Virus H1N1
December 3, 2010 sangayuudara Leave a comment Go to comments
Menurut Wikipedia, mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan
membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk
menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Mencuci tangan dengan sabun dikenal
juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan
seringkali menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari
satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung ataupun kontak tidak langsung.
Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan binatang, ataupun cairan
tubuh lain (seperti ingus, dan makanan atau minuman yang terkontaminasi saat tidak dicuci
dengan sabun dapat memindahkan bakteri, virus, dan parasit pada orang lain yang tidak sadar
bahwa dirinya sedang ditularkan.
1. Diare, penyakit diare menjadi penyebab kematian kedua yang paling umum untuk
anak-anak balita. Sebuah ulasan yang membahas sekitar 30 penelitian terkait
menemukan bahwa cuci tangan dengan sabut dapat meminimalisasi angka penderita
diare hingga separuh.
2. Infeksi saluran pernapasan. Merupakan penyebab kematian utama untuk anak-anak
balita. Mencuci tangan dengan sabun mengurangi angka infeksi saluran pernapasan
ini dengan dua langkah, yaitu dengan melepaskan patogen-patogen pernapasan yang
terdapat pada tangan dan permukaan telapak tangan dan dengan menghilangkan
patogen (kuman penyakit) lainnya (terutama virus entrentic).
3. Infeksi cacing, infeksi mata dan penyakit kulit. Penelitian juga telah membuktikan
bahwa selain diare dan infeksi saluran pernapasan penggunaan sabun dalam mencuci
tangan mengurangi kejadian penyakit kulit, infeksi mata seperti trakoma, dan
cacingan khususnya untuk ascariasis dan trichuriasis.
4. SARS, Influenza, Avian Flu, bahkan A-H1N1
Menghentikan penyebaran kuman adalah cara terbaik untuk mencegah infeksi SARS,
influenza, avian flu bahkan A-H1N1. Penting diingat, influenza menyebar dari manusia ke
manusia dengan cara cepat sekali melalui batuk maupun bersin yang tersebar dari orang yang
terinfeksi.
Mekanisme virus H1N1 yang menyerang sistem respirasi manusia pada dasarnya melalui
beberapa tahapan yang membentuk siklus, yaitu:
1. Perlekatan
2. Penetrasi
3. Endositosis
4. Pelepasan materi genetik
5. Transkripsi
6. Perakitan
7. Pelepasan
Tahapan perlekatan merupakan tahapan awal mula virus masuk kedalam sel. Tahapan ini
melibatkan reseptor sel inang (Reseceptor Binding Site/RBS). Reseptor sel yang berperan
dalam infeksi virus flu tersusun atas glikoprotein atau glikolipid yang mengandung gugus
terminal sialyl-galactosyl [Neu5Ac(α 2,3)Gal] atau [Neu5Ac(α 2,6)Gal]. Kedua reseptor
tersebut biasanya disebut α 2,3 asam sialat/sialic acid atau α 2,6 asam sialat atau sialic acid
(Thomson et al., 2006).
Pada virus avian influenza (AI), haemaglutinin virus cenderung berikatan dengan α 2,3 asam
sialat sedangkan virus flu manusia berikatan dengan α 2,6 asam sialat. Pada babi ditemukan
dua jenis reseptor yaitu α 2,3 asam sialat dan α 2,6 asam sialat. Hal ini dapat menimbulkan
adanya kemungkinan rearsosi genetik (mixing vesel) antara virus influenza antara unggas
dengan virus asal manusia pada tubuh babi.
Setelah haemaglutinin virus H1N1 berikatan dengan RBS sel inang (hospes), maka virus
akan masuk melalui fusi envelope virus dengan membran endosomal sel inang. Proses ini
memerlukan bantuan protease sel inang untuk mengaktivasi prekusor hemaglutinin (HAo)
menjadi fragmen 1 (HA1) dan fragmen 2 (HA2) yang dapat menyebabkan virus melepaskan
ribonukleoproteinnya ke dalam sel inang, akibatnya akan terjadi replikasi di dalam sel inang.
Tahapan selanjutnya adalah pelepasan materi genetik yang kemudian diikuti dengan proses
transkripsi menjadi RNAm (RNA messenger) yang siap untuk ditranslasi menjadi bagian-
bagian tubuh virus. Tahapan ini membutuhkan mekanisme kaskade yang melibatkan protein
kinase, yaitu ERK 1/2 (Extracellulear-signal Regulated Kinase 1 dan 2 melalui jalur Ras–
Raf–MEK–ERK. ERK ini berperan dalam tahap akhir replikasi virus, yaitu pada saat
pengiriman ribonukleoprotein (RNP) yang telah direplikasi di nukleus sel inang ke sitosol
pada saat fase perakitan. Bagian virus H1N1 yang mengaktivasi ERK adalah hemagglutinin
(HA) yang terakumulasi di membran sel pada tahap perakitan. Hemagglutinin menempel
pada Lipid Rafts dan kemudian mengaktivasi kaskade ERK melalui PKC (Protein Kinase C).
Kondisi ini akan mempercepat pertumbuhan virus H1N1 melalui proses transkripsi gen.
Usai mengalami perakitan virus H1N1, maka virus tersebut akan dilepaskan melalui proses
penguncupan (budding) yang selanjutnya akan menginfeksi sel-sel yang lain.
Dalam hal ini, yang paling bertanggung jawab dalam infeksi virus H1N1 dari manusia ke
manusia adalah tangan serta udara. Hal ini dikarenakan penyakit yang menyebar di antara
babi melalui udara serta sentuhan baik dengan secara langsung maupun tidak langsung
dengan babi pembawa virus ini cenderung tinggi pada populasi babi namun kadar kematian
akibat penyakit ini rendah di kalangan babi yaitu antara 1% sampai dengan 4 %. Keadaan
yang demikian memungkinkan virus-virus tersebut saling bercampur dan memunculkan
strain virus baru dari beberapa sumber (reassortant virus). Hal inilah yang antara lain
membuat virus selesma babi yang normalnya spesifik dan hanya menjangkiti babi dan boleh
menembus batas spesies dan menyebabkan kesakitan pada manusia (Amizax, 2009).
Menurut dr. Salma Oktaria (2008) saat ini peneliti sedang mengembangkan vaksin untuk
virus strain baru ini. Namun, pada kelompok individu tertentu, dianjurkan emberian obat
antivirus di atas sebagai profilaksis (pencegahan) infeksi, baik sebelum atau sesudah kontak.
Kelompok individu tersebut, antara lain:
Orang dengan risiko tinggi komplikasi influenza yaitu orang dengan penyakit kronik
atau orang tua yang kontak dengan pasien yang dicurigai atau terdiagnosis terkena
infeksi flu babi.
Anak sekolah yang memiliki risiko tinggi komplikasi influenza yang mengalami
kontak erat (face-to-face) dengan pasien yang dicurigai atau terdiagnosis terkena
infeksi flu babi.
Pelancong ke Meksiko yang memiliki risiko ringgi komplikasi influenza (orang
dengan penyakit kronik atau orang tua).
Petugas medis yang memiliki kontak dengan pasien yang dikonfirmasi terkena infeksi
flu babi tanpa proteksi.
Penelitian tentang Pentingnya Cuci Tangan dalam Pencegahan Penyakit Infeksi H1N1