vi. waktu pelaksanaan pekerjaan pondasi mengikuti jadwal kerja pelaksanaan pekerjaan pondasi
batu belah.
vii. pada pelaksanaan pekerjaan pondasi batu belah disediakan tempat dudukan untuk pengecoran
kaki kolom praktis, yang nantinya diintal/dirangkai menyatu dengan sloof 15/15
c) Pasangan Dinding ½ Bata Trasram 1PC : 3PS
Pasangan trasram dengan adukan 1 pc : 3 ps dilaksanakan untuk pasangan bata trasram setinggi 20
cm keliling bangunan dan 150 cm pada bangunan KM/WC. Sebelum pasangan bata trasram
dilakukan, bata disiram (dibasahi) lebih dahulu hingga jenuh agar tidak menyerap/mengurangi kadar
air dari mortal/adukan pasangan.
Pekerjaan pasangan dinding ½ bata trasram dilakukan di atas lapisan adukan mortal dan diketok ke
tempatnya hingga kuat meneruskan sloof 15/20. Pekerjaan ini dilakukan menggunakan campuran
spesi 1pc : 3ps. Pasangan bata trasram sesuai spesifikasi teknis yang telah ditentukan dengan
dimensi/elevasi pasangan sesuai gambar kerja yang telah mendapat persetujuan Direksi.
d) Pasangan Dinding ½ Bata 1PC : 5PS
Pekerjaan pasangan dinding ½ bata dilakukan di atas lapisan adukan mortal dan diketok ke
tempatnya hingga kuat meneruskan pasangan bata trasram. Pekerjaan ini dilakukan menggunakan
campuran spesi 1pc : 5psr. Pasangan bata sesuai spesifikasi teknis yang telah ditentukan dengan
dimensi/elevasi pasangan sesuai gambar kerja yang telah mendapat persetujuan Direksi. Bahan yang
digunakan berupa batu bata bermutu baik dengan pembakaran sempurna, bebas dari cacat dan retak
serta mempunyai ukuran uniform. Pasir didatangkan menggunakan dump truck atau pick up, batu
bata didatangkan menggunakan truck pelat atau pick up, sedangkan untuk portland cement (PC)
menggunakan semen dengan daya pengikat awal cepat, yang dibeli dari distributor. Cara
pemasangan dinding bata merah dapat dijelaskan sebagai berikut:
Dibuat marking pada kolom sebagai tanda ‘’as’’ dari dinding.
Bata yang akan dipasang dibasahi (disiram) lebih dahulu agar tidak menyerap/mengurangi kadar
air dari spesi/adukan pasangan.
Bata dipasang selang seling, dimulai dari kolom struktural, agar tidak membentuk siar tegak yang
menerus, untuk mencegah keretakan dinding.
Setiap tinggi bata kurang lebih 100 cm atau lebih kurang 20 lapis, pasangan dinding dihentikan.
Selama proses pemasangan bata, vertikalitas dan kelurusan selalu dikontrol dengan
waterpass atau profil benang.
Pasangan bata dihentikan pada elevasi dasar balok untuk memberi kesempatan pengecoran.
Khusus untuk kolom yang bersifat struktural, dicor lebih dulu, baru pemasangan bata. Dalam hal
ini, untuk menjamin hubungan antara kolom dan dinding disediakan besi stek yang tertanam
dalam kolom setiap jarak 75-80 cm pada ’’as’’ pasangan dinding bata.
Peralatan yang digunakan adalah peralatan tukang batu berupa cepang, pacul, sekop, bak
pencampur, ember wadah mortal, ember untuk mengambil air dari tangki penampung air, dan
concrete mixer (molen) untuk pencampuran mortar.
Waktu pelaksanaan pekerjaan pasangan tembok bata sesuai dengan jadwal pelaksanaan.
Pasangan dinding bata yang berhubungan dengan kolom praktis dihentikan setelah bata mencapai
ketinggian 20 lapis atau 1 meter, kemudian terhadap kolom praktis dilakukan pengecoran setelah
sebelumnya disiapkan bekisting kolom praktis dari bahan kayu papan 2/20, yang dipasang mengapit
pasangan dinding bata pada sisi dinding bata menerus sloof 15/20 dengan pengaku bekisting dari
kawat bendrat dan bekisting kolom praktis pada persinggungan pasangan dinding bata serta
pengecoran kolom praktis yang bersinggungan dengan kusen. Pasangan dinding bata dilanjutkan
setelah bekisting kolom praktis dilepas minimal satu hari setelah dilakukan pengecoran.
e) Plesteran Dinding ½ Bata Trasram 1PC : 3PS
Seluruh siar dinding ½ bata trasram dikeruk sedalam lebih kurang 1 cm, dibuat cekungan untuk
mendapatkan perekatan plester. Tebal plesteran dinding maksimal 1,5 cm sesuai spesifikasi teknis
atau menurut gambar kerja. Sebelum pekerjaan plesteran dimulai, dinding bata disiram terlebih
dahulu sampai merata agar tidak menyerap/mengurangi kadar air dari mortar plesteran. Langkah
pertama sebelum pelaksanaan pekerjaan plesteran adalah membuat profil membentuk bidang
dengan tebal 1,5 cm atau sesuai petunjuk Direksi. Pembuatan profil ini dimaksudkan untuk
memudahkan kontrol dalam hal mendapatkan ketebalan plestreran dinding yang sama rata. Selain
membuat profil sebelum pekerjaan plesteran juga membuat kepalan, yaitu plesteran selebar kurang
lebih 3 cm (kepalan) untuk menjamin agar plesteran dapat rata, vertikal, dan horizontal, serta siku
pada pojok-pojoknya. Bidang-bidang yang dibatasi oleh kepalan, diberi komprotan tipis (mortal
plester), kurang lebih 5 sampai 10 mm, untuk menghindari penyusutan yang berlebihan. Plesteran
dimulai pelaksanaanya setelah kepalan berumur kurang lebih satu hari. Setelah plesteran setengah
kering, maka plesteran diratakan dengan menggunakan jidar aluminium, yang dijalankan menempel
pada kepalan yang ada. Setelah plesteran selesai, dicek kembali kerataanya, vertikallitasnya dengan
menyiapkan tempat penampungan air bisa berupa ember cor, ember bekas cat atau tempat lain
yang dapat digunakan untuk menampung air acian.
menyiram dinding yang akan diaci dengan air hingga basah, hal ini dimaksudkan agar nantinya
dinding tidak menyerap air semen.
pelan-pelan menaburkan bubuk semen menurut petunjuk Direksi atau dengan perbandingan 1 :
1 ke dalam air, cukup ditaburkan saja dan tidak boleh diaduk karena dapat menyebabkan semen
menggumpal dan cepat kering sehingga tidak dapat digunakan untuk acian dinding.
melaburkan bahan acian campuran semen yang sudah jadi ke permukaan dinding dengan
menggunakan alat cetok.
menghaluskan pekerjaan acian dengan kertas bekas zak semen sehingga permukaan benar-
benar rata dan halus.
diusahakan agar hasil acian dinding tidak cepat kering dengan cara menyiram air karena
pengeringan yang terlalu cepat dapat menyebabkan keretakan dinding.
pekerjaan acian dinding selesai, namun perlu menunggu beberapa waktu untuk melanjutkan ke
pekerjaan pengecatan.