Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FARMASETIKA III


“Emulsi Castro Oil”

Kelas/Kelompok : B4

Nama Anggota : 1. Indah Putri Anggraini (2019130048)

2. Rannisa Fitri (2019130078)

3. Audrey Andini Fadhillah (2019130079)

4. Novita Windasari (2019130080)

5. Ega Apriansari (2019130084)

6. Nur Amalia Karepesina (2019130080)

7. Zahfira Salsabilah (2019130087)

8. Sartika Melina Sirait (2019130088)

9. Sarah Ika Savitri BR Munthe (2019130089)

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PANCASILA

JAKARTA

2021
I. TUJUAN
Mengetahui dan memahami cara pembuatan dan komposisi bahan dalam sediaan
emulsi

II. TEORI DASAR


Berdasarkan FI IV Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya
terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Emulsi adalah dispersi
di mana fase terdispersi terdiri dari butiran kecil cairan yang didistribusikan ke seluruh
pembawa yang tidak dapat bercampur (Howard C.Ansel).
Dalam terminologi emulsi, fase terdispersi adalah fase internal, dan medium
pendispersinya adalah fase luar atau fase kontinu. Emulsi dengan fase internal
berminyak dan fase eksternal berair adalah: emulsi minyak dalam air (o/ w). Sebaliknya,
emulsi yang memiliki fase internal berair dan fase eksternal berminyak disebut emulsi
air dalam minyak (w/o). Emulsi memiliki fase terdispersi biasanya dalam ukuran antara
0,1 dan 100 µm.
Emulsi yang akan dioleskan pada kulit dapat berupa o/w atau w/o, tergantung
pada faktor-faktor seperti sifat agen terapeutik, keinginan untuk efek emolien atau
pelunakan jaringan, dan kondisi kulit. Pada kulit yang tidak rusak, emulsi w/o biasanya
dapat dioleskan lebih merata karena kulit ditutupi lapisan tipis sebum, dan permukaan
ini lebih mudah dibasahi oleh minyak daripada air. Emulsi w/o juga lebih melembutkan
kulit karena tahan kering dan hilang jika terkena air. Di sisi lain, jika diinginkan untuk
memiliki sediaan yang mudah dihilangkan dari kulit dengan air, emulsi o/w lebih
disukai. Juga, penyerapan melalui kulit (penyerapan perkutan) dapat ditingkatkan
dengan ukuran partikel yang berkurang dari fase internal.
Dalam pembuatan emulsi banyak teori yang telah dikembangkan untuk
menjelaskan proses terbentuknya emulsi yang stabil dan bagaimana emulgator bekerja
dalam meningkatkan emulsifikasi. Teori pembentukan emulsi yaitu :
a. Teori Tegangan Permukaan
Jika dua atau lebih tetes cairan yang sama bersentuhan satu sama lain,
kemudian cenderung untuk bergabung atau bersatu, membuat satu tetes yang lebih
besar dan memiliki luas permukaan yang lebih kecil dari total luas permukaan
masing-masing tetes. Bila sekitar cairan adalah udara,maka disebut sebagai tegangan
permukaan cairan.
Ketika cairan bersentuhan dengan cairan kedua yang tidak larut dan tidak
dapat bercampur, gaya yang menyebabkan masing-masing cairan menolak untuk
pecah menjadi partikel yang lebih kecil disebut tegangan antarmuka. Zat- zat yang
dapat meningkatkan penurunan tahanan untuk pecah menjadi tetesan atau partikel
yang lebih kecil. permukaan aktif (surfaktan) atau agen pembasah (wetting agents).
b. Oriented Wedge Theory
Teori mengasumsikan lapisan monomolekul zat pengemulsi melengkung di sekitar
tetesan fase internal emulsi. Menganggap lapisan monomolekuler dari zat
pengemulsi melingkari suatu tetesan dari fase dalam pada emulsi. Dalam suatu
system yang mengandung dua cairan yang tidak saling bercampur, zat pengemulsi
akan memilih larut dalam salah satu fase dan terikat dengan kuat dan terbenam
dalam fase tersebut dibandingkan dengan fase lainnya. Umumnya suatu zat
pengemulsi yang mempunyai karakteristik hidrofilik lebih besar dari pada sifat
hidrofobik akan memajukan suatu emulsi minyak-dalam-air dan suatu emulsi air-
dalam-minyak sebagai hasil dari penggunaan zat pengemulsi yang lebih hidrofobik
dari pada hidrofilik. Dengan kata lain, fase dimana zat pengemulsi tersebut lebih
larut umumnya akan menjadi fase kontinu atau fase luar dari emulsi tersebut.
c. Teori Interparsial Film
Menempatkan zat pengemulsi pada antarmuka antara minyak dan air, mengelilingi
tetesan fase internal sebagai lapisan tipis film teradsorpsi pada permukaan tetes.
Film ini mencegah kontak dan penggabungan fase terdispersi; semakin keras dan
lebih lentur film, semakin besar stabilitas emulsi. pembentukan emulsi o/w atau w/ o
tergantung pada derajat kelarutan zat dalam dua fase, dengan zat yang larut dalam
air mendorong emulsi o/w dan pengemulsi yang larut dalam minyak sebaliknya.
Emulsifying Agents atau agen pengemulsi merupakan langkah awal dalam
pembuatan sediaan emulsi, zat pengemulsi harus kompatibel dengan bahan formulasi
lainnya dan tidak boleh mengganggu stabilitas atau kemanjuran zat terapeutik. Berikut
contoh-contoh emulsifying agents :
1. Bahan-bahan karbohidrat, seperti bahanbahan alami seperti akasia, tragakan, agar,
kondrus, dan pektin. Bahan-bahan ini membentuk koloid hidrofilik, yang bila
ditambahkan ke air, umumnya menghasilkan emulsi m/a.
2. Zat protein, seperti gelatin, kuning telur, dan kasein. Zat-zat ini menghasilkan
emulsi o/w.
3. Alkohol dengan berat molekul tinggi, seperti stearil alkohol, setil alkohol, dan
gliseril monostearat. Ini digunakan terutama sebagai bahan pengental dan
penstabil untuk emulsi o/w dari lotion dan salep tertentu yang digunakan secara
eksternal.
4. Bahan pembasah, yang mungkin anionik, kationik, atau nonionik. Agen-agen ini
mengandung kelompok hidrofilik dan lipofilik, dengan protein lipofilik dari
molekul yang umumnya bertanggung jawab atas aktivitas permukaan molekul.
5. Bahan pembasah, yang mungkin anionik, kationik, atau nonionik. Agen-agen ini
mengandung kelompok hidrofilik dan lipofilik, dengan protein lipofilik dari
molekul yang umumnya bertanggung jawab atas aktivitas permukaan molekul.
Dalam sistem HLB pengemulsi atau agen aktif permukaan dapat dikategorikan
berdasarkan susunan kimianya untuk keseimbangan hidrofilik-lipofiliknya, atau HLB.
Dengan metode ini, setiap zat diberi nilai atau nomor HLB yang menunjukkan polaritas
zat. Bahan yang sangat polar atau hidrofilik diberi nomor yang lebih tinggi daripada
bahan yang kurang polar dan lebih lipofilik. Umumnya, zat aktif permukaan yang
memiliki nilai HLB yang ditetapkan 3 sampai 6 sangat lipofilik dan menghasilkan
emulsi air dalam minyak, dan zat dengan nilai HLB sekitar 8 sampai 18 menghasilkan
emulsi minyak dalam air. Dalam sistem HLB, selain zat pengemulsi, nilai HLB
diberikan untuk minyak dan zat mirip minyak.
Emulsi dapat dibuat dengan beberapa metode, tergantung pada sifat komponen dan
peralatannya, berikut metode yang dapat digunakan dalam pembuatan emulsi :
1. Metode Gom Kontinental atau Kering
Dalam metode ini zat pengemulsi (biasanya Gom arab) dicampur dengan minyak
terlebih dahulu kemudian ditambahkan air untuk pembentukan corps emulsi, baru
diencerkan dengan sisa air yang tersedia.
2. Metode Botol Forbes
Metode botol berguna untuk pembuatan emulsi dari minyak atsiri atau zat
berminyak dengan viskositas rendah. . Bubuk akasia ditempatkan dalam botol
kering, ditambahkan dua bagian minyak , dan campuran dikocok secara
menyeluruh dalam wadah tertutup. Kemudian ditambahkan air yang volumenya
kira-kira sama dengan minyak campuran dikocok secara menyeluruh setelah
setiap penambahan. Bila semua air telah ditambahkan, emulsi primer yang
terbentuk dapat diencerkan sampai volume yang tepat dengan air atau larutan
berair dari zat formulatif lainnya.
3. Metode gom basah
Zat pengemulsi ditambahkan ke dalam air agar membentuk mucilago, kemudian
perlahan-lahan minyak dicampurkan untuk membentuk emulsi, setelah itu baru
diencerkan dengan sisa air.
Stabilitas suatu emulsi adalah suatu sifat emulsi untuk mempertahankan distribusi
halus dan teratur dari fase terdispersi yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang.
Umumnya,suau emulsi dianggap tidak stabil secara fisik jika :
a. Fase dalam atau fase terdispersi pada pendiaman cendenrung untuk membentuk
agrerat dari bulatan-bulatan dengan cepat.
b. Jika agrerat dari bulatan naik ke permukaan atau turun ke dasar emulsi tersebut
akkan membentuk suatu lapisan pekat dari fase dalam.
c. Jika semua atau sebagian sebagaian dari cairan fase dalam tidak teremulsifikasi
dan suatu lapaisan yang berbeda pada permukaan atau dasar emulsi yang
merupakan hasil dari bergabngnya bulatan-bulatan fase dalam.
Ketidak stabilan emulsi dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Flokulasi
Mengganbarkan penggabungan reversbel yang lemah antara droplet-droplet
emulsi yang dipisahkan oleh lapisan tipis dari fase kontiu.
2. Inversi
Inversi yaitu perubahan tipe emulsi dengan tiba-tiba dari satu tipe ke tipe yang lain
dan sifatnya irreversibel.
3. Coalescence
Adalah peristiwa pecahnya emulsi karena danya penggabngan droplet0droplet
kecil ffase terdispersi membentuk lapisan atau endapan yang bersifat ireversibel
dimana emulsi tidak dapat terbentuk kembali seperti semula melalui pengocokan.
4. Creaming
Creaming adalah pemisahan emulsi menjadi 2 bagian, dimana bagian yang satu
memiliki fase dispersi lebih banyak dari bagian yang lain.
5. Ostwald Ripening
Terjadi peristiwa dimana droplet besar menjadi semakin besar.
Untuk menentukan tipe emulsi dapat dilakukan dengan beberapa cara :
1. Metode zat warna

- Sudan III

Merupakan zat warna yang larut dalam minyak, tetapi tidak larut dalam air jika
ke dalam larutan ditambahkan sudan III, setelah diaduk warna merah menjadi
semakin jelas menunjukan bahwa emulsi adalah tipe a/m, tetapi jika warna
merah suram semakin tidak tampak menunjukkan emulsinya adalah m/a.
- Metilen blue

Merupakan zat warna yang larut dalam air tetapi tidak larut dalam minyak.
Jika zat ini diteteskan pada emulsi berwarna seragam maka air merupakan fase
luar dan emulsi ini bertipe m/a.

2. Metode electrical conductivity

Air dapat menghantarkan arus listrik sedangkan minyak tidak. Alatnya terdiri
dari kawat dengan 2 elektrode yang dicelupkan dalam emulsi dan dihubungkan
dengan lampu neon. Jika lampu menyala dalam air maka merupakan medium
pendipers dan emulsinya merupakan tipe m/a. Bila lampu tidak menyala maka
minyak merupakan medium pendispers dan emulsinya adalah tipe a/m.

3. Metode pengenceran fase

Jika ke dalam emulsi ditambahkan sedikit air maka setelah pengocokan dan
pengadukan diperoleh kembali emulsi yang homogen sehingga emulsinya
adalah tipe m/a. jika emulsi dicampur minyak maka akan menyebabkan
pecahnya emulsi. Pada emulsi a/m akan diperoleh sebaliknya.

4. Fluoresensi

Karena minyak berfluoresensi seluruhnya dan emulsinya m/a menunjukkan


pola titik-titik.
Keuntungan emulsi yaitu:

1. Beberapa bahan obat menjadi lebih mudah di absorbs bila obat-obat tersebut
diberikan secara oral dalam bentuk emulsi.

2. Emulsi memiliki derajat elegasi tertentu dan mudah dicuci bila diinginkan.

3. Pembuatan emulsi dapat mengontrol viskositas dan derajat kekasaran dari


emulsi.

Keuntungan emulsi yaitu:

1. Dalam emulsi, efek terapeutik dan kemampuan tersebarnya bahan-bahan


ditingkatkan.

2. Rasa dan bau yang tidak menyenangkan dari minyak dapat ditutupi
sebagian atau seluruhnya dengan emulsifikasi. Tehnik penutupan kedua
tersedia untuk formulator tapi harus digunakan dengan hati-hati. Jika
pengaroma dan bahan pemanis ditambahkan dalam emulsi, hanya dalam
jumlah minimal digunakan untuk mencegah gangguan nausea atau lambung
yang diakibatkan oleh pemberian yang dalam jumlah besar.

3. Absorpsi dan penetrasi dari bahan obat dapat dikontrol lebih mudah jika
digabung dalam bentuk emulsi.

4. Aksi emulsi diperpanjang dan efek emollient yang lebih besar jika
dibandingkan dengan sediaan lain.

5. Air merupakan pembawa yang tidak mahal dan suatu pelarut untuk berbagai
obat dan pengaroma yang. dicampur dalam emulsi.

III. DATA PREFORMULASI


A. Zat Aktif
1. Castrol Oil/Oleum Ricini ( FI VI Hal 1180; HOPE Ed Hal 126-127)
Pemerian : Cairan kental, transparan, kuning pucat atau hampir tidak
berwarna: bau lemah, bebas dari bau asing dan tengik; rasa
khas
Kelarutan : larut dalam etanol; dapat bercampur dengan etanol mutlak,
dengan asam asetat glasial, dengan kloroform dan dengan
eter
HLB : 14
Bobot jenis : 0,957-0,961
Stabilitas : Minyak jarak stabil dan tidak berubah menjadi tengik
kecuali terkena panas yang berlebihan. pada pemanasan pada
300oc selama beberapa jam, minyak castrol plimerizes dan
menjadi dalam minyak mineral. ketika didinginkan hingga
0oc, menjadi lebih kental.
Inkompatibilita : Minyak jarak dalam zat pengoksidasi kuat yang tidak
kompatibilitas
Konsentrasi : 5-12%
Khasiat : emolien, pencahar
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, dan hindarkan dari panas
berlebih
B. Bahan eksipien
1. Span 80/ Sorbitan monooleate (HOPE Ed VI Hal 675)
BM : 429
Rumus molekul : C24H44O6
Pemerian : Cairan kental seperti minyak berwarna kuning
Kelarutan : Praktis tidak larut, terdispersi dalam air dan propilen glikol,
tercampur dalam alkohol dan methanol, 1 bagian span larut
dalam 100 bagian minyak biji kapas, sedikit larut dalam etil
asetat
Titik Didih / Lebur:
Bobot Jenis : 1,01g/ml
Stabilitas : Stabil pada asam dan basa
Konsentrasi : 0,01 – 0,05%
Kegunaan : Emulgator
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan ditempat sejuk dan kering
2. Tween 80/ Polisorbat (FI Ed VI Hal 1412; HOPE Ed 6 Hal 549)
BM : 1310
Rumus molekul : C64H124O26
Pemerian : Cairan seperti minyak, jernih, berwarna kuning muda
hingga coklat muda; bauk has lemah; rasa pahit dan hangat
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, larutan larutan tidak berbau
dan praktis tidak berwarna; larut dalam etanol, dalam etil
asetat; tidak larut dalam minyak mineral
Bobot jenis : 1,06 – 1,09
Konsentrasi : M/A 1-15% A/M 1-10%
HLB : 15
Stabilitas : Stabil pada eletrolit, asam lemah, dan basa lemah
Inkompabilitas : Perubahan warna atau pengendapan terjadi dengan berbagai
zat. terutama fenol, tanin, tar, dan bahan seperti tar. aktivitas
antimikroba pengawet paraben berkurang dengan adanya
polisorbat
Kegunaan : Emulgator
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

3. HPMC/ Hydroxypropyl methylcellulose (Hypromellose) (HOPE Ed 6 Hal 326)


BM : 10.000 – 1.500.000
Pemerian : Serbuk berserat atau granul, putih, tidak berbau dan tidak
berasa
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air panas, kloroform dan eter, tapi
larut dalam campuran etanol dan diklorometana, campuran
air dan alkohol, dan campuran methanol dan diklorometana
PH : 5,0 – 8,0
Konsentrasi : 0,45 – 1,0%
Stabilitas : Serbuk hypromellose bahan yang stabil, meskipun bersifat
higroskopis setelah pengeringan dtabil pada Ph 3-11
Inkompabilitas : Hypromellosetidak cocok dengan beberapa oksidasi, tidak
kompleks dengan garam logam atau organik ionik
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
4. Popylparaben/Nipasol ( FI VI Hal 1448; HOPE Ed VI Hal 596)
Rumus molekul : C10H12O3
BM : 180,02
Pemerian : Serbuk putih atau hablur kecil; tidak berwarna
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air; sukar larut dalam air mendidih;
mudah larut dalam etanol dan eter.
Stabilitas : Stabil pada ph 3-6, stabil dalam bentuk larutan, pada suhu
kamar, jika disimpan dalam wadah tertutup baik
Titik lebur : 95° - 98°
Kegunaan : Pengawet
Konsentrasi : 0,01-0,6%
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

5. Metylparaben/Nipagin (FI VI Hal 1144; HOPE Ed VI Hal 442)


Rumus Molekul : C8H8O3
BM : 152,15
Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih: tidak
berbau
Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzene dan dalam karbon
tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan dalam eter
Stabilitas : Stabil dalam bentuk larutan dan stabil pada suhu kamar
Kegunaan : Pengawet
Titk lebur : 125° - 128°
Konsentrasi : 0,02-0,03%
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

6. Propilen glikol (FI ed IV hal 1446 ; HOPE ed VI hal 592)


Rumus Molekul : C3H8O2
Bobot Molekul : 76,09 g/mol
Berat Jenis : 1.035 – 1,037 g/cm3
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna; rasa khas, praktis tidak
berbau; menyerap air pada udara lembab.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan kloroform;
larut dalam eter dan dalam beberapa minyak esensial; tidak dapat
bercampur dengan minyak lemak.
Konsentrasi : 5%. (HOPE ed VI. hal 592.)
Kegunaan : Humektan dan pelarut pengawet
Titik lebur : 69 – 70℃.
Stabilitas : Pada suhu dingin, propilen glikol stabil dalam wadah
tertutup baik, tetapi pada suhu tinggi, di tempat terbuka
cenderung teroksidasi, sehingga menimbulkan produk seperti
propionaldehida, asam laktat, asam piruvat, dan asam asetat.
Propilen glikol secara kimiawi stabil bila bercampur dengan
etanol (95%), gliserin, atau air.
Inkompatibilitas : Propilen glikol adalah inkompatibel dengan reagen
pengoksidasi seperti potasium permanganat.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

7. Butil hydroxytoluene/BHT (FI Ed VI Hal 340; HOPE Ed 6 Hal 75)


BM : 220,35
Rumus molekul : C15H24O
Pemerian : Hablur padat, putih, bau khas lemah
Kelarutan : Tidak larut dalam air dan dalam propilenglikol; mudah larut
dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter
Kegunaan : Gelling agent
Konsentrasi : 0,0075 – 1,0%
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

8. Oleum rosae ( FI Ed III Hal 459)


Pemerian : Cairan; tidak berwarna atau kuning; bau menyerupai bunga
mawar, rasa khas
Kelarutan : Larut dalam 1 bagian kloroform larutan jernih
Kegunaan : Parfum/flavouring agent
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
9. Aquadest (FI Ed VI Hal 69)
BM : 18,02
Rumus Molekul : H2O
PH : 5-7
Pemerian : Cairan jernih tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna
Kelarutan : Bercampur dengan pelarut polar
Kegunaan : Pelarut
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup rapat

IV. FORMULA
Castrol Oil 10%
Span 80
Tween 80 3%

HPMC 1,0%
Nipagin 0,1%
Nipasol 0,1%
Propilen glikol 5%
BHT 0,1%
Ol. Rosae 0.01%
Aqua dest ad 300 ml

V. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN


A. Perhitungan
Castrol Oil : x 300 ml = 30 g

HlB castrol oil : 14

Emulgator : x 300 = 9 gram

Span 80 : 4,3 1 = x 9 g = 0,84 g

14

Tween 80 : 15 9,7 = x 9 g = 8,15 g


Air untuk Tween 80 : 2 x 8,15 = 16,3 ml
HPMC : x 300 ml = 3 g

Air untuk HPMC : 20 x 3 = 60 ml


Nipagin : x 300 ml= 0,3 g

Nipasol : x 300 ml= 0,3 g

Propilen glikol : x 300 ml = 3 g

BHT : x 300 ml = 0,3 g

Oleum Rosae : x 300 ml = 0,03 ml

Aquadest ad : 300 ml – (30 + 0,84 + 8,15 + 16,3 + 3+ 60+ 0,3 + 0,3+ 3 +0,3
+ 0,03)
= 180,78 ml

B. Penimbangan
No Bahan Teoritis (g) Praktek (g)
1. Castro Oil 30 g 30 g
2. Span 80 0,84 g 0,84 g
3. Tween 80 8,15 g 8,15 g
4. Air untuk Tween 80 16,3 ml 16,3 ml
5. HPMC 3g 3g
6. Air untuk HPMC 60 ml 60 ml
7. Nipagin 0,3 g 0,3 g
8. Nipasol 0,3 g 0,3 g
9. Propilen glikol 3g 3g
10. BHT 0,3 g 0,3 g
11. Oleum rosae 0,03 g 0,03 g
12. Aquadest 180,78 ml 180,78 ml

VI. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
- Gelas ukur - Object glass
- Beaker glass - Perkamen
- Cawan penguap - Mortir
- Jangka sorong - Stirer
- Sendok tanduk - Neraca Analitik
- Sudip - Viskometer
- pH meter - Tabung sedimentasi
- Erlenmeyer - Mikroskop

B. Bahan
- Castor Oil - Nipasol
- Span 80 - Nipagin
- Tween 80 - Propilen glikol
- HPMC - BHT
- Oleum rosae - aquadest

VII. PEMBUATAN
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Timbang masing-masing bahan (castro oil, span 80,tween 80, HPMC,
nipagin,nipasol, propilen glikol dan BHT)
3. Kembangkan HPMC dengan air hangat
4. Fase air :
a. Nipagin dimasukkan kedalam beaker glass, larutkan dengan sebagian
propilenglikol ad larut
b. Nipasol dimasukkan kedalam beaker glass, larutkan dengan sebagian
propilenglikol ad larut
c. Tween 80 dimasukan kedalam beaker glass, larutkan dengan aquadest ad larut
d. Nipagin,nipasol dan tween 80 dicampurkan lalu dipanaskan hingga suhu 60o -
70o
5. Fase Minyak :
Span 80 dimasukkan kedalam beaker glass , lalu ditambahkan castor oil aduk ad
homogen dan dipanaskan di atas waterbath hingga suhu 60o - 70o, setelah sedikit
dingin ditambahkan BHT aduk ad homogen
6. Fase minyak di tambahkan fase air sedikit demi sedikit kocok menggunkan stirrer
ad terbentuk corpus emulsi
7. HPMC yang telah dikembangkan dimasukan sedikit demi sedikit, aduk ad
homogen
8. Sisa aqua dest dimasukkan, aduk ad homogen
9. Tambahkan oleum rosae aduk ad homogen
10. Di lakukan evaluasi seperti uji organoleptik, uji volume sedimentasi, uji viskositas,
uji penentu tipe emulsi ,uji PH dan uji daya sebar
11. Masukan wadah dan beri etiket kemudian serahkan.

VIII. EVALUASI DAN TABULASI DATA


A. Uji Organoleptik (Drug Stability Vol. 17 hal 2631)
Alat : Kaca Arloji

s
Cara : 1. Diambil sedikit sediaan
2. Diamati bau, bentuk dan warnanya.
Formula Bau Bentuk Warna
Castrol Oil Lemah Semi solid Putih

B. Uji Volume Sedimentasi


Alat : Gelas ukur

Cara : Dimasukan emulsi sebanyak 25ml ke dalam tabung sedimentasi


dimulai volume sedimentasi dihitung derajat sedimentasi (F) menggunakan rumus
Rumus :
F= Vu/Vo
Keterangan : F = derajat sedimentasi (mendekati 1 → baik)
Vu = Volume sedimentasi
Vo = Volume awal
Waktu Formula
30 menit Vo 50
Vn 50
F 1
60 menit Vo 50
Vn 50
F 1
90 menit Vo 50
Vn 50
F 1
24 jam Vo 50
Vn 49
F 0,98

C. Penentuan Tipe Emulsi (Lachman hal 1070)


Alat : Object glass

Metode zat warna :


a. Metilen biru = larut dalam air (warna biru) type M/A
b. Sudan III = larut dalam minyak (warna merah) type M/A
Cara: 1. Disiapkan object glass cover glass
2. Teteskan emulsi pada object glass
3. Di teteskan masing2 object glass dengan sudan III dan metylen blue
4. Dilarutkan hal yang sama
5. Preparat diamati dibawah mikroskop
Formula Methylen Blue Sudan III Tipe emulsi

Emulsi Castro
M/A
oil

D. Uji Visikositas Dan Sifat Alir (Martindale hal 723)


Alat : Viscometer brookfield

Cara : 1. Dimasukan emulsi dalam glass visikositas


2. Dilakukan uji visikositas
3. Dipanaskan spindel dari nomor yg kecil
4. Kemudian spindel di turunkan sampai batas
5. Nyalakan dan biarkan spindel bermuter
6. Baca skalanya
Spindel RPM Skala Faktor CPS F
3 0,6 12 1000 12000 8084,4
3 1,5 20 800 16000 13474
3 3 37,5 400 15000 25263,75
3 1,5 23 850 19550 15495,1
3 0,6 13 200 2600 8758,1
Keterangan : Kv = 673,7 dyne/
Perhitungan Viskositas :
R = Skala Faktor
1. cps
2. cps
3. cps
4. cps
5. cps
Perhitungan Viskositas :
F = KV Skala
1. η
2.
3.
4.
5.

E. Uji Partikel/Mikroskopik (Martin Fisika 5 hal 672)


Alat : Mikroskop

Cara : 1. Dikalibrasi skala okuler


2. Ditempelkan mikrometer dibawah mikroskop himpitkan garis awal skala
okuler dengan gerus awal sekala objektif lalu disentuhkan garis kedua yang
akan dihimpit
3. Ditentukan jarak skala okuler
4. Diukur sebanyak 100 partikel
Rumus: kalibrasi = Skala objektif X 10 m

N0 Skala μm N0 Skala μm N0 Skala Μm N0 Skala Μm


1 1x10 10 26 1x10 10 51 1,5x10 15 76 1x10 10
2 1,5x10 15 27 1x10 10 52 1x10 10 77 1x10 10
3 2x10 20 28 1x10 10 53 1x10 10 78 1x10 10
4 1x10 10 29 1,5x10 15 54 1x10 10 79 1x10 10
5 1x10 10 30 1, 5x10 15 55 1x10 10 80 1x10 10
6 1x10 10 31 1x10 10 56 1x10 10 81 1x10 10
7 1x10 10 32 1x10 10 57 1x10 10 82 1x10 10
8 1,5x10 15 33 1x10 10 58 1x10 10 83 1,5x10 15
9 2x10 20 34 1x10 10 59 1,5x10 15 84 1,5x10 15
10 1,5x10 15 35 1x10 10 60 1x10 10 85 4x10 40
11 3x10 30 36 1x10 10 61 1x10 10 86 1,5x10 15
12 1x10 10 37 1x10 10 62 1,5x10 15 87 1x10 10
13 1x10 10 38 2x10 20 63 1,5x10 15 88 1,5x10 15
14 1x10 10 39 1x10 10 64 1x10 10 89 1x10 10
15 1x10 10 40 1,5x10 15 65 1x10 10 90 1x10 10
16 1x10 10 41 1x10 10 66 1x10 10 91 1x10 10
17 1,5x10 15 42 2x10 20 67 2x10 20 92 1,5x10 15
18 1,5x10 15 43 2x10 20 68 1x10 10 93 1x10 10
19 1x10 10 44 2x10 20 69 1x10 10 94 1,5x10 15
20 1x10 10 45 1,5x10

Rentang data (R)= Data terbesar-data terkecl


= 40µm -10μm = 30µm
Banyak data = 1+3.3 log n
= 1+3.3 log 100 = 7,6~8
Panjang interval kelas = R = 30µm = 3,75 µm
Banyak data =8
Interval kelas= data terkecil + P
= 10 + 3,75 =13,75
Rata-
Rentang rata Jumlah
ukuran rentang Partikel nd nd2 nd3 nd4

(µm) (d) (n)

10,00-13,75 11,875 66 783,75 9307,031 110520,996 1312436,829

13,75-17,5 15,625 23 359,375 5615,234 87738,037 1370906,830

17,5-21,25 19,375 8 155 3003,125 58185,547 1127344,971

21,25-25 23,125 0 0 0 0 0

25-28,75 26,875 0 0 0 0 0

28,75-32,5 30,625 2 61,25 1875,781 57445,801 1759277,649

32,5-36,25 34,375 0 0 0 0 0

36,25-40 38,125 1 38,125 1453,516 55415,283 2112707,672

∑ 100 1397,5 21254,687 369305,664 7682673,951

Dln = ∑nd = 1397,5 = 13,9750


∑n 100
Dsn = = 14,5790
Dvn = 3 = 15,4571
Dsl= = 15,2091
Dsv= =17,3753
Dwn= = 20,8030
F. Uji PH (FI edisi V hal 1563)
Alat : PH meter dan gelas ukur

Cara :
1. Dituang sediaan ke dalam beker glass
2. Celupkan kertas pH meter
3. Amati hasil pengukuran pH dan catat
4. Bandingkan dengan pH yang diinginkan

Sediaan PH
Emulsi Cream Oli 5,5

G. Uji Daya Sebar (Teknologi Farmasi hal 350-352)


Alat : Extensometer

Cara :
1. Ditimbang 1 g sediaan
2. Diletakkan pada pusat diameter lempeng kaca, ditutup dengan lempeng kaca
3. Diamkan selama 1 menit, diukur diameter penyebaran sediaan 4
4. Ditambahkan beban diatas permukaan kaca
5. Diamkan selama 1 menit, diukur diameter penyebaran sediaaan
6. Diulangi 4-5x dengan penambahan beban sampai diameter sudah tidak
bertambah lagi

Syarat : Daya sebar sediaan topical sekitar 5 -7 cm


Diameter (cm)
Keterangan Diameter rata-rata
Vertikal Horizontal
Emulsi 6 5,5 5,75
Perhitungan Diameter rata – rata :
: = 5,75

IX. PEMBAHASAN
1. Pada praktikum ini digunakan castro oil atau minyak jarak sebagai bahan aktif dalam
sediaan emulsi ini, yang mempunyai khasiat sebagai emolien dan pencahar. Dibuat
sediaan emulsi karena minyak tidak dapat bercampur dengan air oleh karena itu
dibuat sediaan emulsi dengan tipe minyak dalam air (M/A)
2. Bahan eksipient yang digunakan yaitu span 80 dan tween 80 yang berfungsi sebagai
emulgator, dimana span 80 sebagai emulgator tipe minyak dan tween sebagai
emulgator tipe air dimana keduanya berfungsi menurunkan tegangan permukaan
antara fae minyak dengan fase air.
3. HPMC digunakan sebagai sebagai zat pengental atau sebagai zat penstabil emulsi
agar emulsi tetap stabil. Kadar HMPC yang digunakan yaitu 1,0% karena berada pada
rentang 0,45 – 1,0%.
4. Nipagin dan nipasol digunakan sebagai pengawet yang bekerja dengan cara
menghambat pertumbuhan mikroorganisme sehingga emulsi tahan lama dan tetap
stabil dalam penyimpanan. Kadar nipagin dan nipasol yang digunakan yaitu 0,1%.
5. Propilen glikol digunakan sebagai pelarut nipagin dan nipasol karena nipagin dan
nipasol tidak dapat larut dengan air. Konsentrasi yang digunakan yaitu 5%.
6. BHT digunakan sebagai antioksidan dalam sediaan emulsi agar emulsi tidak berbau
tengik. Konsentrasi yang digunakan yaitu 0,1 %.
7. Oleum rosae digunakan sebagai pewangi agar emulsi memiliki bau yang enak dan
aqua dest digunakan sebagai pelarut.
8. Uji Organoleptik
Tujuannya untuk mengetahui stabilitas sediaan dengan melihat bentuk, warna dan bau.
Caranya menggunakan indera manusia. Hasil yang didapat sediaan dengan bau oleum
castrol oil yang lemah dengan warna putih dan bentuk semi solid yang artinya
memenuhi syarat sehingga akan mudah diabsorpsi oleh kulit.
9. Uji Sedimentasi
Merupakan cara untuk mengamati volume sedimentasi pada waktu 30,60,90 menit
dan 24 jam didalam tabung sedimentasi. Dari hasil yang didapatkan pada waktu 30,60
dan 90 menit dan 24 jam dengan hasil yang sama yaitu Vo = 50 Vi = 50 dan F = 1 dan
pada waktu 24 jam Vo = 50 Vi = 49 F = 0,98 artinya memenuhi syarat dan dapat di
absopsi di kulit.
10. Uji Penentu Tipe Emulsi
Dilakukan untuk menetukan tipe yang dibuat. Dilakukan diobjek glas yang ditetesi
dengan methylen blue berwarna biru dan diobjek glass di tetesi dengan sudan III
berwarna merah. Pada emulsi ini menghasilkan tipe emulsi M/A karena pada
methylen blue warna birunya merata.
11. Uji Viskositas
Tujuan untuk mengetahui tingkat kekentalan suatu emulsi, dengan hasil yang didapet
memenuhi syarat tidak mudah mengalami pemisahan dan kekentalan yang sehingga
kesabilannya dan memiliki sifat alir yang baik bagus diabsopsi oleh tubuh. Sifat alir
yang didapatkan yaitu tiksotropik karena kurva menurun berada disebelah kiri dari
kurva yang menaik yang menunjukan bahan tersebut mempunyai konsistensi lebih
rendah pada setiap harga rate of shear pada kurva yang menurun dibandingkan pada
kurva yang menaik.
12. Uji Ukuran Partikel
Tujuanya untuk melihat apakah terdapat ukuran partikel obat yang terlalu kasar atau
tidal dalam sediaan emulsi ini menggunakan mikroskop. Hasil evaluasi ukuran
partikel ini didapatkan hasil ukuran partikel dengan rata-rata 20,8. Hal ini
menunjukan sediaan yang dibuat tidak memenuhi syarat karena kurva yang di
hasilkan tidak membentuk lonceng.
13. Uji PH
Tujuannya untuk mengetahui keamanan sediaan emulsi saat digunakan. Hasil yang
didapat sediaan dengan PH 5,5 artinya memenuhi syarat karena PH kulit 4,5-6,5 maka
tidak menimbulkan iritasi pada kulit dan efek farmakologinya akan didapatkan yang
sesuai.
14. Uji Daya Sebar
Pengujian daya sebar bertujuan untuk mengetahui kemampuan sediaan menyebar
sehingga dapat dilihat kemudahan pengolesan ke kulit. Sediaan yang bagus dapat
menyebar dengan mudah di tempat aksi tanpa menggunakan tekanan. Hasil yang
didapatkan yaitu 5,75 artinya sediaan memenuhu syarat, karena syarat daya sebar
topical sekitar 5 -7 cm, sehingga emulsi dapat memberikan efek yang diinginkan dan
dapat menyebar merata pada saat penggunaan.
X. KEMASAN, ETIKET DAN BROSUR
b. Kemasan

Komposisi : Komposisi :

Castor oil, span 80, tween 80,


OLERICINI HPMC, nipasol, nipagin, propilen
glikol, bht, oleum rosae dan OLERICINI
Castor oil, span 80, tween 80 ,
HPMC, nipasol, nipagin, propilen
EMULSI glikol, bht, oleum rosae dan
aquadest EMULSI
aquadest

Aturan Pakai : Kontraindikasi :

ALIS & BULU MATA : Gunakan Tidak boleh digunakan oleh wanita
aplikator dan oleskan tipis pada alis hamil.
dan bulu mata.
Efek Samping :
LAINNYA : Gunakan beberapa
tetes dan pijat lembut pada kulit Reaksi iritasi dan alergi.
kepala / kuku.
Perhatian :
Kegunaan :
Hanya untuk pemakaian luar, jika
Sebagai perawatan alami untuk terjadi iritasi hubungi dokter.
membantu menjaga kesehatan kulit
dan rambut.
KETERANGAN LEBIH LENGKAP
Netto : 60 mL Penyimpanan : Netto : 60 mL
LIHAT BROSUR
Simpan ditempat sejuk dan kering,
Diproduksi oleh: hndari cahaya matahari langsung. Diproduksi oleh:
PT. PANCA FARMA PT. PANCA FARMA
No Reg : NA214412332A1
Jakarta-Indonesia No Batch : 12C1223 Jakarta-Indonesia
Mfg Date : Juli 21
Exp Date : Juli 23
c. Etiket

Komposisi
Castor oil, span 80, tween 80, HPMC, nipasol, nipagin, propilen
glikol, bht, oleum rosae dan aquadest

OLERICINI Kegunaan
EMULSI Sebagai perawatan alami untuk membantu menjaga
Kesehatan kulit dan rambut.
Cara Pakai
Alis & Bulu Mata : Gunakan aplikator dan oleskan tipis
pada alis dan bulu mata.
Lainnya : Gunakan beberapa tetes dan pijat lembut pada
kulit kepala/kuku.
Penyimpanan
Simpan ditempat sejuk dan kering, hindari cahaya
matahari langsung.

HANYA UNTUK PEMAKAIAN LUAR

Netto : 60 mL
No Reg : NA214412332A1

Diproduksi oleh: No Batch : 12C1223


PT. PANCA FARMA Mfg Date : Juli 21
Jakarta-Indonesia Exp Date : Juli 23
d. Brosur

OLERICINI
EMULSI
Komposisi :
Castor oil, span 80, tween 80, HPMC, nipasol, nipagin, propilen glikol,
bht, oleum rosae dan aquadest

Indikasi :
Sebagai perawat alami untuk membantu menjaga kesehatan kulit.

Aturanpakai :
ALIS & BULU MATA : Gunakanaplikator dan oleskan tipis padaalis
dan bulumata.
LAINNYA : Gunakan beberapa tetes dan pijat lembut pada kulit kepala
/ kuku.

Kontraindikasi :
Tidak boleh digunakan oleh wanita hamil.

Efeksamping :
Reaksiiritasi dan alergi.

Perhatikan&Peringatan :
Hanya untuk pemakaian luar,jika terjadi iritasi hubungi dokter.

Penyimpanan :
Simpan di tempat kering dan sejuk, hindari cahaya matahari langsung.

Kamasan :
Botol isi 60 ml.

HANYA UNTUK PEMAKAIAN LUAR

No. Reg. : NA214412332A1


No. Batch : 12C1223
MFG Date : Juli 2021
Exp. Date : Juli 2023
XI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
No Evaluasi uji Syarat Hasil Keterangan
1. Uji Warna : Putih Warna : Putih Memenuhi syarat
Organoleptik Bau : lemah Bau : lemah
Bentuk : Semi solid Bentuk : Semi solid

2. Uji Sedimentasi Stabil Stabil Memenuhi syarat

3. Uji Penentu Methylen blue Memenuhi syarat


Tipe Emulsi berwarna biru
Sudan III berwarna
merah.
(M/A)
4. Uji Viskositas Sifat alir tiksotopik Sifat alir tiksotopik Memenuhi syarat
5. Uji Ukuran Berbentuk lonceng Tidak membentuk Tidak memenuhi
Partikel kurva lonceng syarat
6. Uji PH PH kulit 4,5-6,5 5,5 Memenuhi syarat
7. Uji Daya Sebat 5-7 cm 5,75 cm Memenuhi syarat

B. Saran
Dari pembuatan dengan cara kerja yang teratur dan benar akan menghasilkan uji
evaluasi yang baik atau memenuhi syarat.

XII. DAFTAR PUSTAKA


Ansel,Howard C and Loyd V.Allen.2014. Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and
Drug Delivery Systems Tenth Edition.USA:Wolters Kluwer.
Carstensen, J.T & C.T Rhodes., 2000, Drug Stability Principles and Practice, Marcel
Dekker.Inc, New York, USA.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1979. Farmakope Indonesia Ed III.
Jakarta:DEPKES.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2014. Farmakope Indonesia Ed V.
Jakarta:DEPKES.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2020. Farmakope Indonesia Ed VI.
Jakarta:DEPKES.
Lachman, L., & Lieberman, H. A., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri, UI Press,
Jakarta.
Rowe,Raymond C.Paul J Sheskey, Marian E Quin.2009. Hand book Of Pharmaceutical
Exipiented VI.USA:Pharmaceutical Press.
Sweetman, Stan. 2009. Martindale The Complete 36th ed. London: Pharmaceutical
Press.
Yuvita.2010.Efek Lama dan Suhu Pencampuran Terhadap Sifat Fisis dan Stabilitas
Emulsi Oral A/M Ekstrak etanol Buah Pare.Yogyakarta : Universitas Santa Dharma.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai