Anda di halaman 1dari 6

NAMA : AHMAD AZWAN

MATA KULIAH : PENGANTAR STUDY AL-QUR’AN

NAMA DOSEN : Hadi Yasin,MA

JENIS UJIAN : UJIAN AKHIR SEMESTER

NO HP : 0822-4687-9557

1. Fungsi Hadist Terhadap Alqur’an


a) Bayan At-Taqrir (Memperjelas isi Al Quran) Fungsi hadits terhadap Al Quran yang
pertama adalah sebagai Bayan At-Taqrir yang berarti memperkuat isi dari Al-Quran.
Sebagai contoh hadits yang diriwayatkan oleh H.R Bukhari dan Muslim terkait perintah
berwudhu, yakni: “Rasulullah SAW bersabda, tidak diterima shalat seseorang yang
berhadats sampai ia berwudhu” (HR.Bukhori dan Abu Hurairah) Hadits diatas mentaqrir
dari surat Al-Maidah ayat 6 yang berbunyi:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah muka dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh)
kakimu sampai dengan kedua mata kaki” - (QS.Al-Maidah:6)
Bayan At-Tafsir (Menafsirkan isi Al Quran) Fungsi hadist terhadap Al Quran selanjutnya
adalah sebagai Bayan At-Tafsir yang berarti memberikan tafsiran (perincian) terhadap isi
Al Quran yang masih bersifat umum (mujmal) serta memberikan batasan-batasan
(persyaratan) pada ayat-ayat yang bersifat mutlak (taqyid). Contoh hadits sebagai bayan
At-tafsir adalah penjelasan nabi Muhammad SAW mengenai hukum Bayan At-Tasyri’
(Memberi kepastian hukum Islam yang tidak ada di Al Quran)
Sedangkan fungsi hadits terhadap Al Quran sebagai Bayan At-tasyri’ ialah sebagai
pemberi kepastian hukum atau ajaran-ajaran islam yang tidak dijelaskan dalam Al-Quran.
Biasanya Al Quran hanya menerangkan pokok-pokoknya saja. Contohnya hadits
mengenai zakat fitrah, dibawah ini:
“Rasulullah telah mewajibkan zakat fitrah kepada umat Islam pada bulan Ramadhan satu
sha’ kurma atau gandum untuk setiap orang, beik merdeka atau hamba, laki-laki atau
perempuan” - (HR. Muslim Bayan Nasakh (Mengganti ketentuan terdahulu) Fungsi
hadits terhadap Al Quran selanjutnya adalah Baya Nasakh. Para ulama mendefinisikan
Bayan Nasakh berarti ketentuan yang datang kemudian dapat menghapuskan ketentuan
yang terdahulu, sebab ketentuan yang baru dianggap lebih cocok dengan lingkungannya
dan lebih luas.
Contohnya:
“Tidak ada wasiat bagi ahli waris” Hadits ini menasakh surat QS.Al-Baqarah ayat 180

b) Pertama, ciri-ciri yang pasti dari surah Makkiyah, yakni jika di dalamnya terdapat ini:

Ayat yang jika dibaca, maka disunnahkan kepada pembaca dan pendengarnya untuk
melakukan sujud (ayat Sajdah) Kata kallaa (disebut 33 kali) Frasa yaa ayyuha an-
naas dan sebaliknya, tidak ada yaa ayyuha alladziina aamanu (kecuali surah al-Haj) Kisah
nabi-nabi dan umat-umat terdahulu (kecuali surah al-Baqarah) Kisah Nabi Adam AS dan
Iblis (kecuali surah al-Baqarah) Pembukaan surah berupa huruf-huruf lepas, seperti qaf,
shad, alif-lam-mim-ra, alif-lam-mim (kecuali surah al-Baqarah dan surah Ali Imran).

Kedua, ciri-ciri yang dominan--masih dari surah atau ayat Makkiyah, yakni jika di
dalamnya terdapat hal berikut. Ayat dan surahnya pendek-pendek Ungkapannya keras,
cenderung puitis, menyentuh hati Banyak terdapat kesamaan bunyi Banyak menggunakan
huruf qasam (sumpah) Banyak kecaman kepada kaum musyrik Penekanan pada dasar-
dasar keimanan kepada Allah dan Hari Akhir, serta penggambaran surga dan neraka
Banyak tuntunan mengenai akhlaq al karimah (akhlak yang baik) Adapun karakteristik
yang pasti dari surah Madaniyah, yakni jika di dalamnya terdapat hal berikut. Izin untuk
perang dan hukum-hukumnya Rincian hukum tentang hudud, ibadah, undang-undang
sipil, sosial, dan hubungan antar-negara Penyebutan tentang kaum munafik (kecuali surah
al-Ankabut) Penyebutan tentang ahli kitab Sementara itu, ciri-ciri yang tampak dominan
dari surah atau ayat Madaniyah adalah berikut. Ayat dan surahnya panjang-panjang.
Ungkapannya tenang, cenderung prosais, yang ditujunya adalah akal pikiran Banyak
mengemukakan bukti dan argumentasi mengenai kebenaran-kebenaran agama.

2. Al-Muhkam dan Mutasyabih


Muhkam secara bahasa berasal dari kata hakama. Kata hukm berarti
memutuskan antara dua hal atau lebih perkara, maka hakim adalah orang yang mencegah
yang zalim dan memisahkan dua pihak yang sedang bertikai. Muhkam adalah sesuatu
yang dikokohkan, jelas, fasih dan membedakan antara yang hak dan batil. Sedangkan,
mutasyabih secara bahasa berasal dari kata syabaha, yakni bila salah satu dari dua hal
serupa dengan yang lain. Syubhah ialah keadaan di mana satu dari dua hal itu tidak dapat
dibedakan dari yang lain karena adanya kemiripan di antara keduanya secara konkrit atau
abstrak.
Berikut adalah contoh dari ayat muhkam
yang Artinya: “hai manusia, sembahlah tuhanmu yang telah menciptakanmu dan
orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa”. (Al-Baqarah: 21)

Artinya: “Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan ruku‟lah berserta orang-orang
yang ruku‟”. (QS. al-Baqarah: 43)

Contoh ayat mutasyabih firman Allah SWT dalam Q.S. An-Nisa ayat
3: Artinya: “Dan jika kalian takut tidak akan dapat berlaku adil
terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka
kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi, dua, tiga atau empat“.

3. Nasikh – Mansukh
Nasikh artinya yang menghapuskan, yaitu dalil Al-Kitab atau As-Sunnah yang
menghapuskan hukum dalil syar’i atau lafazhnya. Pada hakikatnya nasikh (yang
menghapuskan) adalah Allah Azza wa Jalla.

Mansukh artinya yang dihapuskan, yaitu hukum dalil syar’i atau lafazhnya yang
dihapuskan.

Ayat yang di naskh kan Contohnya firman Allah: "Hai Nabi, kobarkanlah semangat para
mukmin itu untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantara kamu niscaya
mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang
sabar) diantaramu, maka mereka dapat mengalahkan seribu daripada orang-orang kafir,
disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti." (QS Al Anfal: 65).
Contoh ayat yang dimansukh kan

Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan sedekah sebelum
pembicaraan dengan Rasul. Maka jika kamu tiada memperbuatnya dan Allah telah
memberi taubat kepadamu maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatlah kepada
Allah dan Rasul-Nya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS Al-
Mujadilah: 13)

4. Ayat Kauniyah
Ayat kauniyah adalah ayat atau tanda yang wujud di sekeliling manusia yang diciptakan
oleh Allah. Ayat-ayat ini adalah ayat-ayat dalam bentuk segala ciptaan Allah berupa alam
semesta dan semua yang ada di dalamnya.
ayat kauniyah yang terkandung dalam Surat Al-Baqarah ayat 164, terdapat hikmah yang
bisa dipetik manusia. Pertama, ayat-ayat kauniyah di langit dan di bumi menegaskan
tentang wujud Allah sebagai Rabb (Pengatur) dan Ilah (Tuhan) yang memiliki sifat
sempurna dan suci dari semua kekurangan. Allah lah yang menciptakan dan merajai
seluruh alam, serta bertanggung jawab atas kehidupan yang terdapat di dalamnya. Mulai
dari yang paling besar hingga yang kasat mata. Dalam teori emanasi Alfarabi dan Ibnu
Sina, seluruh alam ini pada hakikatnya adalah manifestasi dari sifat tajjalli Allah SWT.

Hikmah kedua adalah adanya penetapan ayat tanzilah qur’aniyah (ayat Al-Quran) bahwa


Allah adalah Rabb dan Ilah manusia serta menetapkan kenabian Rasulullah sebagai
utusannya di muka bumi. Sedangkan hikmah ketiga adalah semua ayat-ayat kauniyah
tersebut hanya bisa dipahami oleh orang-orang yang mau menggunakan akalnya dan bagi
mereka mau berfikir akan kuasa Allah. Penjelasan tersebut senada dengan Qurais Shihab
dalam Tafsir al-Misbah bahwa dengan hadirnya ayat-ayat kauniyah, apalagi telah
difirmankan Allah sendiri semestinya manusia benar-benar mengamati akan bisa meraba
adanya kekuasaan Allah di balik semua itu.
Manfaat Ayat-Ayat Kauniyah
Manfaat dan nikmat dari ayat-ayat kauniyah yang menunjukkan keluasaan rahmat Allah,
kemahamurahan, dan kebaikan-Nya, diantaranya:

Merasakan keagungan Allah dan kelemahan diri.


Pengagungan akan melahirkan kecintaan, rasa takut untuk mendurhakai-Nya, juga
berharap hanya kepada Allah. Sedangkan menyadari kelemahan diri akan membuat
manusia inabah, mengembalikan urusan kepada Allah, bertawakkal kepada-Nya dan
menjauhkan diri dari sifat congkak dan sombong.

Setiap makhluk yang berada di muka bumi ini menjadi sumber inspirasi bagi manusia
untuk mendapatkan maslahat duniawi dan ukhrawi. Bukankah terciptanya pesawat dan
helikopter itu karena inspirasi dari burung dan capung? Manusia juga bisa mendapat
pelajaran dari mujahadahnya semut, tawakalnya seekor burung dan masih banyak lagi.
Setiap makhluk menjadi sumber inspirasi.
Mendorong manusia untuk bersyukur. Karena tidak satupun makhluk yang diciptakan
oleh Allah melainkan faedah bagi manusia. Satu contoh andai saja manusia harus
membayar pajak untuk penerangan matahari, berapa biaya harus dikeluarkan oleh
manusia? Kenyataan ini melahirkan rasa syukur dan pengakuan, “Wahai Rabb kami,
tiadalah Engkau menciptakan ini sia-sia, Maha Suci Engkau maka jauhkanlah kami dari
siksa neraka” (QS. Ali Imran:191).
‫الذين يذكرون هللا قياما وقعودا وعلى جنوبهم ويتفكرون في خلق السماوات واألرض ربنا ما خلقت هذا باطال سبحانك‬
‫فقنا عذاب النار‬

Artinya:

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci
Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
Contoh Ayat-Ayat Kauniyah
Surat Yunus ayat 101
Artinya: “Katakanlah: “Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. tidaklah
bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-Rasul yang memberi peringatan bagi orang-
orang yang tidak beriman”.

Penjelasan ayat
Dalam ayat ini, Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta
umatnya untuk memerhatikan apa yang ada di langit dan di bumi secara lebih mendetail.
Perintah ini mengandung maksud agar manusia menggunakan akalnya untuk
mempelajari, meneliti dan mengelola sumber kekayaan alam dan ciptaan Allah yang lain,
manusia harus menguasai berbagai pengetahuan dan teknologi.

Anda mungkin juga menyukai