ABSTRAK
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan suatu penyakit epidemik akut yang disebabkan oleh
virus yang ditransmisikan oleh Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Demam berdarah dengue
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam,
nyeri otot / nyeri sendi yang disertai ruam, trombositopenia dan diatesis hemoragik. Tujuan
penulisan diharapkan mahasiswa/i dapat memperoleh pengalaman nyata dalam memberikan
asuhan keperawatan pada anak dengan DBD. Metode penulisan adalah deskriptif dan
kepustakaan. Hasil dari karya tulis ilmiah ini adalah mahasiswa memperoleh gambaran tentang
asuhan keperawatan pada anak dengan DBD. Masalah keperawatan berupa: Resiko hipovolemia,
Defisit nutrisi, Resiko terjadi perdarahan dan ansietas.
Kata kunci: Demam berdarah dengue, Anak, Keseimbangan cairan.
ABSTRACT
Dengue hemorrhagic fever (DHF) is an acute epidemic disease caused by a virus transmitted by
the Aedes aegypti and Aedes albopictus. Dengue hemorrhagic fever (DHF) is infectious disease
caused by dengue virus with some symptoms include fever, joint and muscle pain, rash,
trombhocytopenia and bleeding diathesis. The purpose of writing is that students are expected to
get real-life experiences to provide nursing care for children with DHF. The methods of writing
are descriptive and literature. The result of the scientific paper is that students get an overview of
nursing care in children with DHF. The nursing diagnosis in case of An.A: Risk of fluid volume
deficit, Imbalance of nutrients less than body requirements, Risk of bleeding and anxiety.
Key words: Dengue hemorrhagic fever, Children, Fluid balance.
63
dan air sehingga terjadi hipovolemia. perdarahan lambung, melena, dan juga
Hipovolemia juga dapat disebabkan hematuria massif (Ngastiyah, 2014)
peningkatkan permeabilitas dinding
pembuluh darah menyebabkan Komplikasi
kebocoran plasma yang akhirnya tejadi Menurut Desmawati (2013), komplikasi
perlemahan sirkulasi sistemik sehingga yang dapat terjadi pada pasien DBD
perfusi jaringan menurun jika tidak adalah sebagai berikut: perdarahan
teratasi terjadi hipoxia jaringan. Adanya massif, syok, efusi pleura, penurunan
komplek imun antibodi – virus juga kesadaran, kematian.
menimbulkan agregasi trombosit
sehingga terjadi trombositopeni. Klasifikasi
Trombositopenia yaitu trombosit kurang Klasifikasi DBD menurut WHO (2011),
dari 100.000/ml. Ketiga hal tersebut yaitu :
menyebabkan perdarahan berlebihan 1. Derajat I tanda dan gejala demam, dan
yang jika berlanjut terjadi syok dan jika manifestasi perdarahan (Uji bendung
syok tidak teratasi terjadi hipoksia positif) dan tanda perembasan
jaringan dan akhirnya terjadi asidosis plasma.
metabolik. 2. Derajat II tanda dan gejala seperti
derajat I ditambah perdarahan
Manifestasi klinis spontan.
Penyakit DBD ditandai oleh demam 3. Derajat III tanda dan gejala seperti
mendadak tanpa sebab yang jelas disertai derajat I dan II ditambahkan
gejala lain seperti lemah, nafsu makan kegagalan sirkulasi (nadi lemah,
berkurang, muntah, nyeri pada anggota tekanan nadi ≤ 20 mmHg, hipotensi,
badan, punggung, sendi, kepala dan gelisah, diuresis menurun).
perut. Gejala-gejala tersebut menyerupai 4. Derajat IV tanda dan gejala syok
influenza biasa. Pada hari ke-2 dan ke-3 hebat dengan tekanan darah dan nadi
demam muncul bentuk perdarahan yang yang tidak terdeteksi.
beraneka ragam dimulai dari yang paling
ringan berupa perdarahan dibawah kulit Penatalaksaan
(petekie atau ekimosis), perdarahan gusi, 1. Terapi
epistaksis, sampai perdarahan yang a. Memenuhi kebutuhan cairan
hebat berupa muntah darah akibat
65
Guru SD, agama Islam, suku bangsa telah dilakukan seperti pemberian
Jawa. cairan asering 23 tpm dan pemberian
B. Resume ranitidin 25 mg. Pada tanggal 25
An.A (8 tahun) Klien datang ke IGD Februari 2019 dokter
RSUD Pasar Rebo pada tanggal 23 menginstrusikan untuk menurunkan
Februari 2019 pukul 14:05 WIB dosis cairan asering menjadi 17 tpm
dengan keluhan demam sejak hari dan menghentikan pemberian terapi
Rabu pada tanggal 20 Februari 2019 obat paracetamol. Hasil pemeriksaan
(demam hari ke 3). Klien tidak laboratorium pada tanggal 23
mimisan, gusi tidak berdarah dan Februari 2019 adalah HB 11,6 g/dl
tidak ada riwayat kejang, ibu (13,2-17,3 g/dl), Ht 34% (40-52%),
mengatakan An.A mual, nafsu makan eritrosit 4,2 juta/ul (4,4-5,9 juta/ul),
berkurang dan muncul bintik-bintik leukosit 5000 /ul (3800-10.000/ul),
merah. Diagnosa medis yang muncul trombosit 28.000 /ul (150.000-
adalah DBD derajat II. Saat di IGD, 450.000 /ul).
telah dilakukan tindakan keperawatan C. Pengkajian
seperti observasi keadaan umum, Klien mulai sakit sejak tanggal 20
observasi ttv dan pemeriksaan Februari 2019 sekitar jam 03.30 WIB
laboratorium. Sedangkan, tindakan dan mulai dirawat di rumah sakit
kolaborasi seperti pemasangan infus RSUD Pasar rebo semenjak tanggal
RA 500cc dan pemberian sanmol 250 23 Februari 2019 pukul 16.00 WIB.
mg. Pada tanggal 23 Februari 2019 Pada saat dikaji, tanggal 26 Februari
pukul 16:00 WIB klien dikirim ke 2019 keluhan utama klien saat ini
ruang anak Mawar RSUD Pasar adalah mual dan muncul bintik
Rebo. Saat diruangan, masalah merah. Terjadinya keluhan secara
keperawatan yang muncul adalah bertahap yang lamanya 3 hari. Faktor
hipertermi, hipovolemia dan resiko pencetus timbulnya penyakit yaitu
terjadinya perdarahan dan telah virus yang ditularkan melalui nyamuk
dilakukan tindakan keperawatan Aedes Aegypti. Upaya ibu untuk
seperti observasi keadaan umum, mengurangi adalah anak dibawa ke
observasi tanda-tanda vital dan IGD.
pemeriksaan laboratorium.
Sedangkan, tindakan kolaborasi yang 1. Pengkajian Fisik
71