Kelas/Kelompok : B4
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2021
I. Tujuan Percobaan
1. Membuat salep dengan berbagai jenis basis
2. Mengamati pengaruuh basis terhadap karakteristik fisik dan pelepasan
bahan aktif
II. Teori Dasar
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar
salep yang cocok (Depkes.1979)
Salep (unguents) adalah preparat setengah padat untuk pemakaian luar yang
dimaksudkan untuk pemakaian pada mata dibuat khusus dan disebut salep mata.
Salep dapat mengandung obat atau tidak mengandung obat, yang disebutkan
terakhir bisanya dikatakan sebagai “dasar salep” (basis ointment) dan digunakan
sebagai pembawa dalam penyimpan salep yang mengandung obat.
Menurut Formularium Nasional, salep adalah sediaan berupa masa lembek,
mudah dioleskan, umumnya lembek dan mengandung obat, digunakan sebagai obat
luar untuk melindungi atau melemaskan kulit, tidak berbau tengik.
Menurut FI edisi IV, salep adalah sediaan setengah padat yang ditujukan untuk
pemakaian topikal kulit atau selaput lendir. Salep tidak boleh berbau tengik kecuali
dinyatakan lain, kadar bahan obat dalam salep mengandung obat keras narkotika
adalah 10 %.
Peraturan Pembuatan Salep Menurut F. Van Duin :
1. Peraturan salep pertama
Zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak, dilarutkan ke dalamnya,
jika perlu dengan pemanasan.
2. Peraturan salep kedua
Bahan bahan yang larut dalam air, jika tidak ada peraturan lain, dilarutkan
lebih dahulu dalam air, asalkan jumlah air yang dipergunakan dapat diserap
seluruhnya oleh basis salep dan jumlah air yang dipakai, dikurangi dari basis
salepnya.
3. Peraturan salep ketiga
Bahan-bahan yang sukar atau hanya sebagian dapat larut dalam lemak dan
air harus diserbukkan lebih dahulu, kemudian diayak dengan pengayak No.
60.
4. Peraturan keempat
Salep-salep yang dibuat dengan jalan mencairkan, campurannya harus
digerus sampai dingin.” Bahan-bahan yang ikut dilebur, penimbangannya
harus dilebihkan 10-20% untuk mencegah kekurangan bobotnya.
Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka salep harus bebas dari
inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembapan yang ada dalam
kamar.
Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi
lunak dan homogen. Sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi,
inflamasi dan ekskloriasi.
Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang paling mudah
dipakai dan dihilangkan dari kulit.
Dasar salep yang cocok yaitu dasar salep harus kompatibel secara fisika dan
kimia dengan obat yang dikandungnya. Dasar salep tidak boleh merusak
atau menghambat aksi terapi dari obat yang mampu melepas obatnya pada
daerah yang diobati.
Terdistribusi merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep
padat atau cair pada pengobatan.
Lembut, mudah dioleskan serta mudah melepaskan zat aktif.
1) Dasar salep hidrokarbon, dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep
berlemak antar lain vaselin putih dan salep putih. Hanya sejumlah kecil
komponen berair dapat dicampurkan ke dalamnya. Salep ini dimaksud untuk
memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai
pembalut penutup.
Dasar salep hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien, dan sukar
dicuci, tidak mengering dan tidak tampak berubah dalam waktu lama
Contoh dasar salep hidrokarbon, yaitu:
- Vaselin putih atau vaselin kuning
- Campuran vaselin yaitu malam putih atau malam kuning
- Parafin cair dan parafin padat
2) Dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dasar salep ini adalah emulsi
minyak dalam air antara lain salep hidrofilik dan lebih tepat disebut “krim”.
Dasat ini dinyatakan juga sebagai “dapat dicuci dengan air” karena mudah
dicuci di kulit atau dilap basah, sehingga dapat diterima untuk dasar
kosmetik beberapa bahan obat dapat menjadi lebih efektif menggunakan
dasar salep ini daripada dasar salep hidrokarbon. Keuntungan lain dari dasar
salep ini adalah dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan
yang terjadi pada kelainan dermatologik.
Contoh dasar salep yang dapat dicuci dengan air, yaitu :
- Dasar salep emulsi MIA seperti vanishing cream
- Emulsifying quitment B.P
- Hydrophilic qitment dibuat dari minyak mineral, stearyalcohol mayri 52
( emulgator tipe M/A)
3) Dasar salep serap, dasar salep serap ini dapat dibagi dalam 2 kelompok.
Kelompok pertama terdiri atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air
membentuk emulsi air dalam minyak (parafi hidrofilik dan lanolin anhidrat),
dan kelompok ke 2 terdiri atas emulsi air dalam minyak yang dapat
bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan (lanolin). Dasar salep
serap juga dapat bermanfaat sebagai emolien.
Contoh dasar salep serap, yaitu dapat menyerap air yang terdiri:
- Adeps lanae
- Unguenta simpleks
- Hidrofilic fetrolerlum
4) Dasar salep larut dalam air, kelompok ini disebut juga “dasar salep tak
berlemak” dan terdiri dari konstituen larut air. Dasar salep jenis ini
memberikan banyak keuntungan seperti dasar salep yang dapat dicuci
dengan air dan tidak mengandung bahan yang tak larut dalam air seperti
parafin, lanolin anhidrat atau malam.
Contoh dasar salep larut dalam air
- Polyethaleneggropl Qintment USP
- Ciagacant
- PGA
III. Data Preformulasi
A. Bahan aktif
Kloramfenikol (Farmakope Indonesia V hal 684)
Bobot molekul : 323,13
Rumus molekul : C11H12C12N2O5
Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng
memanjang putih, kekuningan larutan praktis netral terhadap lakmus P
Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol,
dalam propilen glikol
Dosis : Dalam salep 1% (DI 2010 hal 233-227)
Stabilitas : Stabil pada suhu kamar dan pH 2-7 pada suhu
25°C
pH : 4,5 – 7,5
Khasiat : Antibiotik
Struktur molekul :
BAHAN KONSENTRASI
Chloramphenicol 1%
PEG 400 25%
PEG 4000 75%
V. Perhitungan dan Penimbangan
Perhitungan Kloramfenikol : 1/100 x 300 gram = 3 gram
Penimbangan
BAHAN TEORITIS PRAKTEK
• Bahan
1) Kloramfenikol
2) PEG 400
3) PEG 4000
VII. Pembuatan
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang masing – masing bahan obat yang akan digunakan
3. Dibuat basis salep dengan cara PEG 400 dan PEG 4000 dilebur pada cawan
penguap di atas waterbath ad melebur
4. Kloramfenicol digerus di dalam mortir ad halus
5. Ditambahkan basis yang sudah dilebur secara sedikit demi sedikit digerus ad
homogen
6. Ditimbang 10 gram lalu dimasukkan kedalam tube, diberi etiket dan kemasan
7. Sisa salep digunakan untuk uji evaluasi
FORMULA HOMOGENITAS
Perhitungan 𝝅 :
1. 𝝅= 48 × 2500 = 120000 cps
2. 𝝅= 52,5 × 3500 = 183000 cps
3. 𝝅= 55 × 3000 = 165000 cps
4. 𝝅= 62 × 3000 = 180000 cps
5. 𝝅= 48 × 2500 = 12000 cps
Perhitungan F :
1. F = 48 × 673,7 = 32337,6 dyne/cm2
2. F = 52,5 × 673,7 = 35369,25 dyne/cm2
3. F = 55 × 673,7 = 37053,5 dyne/cm2
4. F = 62 × 673,7 = 41769,4 dyne/cm2
5. F = 48 × 673,7 = 32337,6 dyne/cm2
4. Uji Daya Sebar (Buku pelajaran Teknologi Farmasi, R. Voight hal 350 – 352)
Cara :
1. Ditimbang 1 g sediaan
2. Diletakkan pada pusat diameter lempeng kaca, ditutup dengan lempeng
kaca
3. Diamkan selama 1 menit, diukur diameter penyebaran sediaan
4. Ditambahkan beban diatas permukaan kaca
5. Diamkan selama 1 menit, diukur diameter penyebaran sediaaan
6. Diulangi 4-5x dengan penambahan beban sampai diameter sudah tidak
bertambah lagi
Syarat : Daya sebar sediaan topical sekitar 5 -7 cm.
IX. Pembahasan
Pada praktikum salep ini, digunakan zat aktif Cloramphenikol yang
merupakan suatu antibiotic yang memiliki pH antara 4,5 – 7,5. Kemudian ada
basis salep yakni PEG 4000 dan PEG 400 yang merupakan bahan tambahan
yang mempunyai kegunaan sebagai pelarut yang dapat meningkatkan
penyebaran obat didalam tubuh manusia, juga karena mudah dihilangkan dari
kulit dengan dicuci air.
Pada proses pembuatan, mengikuti peraturan-peraturan pembuatan salep
yakni : (1) Zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak, dilarutkan ke
dalamnya, jika perlu dengan pemanasan. (2) Bahan yang larut dalam air,
dilarutkan lebih dahulu dalam air, asalkan jumlah air yang dipergunakan
dapat diserap seluruhnya oleh basis salep dan jumlah air yang dipakai,
dikurangi dari basis salepnya. (3) Bahan-bahan yang sukar atau hanya
sebagian dapat larut dalam lemak dan air harus diserbukkan lebih dahulu,
kemudian diayak dengan pengayak No. 60. (4) Salep-salep yang dibuat
dengan jalan mencairkan, campurannya harus digerus sampai dingin.”
Bahan-bahan yang ikut dilebur, penimbangannya harus dilebihkan 10-20%
untuk mencegah kekurangan bobotnya.
Setelah proses pembuatan berakhir dilakukan uji evaluasi, diantaranya
adalah Uji Organoleptik yang bertujuan untuk melihat tampilan fisik
sediaan. Pada uji ini didapatkan bentuk yakni berbentuk semi padat tidak
terlalu keras, berwarna putih, dan berbau ester.
Kemudian dilakukan Uji Homogenitas yang bertujuan untuk mengetahui
kehomogenan zat aktif dalam basis, sehingga tiap salep digunakan dosis
yang sama. Selain itu, uji ini juga untuk melihat apakah masih ada partikel
obat yang terlalu kasar yang dapat menimbulkan iritasi pada kulit.
Homogenitas ini juga dapat dipengaruhi oleh factor penggerusan yang
dilakukan saat pembuatan. Pada uji ini, formula salep Kloramfenikol ini
menunjukan hasil yang homogen. Juga dapat dilihat di atas kaca objek, tidak
terlihat adanya partikel-partikel besar yang membuat salep terasa kasar saat
digunakan.
Setelah itu ada Uji Viskositas, yang bertujuan untuk mengetahui daya air
atau kekentalan dari salep tersebut. Pada pengujian ini, didapatkan hasil
yang tidak terlalu kental. Yang berarti hampir memenuhi persyaratan Uji
Evaluasi yang dimana syaratnya yaitu tidak terlalu kental dan tidak terlalu
cair.
Kemudian pada Uji Evaluasi Daya Sebar, pengujian ini bertujuan untuk
mengetahui kelunakan massa salep sehingga dapat dilihat kemudahan dalam
pengolesan sedian salep/pemerataan salep pada saat pengaplikasian salep
tersebut ke kulit. Sediaan salep yang baik dapat menyebar dengan mudah
pada saat diaplikasikan ke kulit tanpa menggunakan tekanan. Pada uji ini,
didapatkan hasil yang tersebar merata, hal ini menunjukan bahwa hasil Uji
ini memenuhi syarat.
Uji terakhir pada sediaan ini adalah Uji pH yang merupakan salah satu
bagian dari kriteria pemeriksaan sifat fisik dalam memprediksi kestabilan
sediaan salep. Syarat dalam Uji pH ini adalah 4,5 – 6,5. Hasil uji sediaan ini
memiliki pH 5 yang berarti bahwa sediaan telah memenuhi persyaratan.
A. Kesimpulan
No. Evaluasi Hasil Syarat Keterangan
1. Uji Bau : Ester Bau : tidak bau tengik Memenuhi
organoleptik Bentuk : semi padat Bentuk : semi padat syarat
Warna : putih Warna : putih
kekuningan
2. Uji Homogen Homogen Memenuhi
homogenitas syarat
3. Uji viskositas Sedikit kental, tidak Tidak kental, tidak cair Hampir
cair memenuhi
syarat
4. Uji daya sebar Tersebar merata Tersebar merata Memenuhi
syarat
5. Uji pH 5 4,5 – 6,5 Memenuhi
syarat
B. Saran
Dalam proses pembuatan, harus mempertimbangkan karakteristik, konsentrasi,
dan interaksi dari masing – masing bahan – bahan yang digunakan dan harus
mampu merancang dan membuat prosedur kerja yang sebaik mungkin sesuai
ketentuan, agar sediaan yang dibuat dapat memenuhi syarat.