Anda di halaman 1dari 12

Kondisi ideal [ CITATION Hos16 \l 1033 ]

Kondisi Ideal Kondisi Nyata


 Tidak diberikan kesempatan untuk berpikir
kritis. Akibatnya siswa tidak memahami
 Critical thinking
konsep dan sulit untuk menalar materi
pelajaran tersebut
 Siswa cenderung tidak ingin bertanya dan
merasa sudah paham. Namun ketika
 Communication
diberikan latihan siswa tidak bisa
menjawab
 Creativity  Kreativitas dibatasi oleh guru
 Tidak sering berkolaborasi terutama ketika
 Collaboration
daring

Kondisi ideal [ CITATION Mul14 \l 1033 ]


Kondisi Ideal Kondisi Nyata
 Cenderung berpusat kepada guru, namun
 Berpusat pada peserta didik
tergantung metode yang digunakan
 Mengembangkan kreativitas peserta didik  Perkembangan kreativitas dibatasi guru
 Tergantung mata pelajaran. Pada muatan
 Menciptakan kondisi yang menyenangkan matematika, siswa cenderung beranggapan
dan menantang matematika adalah pembelajaran yang
sulit dan menakutkan
 Nilai etika dan estetika sudah terlihat.
 Bermuatan nilai etika, estetika, logika, dan
Namun dalam nilai logika, tidak semua
kinestetik
guru memiliki kemampuan tersebut
 Menyediakan pengalaman belajar yang
 Cenderung monoton
menyenangkan

Kondisi Ideal [ CITATION Uze02 \l 1033 ]


Kondisi Ideal Kondisi Nyata
 Melibatkan siswa aktif  Cenderung berpusat pada guru, siswa
jarang terlibat langsung dalam kegiatan
pembelajaran berlangsung
 Siswa cepat bosan dan tidak tertarik.
 Menarik minat dan perhatian siswa
Akibatnya sulit untuk memahami materi
 Pada muatan matematika, siswa cenderung
beranggapan negatif terhadap matematika
 Mengembangkan motivasi siswa
maka terkadang siswa tidak semangat
untuk belajar
 Tidak terlihat. Guru sudah mengetahui
kemampuan siswanya dan memiliki
 Prinsip individualitas
pemikiran bahwa tidak semua siswa itu
sama
 Keterbatasan alat peraga dan tidak
 Pengajaran dan peragaan
menarik siswa

Kondisi Ideal Pembelajaran Matematika (BSNP, 2006)


Kondisi Ideal Kondisi Nyata
Memahami konsep matematika, menjelaskan Siswa sulit memahami konsep matematika,
keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan terbatasnya kemampuan guru ketika
konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, menjelaskan, membuat siswa kurang tepat
efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah dalam pengaplikasian pemecahan masalah
Menggunakan penalaran dan pola sifat, Siswa kurang kritis menggunakan
melakukan manipulasi matematika dalam penalarannya sehingga siswa kesulitan untuk
membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menyusun bukti dan pernyataan matematika
menjelaskan gagasan dan penyataan
matematika
Memecahkan masalah yang meliputi Kemampuan siswa dalam merancang model
kemampuan memahami masalah, merancang matematika sangat kurang. Dikarenakan siswa
model matematika, menyelesaikan model dan tidak memahami konsep awal dan kurangnya
menafsirkan solusi yang diperoleh berpikir kritis siswa. Akibatnya sulit untuk
merancang model matematika dan
menentukan solusinya
Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, Siswa masih bingung dalam menggunakan
tabel, diagram, atau media lain simbol terutama pada operasi hitung seperti
perkalian dan pembagian
Memiliki sikap menghargai kegunaan Siswa cenderung merasa takut untuk belajar
matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki matematika dan selalu berpikirin kalau
rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam matematika adalah pelajaran yang sulit. Siswa
mempelajari matematika, serta sikap ulet dan juga jarang bertanya, dan pura-pura mehami
percaya diri dalam pemecahan masalah penjelasan guru

PERBANDINGAN 3 KONDISI NYATA


Tidak diberikan kesempatan
Berpusat pada guru Berpusat pada guru
untuk berpikir kritis
Siswa jarang bertanya dan Cepat bosan dan tidak
Kreativitas terbatas
pura-pura paham tertarik
Beranggapan matematika Beranggapan matematika
Kreativitas terbatas
adalah pelajaran yang sukar adalah pelajaran yang sukar
Tidak semua guru memiliki  Guru tidak menyamakan
Jarang berkolaborasi
logika yang baik semua kemampuan siswa
Jarang berkolaborasi Alat peraga terbatas
TABEL KESIMPULAN SEMUA MASALAH
1. Pembelajaran berpusat kepada Pembelajaran satu arah 1. Tanya jawab
guru (Inkuiri : mengamati objek
2. Perkembangan kreativitas siswa kreativitas “membangun pengetahuan
terbatas awal”, pertanyaan,
3. Siswa beranggapan bahwa Media realistic dan menjawab)
matematika adalah menantang
pembelajaran yang sulit 2. Fun (permainan, media
4. Pada proses pembelajaran, kerjasama pembelajaran) (talking
siswa jarang berkolaborasi stick)
5. Siswa jarang bertanya dan pura- Tanya jawab
pura memahami pembelajaran. 3. kerjasama
Tetapi ketika diberikan soal (metode Diskusi Inkuiri)
siswa tidak paham terutama
mengenai materi soal cerita. 4. Berpikir kritis
6. Pada proses pembelajaran, Fun (permainan, media (Problem Based Learning)
siswa tampak tidak bersemangat pembelajaran)
dan bosan karena proses 5. Memecahkan masalah
pembelajaran tidak menarik matematika dengan media
7. Penggunaan alat peraga yang media (Problem Based Learning)
terbatas
8. Kegiatan berpikir kritis siswa Berpikir kritis 6. kreativitas
tidak berkembang (CPS)
9. Hasil belajar siswa tidak Memecahkan masalah
maksimal karena adanya matematika 7. Fun (permainan, media
ketidakseimbangan kemampuan pembelajaran) (CRH)
rata-rata siswa di kelas.
Terutama pada muatan
matematika mengenai
penyelesaian masalah
matematika. Siswa kesulitan
untuk menemukan model/rumus
matematika sehinggu bingung
untuk menjawab permasalahan
tersebut.

TABEL FOKUS MASALAH YANG DIAMBIL


1. Siswa beranggapan bahwa matematika adalah pembelajaran yang sulit
(MOTIVASI SISWA)
2. Siswa jarang bertanya dan pura-pura memahami pembelajaran. Tetapi ketika
diberikan soal siswa tidak paham terutama mengenai materi soal cerita.
(KEAKTIFAN SISWA)
3. Pada proses pembelajaran, siswa tampak tidak bersemangat dan bosan karena
proses pembelajaran tidak menarik (SUASANA PEMBELAJARAN)
4. Hasil belajar siswa tidak maksimal karena adanya ketidakseimbangan
kemampuan rata-rata siswa di kelas. Terutama pada muatan matematika
mengenai penyelesaian masalah matematika. Siswa kesulitan untuk menemukan
model/rumus matematika sehinggu bingung untuk menjawab permasalahan
tersebut. (HASIL BELAJARAN SELAMA PROSES-SELESAI)
SOLUSI : MODEL MEA (MEANS ENDS ANALYSIS) dan MEDIA KARTU KERJA

1. Siswa beranggapan bahwa matematika adalah pembelajaran yang sulit


(MOTIVASI SISWA)
2. Siswa jarang bertanya dan pura-pura memahami pembelajaran. Tetapi ketika
diberikan soal siswa tidak paham terutama mengenai materi soal cerita.
(KEAKTIFAN SISWA)
3. Pada proses pembelajaran, siswa tampak tidak bersemangat dan bosan karena
proses pembelajaran tidak menarik (SUASANA PEMBELAJARAN)
4. Hasil belajar siswa tidak maksimal karena adanya ketidakseimbangan
kemampuan rata-rata siswa di kelas. Terutama pada muatan matematika
mengenai penyelesaian masalah matematika. Siswa kesulitan untuk menemukan
model/rumus matematika sehinggu bingung untuk menjawab permasalahan
tersebut. (HASIL BELAJARAN SELAMA PROSES-SELESAI)
MODEL PEMBELAJARAN MEANS ENDS ANALYSIS (MEA)

Definisi
 Desain pembelajaran untuk menganalisis suatu permasalahan melalui berbagai macam cara
pemecahan untuk mencapai tujuan akhir yang diinginkan [ CITATION MHu14 \l 1033 ].
 Means Ends Analysis (MEA) adalah suatu proses yang digunakan pada pemecahan masalah
yang mencoba untuk mereduksi perbedaan antara current state (pernyataan sekarang) dan
goal state (tujuan)[ CITATION ADF12 \l 1033 ].
 Model pembelajaran MEA merupakan desain pembelajaran dimana siswa mampu
merancang dengan benar perencanaan, penyelesaian masalah matematika, yang diawali
dengan membuat perencanaan pemecahan masalah yang terdiri dari tiga komponen, yaitu
menentukan hal yang diketahui dan ditanyakan, serta menyelesaikan masalah tersebut
menggunakan rumus matematika. [ CITATION Jua14 \l 1033 ].
 Model pembelajaran MEA merupakan suatu desain pembelajaran pemecahan masalah
melalui kegiatan pemahaman keadaan suatu masalah, menetapkan tujuan sehingga
memperoleh informasi baru. [ CITATION Iro19 \l 1033 ].

Sintak
Menurut [ CITATION MHu14 \l 1033 ]
a. Identifikasi Perbedaan antara Current State dan Goal State
b. Organisasi Sub Goals
c. Pemilihan Operator dan Solusi
Kelebihan
Menurut [ CITATION Pus16 \l 1033 ]
a. Siswa terbiasa memecahkan masalah
b. Siswa berperan aktif dan mengekspresikan ide
c. Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan
keterampilan
d. Siswa dengan kemampuan rendah mampu merespons masalah yang dihadapi dengan cara
mereka sendiri
e. Siswa memiliki pengalaman belajar
f. Memudahkan siswa dalam memecahkan suatu permasalahan matematika
Kekurangan
Menurut [ CITATION Pus16 \l 1033 ]
a. Membuat soal pemecahan masalah bukan pekerjaan mudah
b. Sangat sulit untuk mengungkapkan masalah yang langsung dipahami oleh siswa
c. Lebih dominan pada soal yang terlalu sulit untuk dikerjakan sehingga membuat siswa
jenuh
d. Sebagian siswa merasa kurang menyenangkan dalam belajar
MEDIA KARTU KERJA

Kartu Kerja merupakan salah satu media pengajaran yang didasarkan atas kebutuhan
belajar (needs) siswa sesuai dengan tingkat kemampun intelektualnya. Kartu Kerja selain
berfungsi untuk menympaikan pesan, juga berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas ide,
mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin cepat dilupakan. [ CITATION Iqb04 \l 1033 ]
Penggunaan Kartu Kerja Dalam Pengajaran Matematika
1. Sebelum Kartu Kerja pertama dibagikan kepada siswa, guru perlu memberikan:
a. Apersepsi, motivasi dan introduksi
b. Penjelasan singkat tentang materi yang mendasari uraian kegiatan atau contoh yang
terdapat dalam Kartu Kerja.
2. Bila Kartu Kerja sudah dibagikan, guru hendaknya memantau kemajuan belajar siswa
dengan tujuan:
a. Jika ada siswa yang dapat menyelesaikan Kartu Kerja dengan benar, guru segera
memberikan Kartu Kerja berikutnya, demikian seterusnya.
b. Jika ada siswa yang mengalami kesulitan, guru hendaknya memberikan bimbingan
atau pengarahan seperlunya, dalam arti tidak langsung pada penyelesian masalah
yang dihadapinya. Dalam hal ini jelas dituntut kemampuan guru, terutama dalam
penggunaan keterarnpilan / teknik bertanya.
c. Bila ada siswa yang telah mencapai “Top Record” , yakni telah menyelesaikan
semua Kartu Kerja dengan sempurna atau memenuhi standar penguasaan (Standard
Mastery) secara rata-rata diatas 80% dapat dimantaatkan sebagai “Tutor Sebaya”
untuk membantu/membimbing rekan siswa yang memerlukan bantuan.
3. Sebelum jam pelajaran berakhir, guru harus mencatat keberhasilan siswa dalam
menyelesaikan Kartu Kerja, sudah berapa lembar Kertu Kera yang telah diselesaikan oleh
siswa tersebut pada hari itu. Pencatatan hasil pekerjaan siswa tersebut dituliskan pada
Kartu yang dikenal dengan “Matrix Record” Untuk itu kita juga harus mempersiapkan
Kunci Jawaban agar dapat dengan mudah memeriksa pekerjaan siswa.
Kelebihan penggunaan Kartu Kerja dalam pengajaran Matametika, antara lain:
1. Siswa termotivasi untuk menyelesaikan masalah-masalah berdasarkan pengalarnan
sendiri.
2. Prinsip psikologis terpenuhi, karena pemahaman konsep melalui pendekatan
induktif/generalisasi.
3. Pemahaman konsep akan menjadi mantap, karena merupakan hasil kerja mandiri dan
memungkinkan siswa untuk mentransfer pengalaman belajarnya ke situasi lain.
4. Kemajuan belajar siswa tidak terikat, maju secara berkelanjutan (Independent).
5. Menumbuhkan rasa percaya diri.
6. Menumbuhkan rasa kerja sama dalam pertukaran ide-ide.
7. Mendorong siswa untuk kreatif.
8. Membantu ingatan siswa. Seseorang cenderung mudahmengingat hal-hal yang ada
kesannya. Dengan kehadirangambar-gambar pendukung, konsep-konsep matematika
yang sarat dengan simbol-simbol, aturan-aturan dan rumus-rumus akan mudah diingat
oleh siswa.
Kekurangan penggunaan Kartu Kerja:
1. Memerlukan keterampilan guru dalam merakit Kartu Kerja.
2. Memerlukan kemampuan ekstra atau teknik guru untuk membimbing siswa dalam kelas
besar, apalagi bila kemampuan siswa sangat berbeda.
3. Koordinasi yang kurang baik, dapat mengakibatkan siswa hanya bermain-main atau
meminta bantuan temannya untuk menyelesaikannya. Untuk itu selama Kegiatan Belajar
Mengajar berlangsung guru tetap berperan sebagai motivator dan fasilitator.
4. Tidak dapat melingkupi semua topik, ada topik yang sulit dituangkan dalam bentuk Kartu
Kerja.
REFERENSI

Works Cited
Fitriani, A. (2012). Model Pembelajaran Means-Ends Analysis sebagai Salah Satu Alternatif untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. Jurnal Pendidikan .
Hosnan. (2016). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Huda, M. (2014). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran (Isu-Isu Metodis dan Paradigmatis).
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Iqbal, M. (2004). Pengajaran Matematika Terpadu dengan Menggunakan Media Kartu Kerja di Kelas
Mixed Ability. Jurnal Pendidikan , 133-157.
Irok'atun, & Rosmala, A. (2019). Model-Model Pembelajaran Matematika. Jakarta: Bumi Aksara.
Juanda, M., Johar, R., & Ikhsan, M. (2014). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan
Komunikasi Matematis SMP Melalui Model Pembelajaran Means-End Analysis (MEA(. Jurnal Kreano .
Mulyasa, E. (2014). Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Puspitasari, D. (2016). Penerapan Model Pembelajaran Means End Analysis untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Peserta Didik Kelas V SD Islam Sunan Giri Wonorejo Sumbergempol Tulungagung.
Skripsi .
Usman, U. (2002). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai