Nilai Interval

Rendah X < (M -1 SD) x < 127,34


Sedang (M - 1 SD) < X < (M + 1 SD) 127,34 < x < 154,67
Tinggi X > (M + 1 SD) x > 154,67
·-~-·----
81

Tabel 4.11.

Kategorisasi Perbedaan Motivasi untuk Menikah Dini

antara Remaja laki-laki dan Remaja Perempuan.

Kategorisasi motivasi untuk menikah dini * Jenis Kelamin

Crosstabulation

Count
Jenis Kelan1in
Laki-laki p ~npuan Total
Kategorisasi motivasi rendah 12 0 12
Untuk Menikah Dini sedang 12 13 25
tinggi 1 12 13
Total 25 25 50

Berdasarkan data tabel diatas, terlihat bahwa responden laki-laki dengan

mayoritas tingkat motivasi rendah ada 12 orang (48 %), beigitu pula dengan

mayoritas motivasi sedang sebanyak 12 orang (48 %), sedangkan untuk

responden dengan tingkat motivasi tinggi hanya ada 1 orang (4 %).

Responden perempuan dengan mayoritas tingkat motivasi tinggi ada 12

orang (48 %), dan responden dengan mayoritas tingkat motivasi sedang

sebanyak 13 orang (52 %), dan untuk responden perempuan dengan tingkat

motivasi rendah tidak ada.


82

Perbedaan ini dikarenakan responden perempuan memiliki motivasi yang

besar untuk menikah di usia dini dibandingkan laki-laki. Selperti pada motivasi

intrinsik, motivasi perempuan untuk menikah dini yang didorong oleh minat

(motivasi intrinsik} untuk memiliki anak di usia muda jumlahnya lebih tinggi di

banding dengan dorongan minat pada laki-laki. Atau motivasi menikah dini

karena dorongan kebutuhan materi (motivasi intrinsik} yang akan lebih

tercukupi setelah menikah, jumlahnya lebih tinggi pada responden

perempuan, dibanding responden laki-laki. Motivasi menikah dini karena

dorongan kebutuhan biologis (motivasi intrinsik) jumlahnya lebih tinggi pada

responden perempuan ketimbang responden laki-laki. Motivasi menikah dini

karena dorongan keyakinan masa remaja (motivasi intrinsik) yang tidak akan

terganggu setelah menikah di usia dini, jumlahnya lebih tinggi pada

perempuan ketimbang laki-laki. Menikah dini karena termotivasi oleh

dorongan rasa ingin tahu (motivasi intrinsik) akan malam pertama, jumlahnya

lebih tinggi pada remaja perempuan ketimbang remaja laki-laki. Dorcingan

ingin cepat menjadi orang tua (motivasi intrinsik} lebih tinggi pada perempuan

dibanding laki-laki.

Pada motivasi ekstrinsik, remaja perempuan memiliki motivasi yang tinggi

dibanding remaja laki-laki untuk menikah dini. Seperti pada faktor dorongan

karena orang tua, yaitu dorongan karena ingin meringankan beban orang tua,

menikah dini karena telah dijodohkan oleh orang tua, menikah dini karena
83

dipaksa oleh orang tua. Menikah dini karena faktor dorongan teman atau

pacar, responden perempuan memiliki motivasi ekstrinsik yang tinggi

dibanding responden lelaki. Motivasi menikah dini karena faktor sosial

budaya, responden perempuan lebih tinggi motivasnya dibanding responden

laki-laki seperti : menikah dini karena sudah tradisi, atau takut disebut

sebagai perawan tua.


BABV

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data serta pengujian hipotesis, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa : Ada perbedaan motivasi untuk menikah dini antara

remaja laki-laki dan remaja perempuan. Artinya bahwa di daerah Sepatan

Tangerang, remaja laki-laki yang berlatar belakang pendidikan minimal SMU

memiliki motivasi yang rendah untuk menikah dini. Sebaliknya pada remaja

perempuan dengan latar belakang pendidikan SMU memiliki motivasi yang

tinggi untuk menikah di usia dini.

5.2. Diskusi

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan

motivasi untuk menikah dini antara remaja laki-laki dan remaja perempuan.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lois Hoffman

(Adhim, 2002), bahwa pada perempuan memiliki motivasi yang kuat untuk

menikah di usia muda dari pada lelaki, dan salah satu hal yang

mempengaruhi keputusan remaja perempuan untuk mE1nil<ah dini adalah

komitmen dan rasa tanggung jawab. Karena perempuan c:enderung memiliki


85

dini adalah komitmen dan rasa tanggung jawab. Karena pere~mpuan

cenderung memiliki komilmen dan tanggung jawab yang kual dalam menjalin

hubungan dengan pasangannya.

Seperti ilalnya penelitian yang dilakukan di kabupaten Bantu!, DI Yogyakarta

yang menunjukkan angka pemikahan dini yang tinggi. Bahkan sebagian

perempuan di Bantu! menikah rata-rata di bawah 20 tailun, clan para lelaki

menikah kurang clari 21 !ahun. Data penelitian memmjukkan sebanyak 304

pasangan suami istri di Bantu! telah menikah di bawah umur (BKKBN, 2006).

Laki-laki memiliki motivasi untuk menikah dini lebih rendail dari perempuan,

ini dikarenakan lebih banyak ilal yang menjacli pertimban,1an bagi lelaki.

Setidaknya lelaki harus memiliki pekerjaan terlebih dailulu sebelum menikah,

karena setelah menikah felaki harus bertangung jawab pada istri dan dirinya

sencliri. Lelaki bertanggung jawab lebih besar sebagai kepala keluarga.

Menikail berarti sudah harus mandiri dan terpisah dari !anggung jawab orang

tua. Perempuan memiliki motivasi yang tinggi, hal ini dikarenakan tugas

perempuan pacla umumnya lebih banyak berkutat di rumah, un!uk mengurus

suami dan anak, perempuan tidak terlalu dibebankan untuk mencari nafkah.

Bahkan dengan memutuskan menikah di usia dini l<ebutuhan maleri akan

lebih tercukupi karena ada suami.


86

Suryabrata (1998) menyatakan bahwa motivasi adalah kondisi psikologis

yang mendorong individu untuk melakukan sesuatu. Menurut definisi ini,

individu akan melakukan sesuatu bila ada molivasi pada dirinya, sedangkan

bila tidak ada motivasi pada dirinya maka indivisu tersebul tidak akan

melakukan apa-apa.

Maslow dalam Djamarah (2002), percaya bahwa tingkah laku manusia

dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu. Seperti

kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta, penghargaan, aktualisasi diri,

mengetahui dan dimengerti, serta kebutuhan estetika. Kebutuhan-kebutuhan

inilah menurut Maslow yang mampu memotivasi tingkah laku individu.

Karenanya apa yang individu lihat sudah tentu akan membangkitkan

motivasinya, sejauh apa yang ia lihat itu mempunyai hubungan dengan

kepentingannya sendiri. Seperti halnya molivasi laki-laki clan perempuan

untuk menil<ah dini, yang dibangkitkan oleh macam-macam dorongan

intrinsik dan dorongan ekstrinsik.

Dengan demikian, bahwa motivasi sangat berguna bagi tmciptanya tindakan

dan perbuatan individu. Selain itu dapat diketahui bahwa semakin berharga

tujuan yang ingin dicapai individu, maka akan semakin kuat pula motivasinya,

karena motivasi dapat berfungsi un!uk mendorong manusia untuk berbua!

dan bertindak {Purwanto, 2003).


87

5.3. Saran

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih terdapat banyak

kekurangan dan kelemahannya, dikarenakan adanya berbagai hambatan dan

rintangan yang penulis alami. Berdasarkan pengalaman yang dialami dalam

melakukan penelitian dan dari hasil yang diperoleh pada peneli!ian ini, maka

ada beberapa saran yang penulis rumuskan sebagai penyempurnaan dalam

berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu :

1. Untuk remaja baik laki-laki dan perempuan yang memilikii keinginan untuk

menikah di usia dini, hendaknya harus lebih matang dalam

mempersiapkan segala sesuatunya. Seperti persiapan fisik, psikis

maupun spiritual, persiapan fisik seperti kesehatan jasmani, kemudian

kemampuan materi, dan segala keperluan yang dibutuhkan kelak.

Persiapan psikis berupa kesiapan mental untuk mengarungi bahtera

rumah tangga, sebab dalam berkeluarga harus siap saling memberi

menerima apapun, baik itu saran atau kritik dari pasangan. Segala

sesuatunya perlu dikomunikasikan dengan baik pada pasangan. Selain

manfaat, pernikahan dini juga sangat rentan perceraian, hal ini dapat

disebabkan karena emosi pada masa remaja masih san~1at labil.

Persiapan spiritual yaitu berupa keyakinan pada Allah, di;mgan


88

meluruskan niat menikah semata-mata untuk ibadah pada Allah, karena

dengan menikah insya Allah telah sempurnalah separuh agama.

2. Untuk orang tua, hendaknya memberikan bimbingan dan pengetahuan

yang bermanfaat tentang hidup berumah tangga di usia dini, kepada para

anak remajanya yang mempunyai keinginan menikah di usia dini. Hal ini

sejalan dengan pendapat Hoffman (Adhim, 2002) yang menunjukkan

pada saat yang tepat untuk menikah juga dipengaruhi oleh dukungan

sosial dan budaya, termasuk budaya keluarga. Dimana budaya keluarga

atau pemahaman orang tua yang memandang pernikahan dini sebagai

keputusan yang baik, maka akan cenderung menjadikan para remaja

lebih siap jika ingin melakukan pernikahan di usia dini. Karena dorongan

dan sikap orang tua sangatlah mempengaruhi kepada anak remajanya

untuk menikah di usia dini. Dorongan orang tua yang positif, mendukung

dengan baik, tidak rnemaksakan kehendak pribadi pada anaknya. Hal ini

mernbuat remaja yang ingin menikah akan lebih siap lahir batin, clan kuat

dalarn menghadapi rnasalah clan rintangan clalarn berurnah tangga kelak.

3. Untuk peneliti lanjutan, mengingat jumlah sampel dalam penelitian ini

terbatas, hanya 25 responclen pacla tiap-tiap kelompoknya. Maka untuk

penelitian berikutnya disarankan untuk melibatkan sampel yang lebih

besar lagi. Hal ini sejalan dengan pendapat Kerlinger (:2000} bahwa,

semakin tingggi jumlah sampel maka dalam kesimpulan yang dibuat akan

semakin representatif. Selain itu hal lain yang menarik untuk diteliti
89

selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini adalah, mengetahui

perbedaan kepuasan pemikahan antara pasangan yang menikah di usia

dini (remaja) dengan pasangan yang menikah di usia dewasa madya

(lanjut usia).
DAFTAR PUSTAKA

Alisuf, Sabri. (1993). Pengantar Psikologi Umum dan Perk:embangan. Jakarta


: Pedoman llmu Jaya.

Azwar, Saifuddin. (2003). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka


Pelajar.

Bimo, Walgito. (2004). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Penerbit


ANDI.

Chaplin, J.P. (1999). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: P.T Raja Grafindo
Persada.

Sevilla, G, Consuelo. {et.al}. (1993). An Introduction to Research Methods.


Pengantar Metode Penelitian. Aliwudin Tuwu (terj). Jakarta: penerbit
Universitas Indonesia (Ul-Press).

Davidoff, Linda L. (1991). Psikologi: Suatu Pengantar, edisi ke-2.


diterjemahkan oleh Mari Juniati. Jakarta : Erlangga.

Departemen Agama R.I. (1998). Al-Quran dan tetjemahannya. Jakarta:


Direktorat Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji. Departemen
Agama RI.

Hasan, M.I. (2003). Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan


Ap/ikasinya. Jakarta: Ghali Indonesia.

Hurlock, Elizabeth B. (1980). Developmental Psychology: A Life Span


Approach. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. lstiwidayanti Soedjawo (terj) ..Jakarta : Erlangga.
Edisi ke-5.

Mohammad, Fauzil Adhim. (2002). lndahnya Pemikahan Dini. Jakarta: Gema


lnsani press.

Muhammad, Ali al-Shabuni. (2000). Kawinlah Selagi Muda; Cara Sehat


Menjaga Kesucian Diri. Jakarta: Serambi llmu Sernesta.
Mahdiah, Hj.SH. M.Hum, (2003). Hukum Acara Peradilan Agama. Jakarta : Al
Fajri.

Muhibbin, Syah. (2002). Psikologi pendidikan. Jakarta : Rajawali Press.

Mujib, Abdul & Yusuf Mudzakir. (2002). Nuansa-nuansa Psikologi Islam.


Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Purwanto, M Ngalim. (2004). Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja


Rosdakarya.

Santrock, John W. (1995). Life - Span Development. Perkembangan Masa


Hidup. Achmad Chusairi, S. Psi & Juda Damayanti, M. S. W (terj).
Jakarta : Erlangga. Edisi kelima, jilid ke-11.

Sarlito Wirawan Sarwono. (2000). Pengantar Umum Psikologi. Jakarta :


Bulan Bintang.

Sarlito Wirawan Sarwono. (1996).Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.

Singgih D. Gunarsa. (2000). Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan Kelualf!la.


Jakarta : PT BPK Gunung Mulia.

Suryabrata, Sumadi. (1998). Metodologi Pene/itian. Yo~1yakarta : Andi Offset.

Syaiful Bahri Djamarah. (2002). Strategi Be/ajar Mengajar. Jakarta : P.T


Rineka Cipta.

Suharsimi, Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan


Pene/itian. Jakarta: Rineka Cipta.

Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Bandung : Pustaka Setia.

Usman, Nadjati. (2001). Jiwa Manusia Da/am Sorotan Al-quran. Jakarta : CV


Cendikia Sentra Muslim. Cet, ke-6.

Wasty, Soemanto. (1998). Psikologi Pendidikan. Jakarta: P.T Rineka Cipta.

Winkel, W.S. (1991). Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Gramedia.

Zakiah, Daradzat. (2003). I/mu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.


SKRIPSI & TESIS

Asty, AnjaswarL (Mei, 2003). Dampak Perceraian Pada Pi~mbentukan Ni/ai


Pemikahan Remaja Akhir Putri (Suatu Penelitian Kaalitatif Terhadap
Remaja Akhir Putri Yang Berasa/ Dari Keluarga Bercerai Dan keluarga
Utuh). (Skripsi Tidak Diterbitkan) Jakarta: Fakultas Psikologi UL

Nasution, Hotnidah. (Juli, 2005). Pemikahan Dini Dan Perceraian (Studi


Kasus di Pengadilan Agama Jakarta Selatan). (Tesis Tidak
Diterbitkan). Jakarta: Fakultas Syariah Pasca Sarjana UIN Syarif
Hidayatullah.

Yuliasti, Siskana. (2005). Peranan Sikap, Norma Subyektlfi/H!iJan<Perceived


Behavior control Terhadap intensi Untuk Menikah113Jini Pada Wanita Di
DPC (Dewan Pimpinan cabang) PKS (Partai Keadilan Sejahtera)
(suatu penelitian kua/itatif di DPC PKS) Mampang Jakarta Se/atan.
Skripsi, (Skripsi Tidak Diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi
Universitas Persada Indonesia Y.A.i.

Nurholilah. (2005). Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pe/uang Kerja


Dengan Motivasi Menyelesaikan Skripsi Mahasisw1~ Faku/tas Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. (Skripsi Tidak Diterbitkan). Fakultas
Psikologi UIN Syarif Hidayatullah.

INTERNET

Tito. (3 Agustus 2002). Potret Remaja Dalam Data. Pusat Studi Seksualitas-
PKBI Yogyakarta, dari berbagai sumber dan news latter Embrio PKBI
DIY. Kompas,. http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/sg3potrethtml

M. Zubaydi llyas R. (Jun 03, 2005). Pemikahan Dini, Bukan Sekedar


Altematif. Buletin lstinbat, Edisi 097. Forum FMIPA UNAIR (Forum
komunikasi civitas akademika FMIPA
http://72.14.221.104/search?q=cache:afaNCDnYk1 oJ:202.95.151.114/
viewtopic.

Agus Salim. (Oktober 2004). Pemikahan Dini. BSI News 2004-10-26


20:32:43. 26.
http://www.bsi.ac.id/modules.php?name=News&file=article&sid=113.

Pemikahan di Bawah Umur Tinggi di Bantu/. (Rabu,22 Maret 2006). @


16:01 :00. http://www. bkkbn.go. id/news_detail.php?nid=2670.

Satu Dari Lima Orang Indonesia Ada/ah Remaja. (Jumat, 16 April 2004). @
13:58:50. http://www.bkkbn.go.id/artic.

Tiap Tahun 15 Juta Remaja Melahirkan. (Jumat, 29 Desember 2006).@


21 :08:55. http://www.bkkbn.go.id.jkt/article_detail.php?aid=746.
· DEPARTEJ.\-IEN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS PSIKOLOGI
JI. Kcrta Mukti No. 5 Cireumleu Ciputat Jakarta Selatan 15419 Telp. 7433060 Fax. 74714714

!omor .: E.Psi./OT.01.7/ J.y/ /IV/2006 Jakarta, 19 April 2006


.amp.
!al Izin Penelitian

Kepacla
Kepala KUA Sepatan Tangerang
Di
Tangerang

Assalamu'alaikum Wr. WB.

Dengan I-format, kami sampaikan bahwa :

Nam a : Yeyen Meliyanti


Tempat/Tgl Lahir : Tangerang, 16 Oktober 1982
Alamat Kampung Jembatan Merah RT. 003/03 No. 277
Pondok Jaya Sepatan, Tangerang

Aclalah bemr 1mihasiswa Fakultas Psikologi UlN Syarif Hidayatullah .Jakarta

Semester : X ( Sepuluh )
Nomor Pokok 101070022997
Tal1lm Akademik 2005/2006
Progra1n : Strata l (S-1)

Sehubungan clengan tugas penyelesaian skripsi yang be1juclul : "Perbeclaar}·


Motivasi anlara laki-laki dan perempuan clalam rnengambil keputusan untuk
Menikah Mucla " mahasiswa tersebut mernerlukan ijin penelitian di lembaga yang
Bapak/lbu /Saudara Pirnpin. Oleh karena itu kami rnohon kcsediaan
Bapak/lbu/Saudara untuk menerirna rnahasiswa tersebut dan rnernbcrikan
banluannya.
Dernikian alas perhatian dan bantuan Bapak/lbu/Saudara kami ucapkah
terima kasih.

Wassalamu'alai.kum Wr. Wb
DEPARTEMEN AGAMA R.I
KANTOR URUSAN AGAMA
KEG. SEPATAN KAB. DATI II TANGERANG
JL. RAYA CITUIS - KRAMAT KM. 12
Telp. (021) 593711 "/6

101070022997

?T?.'.T~ 1 (S-1)

( ':tlr ·. \
-·.).".,-
-.-,.;;c,,m-::i.t-".'>n
_,;:_ ~!,G.\_,~~- -;e~~a ten,

W'erbedaan ''otivasi dalam 10 er.,ya::ibilan ·eputu,3an untuk \cr:L~ah

:Jir1i aotara .e:neja L.aki-laki d.an :\.eF:-3.ja t::remDUan di Veca1na-


tan sepa tan 1\a bupa ten Tangera!1[':".

:Jemikian surat !::eteran.gan ini dil:uat agar dapat di;:-·e::oo;unakan


:!i !:lana .:r1estinya.

12 ~-:-e bruari 2007


Lampiran 3

KUESIONER TRY OUT

Saudara/ i yang Saya hormati.


tJ.ssa/amualaikum Wr. Wb.

Saya Yeyen Meliyanti, mahasiswi tingkat akhir Fakultas Psikologi Universitas


Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sedang menyelesaikan skripsi dalam
rangka memenuhi sebagian dari syarat-syarat akademis guna memperoleh
:Jerajat Sarjana Psikologi, yang ditempuh dengan melakukan penelitian tentang
" Perbedaan Motivasi untuk Menikah Dini antara Remaja laki-laki dan
Remaja Perempuan di Kee. Sepatan Tangerang. "

Maka dengan ini, Saya membutuhkan kesediaan Saudara/i sebagai suami/ istri
yang telah menikah di usia dini (remaja) untuk membantu dalam penelitian ini.

A.dapun dalam pengisian kuesioner ini, tidak ada jawaban yan" salah, semua
jawaban yang diberikan adalah benar. Sesuai dengan kode etik, Peneliti akan
menjaga kerahasiaan identitas dan jawaban yang akan diberikan. Dimohon
untuk menjawab seluruh pernyataan dengan sebaik-baiknya, serta tidak
melewatkan satupun pernyataan. Diharapkan jawaban yang diberikan adalah
jawaban yang sesuai dan sebenar-benarnya dengan keadaan yang Saudara/ i
alami sendiri.

Atas bantuan dan kerjasama yang baik, Saya ucapkan terimakasih.


Wassalamua/aikum Wr. Wb.

Jakarta, 1 Maret 2007


Peneliti,

Yeyen Meliyanti
101070022997
Pemyataan Kesediaan Responden

3aya Yang bertanda tangan di bawah ini,

llama lengkap
ru
rahun menikah
Jenis kelamin : ( Laki-laki/ Perempuan)*
=>ei<erjaan
!\lam at

lilenyatakan bahwa :

3ersedia menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh sdri Yeyen Meliyanti,
lilahasiswi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

)ata Saya di jamin kerahasiaannya, dan hanya digunakan untuk kepen!ingan


'enelitian semata.

rangerang, ...... Maret, 2007


rertanda,

:........................ )

') coret yang tidak perlu.


Lampiran 3

KUESIONER TRY OUT

Petunjuk Pengisian

Anda di minta untuk mengisi pernyataan dengan cara memberi tanda check ( -Y )
pada salah satu kolom yang sesuai di sebelah kanannya. Setiap orang
mempunyai jawaban yang berbeda-beda, maka isilah sesuai dengan keadaan
diri Anda sendiri, karena semua jawaban yang anda berikan adalah benar.

Adapun arti pilihan jawaban tersebut adalah :


SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

SELAMAT MENGERJAKAN

No. Pernyataan SS s TS STS


1 Saya menikah di usia dini karena telah siap lahir
batin.
2 Dengan menikah di usia dini akan membuat hati Saya
lebih tentram.
3 Saya menikah dini, karena akan mendatangkan
kebahaoiaan pada hidup Sava.
4 Saya menikah dini, karena ingin memenuhi rasa
keinointahuan Sava akan malam pertama.
5 Dengan menikah dini, Saya akan meringankan beban
orano tua.
6 Saya menikah dini, karena melihat teman-teman Saya
bahagia setelah menikah dini.
7 Pernikahan di usia dini dapat menjaga Saya dari
perqaulan bebas.
8 Untuk menikah di usia dini tidak harus dengan
kesiapan lahir batin.
9 Untuk membuat hati tentram, seseorang tidak harus
menikah dini.
10 Dengan menikah di usia dini, tidak akan
mendatanokan kebahaoiaan.
11 Saya rnenikah di usia dini, bukan karena ingin
rnernenuhi rasa keingintahuan Saya akan malarn
oertarna.
12 Saya rnenikah di usia dini, bukan karena ingin
meringankan beban orang tua.
13 Saya rnenikah dini bukan karena rnelihat ternan Saya
bahagia karena telah rnenikah dini.
14 Untuk menghindari dari pergaulan bebas seseorang
tak perlu rnenikah di usia dini.
15 Saya rnenikah di usia dini, karena ingin rnernpunyai
anak.
16 Dengan rnenikah di usia dini, kebu!uhan rnateri Saya
akan lebih tercukuoi.
17 Saya rnerasa beruntung karena telah menil<ah di usia
dini.
18 Saya menikah dini karena ingin rnerasakan kehidupan
berurnah tangga di usia dini.
19 Pengalaman rumah tangga orang tua, berpengaruh
keoada Sava untul< menikah dini.
20 Diantara ternan-ternan dekat Saya, hanya Sayalah
yang belurn rnenikah, karenanya Saya segera
menikah di usia dini.
-
21 Pada saat ini (zaman sekarang) pemikahan dini
merupakan salah satu tradisi yang perlu dilakukan/
dilestarikan.
22 Menikah di usia dini, bukan berarti untuk mempunyai
anak di usia rnuda.
23 Dengan menikah dini, kebutuhan materi tidak akan
tercukuoi.
24 Dengan menikah dini tidak akan mendapatkan
keberuntunQan.
25 Saya menikah di usia dini, bukan karena ingin
merasakan kehidupan berumah tanaaa di usia muda.
26 Saya menikah dini, bukan karena pengalaman rumah
tanaaa orang tua Sava.
27 Saya menikah dini, bukan karena teman dekat yang
telah mendahului Sava rnenikah.
28 Pada saat ini pernikahan dini merupakan !radisi yang
tidak sesuai lagi un!uk diteraokan.
29 Menikah di usia dini merupakan cita-cita Saya dari
dulu.
30 Saya menikah di usia dini, karena telah memiliki
pekerjaan untuk menafkahi keluarga.
31 Saya menikah di usia dini, karena yakin masa remaja
Sava tidak akan ten:ianaau.
32 Saya menikah dini, karena ingin cepat merasakan
meniadi seorani:i suami/ istri
33 Saya menikah dini, karena telah dijodohkan oleh
orani:i tua.
34 Saya menikah dini, karena teman-teman sekolah
Sava telah banvak vani:i menikah di usia muda.
35 Saya menikah di usia dini, karena takut di sebut
gadis/ periaka tak laku.
36 Saya tidak pemah berkeinginan untuk menikah di usia
dini.
37 Untuk menikah di usia dini, seseorang tidak harus
terlebih dahulu memiliki pekerjaan.
38 Menikah di usia dini akan mengganggu masa remaja
seseorani:i.
39 Saya menikah dini, bukan karena ingin cepat
merasakan iadi seorang suami/ lstri.
40 Saya menikah di usia dini, bukan karena telah
diiodohkan oleh orani:i tua.
41 Saya menikah dini, bukan karena banyak teman-
teman sekolah Sava yang telah menikah.
42 Saya menikah di usia dini, bukan karena takut disebut
sebagai gadis/ perjaka tak laku.
43 Saya menikah di usia dini, karena ingin mendapatkan
perhatian febih dari pasangan.
44 Dengan menikah di usia dini, seseorang dapat
menvalurkan kebutuhan biologisnva denQan aman.
45 Dengan menikah di usia dini, masa depan Saya akan
cepat sukses.
46 Saya menikah di usia dini karena ingin merasakan
meniadi orani:i tua.
47 Saya menikah di usia dini karena dipaksa oleh orang
tua.
48 Saya menikah dini, karena malu ejekan teman-teman
yang telah menikah.
49 Saya menikah di usia dini malu dengan tetangga,
karena hubungan pacaran Saya yang telah lama/
terlaniur jauh.
50 Untuk mendapatkan perhatian lebih dari pasangan,
seseoranQ tidak harus menikah dini.
51 Saya menikah di usia dini bukan karena ingin
menvalurkan kebutuhan bioloi:iis.
52 Dengan menikah di usia dini akan menghambat
kesuksesan.
~"' l""-. · - ---:t~-L. -t:-: r... •• ,,. __ 1,.. ................... :-.-.: .... : .... ...J: ................. .g.,, ...
54 Saya menikah di usia dini, bukan karena paksaan
orang tua.
55 Saya menikah dini bukan karena malu diejek oleh
temna-teman.
56 Sava menikah dini, bukan karena omonoan tetanaaa.
57 Menikah di usia dini akan membuat Saya semakin
tambah dewasa.
58 Saya membutuhkan perhatian dan kasih sayang lebih
dari pasanoan, karenanva Sava menikah dini.
59 Saya menikah di usia dini, karena akan menambah
kepercavaan diri Sava.
50 Saya menikah dini, karena ingin merasakan jadi
penoantin.
51 Pernikahan dini sava direstui oleh orang tua.
52 Saya menikah dini, karena dorongan dari pacar Sava.
53 Saya menikah dini, karena ingin mengikuti sunnah
Rasul/ agama.
54 Dengan menikah di usia dini, tidak membuat
seseorano akan lebih dewasa.
55 Seseorang bisa mendapatkan kebutuhan kasih
savano dan perhatian, tanoa harus menikah dini.
56 Dengan menikah di usia dini, tidak menambah
keoercavaan diri.
57 Saya menikah dini, bukan karena ingin menjadi
pengantin.
58 Saya tetap menikah di usia dini, meskipun orang tua
Sava tidak merestui.
59 Saya menikah dini, bukan karena dorongan pacar
Sava.
70 Saya menikah dini, bukan karena mengikuti sunnah
Rasul/ agama.

Mohon periksa jangan sampai ada yang terlewat !

Terima kasih atas kesediaan Anda berpartisipasi dalam penelitian ini.


!-> "
..,~
- .. MM ,, " NN N N "M ,, N Nk- N r N N .-
"M " ""NN
"""" " ""' "N
,,~
Ni'> " .. " " I'>,., NNN
I'> " • MN ,., N MM ,, . "M M " _,,_N .... NM" " " N "
" NM "' " "I'> M ""MN ""N"'"'"M NNni'>"
I" N N ,,_ N n M l<t C'> N "M
"' " "" ,_ NNNN " " I" ,., .. "I'> " ""NN n-M'>""ft NNnM,,_
- "N ._ N N .• " k- NNN

I'"' MM N N MM " " MM


"' " "M " " ..__ ,, " ""' r> " "M"' "nMN <tNMMn"M I"'"' N r>
N,,_ nNN "NNN nnNN

I" .. NM r N Nr Nr N N N N

I" .. NN " N NN
-- NN N N "M N r i<t
--
--
--_,, <t M - NnNN N .-i.-N - " N- NN - - N N f'l
<-N- NNNN
f'l-
-
N "N N N N
NNi.-<-N.-

"'" ,,_"
N N!<--1;'\1 f'l M NN<-<-N.-1=" f'l N N f'l f'l

M "~ NN rN " r N- NN "N " - Nr .. N- N :'>Ji.- N N- N f'l - nMr -NNI'> N.-1:""4i.-.-..-r-i f'INNN-
N" MM
" " MN NN "M "" " " ft NN N,,_ <t M - ""Nft NN M N N nMN N"MM N-Nft""" i'>"""f'l

MM ,., " NM
" " n M -ft ft " "ft ,.-Nf'l ,., "I'> ,, """'~ - -M I'> " NNi<; """i'> """!'>""" i'>""'*
-
~-
M"

!-> N .• -r> ft N -N l'>f'l NN Nf'l N n Nr<- N- N - N


" '* I'> .. " "M " " " N
r I'> N"""M t">:<:>t¢~:<t"<f":-

I" .. INN
"" MM
k--1'> "N NN "
t'> NN
" " M,,_ N k-"
. _,,
M ,,_
-- <-IN NN N N N N k- """"M NNNM>'>"N
"
.. ·•N I'> N "MN """M """"""" Mt<>nNN
Nt'0N Ni<-

I'> " "N MN "M


" " "MN " " !'>I'> N N n N

I" " I'> .. N N NN N" N N NN "N i'>N ""I'>


I" N • Ni'> N" NN NN ".
-- 1-N "N ,,_ N n

-N -N "'M ,,_ N "


"I'> N "N MN nMN NNNN NNNN-NM MNNf'lf'l
N MN nMIN NNMf'l N-Mf'IO'>Ni'> f'l" N f'l f'l
""' -- " "~
I" N NN <'> N Ni'>
"' " "I'> NN "M i'>N "Mr r " NM,,_ NnMN
"' MN nMIN "'nMM <tnf'li'>N"N "'~ ~r.i f'l

" " Mi'> " " Ml'> " . "M M " ,,~
,,_M
" " .. " nMM " " .. ""'' M" nMM " " "I'> ." ,. Mi'>

I'> " l'>I'> " " Ml'> " " "M " ,.,
,., M" "f'l M ,,,, I'> f'l ""i'>i'><tnl'> I'>
"~ MM
" " M,,_ nN- nnMN N "MI'>

I" - '"
.... I'> N " .. "N -N " . -N- MM N N,. IN f'l N NMf'l NNf'lf'l -
,, ,, ,. f'lf'l
I" N Ni'> ,, " "N >'> N NM C'> N NM MN N NNi'! -f'l
"" . f'l N nN f'l ""ftf'l Nn-f'lNnN i'>""Mf'l

-. INN NN t-<N N- NN -N ,., tN ft N N>- i'>


.. .,,._ " - -f'l "tN - ""tNi'> 0- :\I .... r.i N
" - I'> N "tN f'l NNtNi'> NNNk-NNM MNNNN

-N tN f'l N n I'> I'>


" - N f'l f'l " .. I'> n N -,, i-IM<- ,., NMN ""'""!'> N NN I'> " "MI'> <t "Ni'> N<tMN"NM N"NMM

i-1 " Mi'> " " MM "' " "M N" "M " " " ... Ni'> n!'><-
"" M I'> " " .. NM <l'<tNl'>n<t- MM

I'> .. <t " Ni'> l'><t N ,_ nnMM -M


" ",, i:? "M '"" IN M <t <t tN MN<tMM
,,~ ,..~

""
~~
"M "~
"N <>- ;') <:t- :>") :<)

I'> .. ,., " "


Ni'> >') N N,.,
"<t NN NM .-N- NNN" " " M i:?Nn Mf'l
"" IN f'l N "N f'l

I" N NN NN "N
" - "N "' " "N "N "" ,_M NM- nnNM
" "M ,., " NNM Nn!NN <l'NNMNNN """Ni'> "<f":<"Jk--i:'J

I""~ ··M N"


" " NN NN NN NN NN NN NN NNN NNNN NNNN N NOl NN NNN NNNN OO>Nf'INNN NNNN!"

I" .. MN NN NN "'N NN

.
"'"' "M k- " NNN

-- NN ¢MN N :<'>1<-N n N ..• " MN nMN NNNM ,,,_ M MnNINN

I" .. M" NN N"


"' " Mr
-" MN <-MN " " " N nNNf'l
.. ,., ,_ " nM M:<>n INf'l NNf'l-N<ti'> Mnnt"<I'>

I" .. NN
-" "N N- N N
""
N,., k-
-- <-N N n,., N
'"' N N N nM N NNNN NNNMN<tM MnnNf'l

" " <t,, ,, ,.


" . "" ,. ,.,
I'> "
i'>N
"I'> i'> " "~

I'> N I'> N NIN f'IN "tN i'>N "tN I'> NN NI'> N


Mi'>

Ni'> N n-i'>
"' ""
M""
N tN N N Nf• ·~ .~
Ml'>
l:'J N nNNNNNN N""NN
"""""
"
<ti'> " N "ft
",, .. "",. ,. "I'> N n <ti'> "f'l 1'> <tNfti'J ""
. . ,.."' . " " .... ",., Ni'> " " M " " " " N " " " "

""....
fT " N <t "
I'> <t
I'> " tN ft " " "ft <t " "I'> <t" ""I'> .... "I'> .- "Mi'> ""Ni<t"""
"""""
i'I" t-<N "" i'> f'l ". N tN f'l<t "i'> I'> " "MI'> -- N f'l <ti'>r
"" .• .- M N
""'
,, "M i'> "
I<- N n NN NNl<-N.-r- N ,_

" ,, "'I'> " " N f'l "' " " i'> I'> - " "f'l <ti'>- ""i'>" ,,,,_i'>

. -
I'> " Mft " M"' """'""Ni'> """i'>"
-..- t-<N NN >-IN " ,, " rN N tN ft N Nft i'> --
-I'> <ti'>- - n f'l '>N-1'> n N l<-NN • tN i'I NNNi'>N<ti<; i'>""NN
,,,,_ ""ftM .... -1'> "" "i'> I'> ') "i'> I'> ""Mi'> ,, "Mi<;" "M i'>" "M"
N

"" "'~ - -
MM "' " '. - ~
"ft
i'>N,.., ......
"" " " "M ft .. " Mft <t " ft ft N" - "<t I'>"' ..... -ri
.,. _,, " I'> ') "MI'> " "I'> I'> " " i ' > " " " " """Mi'>
.. .. "
i'>N M"
"' " ",., I'> " "M M" "M M" "ft M <t " "M NIN- nNMM " Ni'> M" .. ft I'> " " I'> I'> """ft""i'> f'l" <t I'> I'>
'" " Mfl- """ ~~ "' ~ : "'
.., ~ ~ ~~
.
fFF~ ~
o~

"'
,,
" ~ .. " ~
~
"~
- ~ k- s~ k-
-
~ k- ~~
,,
;;; - ,_
~ :!ilk :~~; ,,,.. "::: -e~ ~~ ~e § ~ ",.. .-
"' . " "'"' '"' """' "'""""'!'> IN M M " <tk- ..
""'"' ""' "' """ l<t ""' "'
¢1-lt;.-N i"i" WINI:"> "'"t'ikt i" N
"'"""N "i" "
""
" "' \-
NMN N"MN NNN NN
" " NN M <t i"<l"NNl-t ~:<>Nr.-N NN N "1,., i" " N
"'"'
NN IN l<t N NNIN M<tf<tt'i NN

r."",,.
"'"'"" kt"''-N
"'"'"' "'"" "'" "'"" <t "'"'"'"'
,_Mf'l<ti"N M "'NM ft
"""" NP> ft "N f'I P> hh !NIN
"'"' "' "'"'"' "'"' "'IN"'"'
1-<MN NNN NNNN MNN NN N- lr.h Mfq-t.-1:-Ji.- >-MMNNM "'*f'lf'I NM f'>N

NhM ,,.
..,_ ""' P>
f'> N
"'"' "'k- "' ""' "'
IN" IN ,,_ ,_ IN Nf'I

""' MMM

NNN MN N-
"'"" "'"' kt"'
kt,,.
Mf'I

M Mi.-1....
"""""N "t'1 NP> " "P> P> "
hfo "'N
""' "' ,.f<t N
"'"'"'"' i"M

r. M M Mk-
"""' "'"' I" !...... Nl<:PJ>- N" P> P> <t N t'J f'> N h!N INN
"'"'
N
""' h N ""' N "'"'
I<: h N kt ..
"' M
~·'~·,Ml-.:
""'"" "'" t.r.M

Mf<M J.r,f; M"' t.r.r:


J.r,f; ktM MMNMN ,,. "M I" f'I "t'1 NP> ""N

"'P>f<t"' P> P> to


f'I "
Ni'>
hh IN'i

hh
"'"' *"'·"'
h hNhM

M Mhlr. NNkh MM
"' "
r. Mk- Nie N NMf<tN l--<Nk- "'k- Ml<t "'"' f<tM
ft "'"" t.r. "'
r·lnF.t<-t<- f'J"
I'"'
... "'
!<> ""'
Nf'J f"f"
"'"' "'"'
"' "
"' "' ri'>r :<) NN
"' !.-
h N" !.- M k-J.r,"" NN

"··"' ... ,., ~ "' "'"' "'"'"'"'"' ..... "' ... ""' i"i" "'"" MM le "' " Mhh !-<Nie jq MM
L
i"t.r.>-f" i"t.r. f"l<t
"'
r. "' "'
~"'k- "'"'h h!N"-' ,.f'I f' N h"'
" to Mhf'N'- k-1¢ !:'?'-
~

I""' N ' r; Nj:\J NN hV: !NM


le k- IN M INF. le

~"'"' "'
"'le "'
"'""
". " "
"'"' " "'
"' t.r.
Mhf'I
"""'"'"' ""to
""l<t

"N N" ,, l<t "i"


hl-tf'kh l<J"f':tt.":i"'
"""'
ph r.-NJ'<:: h"' IN p, "'h IN f<t
"' "' "'"'"'"',, "
iNf'I

"""'"'
h"
"""'"" """""""' "i""'"" """
N
""" N" :<):>');>')
M" N
" ··IN r>
"'
" " ,, " "' " " ""' - " "' " """'"" "'"' ..
k--
'. "" " r
" " •. "f;
"'"'
¢"
" "kt " "i"

"" "N NN
""'-"' .. k- N N"' "' .. - :<)j.'\1.-,.-.
'"" " " ""''
" -I'>" r N ..... :'\I Nk- N N,.
"'"'
NNN

o.•·-
" " "N " f; k- -
NN NN'-N N N , .• N NN .-t:-.,iN.- .... pl !Nk-
- I'> " N"
- "h"' N" N

" " "N NN ""'-" N "' '


"'"'"' ,....NN ..- .- .-[')Nk-NN .-r.-i:'-J.-.- N:-.i:<> ",. NN - - N k-k-r NNIN rNN

N"
""" MN N"NN
"' " l<t N ,,_ ¢NNf'IM .-f'):<:iNNMN N "f'J Nt'J
"'"'"' " .-.h"' i"Nh

-ri !<>kt N I'> ",. ' ,., hl<tN "M h


"M
" " MM ,,. ""'kt """M kt"'
"' " NIN NNMM "''*
""' Ml<t ,, ... "' !<>"'
"I'> "
INro ""'!'>>-- -I'>,,
f'> "
.. " "l<t

"'"' """
,. N" • • k-
Mktk- NMM
"M "'I" I" "' ""' "'"'"'
"M
""' !NIN
"'""' k-

"k-"' N-N
NN hlNro NNNk-" .-f0¢k-f;<)~ Nk-jnk-r- "I" "N N ri"
" NM NN NMN
""' f;
MNk-

"',., ...
" "' Nk- k- k- Nh N ,_ -l<t <-I" nk-1:"'> M :<)I:'! In k- ,.... r rN Nr k-N NN ININ N k-k-"' <tM M

""' "'"' -"''-"'


Nk- r.-N ,_ N Nk- t'l h- k- ..... k-('>nk-k-M .-t:-.tN.- .... Nr i"- tr N N NN NN -N IN<- N ,_INM nM"' ""IN

N f<- hlN k-Nk-k- h ,_N ,,_N Nr Nr I" ,_ !<"'" :-.11:°'1 Nr NN -h IN,_ N k- k- Nk-
"'"'
t.">k-k-k- l<-f':ti:tJk-k-t:"> k-i:'Jk-k-k- k- k-

.. .. ,. 1<-N~k- N !:"> Ni:":<)~!<- i"i" i"i" t" "'"'"'


"IN

h"' "'"' foh Nfofo h h " :<:>!:">


"*
MM Nro M" N
"'N"' hV:M Mhf;

"'" " ..
,,f<,f; N NP>N hr> M" Mi,,
"'"' "'" "'"'" ""'" "'"'"'
NI'> ,,_hNNN hl'><>Ni"i;t NNl-t,,-N i"N
"" t<:J :-?i:'J Nl'J N

"f;
"'" " "'"' "'"' "'"
fo;;t nl:'l~
"'"""'"'!'> NN"'"" Nh I" " t'l nr'l i"j<t MM
""' Ml<t M I<
""' "' "'"'"'f<- IN
hl<t hi<> hN hP>I< f; hN l<t MN f;thNl'>N l<ti<tNl'JMN
"'"'"'"'!" Ni" NN I=":: :<:ir'l i"F- MM Nj,, MIN N !<hr> !<th IN
"'""'
NMN .... Ml.'.~ M Nf' '-N N 1.-1,..1:-.Ji:'J ir-f<JMl-tl:"JM Nl'J N ~ft MN
"' . "' ""' P>" ~IN roh N'-IN ,.loch !Nhh
NM Nj,_ "IN NNlocro N N"- ~M N tN~tNN <tl'>f'Jt'<NN f'ltotNNf'J to I' Nf'I "' r>t-< '-IN "'h hf<> IN '-hN
NMM ~'INt-.; 1¢ i,., N"- ~i,., N ~t-c tN N .-t>P>f<ttNf'> ~t-<l'~l<t
"pi "'" h
pi" hN ht- NN N '-hN Nl< > N Nf'
"'"'"
"' "Pl
ampiran 5

Validitas

Skala Motivasi untuk Menikah Dini

Correlations Correlations

TOTAL VAR00001 TOTAL VAR00002


TOTAL Pearson Correlation 1 ,234 TOTAL Pearson Correlation 1 ,215
Sig. (2-tailed) ,072 Sig. (2-tailed) ,100
N 60 60 N 60 60
VAR00001 Pearson Correlation ,234 1 VAR00002 Pearson Correlation ,215 1
Sig. (2-tailed) ,072 Sig. (2-tailed) ,100
N 60 60 N 60 60

Correlations Correlations

TOTAL VAR00003 TOTAL VAR00004


TOTAL Pearson Correlation 1 ,34o~· TOTAL Pearson Correlation 1 ,730.
Sig. (2-tailed) ,008 Sig. (2-tailed) ,000
N 60 60 N 60 60
VAR00003 Pearson Correlation ,340*"' 1 VAR00004 Pearson Correlation ,730* 1
Sig. (2-tai!ed) ,DOB Sig. (2-taited) ,000
N 60 60 N 60 60
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations Correlations

TOTAL VAR00005 TOTAL VARD0006


TOTAL Pearson Correlation 1 ,520*• TOTAL Pearson Correlation 1 ,640*
Sig. (2-tatled) ,000 Sig. (2-taited) ,000
N 60 60 N 60 60
VAR00005 Pearson Correlation ,51.0* 1 VAR00006 Pearson Correlation ,640. 1
Sig. {2-taited) ,000 Sig. (2-tailed) ,000
N 60 60 N 60 60
-. Correlation is significant at the 0.01 level {2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 !eve! (2-tailed).

Correlations Correlations

TOTAL VAR00007 TOTAL VAROOOOS


TOTAL Pearson Correlation 1 ,109 TOTAL Pearson Correlation 1 -,069
Sig. (2-tailed) ,406 Sig. (2-tailed) ,600
N 60 60 N 60 60
VAR00007 Pearson Correlation ,109 1 VAROOOOB Pearson Correlation -,069 1
Sig. (2-talled) ,406 Sig. {2-tailed) ,600
N 60 60 N 60 60
Correlations Correlations

TOTAL VAR00009 TOTAL VAR00010


TOTAL Pearson Correlation 1 ,409- TOTAL Pearson Correlation 1 ,375.
Sig. (2-tailed) ,001 Sig. (2-tailed) ,003
N 60 60 N 60 60
VAR00009 Pearson Correlation ,409* 1 VAR00010 Pearson Correlation ,375* 1
Sig. (2-tailed) ,001 Sig. (2-lailed) ,003
N 60 60 N 60 60
*"".Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). "". Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations Correlations

TOTAL VAR00011 TOTAL VAR00012


TOTAL Pearson Correlation 1 ,676;>--o TOTAL Pearson Correlation 1 ,415u
Sig. (2-tailed) ,000 Sig. (2-tai\ed) ,001
N 60 60 N 60 60
VAR00011 Pearson Correlation ,676*' 1 VAR00012 Pearson Correlation ,415* 1
Sig. (2-tai!ed) ,ODO Sig. (2-taHed) ,001
N 60
Correlation is significant at the 0.01 level (2-taited).
60
.. N 60
· Correlation is s1grnficant at the 0.01 level (2-tailed).
60

Correlations Correlations

TOTAL VAR00013 TOTAL VAR00014


TOTAL Pearson Correlation 1 ,346H TOTAL Pearson Correlation 1 ,380*
Sig. (2-tailed) ,007 Sig. (2-tailed) ,003
N 60 60 N 60 60
VAR00013 Pearson Correlation ,346*' 1 VAR00014 Pearson Correlation ,380• 1
Sig. (2-taited) ,007 Sig. (2-tai!ed) ,003
N 60 60 N 60 60
u. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). ..,... Correlation is significant at the 0.01 level (2Mtaifed).

Correlations Correlations

TOTAL VAR00015 TOTAL VAR00016


TOTAL Pearson Correlation 1 ,548 ..... TOTAL Pearson Correlation 1 ,629.....
Sig. (2-tailed) ,000 Sig. (2-tai!ed) ,000
N 60 60 N 60 60
VAR00015 Pearson Correlation ,548" 1 VAR00016 Pearson Correlation ,629• 1
Sig. (2-tai!ed) ,000 Sig. (2-laHed) ,000
N N
-
60
· Correlation 1s significant at the 0.01 level (2-tailed).
60
..· Correlahon is srgrnficant at the 0.01 level
60
(2~tailed).
60

Correlations Correlations

TOTAL VAR00017 TOTAL VAR00018


TOTAL Pearson Correlation 1 ,583"'' TOTAL Pearson Correlation 1 ,685*"
Sig. (2-tai!ed) ,ODO Sig. (2-tailed) ,000
N 60 60 N 60 60
VAR00017 Pearson Correlation ,583'"' 1 VAR00018 Pearson Correlation ,685... 1
Sig. (2-tailed) ,000 Sig. (2-tai!ed) ,000
N 60 60 N 60 60
..... Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). H. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tai!ed).
Correlations Correlations

TOTAL VAR00019 TOTAL VAR00020


TOTAL Pearson Correlation 1 ,335*' TOTAL Pearson Correlation 1 ,547*'
Sig. (2-failed) ,009 Sig. (2-taHed} ,000
N 60 60 N 60 60
VAR00019 Pearson Correlation ,335* 1 VAR00020 Pearson Correlation ,547* 1
Sig. (2-tailed) ,009 Sig. {2-tai!ed) ,000
N 60 60 N 60 60
*"". Correlation is significant at the 0.01 !evet (2-tailed). ...... Correlation 1s s1gmficant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations Correlations
TOTAL VAR00021
TOTAL VAR00022
TOTAL Pearson Correlation 1 ,359<;'
TOTAL Pearson Correlatlo 1 -,241
Sig. (2-tailed) ,005
Sig. (2-tailed) ,064
N 60 60
VAR00021 Pearson Correlation ,359*' 1
N 60 60
Sig. (2-tai!ed) ,005 VAR00022 Pearson Correlatio -,241 1
N 60 60 Sig. (2-tailed) ,064
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). N 60 60

Correlations

TOTAL VAR00023 Correlations


TOTAL Pearson Correlation 1 ,309*
TOTAL VAR00024
Sig. (2-tailed) ,016 TOTAL Pearson Correlation 1 ,052
N 60 60 Sig. (2-tailed) ,692
VAR00023 Pearson Correlation ,309" 1 N 60 60
Sig. (2-tai!ed) ,016 VAR00024 Pearson Correlation ,052 1
N 60 60 Sig. {2-tai!ed) ,692
*. Correlation is significant at the 0.05 level {2-tailed). N 60 60

Correlations Correlations

TOTAL VAR00025 TOTAL VAR00026


TOTAL Pearson Correlation 1 ,088 TOTAL Pearson Correlation 1 ,091
Sig. (2-talted) ,505 Sig. (2-tafled) ,489
N 60 60 N 60 60
VAR00025 Pearson Correlation ,088 1 VAR00026 Pearson Correlation ,091 1
Sig. {2-tailed) ,505 Sig, (2-tailed) ,489
N 60 60 N 60 60
Correlations
Correlations
TOTAL VAR00028
TOTAL VAR00027 TOTAL Pearson Correlation 1 ,366*
TOTAL Pearson Correlation 1 ,210 Sig. (2-tailed) ,004
Sig. (2-tai!ed} ,107 N 60 60
N 60 60 VAR00028 Pearson Correlation ,366* 1
VAR00027 Pearson Correlation ,210 1 Sig. (2-tai!ed) ,004
Sig. (2-tailed) ,107 N 60 60
N 60 60 *"'. Correlation ls significant at the 0.01 level {2-tailed).

Correlations

TOTAL VAR00029 Correlations


TOTAL Pearson Correlation 1 ,687u
TOTAL VAR00030
Sig. (2-tailed) ,000 TOTAL Pearson Correlation 1 '171
N 60 60 Sig. (2-tailed) ,191
VARD0029 Pearson Correlation ,687;; 1 N 60 60
Sig. (2-tailed) ,000 VAR00030 Pearson Correlation '171 1
N 60 60 Sig. {2-tailed) '191
""'. Correlation is significant at the 0.01 level {2-tailed). N 60 60

Correlations Correlations

TOTAL VAR00031 TOTAL VAR00032


TOTAL Pearson Correlation 1 ,390*' TOTAL Pearson Correlation 1 ,715'"
Sig. {2-tailed) ,002 Sig. (2·tailed) ,000
N 60 60 N 60 60
VAR00031 Pearson Correlation ,390*' 1 VAR00032 Pearson Correlation ,715~

Sig. {2-tailed) ,002 Sig. (2-tailed) ,000


'
N 60 60 N 60 60
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tai!ed). Correlation is significant at the 0.01 level (2-tai!ed).

Correlations Correlations

TOTAL VAR00033 TOTAL VAR00034


TOTAL Pearson Correlation 1 ,417H TOTAL Pearson Correlation 1 ,539*•
Sig. (2-tailed) ,001 Sig. {2-tailed) ,000
N 60 60 N 60 60
VAR00033 Pearson Correlation ,417* 1 VAR00034 Pearson Correlation ,539" 1
Sig. {2-tai!ed) ,001 Sig. {2·tailed} ,000
N 60 60 N 60 60
0
Correlation is significant at the 0.01 revel (2-taifed). • Correlation is significant at the 0.01 level (2-ta1led).

Correlations Correlations

TOTAL VAR00035 TOTAL VAR00036


TOTAL Pearson Correlation 1 ,558*' TOTAL Pearson Correlation 1 ,273*
Sig. (2-tailed} ,000 Sig. (2-tailed) ,035
N 60 60 N 60 60
VAR00035 Pearson Correlation ,558* 1 VAR00036 Pearson Correlation ,273" 1
Sig. (2-tai!ed) ,ODO Sig. (2-tai!ed) ,035
N 60 60 N 60 60
H. Correlation is significant at the 0.01 level {2-taHed). ·.Correlation is significant at the 0.05 level {2-talfed).
Correlations Correlations

TOTAL VAR00037 TOTAL VAR00038


TOTAL Pearson Correlation 1 -,072 TOTAL Pearson Correlation 1 -,008
Sig. (2-taHed) ,583 Sig. (2-taHed) ,950
N 60 60 N 60 60
VAR00037 Pearson Correlation -,072 1 VAR00038 Pearson Correlation -,008 1
Sig. (2-tailed) ,583 Sig. (2-tailed) ,950
N 60 60 N 60 60

Correlations Correlations

TOTAL VAR00039 TOTAL VAR00040


TOTAL Pearson Correlation 1 ,090 TOTAL Pearson Correlation 1 -,051
Sig. {2-tailed) ,493 Sig. (2-tai!ed) ,696
N 60 60 N 60 60
VAR00039 Pearson Correlation ,090 1 VAR00040 Pearson Correlation -,051 1
Sig. (2-tailed) ,493 Sig. (2-tailed) ,696
N 60 60 N 60 60

Correlations Correlations
TOTAL VAR00041 TOTAL VAR00042
TOTAL Pearson Correlation 1 ,339**
TOTAL Pearson Correlatior 1 -,010
Sig. (2-tai!ed) ,008
Sig. (2-tailed) ,942
N 60 60
VAR00041 Pearson Correlation ,339* 1
N 60 60
Sig. (2-tailed) ,008 VAR00042 Pearson Correlatior -,010 1
N 60 60 Sig. (2-lailed) ,942
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tmled). N 60 60

Correlations Correlations
TOTAL VAR00043 TOTAL VAR00044
TOTAL Pearson Correlation 1 ,379.. Pearson Correlatio
JOTAL 1 ,105
Sig. (2-tailed) ,003
Sig. (2-tailed) ,425
N 60 60
VAR00043 Pearson Correlation ,379••
N 60 60
1
Sig. {2-tailed) ,003 VAR00044 Pearson Correlatior ,105 1
N 60 60 Sig. (2-lailed) ,425
Correlation is significant at the 0.01 !eve\ (2-tai!ed). N 60 60

Correlations Correlations

TOTAL VAR00045 TOTAL VAR00046


TOTAL Pearson Correlation 1 ,479** 1vTAL Pearson Corretatlon 1 ,484u
Sig. (2-tailed) ,000 Sig. (2-tailed) ,000
N 60 60 N 60 60
VAR00045 Pearson Correlation ,479* 1 VAR00046 Pearson Correlation ,484... 1
Sig. (2-tai!ed} ,000 Sig. (2·tai!ed) ,000
N 60 60 N 60 60
...,, . Correlation is significant at the 0.01 level (2-talted). H. Correlation is significant at the 0.01 level (2·tatled}.
Correlations Correlations

TOTAL VAR00047 TOTAL VAR00048


TOTAL Pearson Correlation 1 ,371** TOTAL Pearson Correlation 1 ,406*'
Sig. (2-tailed) ,004 Sig. (2-tailed) ,001
N 60 60 N 60 60
VAROD047 Pearson Correlation ,311· 1 VAR00048 Pearson Correlation ,406*' 1
Sig. (2-tailed) ,004 Sig. (2-tailed) ,001
N 60 60 N 60 60
*"'. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tai!ed).

Correlations Correlations
TOTAL VAR00049 TOTAL VAR00050
TOTAL Pearson Correlation 1 ,453*' TOTAL Pearson Correlatio 1 ,402*
Sig. (2-tailed) ,000 Sig. (2-tailed) ,001
N 60 60 N 60 60
VAR00049 Pearson Correlation ,453* 1 VAR00050 Pearson Correlatior ,402· 1
Sig. (2-tailed) ,000 Sig. (2-tailed) ,001
N 60 60 N 60 60
**.Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *".Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations Correlations
TOTAL VAR00051
TOTAL VAR00052
TOTAL Pearson Correlation 1 ,447-·
TOTAL Pearson Correlatio1 1 ,062
Sig. (2-tailed) ,ODD
Sig. (2-tailed) ,640
N 60 60
VAR00051 Pearson Correlation ,447* 1 N 60 60
Sig. (2-tailed) ,000 VAR00052 Pearson Correlatio ,062 1
N 60 60 Sig. (2-tailed) ,640
.... Correlation is significant at the 0.01 level (2-tai!ed). N 60 60

Correlations Correlations

TOTAL VAR00053 TOTAL VAR00054


TOTAL Pearson Correlation 1 ,421 ... TOTAL Pearson Correlation 1 ,319 ..
Sig. (2-tailed) ,001 Sig. (2-tailed) ,013
N 60 60 N 60 60
VAR00053 Pearson Correlation ,421* 1 VAR00054 Pearson Correlation ,319* 1
Sig. (2-tai!ed) ,001 Sig. (2·tai!ed) ,013
N 60 60 N 60 60
"*. Correlation is significant at the 0.01 !eve! (2-tailed). ". Correlation is significant at the 0,05 revel (2-tai!ed)

Correlations Correlations
TOTAL VAR00055 TOTAL VAR00056
TOTAL Pearson Correlation 1 ,269* TOTAL Pearson Correlatio1 1 ,248
Sig. (2-tailed) ,037
Sig. (2-tailed) ,056
N 60 60
VAR00055 Pearson Correlation
N 60 60
,269* 1
Sig. (2-tai!ed) ,037 VAR00056 Pearson Correlatio1 ,248 1
N 60 60 Sig. (2-tailed) ,056
'* · Correlation is significant at the 0.05 level (2-taited). N 60 60
Correlations
Correlations
TOTAL VAR0005B
TOTAL VAR00057 TOTAL Pearson Correlation 1 ,417H
TOTAL Pearson Correlation 1 ,132 Sig. (2-tailed) ,001
Sig. (2-tailed) ,315 N 60 60
N 60 60 VAR00058 Pearson Correlation ,417* 1
VAR00057 Pearson Correlation ,132 1 Sig. (2-tailed) ,001
Sig. (2-tailed) ,315 N 60 60
N 60 60 ... Correlation is significant at the 0.01 level (2-ta!led).

Correlations Correlations

TOTAL VAR00059 TOTAL VAROOOBO


TOTAL Pearson Correlation 1 ,494*" TOTAL Pearson Correlation 1 ,696*"'
Sig. (2-ta\led) ,000 Sig. {2-tailed) ,000
N 60 60 N 60 60
VAR00059 Pearson Correlation ,494*' 1 VAR00060 Pearson Correlation ,696• 1
Sig. (2-tailed) ,000 Sig. (2-tailed} ,000
N 60 60 N 60 60
""". Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). "*. Correlation is significant at the 0.01 level {2·tailed).

Correlations
Correlations
TOTAL VAR00062
TOTAL VAR00061 TOTAL Pearson Correlation 1 ,507 ..'
TOTAL Pearson Correlation 1 ,200 Sig. (2-tailed} ,000
Sig. (2-tailed) ,125 N 60 60
N 60 60 VAR00062 Pearson Correlation ,507* 1
VAR00061 Pearson Correlation ,200 1 Sig. (2-tailed) ,000
Sig. (2-tailed)
N
,125
60 60
. N 60
*. Correlation 1s s1gmficant at the 0.01 level (2·taited).
60

Correlations

TOTAL VAR00063 Correlations


TOTAL Pearson Correlation 1 ,256*
TOTAL VAR00064
Sig. (2-tai!ed} ,048 TOTAL Pearson Correlation 1 ,241
N 60 60 Sig. (2·tailed) ,064
VAR00063 Pearson Correlation ,255• 1 N 60 60
Sig. (2-tailed) ,048 VAR00064 Pearson Correlation ,241 1
N 60 60 Sig. (2-tailed) ,064
*.Correlation is s1gmficant at the 0.05 level (2-tailed). N 60 BO

Correlations
Correlations
TOTAL VAR00065
TOTAL Pearson Correlation 1 ,522... TOTAL VAR00066
Sig. (2-tailed) ,000 TOTAL Pearson Correlation 1 -,042
N 60 60 Sig. (2-tailed) ,749
VAR00065 Pearson Correlation ,522* 1 N 60 60
Sig. (2-tai!ed) ,000 VAR00066 Pearson Correlation -.042 1
N 60 60 Sig. (2-tailed) ,749
~"'. Corre!atron rs significant at the 0.01 level (2-taited). N 60 60
Correlations Correlations

TOTAL VAR00067 TOTAL VAR00068


TOTAL Pearson Correlation 1 ,416** TOTAL Pearson Correlation 1 ~,289*

Sig. (2-tailed) ,001 Sig. (2-tailed) ,025


N 60 60 N 60 60
VAR00067 Pearson Correlation ,416* 1 VAR0006B Pearson Correlation -.289' 1
Sig. (2-tai!ed) ,001 Sig. (2-tai!ed) ,025
N 60 60 N 60 60
0
. Correlation is significant at the 0.01 level {2-tai!ed}. ... Correlation is significant at the 0.05 leve! (2-tailed).

Correlations Correlation~;

TOTAL VAR00069
TOTAL VAR00070
TOTAL Pearson Correlation 1 ,328*
TOTAL Pearson Correlatio1 1 ,219
Sig. (2-tailed) ,010
Sig. (2-tailed) ,092
N 60 60
VAR00069 Pearson Correlation .s2a· 1 N 60 60
Sig. {2-tailed) ,010 VAR00070 Pearson Correlatio ,219 1
N 60 60 Sig. (2-tailed) ,092
... Correlation is significant at the 0.05 level {2-tailed). N 60 60
ampiran 5

RELIABILITAS

Skala Motivasi untuk Menikah Dini

N of
Statistics for Mean Variance Std Dev Variables
SCALE 117,9000 247,3458 15,7272 47

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

Scale Scale
Item-total Corrected Alpha if
Mean if Variance if
Statistics Item-Total Item
Item Item
Correlation Deleted
Deleted Deleted
VAR00003 114,8833 242,6133 ,2496 ,9172
VAR00004 115,6333 227,4565 ,7198 ,9122
VAR00005 115,0833 236,5523 ,5181 ,9149
VAR00006 115,5333 229,9141 ,6377 ,9132
VAR00009 115,6833 241,0675 ,3966 ,9161
VAR00010 114,6833 240,3218 ,3332 ,9165
VAR00011 115,6167 231,9692 ,6382 ,9135
VAR00012 115,2333 238,4192 ,3731 ,9162
VAR00013 115,6167 238,1048 ,3815 ,9161
VAR00014 115,4500 240,2517 ,3658 ,9163
VAR00015 115,4167 235,8065 ,4782 ,9152
VAR00016 115,2667 233,8260 ,5768 ,9142
VAR00017 114,9500 235,6076 ,5448 ,9146
VAR00018 115,0167 235,3048 ,6520 ,9140
VAR00019 115,3667 240,4734 ,2546 ,9175
VAR00020 115,8167 233,1014 ,6034 ,9139
VAR00021 115,4667 239,4056 ,3594 ,9163
VAR00023 114,9167 242,3828 ,2481 ,9172
VAR00028 115,1500 240,0619 ,3111 ,9168
VAR00029 115,5000 230,0169 ,6815 ,9129
VAR00031 114,8667 239,1006 ,3980 ,9160
VAR00032 115, 1667 229,7006 ,7223 ,9125
VAR00033 115,9333 234,5040 ,4577 ,9154
VAR00034 115,8500 233,6890 ,5742 ,9142
VAR00035 116,0167 231,2370 ,5836 ,9139
VAR00036 115, 1500 243,1805 ,1602 ,9183
VAR00041 115,6833 241,2709 ,2992 ,9168
VAR00043 115,0667 240,7751 ,2954 ,9169
VAR00045 114,9333 236,6395 ,4491 ,9155
VAR00046 115,1500 237,4517 ,4331 ,9156
VAR00047 116,1500 235,1127 ,4380 ,9156
VAR00048 116,1167 236,8845 ,4519 ,9154
VAR00049 115,9000 233,6508 ,4671 ,9153
VAR00050 115,5167 235,7794 ,3783 ,9164
VAR00051 115,4500 237,9127 ,3856 ,9161
VAR00053 115,2333 239,6395 ,3437 ,9165
VAR00054 116,0833 240,6879 ,3406 ,9165
VAR00055 115,9000 241,5153 ,2501 ,9173
VAR00058 114,9167 240,1794 ,3503 ,9164
VAR00059 115,0333 236,3379 ,4549 ,9154
VAR00060 115,4500 231,3703 ,6385 ,9134
VAR00062 115,6833 235,5082 ,4286 ,9157
VAR00063 114,6833 243,2031 ,1869 ,9178
VAR00065 115,4500 235,7093 ,4681 ,9153
VAR00067 115,5333 238,3209 ,3735 ,9162
VAR00068 114,9000 255,0407 -,3411 ,9233
VAR00069 115,3000 238,7559 ,3091 ,9170

eliability Coefficients

of Cases= 60,0 N of Items = 47

lpha = ,9174
_ampiran 6

KUESIONER PENELITIAN SEBENARNY,/l.

3audara/ i yang Saya hormati.


~ssalamualaikum Wr. Wb.

:>aya Yeyen Meliyanti, mahasiswi tingkat akhir Fakultas Psikologi Universitas


slam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sedang menyelesaikan skripsi dalam
·angka memenuhi sebagian dari syarat-syarat akademis guna m1~mperoleh

lerajat Sarjana Psikologi, yang ditempuh dengan melakukan penelitian tentang


' Perbedaan Motivasi untuk Menikah Dini antara Remaja L.aki-laki dan
:temaja Perempuan di Kee. Sepatan Tangerang. "

IAaka dengan ini, Saya membutuhkan kesediaan Saudara/i sebagai suami/ istri
rang telah menikah di usia dini (remaja) untuk membantu dalam penelitian ini.

~dapun dalam pengisian kuesioner ini, tidak ada jawaban yang salah, semua
awaban yang diberikan adalah benar. Sesuai dengan kode etik, Peneliti akan
nenjaga kerahasiaan identitas dan jawaban yang akan diberikan. Dimohon
mtuk menjawab seluruh pernyataan dengan sebaik-baiknya, serta tidak
nelewatkan satupun pernyataan. Diharapkan jawaban yang diberikan adalah
awaban yang sesuai dan sebenar-benarnya dengan keadaan yang Saudara/ i
1lami sendiri.

~tas bantuan dan kerjasama yang baik, Saya ucapkan terimakasih.


11/assalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, 17 Maret 2007


~eneliti,

(eyen Meliyanti
101070022997
Pernyataan Kesediaan Responden

)aya Yang bertanda tangan di bawah ini,

~ama lengkap
ru
rahun menikah
lenis kelamin : ( Laki-laki/ Perempuan)*
>ekerjaan
~la mat

Jlenyatakan bahwa :

~ersedia menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh sdri Yeyen Meliyanti,
Jlahasiswi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

)ata Saya di jamin kerahasiaannya, dan hanya digunakan untuk kepentingan


)enelitian semata.

rangerang, ...... Maret, 2007


rertanda,

........................ )

) core! yang tidak perlu.


_ampiran 6

KUESIONER PENELITIAN SEBENARNYA

)etunjuk Pengisian

\nda di minta untuk mengisi pernyataan dengan cara memberi tanda check ( .Y )
>ada salah satu kolom yang sesuai di sebelah kanannya. Setiap orang
nempunyai jawaban yang berbeda-beda, maka isilah sesuai clengan keadaan
liri Anda sendiri, karena semua jawaban yang anda berikan adalah benar.

\dapun arti pilihan jawaban tersebut adalah :


)S : Sangat Setuju
) : Setuju
rs : Tidak Setuju
>TS : Sangat Tidak Setuju

SELAMAT MENGERJAKAN

~o.
Pernyataan ss. s TS STS
I Saya menikah dini, karena akan mendatangkan
kebahagiaan pada hidup Sava.
)
Saya menikah dini, karena ingin memenuhi rasa
keingintahuan Sava akan malam pertama.
l Dengan menikah dini, Saya akan meringankan beban
orang tua.
I Saya menikah dini, karena melihat teman-teman Saya
bahagia setelah menikah dini.
5 Untuk membuat hati tentram, seseorang tidak harus
menikah dini.
) Dengan menikah di usia dini, tidak akan
mendatanakan kebahaaiaan.
r Saya menikah di usia dini, bukan karena ingin
memenuhi rasa keingintahuan Saya akan malam
pertama.
l Saya menikah di usia dini, bukan karena ingin
merinaankan beban orana tua.
l Saya menikah dini bukan karena melihat teman Saya
bahaaia karena telah menikah dini.
10 Untuk menghindari dari pergaulan bebas seseorang
tak perlu menikah di usia dini.
11 Saya menikah di usia dini, karena ingin mempunyai
anak.
12 Dengan menikah di usia dini, kebutuhan materi Saya
akan lebih tercukupi.
13 Saya merasa beruntung karena telah menikah di usia
dini.
14 Saya menikah dini karena ingin merasakan kehidupan
berumah tanaaa di usia dini.
15 Pengalaman rumah tangga orang tua, berpengaruh
kepada Saya untuk menikah dini.
16 Diantara teman-teman dekat Saya, hanya Sayalah
yang belum menikah, karenanya Saya segera
menikah di usia dini.
17 Pada saat ini (zaman sekarang) pernikahan dini
merupakan salah satu tradisi yang perlu dilakukan/
dilestarikan.
18 Dengan menikah dini, kebutuhan materi tidak akan
tercukuoi.
19 Pada saat ini pernikahan dini merupakan tradisi yang
tidak sesuai laai untuk diteraokan.
w Menikah di usia dini merupakan cita-cita Saya dari
dulu.
11 Saya menikah di usia dini, karena yakin masa remaja
Sava tidak akan teraanaau.
12 Saya menikah dini, karena ingin cepat merasakan
meniadi seorana suami/ istri
13 Saya menikah dini, karena telah dijodohkan oleh
orana tua.
14 Saya menikah dini. karena teman-teman sekolah
Saya telah banvak vana menikah di usia muda.
15 Saya menikah di usia dini, karena takut di sebut
gadis/ [Jerjaka tak laku.
16 Saya tidak pernah berkeinginan untuk menikah di usia
dini.
17 Saya menikah dini, bukan karena banyak teman-
teman sekolah Sava vana telah menikah.
18 Saya menikah di usia dini, karena ingin mendapatkan
perhatian lebih dari pasangan.
~9 Dengan menikah di usia dini, masa depan Saya akan
cepat sukses.
10 Saya menikah di usia dini karena ingin merasakan
menjadi orang tua.

11 Saya menikah di usia dini karena dipaksa oleh orang


tua.
12 Saya menikah dini, karena malu ejekan teman-teman
yang telah menikah.
13 Saya menikah di usia dini malu dengan tetangga,
karena hubungan pacaran Saya yang telah lama/
terlaniur iauh.
14 Untuk mendapatkan perhatian lebih dari pasangan,
seseorana tidak harus menikah dini.
15 Saya menikah di usia dini bukan karena ingin
menvalurkan kebutuhan bioloais.
16 Saya menikah dini, bukan karena inain iadi orani:1 tua.
17 Keputusan Saya menikah di usia dini, bukan karena
paksaan orang tua.
18 Saya menikah dini bukan karena malu diejek oleh
teman-teman.
19 Saya membutuhkan perhatian dan kasih sayang lebih
dari pasangan, karenanva Saya menikah dini.
w Saya menikah di usia dini, karena akan menambah
kepercavaan diri Sava.
11 Saya menikah dini, karena ingin merasakan jadi
peni:1anlin.
12 Saya menikah dini, karena dorongan dari pacar Sava.
13 Saya menikah dini, karena ingin mengikuti sunnah
Rasul/ agama.
14 Seseorang bisa mendapatkan kebutuhan kasih
savana dan oerhatian, tanpa harus menikah dini.
15 Saya menikah dini, bukan karena ingin menjadi
pengantin.
16 Saya tetap menikah di usia dini, meskipun orang tua
Sava tidak merestui.
17 Saya menikah dini, bukan karena dorongan pacar
Sava.

Mohon periksa jangan sampai ada yang terlewat !


Terima kasih atas kesediaan Anda berpartisipasi dalam penelitian ini.
Hasll skor skala ·0 nelitian motivas1 untuk menlii:an dinl
l>UD19!'i 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 45 47 E
,
1 3
4
2
3
3
2
2 2 3
3 2 3
2 2
1 4
2
1
2
3
3
3
2
3
3
4
3
2
4
1
2
3
2
3
2
1
2
3
2
1
2
3
3
4
2
1
2 2
4 4
2
2
2 3
1 2
3
1
3
2
2
2
2
4
2
3
2
1
2 3
3 4
2
1
2
2
2
1
3 3
2 3
3
4
3
1
2 2
3 2
3
1
3
3
114
116
3 3 1 3 1 2 3 2 1 2 2 4 3 3 3 2 2 1 4 2 3 3 3 4 3 1 3 3 3 3 3 1 1 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 2 116
• 3
3
2
2
2 3 2 3 3 2 2 3 3
2 3
2
3
3
3
2 3 2 2
3
3 2
3 3
2 3 2 2
1
2 2
2 2
2
3
2 3
2 3
1
3
3
3
3
1
1
1
2
1
2
2
2 3
2 3
2
2
2
2
3
3
3 2
2 2
2
2
2
3
2 2
2 2
3
3
2
2
113
116
0 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 3 3 3
b 4 1 4 4 2 2 4 3 2 3 4 4 3 3 3 3 3 1 1 4 2 3 1 1 1 4 2 3 3 2 4 3 4 1 1 2 3 2 3 3 3 3 4 1 3 2 3 131
( 4 3 3 1 3 3 2 2 3 3 4 3 3 4 2 2 2 3 4 1 4 3 1 2 2 3 3 4 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 130
2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 1 2 2 3 1 1 3 2 2 1 3 2 2 4 2 116
"
9
3
3
2
4
3
1
2 2 3
2 3 2
2 3
2 2
2
2 1 4 2
3 3
2 3
2
3 2
2
1 1 1
2
1
4
2
3
3
1
1 4 1 1 2 4 2 3 1 2
2
3
2
2 1 2 1 2 3 3 3 4 4 2 2 3 2 114
3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 122
1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 1 1 1 2 3 2 2 3 1 2 2 2 1 3 2 2 3 2 2 1 1 2 1 2 2 1 2 1 2 3 1 1 3 1 100

.. 4
3
3
2
3
3
3 2 4
1 1 4
3 3
1 2
3
1
2 4 3
4 3 3
3 4
2 2
2
2
2
1
3
1
3 3
4 3
3
3
3
3
3
3
1
1
2 3
1 1
3
4
2 3
1 3
3
4
3 1
3 1
2
1
2
1
2
1
2 4
1 1
4 4
1 1
3
1
3 4
2 2
2
2
4
4
2 3
1 1
3
4 1
3 146
109
•• 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 139
" 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 1 3 2 2
2 1 2 2 1 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 129
3 2 3 2 1 3 2 1 1 1 1 1 3 3 2 2 4 1 3 1
2 1 1 3 1 2 1 4 2 2 1 1 3 1 1 2 1 1 3 2 2 1 3 1 2 4 3 107
1 3 4 2 3 3 3 1 1 1 2 3 2 4 3 4 3 2 3 1 4
4 3 2 2 3 2 3 4 2 3 4 3 2 4 3 1 1 2 2 3 4 3 3 2 2 3 3 142

..
1

LU
4
2
2
4
2
3
4
4
2
3 1 2
3 2 3
2 2 3
2 2
2 3
3 2
1
2
3
1 3 3
2 2 4
2 3 2
3 2
4 4
4 4
2
3
3
3
3
2 2
3
3
2 1
3 3
4 2
2 2
4
3 3 1
2 4 3
3
3
2
3
2
3
3
3
2
1
2
2
3 4
1 2
3 3
3
2
2
3 2
3 3
4 2
2
4
2
4
3
3
1
2
2
2 2
3 3
4 3
3 3
2 3
1 2
2
4
4
3 4
4 3
4 4
2
3
4
3
2
3
3 2
2 1
2 4
3 2
2 1
4 3
138
143
151
2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 142
,_ 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 2 4 3 2 3 2 2 2 2 3 4 4 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 142
,_ 2 3 3 4 2 3 2 3 2 2 4 3 3 4 3 4 4 1 1 3 3 3 3 3 4 1 3 2 2 3 4 2 2 2 1 3 4 3 3 2 3 2 3 2 4 3 2 151
3 4 4 3 2 3 2 3 2 3 4 4 4 4 4 4 2 3 3 2 4 3 2 2 2 3 2 2 3 3 4 3 2 2 2 3 2 3 2 3 4 3 4 2 2 1 2 157
LO 3 2 3 2 1 3 2 1 1 1 1 1 3 3 2 2 4 1 3 1 1 2 1 3 1 2 1 4 2 2 1 1 3 1 1 2 1 1 3 2 2 1 3 1 2 4 3 116
3 1 3 1 2 2 1 2 2 2 3 2 3 3 4 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 139
3 2 4 1 1 3 2 4 3 1 1 21 1 4 1 1 2 4 3 312 1 1 I4 4 3 4 3 2 3 1 2 2 2 1 2 1 2 4 3 3 3 4 2 1 4 3 140
3 2 3 2 2 3 2 2 3 1 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 142
3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 4 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 148
~ 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 1 2 2 3 2 3 3 3 3 4 2 2 1 2 3 2 2 2 2 2 4 3 3 1 3 1 3 4 2 144
•• 4 2 3 3 3 4 3 2 2 1 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 1 1 3 3 4 3 3 4 1 1 3 3 2 1 3 3 2 3 3 1 4 3 2 3 3 160
3 2 4 2 2 3 2 3 2 3 4 3 3 3 2 2 2 3 4 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 1 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 154
3 2 3 2 2 3 2 1 2 2 4 2 2 4 1 1 1 4 3 1 4 2 2 2 1 2 2 4 3 2 1 1 3 1 1 3 1 1 3 3 2 2 4 3 3 4 4 142
3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 ? 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 154
3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 164
••
.,
3
4
2 3
3 4
2 2 3
2 3 3
3 3
3 3
3 2 3
2 2 3
3
3
3 3
3 3
3 2
2 3
1
3
3 2
3 3
2 1 2
3 2 2
2
2
2
2
i
3
2 2 3
2 2 3
2
3
3 2
3 2
2
2
2 2
3 2
2 3
2 2
3 3
2 3
3
3
3 2
3 3
2 3
2 3
2 3
2 2
3 3
3 3
it>O
161
3 2 4 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 156
4 3 3 3 2 3 3 3 3 2 4 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 165
3 2 3 3 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3 1 3 2 2 3 3 1 2 3 2 3 3 2 3 1 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 4 158
3 2 3 2 1 3 2 1 1 1 1 1 3 3 2 2 4 1 3 1 1 3 2 1 1 2 1 4 2 2 1 1 3 1 1 2 1 1 3 2 2 1 3 1 2 4 3 132
., 3 2 3 1 1 4 1 2 1 4 3 3 2 2 2 1 1 4 3 3 3 3 1 1 1 4 1 3 4 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 4 1 1 4 1 138
., 3 2 3 1 1 2 1 4 3 3 2 2 1 2 2 1 1 4 2 2 2 1 1 2 1 4 3 3 1 2 2 1 3 4 3 3 3 4 2 2 2 3 3 1 3 4 3 151
4 2 2 2 2 4 1 1 1 3 3 2 3 4 4 1 4 4 3 2 2 2 1 1 1 1 1 4 4 3 1 1 1 1 2 3 1 1 2 2 2 2 4 1 1 4 2 147
3 2 3 2 2 3 4 3 4 3 2 2 3 2 2 1 3 4 3 3 3 2 2 1 1 2 3 2 3 2 1 2 3 2 3 2 1 3 3 4 2 2 4 2 3 4 3 164
4 2 3 1 1 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 1 2 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 1 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 161
3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 1 2 2 3 2 3 3 3 1 1 1 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 158
•• 3 2 4 2 1 3 2 2 1 1 1 2 3 3 2 4 2 3 4 3 3 3 2 1 3 1 3 2 2 2 1 1 4 3 3 4 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 160
•• 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 159
~
3 2 4 3 1 4 1 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 4 4 2 2 3 2 3 1 3 3 3 3 3 1 2 2 3 2 3 2 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 182
ampiran 10
Tabel
Kategorisasi motivasi
untuk menikah dini antara remaja laki-laki dan remaja perempuan

Kategorisasi perbedaan motivasi untuk menikah dini * Jenis Kc amin


Crosstabulation

Count
Jenis Kelamin Total
Laki-laki Perempua1
Kategorisasi motivasi rendah 12 0 12
Untuk Menikah Dini sedang 13 ?5
I .. 12 I . I -- I
I Total
t1ngg1 - i
25
I 12
25
I 13
50
I
1
Tabel

Kategorisasi Laki-laki & Perempuan

No. Variabel Motivasi Jenis Kelamin KatEigorisasi


1. 114,00 Laki - laki Rend ah
2. 116,00 Laki - laki Rendah
3. 116,00 Laki - laki Rendah
4. 113,00 Laki - laki Rendah
5. 116,00 Laki - laki Rend ah
6. 131,00 Laki - laki Sedang
7. 130,00 Laki - laki Sedang
8. 116,00 Laki - laki Rend ah
9. 114,00 Laki- laki Rendah
10. 122,00 Laki - laki Rendah
11. 100,00 Laki - laki Rendah
12. 146,00 Laki - laki Sedang
13. 109,00 Laki - laki Rend ah
14. 139,00 Laki - laki Sedang
15. 129,00 Laki - laki Rendah
16. 107,00 Laki - laki Rendah
17. 142,00 Laki- laki Sedang
18. 138,00 Laki- laki Sedang
19. 143,00 Laki - laki Sedang
20. 151,00 Laki- laki Sedang
21. 142,00 Laki - laki Sedang
22. 142,00 Laki - laki Sedang
23. 151,00 Laki - laki Sedang
24. 157,00 Laki - lal<i Tinggi
25. 116,00 Laki - laki Rend ah
26. 139,00 Perempuan S•edang
27. 140,00 Perempuan Sedang
28. 142,00 Perempuan S•edang
29. 148,00 Perempuan S•edang
30. 144,00 Perempuan S1edang
31. 160,00 Perempuan Tinggi
32. 154,00 Perempuan Sedang
33. 142,00 Perempuan S1edang
34. 154,00 Perempuan S•edang
--
35. 164,00 Perempuan Tinggi
36. 150,00 Perempuan S1edang
37. 161,00 Perempuan Tinggi
38. 156,00 Perempuan Tinggi
39. 165,00 Perempuan Tinggi
40. 158,00 Perempuan Tinggi
.

41. 132,00 Perempuan Sedang


42. 138,00 Perempuan S1edang
43. 151,00 Perempuan S1edang
44. 147,00 Perempuan S1edang
45. 164,00 Perempuan Tinggi
46. 161,00 Perempuan Tinggi
47. 158,00 Perempuan Tinggi
48. 160,00 Perempuan Tinggi
49. 159,00 Perempuan Tinggi
50. 182,00 Perempuan Tinggi

Anda mungkin juga menyukai