Anda di halaman 1dari 5

Nama : Saviera Fidela Arawinda

Kelas/No : XI MIPA 1/28

Kaleidoskop Pilpres 2019, Pertarungan Panjang yang Dimenangkan


Jokowi

Hiruk pikuk dan tingginya tensi politik mewarnai hampir sepanjang 2019. Pada tahun ini,
pemilihan umum serentak, yaitu pemilihan DPRD, DPD, DPR dan Pemilihan Presiden atau
Pilpres 2019 digelar. Syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden diatur dengan
UUD NRI Tahun 1945.

Energi masyarakat tersedot ke pemilihan presiden. Inkumben Joko Widodo atau Jokowi
kembali maju dan berhadapan dengan rival lamanya, Prabowo Subianto.

Keduanya menggandeng pasangan yang berbeda dari pertarungan lima tahun sebelumnya,
Jokowi menggandeng sosok ulama Ma'ruf Amin, sementara Prabowo menggandeng Sandiaga
Uno.

Berikut perjalanan Pilpres 2019 yang dimenangkan pasangan Jokowi - Ma'ruf Amin. Ini jadi
bagian pertama dari Kaleidoskop 2019.
1. Jokowi Pilih Ma'ruf Amin

Sempat terjadi drama saat penunjukan cawapres pendamping Jokowi. Keputusan berubah
sejam sebelum pengumuman cawapres. Mahfud Md yang semula sudah sesumbar menjadi
cawapres, tersingkir di menit-menit terakhir.

Jokowi mengumumkan telah memilih Ma'ruf Amin. "Kami saling melengkapi, nasionalis-
religius," ujar Jokowi saat mengumumkan pilihannya kepada
wartawan di Restoran Plataran Menteng, Jakarta pada Kamis malam, 9 Agustus 2018.
Dalam pembicaraan di antara para pemimpin partai koalisi Jokowi sebelumnya, mereka
bersepakat bahwa calon wakil Jokowi pada 2019 adalah tokoh
yang tak akan maju sebagai calon presiden pada 2024. Sepeninggal Jokowi, partai koalisi ingin
peluang bagi mereka untuk mengusung calon sendiri terbuka lebar. Calon wakil presiden pada
2019, bila kelak terpilih, berpeluang besar menjadi presiden selanjutnya.

2. Erick Thohir Gawangi Tim Kampanye Jokowi

Setelah mendaftar sebagai calon presiden ke KPU pada 10 Agustus 2018, butuh waktu hampir
sebulan bagi Jokowi untuk memutuskan nakhoda tim kampanyenya. Sejumlah sumber Tempo
menyebut, Jokowi sempat meminta jurnalis Najwa Shihab dan Founder Gojek Nadiem
Makarim untuk memimpin tim kampanye nasional. Namun, keduanya menolak.

Pilihan akhirnya jatuh pada Erick Thohir, yang kini menjadi Menteri BUMN. Jokowi, menurut
para sumber itu, terkesan oleh prestasi Erick menyelenggarakan Asian Games 2018.
Pembukaan yang meriah serta banjir pujian dari berbagai negara, membuat Jokowi kesengsem
terhadap Erick. Bos Mahaka Group itu pun menerima pinangan Jokowi.

3. Elektabilitas Jokowi Mandek, Ma'ruf Amin Tak Membantu

Sejak pasangan Jokowi-Maruf mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum pada 10 Agustus


2018, elektabilitasnya cenderung mandek. Tak ada lembaga survei yang menyebutkan
tingkat keterpilihannya berada di kepala enam. Sedangkan Prabowo-Sandiaga justru
merangkak naik meski tipis.

Empat bulan menjadi calon wakil presiden, Ma'ruf Amin dianggap tak mendongkrak tingkat
keterpilihan Jokowi. Survei menunjukan, tak semua kalangan Islam menerima Ma'ruf. Latar
belakangnya sebagai pengurus Nahdlatul Ulama membuatnya tertatih-tatih mendekati
Muhammadiyah, yang juga memiliki suara besar.

4. Tim Bayangan Bekerja di Darat dan Udara

Jokowi terus memacu agar tim bekerja lebih keras. Upaya Jokowi mendongkrak elektabilitas
tak hanya dilakukan oleh tim resmi, tapi juga oleh sejumlah tim bayangan, seperti Cakra 19,
Bravo 5– kelompok purnawirawan yang dipimpin Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut
Binsar Pandjaitan- dan banyak "relawan".

Bahkan tim Jokowi juga didukung sejumlah peralatan canggih. Sumber di tim bayangan
Jokowi yang juga mengurus media sosial bercerita, di luar mesin Tim Kampanye, ada mesin
bernama "Corona" yang dikelola sekelompok ilmuwan.
Mesin ini bisa menghimpun berbagai informasi dalam berbagai bentuk: teks, audio, gambar,
atau video, dari dunia maya, lalu menganalisis sentimen positif atau negatif, kemudian
memprediksi efeknya terhadap Prabowo. Hasil kerja Corona diserahkan kepada tim Jokowi
setiap hari.

Meski didukung kecanggihan teknologi, tetap saja elektabilitas Jokowi-Ma'ruf tak meroket.


Wakil Ketua Tim Kampanye Jokowi-Ma'ruf, Eriko Sotarduga, mengatakan elektabilitas
pasangan itu sudah mentok. “Yang bisa dilakukan hanya
memaksimalkan dukungan yang sudah ada dan menarik undecided voters," ujarnya.

5. Palagan Merebut Tanah Jawa

Dengan jumlah penduduk paling banyak, Jawa menjadi kunci kemenangan bagi Paslon. Jumlah
pemilih di Pulau Jawa mencapai 110,68 juta atau 57,39 persen dari total 192,828 juta pemilih
di dalam negeri. Pasangan yang unggul di Jawa
hampir pasti memenangi pemilihan presiden.

Di tiga provinsi dengan pemilih terbanyak, yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah,
dua kubu merangsek ke kantong suara lawan. Jokowi tak ingin mengulangi kekalahan telak di
Jawa Barat pada 2014, sedangkan Prabowo-Sandi berupaya
menggedor Jawa Tengah, yang menjadi kandang partai banteng, PDI Perjuangan. Di Jawa
Timur, dua seteru berupaya merebut restu kiai dan menguasai titik-titik vital, yaitu Tapal
Kuda, Mataraman, dan Madura.

6. Jokowi Menang Pemilu Berkat Koalisi Abang-Ijo

Usai melewati lima kali debat capres-cawapres dan sembilan bulan masa kampanye, Jokowi
memenangkan hasil hitung cepat Pilpres 2019. Perolehan suara di Jawa Tengah dan Jawa
Timur menjaga keunggulan Jokowi secara nasional, meski Prabowo merebut tiga provinsi yang
dimenangi inkumben pada 2014, yakni Jambi, Kepulauan Riau, dan Sulawesi Selatan, serta
menang besar di basis lamanya, seperti Jawa Barat, Banten, Sumatera Barat, dan Aceh.

Selisih suara yang lebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur serta banyaknya jumlah pemilih di
sana menjadi faktor kemenangan Jokowi. Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional, Arsul Sani,
mengatakan keunggulan Jokowi yang tebal di dua provinsi itu berkat kolaborasi kelompok
abangan dan para santri nahdliyin.

"Koalisi abang-ijo solid," ujar Arsul. Abangan diasosiasikan dengan kelompok nasionalis,
sedangkan ijo merujuk pada kalangan santri. Jawa Tengah juga dikenal sebagai basis Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan, penyokong utama Jokowi.
6. Kubu Prabowo Tak Terima Kekalahan, Terjadi Rusuh 22 Mei

Setelah Komisi Pemilihan Umum mengumumkan hasil penghitungan suara pada 21 Mei
dinihari, sejumlah pendukung Prabowo turun ke jalan. Mereka mendesak Badan Pengawas
Pemilu menyatakan terjadi kecurangan. Unjuk rasa kemudian berujung rusuh dan
menyebabkan sembilan orang tewas. Jakarta mencekam.

Pada 23 Mei 2019, Wakil Presiden Jusuf Kalla bertemu Prabowo Subianto di Hotel
Dharmawangsa, Jakarta Selatan. Kalla meminta Prabowo mengontak para pendukungnya agar
tak turun lagi ke jalan. “Di depan saya, beliau menelepon semua orangnya untuk menghentikan
semua aksi," kata Kalla pada Selasa, 4 Juni 2019.

7. Prabowo Menggugat ke MK dan Kalah

Usai kerusuhan berhasil diredam, Prabowo-Sandiaga menggugat ke Mahkamah Konstitusi


(MK). Namun, akibat kurangnya bukti, gugatan Prabowo-Sandiaga kalah. Kamis, 27 Juni
2019, Ketua Majelis Hakim Konstitusi Anwar Usman mengetok palu menolak gugatan Paslon
nomor urut 02 itu.

Kekalahan di Mahkamah Konstitusi sebetulnya sudah diprediksi jauh-jauh hari oleh Sandiaga
Uno. Menurut Sandi, Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga menyiapkan gugatan
tersebut secara kilat. "Kemungkinan (menang) ke Mahkamah Konstitusi sangat kecil," ujar
Sandi.

8. Rekonsiliasi Jokowi-Prabowo

Usai sidang MK, Jokowi mengupayakan rekonsiliasi dengan bekas penantangnya itu. Tiga
jenderal diutus menemui Prabowo, mereka adalah Jenderal TNI (Purnawirawan) Luhut Binsar
Panjaitan, Jenderal TNI (Purnawirawan) Moeldoko, dan Jenderal Polisi (Purnawirawan) Budi
Gunawan.

Dari tiga jenderal utusan tersebut, Budi Gunawan yang berhasil mencetak gol dan
menghasilkan pertemuan antara Jokowi dan Prabowo di Stasiun MRT Lebak Bulus pada Sabtu,
13 Juli 2019.

"Pak BG yang mencetak gol. Dia yang mendribel bola dan mengegolkan ke gawang yang
selama ini tidak bobol," ujar Sandiaga Uno seperti dikutip dari Majalah Tempo edisi 22-28 Juli
2019.

Menurut Sandi, Prabowo dan Budi Gunawan bertemu beberapa kali untuk mencapai
kesepakatan. Salah satunya di Bali. Tapi Sandiaga tak mengetahui persis isi pertemuan
tersebut. Yang jelas, kata Sandiaga, "Pak BG bisa menjawab dengan konkret apa yang
diinginkan Pak Prabowo." Karena itulah, menurut Sandiaga, pertemuan Jokowi dan Prabowo
terealisasi.

Pascakerusuhan 21-22 Mei dan banyak pendukung Prabowo-Sandi yang dicokok polisi, ujar
Sandi, Prabowo juga bertemu dengan Budi Gunawan. Wakil Ketua Umum Partai Gerindra
Sufmi Dasco Ahmad yang mempertemukan keduanya di bilangan Kebayoran Baru pada Senin,
27 Mei 2019. Ketika itu, Prabowo meminta para pendukungnya tak ditahan. Dasco kemudian
mengajukan diri sebagai penjamin pendukung pasangan 02 yang ditahan. Sebanyak 130
pendukung Prabowo-Sandi akhirnya dilepaskan polisi.

Kini, Jokowi dan Prabowo telah benar-benar rekonsiliasi. Prabowo masuk ke dalam Kabinet
Indonesia Maju sebagai Menteri Pertahanan. Selain Prabowo, Wakil Ketua Umum Gerindra
Edhy Prabowo juga masuk ke kabinet Jokowi sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan.

PERTANYAAN

Syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden diatur dengan . . .

A. Ketetapan MPR

B. Keputusan MPR

C. UUD NRI Tahun 1945

D. Undang-undang

E. Keputusan menteri

Anda mungkin juga menyukai