Anda di halaman 1dari 20

62

Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Demam Berdarah Dengue

Sarah Tsabitha Natasha Bella1, Siti Nurhayati2


Akademi Keperawatan Pasar Rebo
Email: tashabella64@gmail.com
Jl. Tanah merdeka no. 16-18, Jakarta timur.

ABSTRAK
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan suatu penyakit epidemik akut yang disebabkan oleh
virus yang ditransmisikan oleh Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Demam berdarah dengue
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam,
nyeri otot / nyeri sendi yang disertai ruam, trombositopenia dan diatesis hemoragik. Tujuan
penulisan diharapkan mahasiswa/i dapat memperoleh pengalaman nyata dalam memberikan
asuhan keperawatan pada anak dengan DBD. Metode penulisan adalah deskriptif dan
kepustakaan. Hasil dari karya tulis ilmiah ini adalah mahasiswa memperoleh gambaran tentang
asuhan keperawatan pada anak dengan DBD. Masalah keperawatan berupa: Resiko hipovolemia,
Defisit nutrisi, Resiko terjadi perdarahan dan ansietas.
Kata kunci: Demam berdarah dengue, Anak, Keseimbangan cairan.

ABSTRACT
Dengue hemorrhagic fever (DHF) is an acute epidemic disease caused by a virus transmitted by
the Aedes aegypti and Aedes albopictus. Dengue hemorrhagic fever (DHF) is infectious disease
caused by dengue virus with some symptoms include fever, joint and muscle pain, rash,
trombhocytopenia and bleeding diathesis. The purpose of writing is that students are expected to
get real-life experiences to provide nursing care for children with DHF. The methods of writing
are descriptive and literature. The result of the scientific paper is that students get an overview of
nursing care in children with DHF. The nursing diagnosis in case of An.A: Risk of fluid volume
deficit, Imbalance of nutrients less than body requirements, Risk of bleeding and anxiety.
Key words: Dengue hemorrhagic fever, Children, Fluid balance.
63

Pendahuluan disertai ruam, trombositopenia dan


Demam Berdarah Dengue (DBD) diatesis hemoragik (Amin dan Hardi,
merupakan suatu penyakit epidemik akut 2015). DBD adalah suatu penyakit yang
yang disebabkan oleh virus yang di disebabkan oleh virus dengue arbovirus
transmisikan oleh Aedes aegypti dan yang masuk kedalam tubuh melalui
Aedes albopictus (WHO, 2011). gigitan nyamuk aedes aegypty (Suriadi
& Yuliani, 2010).
Asia Tenggara dan Pasifik Barat
menunjukkan 390 juta infeksi demam Etiologi
berdarah per tahun. Pada tahun 2013 di Penyebab penyakit DBD adalah virus
laporkan terdapat sebanyak 235 juta Dengue. Di Indonesia, virus tersebut
kasus di Amerika (WHO, 2014). Pada sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4
tahun 2017 di Indonesia kasus DBD serotipe virus Dengue yang termasuk
berjumlah 68.407 kasus, dengan jumlah dalam Grup B artharopediborne viruses
kematian sebanyak 493 orang. Pada arboviruses, yaitu DEN-1, DEN-2,
tahun 2017 kasus DBD di DKI Jakarta DEN-3, dan DEN-4 (Lestari, 2016).
berjumlah 3.350 kasus, dengan jumlah
kematian sebanyak 1 orang Patofisiologi
(Kementerian Kesehatan RI, 2018).. Menurut Marni (2016), Virus dengue
Berdasarkan data yang diperoleh dari masuk ke dalam tubuh lalu beredar
buku registasi ruang Mawar RSUD Pasar dalam aliran darah dan menginfeksi yang
Rebo Jakarta Timur jumlah anak yang disebut viremia. Hal tersebut
dirawat terhitung sejak November – menyebabkan pengaktifan komplemen
Februari 2019 sebanyak 905 orang, sehingga terjadi komplek imun Antibodi
jumlah anak yang dirawat dengan – virus. Pengaktifan tersebut akan
penyakit DBD adalah 159 anak dengan membentuk dan melepaskan zat (C3a,
presentase 17,57%. C5a), yang akan merangsang PGE2
(prostaglandin yang berfungsi layaknya
Pengertian senyawa sinyal tetapi hanya bekerja di
Demam berdarah dengue adalah dalam sel yang bersifat sintesis) di
penyakit infeksi yang disebabkan oleh Hipotalamus sehingga terjadi
virus dengue dengan manifestasi klinis termoregulasi instabil yaitu hipertermia
demam, nyeri otot / nyeri sendi yang yang akan meningkatkan reabsorbsi Na+
64

dan air sehingga terjadi hipovolemia. perdarahan lambung, melena, dan juga
Hipovolemia juga dapat disebabkan hematuria massif (Ngastiyah, 2014)
peningkatkan permeabilitas dinding
pembuluh darah menyebabkan Komplikasi
kebocoran plasma yang akhirnya tejadi Menurut Desmawati (2013), komplikasi
perlemahan sirkulasi sistemik sehingga yang dapat terjadi pada pasien DBD
perfusi jaringan menurun jika tidak adalah sebagai berikut: perdarahan
teratasi terjadi hipoxia jaringan. Adanya massif, syok, efusi pleura, penurunan
komplek imun antibodi – virus juga kesadaran, kematian.
menimbulkan agregasi trombosit
sehingga terjadi trombositopeni. Klasifikasi
Trombositopenia yaitu trombosit kurang Klasifikasi DBD menurut WHO (2011),
dari 100.000/ml. Ketiga hal tersebut yaitu :
menyebabkan perdarahan berlebihan 1. Derajat I tanda dan gejala demam, dan
yang jika berlanjut terjadi syok dan jika manifestasi perdarahan (Uji bendung
syok tidak teratasi terjadi hipoksia positif) dan tanda perembasan
jaringan dan akhirnya terjadi asidosis plasma.
metabolik. 2. Derajat II tanda dan gejala seperti
derajat I ditambah perdarahan
Manifestasi klinis spontan.
Penyakit DBD ditandai oleh demam 3. Derajat III tanda dan gejala seperti
mendadak tanpa sebab yang jelas disertai derajat I dan II ditambahkan
gejala lain seperti lemah, nafsu makan kegagalan sirkulasi (nadi lemah,
berkurang, muntah, nyeri pada anggota tekanan nadi ≤ 20 mmHg, hipotensi,
badan, punggung, sendi, kepala dan gelisah, diuresis menurun).
perut. Gejala-gejala tersebut menyerupai 4. Derajat IV tanda dan gejala syok
influenza biasa. Pada hari ke-2 dan ke-3 hebat dengan tekanan darah dan nadi
demam muncul bentuk perdarahan yang yang tidak terdeteksi.
beraneka ragam dimulai dari yang paling
ringan berupa perdarahan dibawah kulit Penatalaksaan
(petekie atau ekimosis), perdarahan gusi, 1. Terapi
epistaksis, sampai perdarahan yang a. Memenuhi kebutuhan cairan
hebat berupa muntah darah akibat
65

b. Memberikan antipiretik dari A. Pengkajian keperawatan


golongan asetaminofen Menurut Nursalam, Susilaningrum &
Utami. (2013), pengkajian yang
2. Penatalaksanaan medis muncul pada pasien dengan DBD
Menurut Marni (2016) dan antara lain:
Wijayaningsih (2013) tindakan medis 1. Identitas pasien
yang bertujuan untuk pengobatan dan 2. Keluhan utama
pemeriksaan diagnostik yaitu: Alasan/keluhan yang menonjol
a. Pemasangan CVP (Central pada pasien DBD adalah anak
Venous Pressure) CVP demam tinggi dan kondisi anak
dipasangkan ketika anak lemah.
mengalami renjatan berat untuk 3. Riwayat penyakit sekarang
mengukur tekanan vena central Didapatkan adanya keluhan
melalui vena safena magna atau panas mendadak disertai
vena jugularis. menggigil, saat demam
b. Hemoglobin biasanya kesadaran kompos mentis. Panas
meningkat, apabila sudah terjadi menurun terjadi antara hari ke-3
perdarahan yang banyak dan dan ke-7, anak semakin lemah.
hebat Hb biasanya menurun. Kadang-kadang disertai keluhan
Nilai normal: Hb: 10-16 gr/dL. batuk pilek, nyeri telan, mual,
c. Hematokrit meningkat 20% muntah, anoreksia, diare, sakit
karena darah mengental dan kepala, nyeri otot dan persendian,
terjadi kebocoran plasma. Nilai nyeri ulu hati dan pergerakan
normal: 33- 38%. bola mata terasa pegal, serta
d. Trombosit biasa nya menurun adanya manisfestasi perdarahan
akan mengakibat pada kulit, gusi (grade III, IV),
trombositopenia kurang dari melena atau hematemesis.
100.000/ml. Nilai normal: 4. Riwayat penyakit yang pernah
200.000-400.000/ml. diderita
e. Leukosit mengalami penurunan Pada DBD, anak bisa mengalami
dibawah normal. Nilai normal: serangan ulang DBD dengan tipe
9.000-12.000/mm³. virus yang lain.
Asuhan Keperawatan 5. Riwayat imunisasi
66

Bila anak mempunyai kekebalan c. Eliminasi urin yaitu perlu


tubuh yang baik, kemungkinan dikaji apakah sering
timbul komplikasi dapat kencing, sedikit atau banyak,
dihindari. sakit atau tidak. Pada grade
6. Riwayat gizi IV sering terjadi hematuria.
Semua anak dengan status gizi d. Tidur dan istirahat yaitu
yang baik maupun buruk dapat anak sering mengalami
beresiko apabila terdapat faktor kurang tidur karena sakit
predisposisinya. Pada anak atau nyeri otot dan
menderita DBD sering persendian.
mengalami keluhan mual, e. Kebersihan yaitu upaya
muntah, dan nafsu makan keluarga untuk menjaga
menurun. Apabila kondisi ini kebersihan diri dan
berlanjut, dan tidak disertai lingkungan cenderung
dengan pemenuhan nutrisi yang kurang terutama tempat
adekuat anak dapat mengalami tempat sarangnya nyamuk
penurunan berat badan, sehingga Aedes Aegypti.
status gizinya menjadi kurang. f. Tanggapan bila ada keluarga
7. Kondisi lingkungan yang sakit dan upaya untuk
Sering terjadi pada daerah yang menjaga kesehatan.
padat penduduknya, lingkungan 9. Pemeriksaan fisik
yang kurang kebersihanya (air Pemeriksaan fisik meliputi
yang menggenang) dan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan
gantungan baju dikamar. perkusi dari ujung rambut sampai
8. Pola kebiasaan ujung kaki. Berdasarkan
a. Nutrisi dan metabolik yaitu tingkatan DBD, keadaan fisik
frekuensi, jenis, pantangan, anak sebagai berikut:
nafsu makan berkurang. a. Grade I: kesadaran kompos
b. Eliminasi alvi (BAB) yaitu mentis; keadaan umum
kadang-kadang anak lemah; tanda-tanda vital nadi
mengalami diare. DBD pada lemah.
grade III-IV bisa terjadi b. Grade II: kesadaran kompos
melena. mentis; keadaan umu lemah;
67

adanya perdarahan spontan f. Ureum dan pH darah


petekia; perdarahan gusi dan mungkin meningkat.
telinga; nadi lemah, kecil g. Asidosis metabolik:
tidak teratur. pCO2<35-40 mmHg,
c. Grade III: kesadaran apatis; HCO3 rendah.
somnolen; keadaan umum h. SGOT/SGPT mungkin
lemah, nadi lemah, kecil, meningkat.
tidak teratur; tensi menurun. B. Diagnosa Keperawatan
d. Grade IV: kesadaran koma; Menurut Amin dan Hardi (2015),
nadi tidak teraba; tensi tidak beberapa diagnosa yang mungkin
terukur; pernafasan tidak ditemukan pada pasien dengan DBD
teratur; ekstrimitas dingin; adalah :
berkeringat dan kulit tampak 1. Resiko syok hipovolemik
biru. berhubungan dengan perdarahan
10. Sistem integumen yang berlebih, pindahnya cairan
a. Kulit adanya petekie, tugor intravaskuler ke ekstravaskuler.
kulit menurun, keringat 2. Hipertermi berhubungan dengan
dingan, lembab. proses infeksi virus dengue.
b. Kuku cyanosis atau tidak. 3. Resiko terjadi perdarahan
11. Pemeriksaan diagnostik berhubungan dengan
a. Hb dan PCV meningkat trombositopenia.
(≥20%). C. Perencanaan Keperawatan
b. Trombositopenia 1. Resiko syok hipovolemik
(≤100.000/ml). berhubungan dengan
c. Leukopenia (mungkin perdarahan yang berlebih,
normal atau leukositosis). pindahnya cairan intravaskuler
d. Ig. D dengue positif. ke ekstravaskuler.
e. Hasil pemeriksaan kimia Tujuan: Tidak terjadi syok
darah menunjukan hipovolemik, tanda-tanda vital
hipoproteinemia, dalam batas normal, dengan
hipokloremia, kriteria hasil: Nadi dalam batas
hiponatrimia. yang normal (60-80 x/mnt), RR
dalam batas normal (12-20 x/mnt),
68

Irama pernafasan dalam batas f. Berikan kompres hangat dan


normal atau teratur. anjurkan memakai pakaian
Intervensi: tipis.
a. Monitor tanda awal syok. g. Berikan terapi (antipiretik)
b. Observasi tanda- sesuai dengan program dokter.
tanda vital tiap 2 sampai 3 ja 3. Resiko terjadinya perdarahan
c. Monitor tanda perdarahan. berhubungan dengan
d. Pantau hemoglobin, trombositopenia.
hematokrit, trombosit. Tujuan : Resiko perdarahan tidak
e. Berikan cairan IV dan atau oral terjadi, dengan kriteria hasil:
yang tepat Tidak ada tanda-tanda
2. Hipertermi berhubungan perdarahan., Hemoglobin dan
dengan proses infeksi virus hematokrit dalam batas normal,
dengue Tekanan darah dalam batas
Tujuan: Hipertermi teratasi, normal.
dengan kriteria hasil: Suhu tubuh Intervensi :
dalam rentang normal (36,5oC – a. Monitor ketat tanda-tanda
37,5 oC), nadi dan RR dalam perdarahan dan nilai hasil lab.
rentang normal (Nadi 60-80 x/mnt b. Monitor tanda-tanda vital.
. RR 12-20 x/mnt). c. Anjurkan pasien untuk
Intervensi : meningkatkan intake makanan
a. Kaji saat timbulnya demam. dan minum.
b. Observasi tanda vital (suhu, d. Beri penjelasan tentang tanda-
nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 tanda perdarahan.
jam. e. Kolaborasi dalam pemberian
c. Berikan penjelasan tentang transfusi darah.
penyebab demam atau B. Pelaksanaan Keperawatan
peningkatan suhu tubuh. Pelaksanaan keperawatan merupakan
d. Berikan penjelasan pada pasien tindakan yang sudah direncanakan
dan keluarga tentang hal-hal dalam rencana keperawatan.
yang dilakukan. Tindakan keperawatan mencakup
e. Anjurkan pasien untuk banyak tindakan mandiri atau independen dan
minum2,5 liter/24 jam. tindakan kolaborasi. Tindakan
69

mandiri atau independen adalah diharapkan telah tercapai. Hasil


aktivitas perawatan yang didasarkan asuhan keperawatan pada pasien
pada kesimpulan atau keputusan dengan DBD sesuai dengan tujuan
sendiri dan bukan merupakan yang telah ditetapkan.
petunjuk atau perintah dari petugas Evaluasi dibagi menjadi dua, yaitu
kesehatan lain. Tindakan kolaborasi evaluasi proses setiap selesai
adalah tindakan yang didasarkan hasil dilakukan tindakan keperawatan dan
keputusan bersama seperti dokter dan evaluasi hasil membandingkan antara
petugas kesehatan lain. Agar lebih tujuan dengan kriteria hasil.
jelas dan akurat dalam melakukan
implementasi diperlukan perencanaan TINJAUAN KASUS
keperawatan yang spesifik dan Pengkajian Keperawatan
operasional. Bentuk implementasi A. Identitas Pasien
keperawatan seperti pengkajian untuk Tanggal pengkajian 26 Februari 2019
mengidentifikasi masalah baru atau pukul 13.00 WIB, tanggal masuk
mempertahankan masalah yang ada, rumah sakit 23 Februari 2019 pukul
pengajaran atau pendidikan masalah 16.00 WIB di ruang Mawar, nomor
kesehatan pada pasien untuk register 2019-829265 dengan
membantu menambah pengetahuan diagnosa medis Demam Berdarah
tentang kesehatan pasien, konsultasi Dengue (DBD) derajat II. Nama klien
atau merujuk dengan tenaga An. A, sering dipanggil An. A (8
professional secara spesifik atau tahun) jenis kelamin laki-laki, lahir di
tindakan untuk memecahkan masalah Jakarta, 08 Oktober 2010, agama
kesehatan dan membantu pasien Islam, suku bangsa Jawa tengah,
dalam melakukan aktivitas sendiri bahasa yang digunakan adalah bahasa
(Doenges, 2012). Indonesia dan klien kelas 2 Sekolah
C. Evaluasi Keperawatan dasar. Nama Ibu klien Ny. T (35
Menurut Amin dan Hardi (2015), tahun), pendidikan terakhir SMK,
tahapan akhir dari proses pekerjaan Ibu rumah tangga, agama
keperawatan ialah mengevaluasi Islam, suku bangsa Jawa tengah.
respon pasien terhadap perawatan Nama ayah klien Tn. A (37 tahun),
yang diberikan untuk memastikan pendidikan terakhir S1, pekerjaan
bahwa hasil yang diberikan dan
70

Guru SD, agama Islam, suku bangsa telah dilakukan seperti pemberian
Jawa. cairan asering 23 tpm dan pemberian
B. Resume ranitidin 25 mg. Pada tanggal 25
An.A (8 tahun) Klien datang ke IGD Februari 2019 dokter
RSUD Pasar Rebo pada tanggal 23 menginstrusikan untuk menurunkan
Februari 2019 pukul 14:05 WIB dosis cairan asering menjadi 17 tpm
dengan keluhan demam sejak hari dan menghentikan pemberian terapi
Rabu pada tanggal 20 Februari 2019 obat paracetamol. Hasil pemeriksaan
(demam hari ke 3). Klien tidak laboratorium pada tanggal 23
mimisan, gusi tidak berdarah dan Februari 2019 adalah HB 11,6 g/dl
tidak ada riwayat kejang, ibu (13,2-17,3 g/dl), Ht 34% (40-52%),
mengatakan An.A mual, nafsu makan eritrosit 4,2 juta/ul (4,4-5,9 juta/ul),
berkurang dan muncul bintik-bintik leukosit 5000 /ul (3800-10.000/ul),
merah. Diagnosa medis yang muncul trombosit 28.000 /ul (150.000-
adalah DBD derajat II. Saat di IGD, 450.000 /ul).
telah dilakukan tindakan keperawatan C. Pengkajian
seperti observasi keadaan umum, Klien mulai sakit sejak tanggal 20
observasi ttv dan pemeriksaan Februari 2019 sekitar jam 03.30 WIB
laboratorium. Sedangkan, tindakan dan mulai dirawat di rumah sakit
kolaborasi seperti pemasangan infus RSUD Pasar rebo semenjak tanggal
RA 500cc dan pemberian sanmol 250 23 Februari 2019 pukul 16.00 WIB.
mg. Pada tanggal 23 Februari 2019 Pada saat dikaji, tanggal 26 Februari
pukul 16:00 WIB klien dikirim ke 2019 keluhan utama klien saat ini
ruang anak Mawar RSUD Pasar adalah mual dan muncul bintik
Rebo. Saat diruangan, masalah merah. Terjadinya keluhan secara
keperawatan yang muncul adalah bertahap yang lamanya 3 hari. Faktor
hipertermi, hipovolemia dan resiko pencetus timbulnya penyakit yaitu
terjadinya perdarahan dan telah virus yang ditularkan melalui nyamuk
dilakukan tindakan keperawatan Aedes Aegypti. Upaya ibu untuk
seperti observasi keadaan umum, mengurangi adalah anak dibawa ke
observasi tanda-tanda vital dan IGD.
pemeriksaan laboratorium.
Sedangkan, tindakan kolaborasi yang 1. Pengkajian Fisik
71

Data Subjektif : Ibu An. A Klien tidak menggunakan NGT,


mengatakan cemas karena tampak adanya sisa makanan.
trombositnya rendah, ibu An.A 3. Pola respirasi/Sirkulasi
mengatakan sedih melihat kondisi Data Subjektif : Ibu An. A
anaknya. Data Objektif : Suhu mengatakan anaknya tidak sesak,
36,7º C, nadi 94x/menit, tidak ada dahak, tidak batuk, tidak
pernapasan 20x/menit, tekanan ada bengkak. Data Objektif :
darah 109/70 mmHg dan suara napas vesikuler, tidak batuk,
kesadaran compos mentis. tidak batuk darah, tidak ada
2. Pola nutrisi dan metabolism sputum, tidak menggunakan otot
Data Subjektif : Ibu An. A bantu napas, tidak menggunakan
mengatakan nafsu makan anaknya pernapasan cuping hidung. Tidak
berkurang, BB An. A sebelum ada ikterus, tidak sianosis, tidak
masuk rumah sakit 24 kg dan edema, pengisian kapiler 2 detik,
sesudah masuk rumah sakit 23 kg, temperatur suhu 36,7º C.
An. A makan hanya roti dan 4. Pola eliminasi
makanan lunak dari rumah sakit, Data Subjektif : Ibu An. A
makan hanya 3 sendok makan, mengatakan perut anaknya tidak
perut terasa begah seperti kenyang, kembung, klien mengeluh nyeri
minum kurang lebih 900cc/24 jam, pada perut dengan skala 4, BAB
mual dan tidak disfagia, anak tidak dengan bau yang khas, warna
muntah. Data Objektif : Warna kuning, tidak ada lendirnya, tidak
membran mukosa merah muda, diare, konsistensinya lunak,
tidak ada lesi, membran mukosa frekuensi BAB kurang lebih
kering, tidak ada kelainan palatum, 1x/hari. Jumlah BAK kurang lebih
bibir normal, tidak ada kelainan 1800cc/ 24 jam, frekuensinya tidak
gusi, lidah kotor. Gigi sudah tentu, tidak ada keluhan, tidak
lengkap gigi permanen 28 buah, nokturia, tidak dysuria, tidak
tidak ada karang gigi, tidak ada hematuria dan tidak inkontinensia.
karies, dan tidak obesitas. Data Objektif : Abdomen klien
Integritas kulit utuh, tidak ada lesi, tidak lemas, tidak tegang atau
turgor kulit elastis, tekstur halus kaku, tidak kembung, bising usus
dan rata, warna sawo matang. 18x per menit, lingkar perut 52 cm.
72

Warna BAK kuning jernih, baunya melihat dengan baik, penciuman


khas, tidak menggunakan kateter, jika ada bau yang tidak disukai
frekuensinya tidak tentu, anus anak akan menutup hidungnya,
tidak iritasi, tidak atresia ani, tidak jika disentuh anak memberi
prolaps, anus tidak kemerahan, respons, pengecap ibu mengatakan
Kebutuhan cairan : 1500 + 20.3 = anak sudah mulai memilih
1560 cc. Minum : ± 900 cc / 24 makanan, jika makanan tidak
jam, Infus 1200cc / 24 jam. Intake disukai anak akan
/ 24 jam = 2100 cc memuntahkannya. Data Objektif
Urine : ± 1800cc/ 24 jam, Iwl = : reaksi terhadap cahaya baik,
(30-8) x 23 kg = 506 cc. Output / orientasi baik, pupil isokor,
24 jam = 2306 cc. konjungtiva ananemis,
Balance cairan/ 24 jam= Intake – pendengaran baik, penglihatan
Output = 2100-2306= -206 cc baik.
5. Pola aktivitas/Latihan 7. Konsep Diri
Data Subjektif : Ibu An.A Data Subjektif : Ibu An. A
mengatakan kekuatan klien baik, mengatakan sakit ini
ibu An. A mengatakan kebutuhan mempengaruhi anaknya. Anaknya
sehari-harinya dibantu oleh orang menjadi malas makan dan minum.
tuanya, tidak ada kekakuan Data Objektif : kontak mata ada,
pergerakan sendi dan tidak ada postur tubuh normal, perilaku
rasa nyeri pada sendi. Data klien tidak rewel.
Objektif : tidak ada gangguan 8. Pola tidur/Istirahat
keseimbangan berjalan, kekuatan Data Subjektif : Ibu An. A
menggenggam baik, bentuk kaki mengatakan anaknya tidur selalu
tidak ada kelainan, otot kaki kuat, nyenyak, tidak ada masalah atau
tidak kejang. gangguan waktu tidur. Data
6. Pola sensori persepsi Objektif : tidak ada tanda-tanda
Data Subjektif : Ibu An. A kurang tidur, hanya saja terkadang
mengatakan anak mampu anak rewel.
mendengar dengan baik 9. Pola seksualitas/Reproduksi
dibuktikan dengan jika dipanggil Data Subjektif : Ibu An. A
anak berespon, anak mampu mengatakan anaknya tidak ada
73

kesulitan dalam BAK. Data bertanya dan mengungkapkan ide.


Objektif : Tidak ada kelainan pada Sosialisasi : anak sudah
skrotum, hyposphadia dan fimosis. mempunyai teman akrab sebaya.
10. Dampak Hospitalisasi D. Pemeriksaan Penunjang
Ibu mengatakan pagi ini anak Hasil pemeriksaan laboratorium
rewel. Pada saat dikaji, anak tidak tanggal 26 Februari 2019:
menangis namun sedikit rewel dan HB 12,2 g/dl (13,2-17,3 g/dl), Ht 35%
anak tampak terdiam sehingga (40-52%), eritrosit 4,4 juta/ul (4,4-5,9
anak sulit untuk ditanya yang juta/ul), leukosit 4100 /ul (3800-
sedang dirasakan. Anak mau 10.000/ul), trombosit 44.000 /ul
berbicara jika ditanya dan diam (150.000-450.000 /ul).
saja pada saat perawat melakukan Penatalaksanaan:
tindakan. Orang tua tampak sedih Tanggal 26 Februari :
dengan kondisi anaknya dan Klien terpasang infus Asering
mengatakan cemas karena 1200cc/24 jam. Terapi obat ranitidin
trombosit anaknya rendah. 2 x 25 mg melalui IV bolus (stop
11. Tingkat pertumbuhan dan tanggal 27 Februari). Terapi obat
Perkembangan Saat ini omeprazole 1 x 20 mg melalui IV
Pertumbuhan: Berat badan 23 kg bolus (menggantikan ranitidine). Diet
(BBI = 23,4 kg), tinggi badan 126 lunak (nasi tim, lauk pauk dan
cm, IMT 14,55 (kurus), lingkar sayuran).
kepala 46 cm dibawah normal anak E. Data Fokus
(normal 49-54cm) , lingkar lengan Data subyektif : Ibu klien mgatakan
atas 17 cm, pertumbuhan gigi tidak terlalu paham tentang
sudah cukup lengkap gigi pengertian, penyebab, tanda dan
permanen 28 buah, tidak ada gejala, komplikasi, penyebaran dan
karang gigi. Perkembangan pencegahan serta penanganan
Motorik kasar : anak sudah mampu penyakit DBD. Ibu klien mengatakan
bersepeda roda dua, berenang, DBD disebabkan oleh nyamuk. Ibu
berlari. Motorik halus : anak klien mengatakan An.A menjadi
mampu menulis, menggambar dan malas minum. Ibu klien mengatakan
melukis. Bahasa : sudah An.A minum hanya kurang lebih 900
menguasai sekitar 2500 kata, aktif cc/ 24 jam. Ibu klien mengatakan
74

nafsu makan An.A berkurang. Ibu 3. Resiko terjadinya perdarahan b.d


klien mengatakan An.A hanya trombositopenia
menghabiskan 3 sdm/hari dan roti. 4. Ansietas berhubungan dengan
Ibu klien mengatakan An.A mual. Ibu dampak hospitalisasi dan kurang
klien mengatakan An.A menjadi terpapar informasi
malas makan. Ibu klien mengatakan G. Perencanaan, Pelaksanaan,
An.A turun 1 kg selama sakit. Ibu Evaluasi
mengatakan cemas trombosit anaknya 1. Resiko hipovolemia
rendah. berhubungan dengan
Data Obyektif : Ibu klien tampak permeabilitas membran
bingung. Ibu tampak khawatir dan meningkat ditandai dengan, DS:
terlihat sedih dengan keadaan Ibu klien mengatakan An.A
anaknya, mukosa bibir tampak menjadi malas minum, ibu klien
kering, lidah tampak kotor, tampak mengatakan An.A minum hanya
adanya sisa makanan kurang lebih ½ kurang lebih 900 cc/ 24 jam dan
porsi, BB 23 kg (BBI = 25,5 kg), IMT DO: mukosa bibir tampak kering,
14,55 (kurus), trombosit 44.000 /uL, balance cairan -206cc.
terdapat ptekie, HB 12,2 g/dl, Ibu Tujuan : setelah dilakukan
tampak khawatir dan terlihat sedih tindakan keperawatan 2 x 24 jam
karena keadaan anaknya. Pada saat diharapkan defisit volume cairan
dikaji, anak tidak menangis dan tidak terjadi.
rewel. Anak mau berbicara jika Kriteria hasil : tugor kulit elastis,
ditanya dan diam saja pada saat kulit lembab, membran mukosa
perawat melakukan tindakan namun lembab, intake output seimbang,
terkadang anak tampak terdiam TTV normal (TD: 97-112/57-71
sehingga anak sulit untuk ditanya mmhg, N: 80-120 x/mnt, S: 36,5-
yang sedang dirasakan. 37,5 ⸰C), CRT <3 detik.
F. Diagnosa Keperawatan Rencana Tindakan
1. Resiko hipovolemia berhubungan a. Monitor status hidrasi (turgor
dengan permeabilitas membran kulit, mukosa bibir, crt)
meningkat b. Monitor tanda-tanda vital
2. Defisit nutrisi berhubungan c. Pantau intake dan output cairan
dengan intake in adekuat
75

d. Anjurkan minum yang banyak 2 14.35 menganjurkan pasien


liter/hari minum 2 liter sehari dengan RS:
e. Hitung kebutuhan cairan keluarga mengatakan iya suster,
f. Kolaborasi : terapi cairan RO: ibu tampak kooperatif. Pada
parenteral Asering 1200 cc/24 pukul 16.30 perawat ruangan
jam mengukur TTV dengan RS : (-)
Pelaksanaan dan RO : TD : 103/70 mmHg, N :
Tanggal : 26 Februari 2019 101x/menit, S: 36,7 oC. Pada
Pada pukul 09.00 perawat pukul 21.00 perawat ruangan
ruangan mengganti cairan infus mengganti cairan infus dengan RS
dengan RS : (-) dan RO : cairan : (-) dan RO : cairan infus Asering
infus Asering 500cc 17 tpm telah 500cc 17 tpm telah diberikan.
diberikan. Pukul 09.10 perawat Pada pukul 01.00 perawat
ruangan memonitor tanda-tanda ruangan mengganti cairan infus
vital dengan RS: -, RO: Td: dengan RS : (-) dan RO : cairan
101/73 mmhg, N: 96 x/mnt, S: 37,1 infus Asering 500cc 17 tpm telah
o
C. Pada pukul 13.00 mengganti diberikan. Pada pukul 04.30
cairan infus dengan RS : (-) dan perawat ruangan mengobservasi
RO : cairan infus Asering 500cc TTV dengan RS : (-) dan RO : TD
17 tpm telah diberikan. Pada : 90/113mmHg, N : 78x/menit, S:
pukul 13.05 menghitung 37,3 oC.
kebutuhan cairan dengan RS:- dan Evaluasi
RO: 1500 + 20.3 = 1560 cc. Pada Tanggal : 27 Februari 2019
pukul 13.25 mengobservasi kulit Subjektif : ibu mengatakan
kering, membran mukosa, turgor anaknya sudah minum lebih
kulit dan crt dengan RS : (-) dan banyak dari kemarin ±1200 cc
RO : kulit kering, membran selama 24 jam. Objektif : kulit
mukosa kering, turgor kulit elastis, lembab, turgor kulit anak elastis,
crt 2 detik. Pada pukul 14.30 membran mukosa lembab, crt 2
memantau intake dan output cairan detik, TD : 109/71mmHg, N :
dengan RS: ibu mengatakan An.A 78x/menit, S: 37,1 oC, balance
minum ± 900 cc dan RO: Balance cairan: +94cc. Analisa : Tujuan
cairan = -206 cc. Pada pukul tercapai masalah teratasi.
76

Perencanaan : rencana tindakan a. Monitor mual, muntah dan


dihentikan. membran mukosa
b. Monitor adanya penurunan
2. Defisit nutrisi berhubungan barat badan
dengan intake in adekuat c. Catat jumlah / porsi makan
ditandai dengan, DS: Ibu klien yang dihabiskan oleh klien
mengatakan nafsu makan An.A setiap hari
berkurang, ibu klien mengatakan d. Anjurkan pada keluarga
An.A hanya menghabiskan 3 memberi makan sedikit namun
sdm/hari dan roti, ibu klien sering
mengatakan An.A mual, ibu klien e. Pantau hasil laboratorium:
mengatakan An.A menjadi malas hemoglobin
makan, ibu klien mengatakan f. Kolaborasi pemberian obat
An.A turun 1 kg selama sakit dan ranitidin 2 x 25 mg melalui IV
DO: Mukosa bibir tampak kering, bolus, OMZ 1 x 20 mg melalui
lidah tampak kotor, tampak adanya IV bolus
sisa makanan kurang lebih ½ porsi, g. Kolaborasi pemberian diit
BB 23 kg (BBI = 25,5 kg), IMT lunak (nasi tim, lauk pauk dan
14,55 (kurus) , hb 12,2 g/dl. sayuran) pada ahli gizi
Tujuan : setelah dilakukan Pelaksanaan
tindakan keperawatan 3 x 24 jam Tanggal : 26 Februari 2019
diharapkan resiko defisit nutrisi Pada pukul 13.00 memonitor
tidak terjadi. mual dan muntah dengan RS : ibu
Kriteria Hasil : Berat badan mengatakan saat ini anak mual tapi
stabil dalam batas normal, tidak tidak ada muntah , RO : anak
ada mual dan muntah, anak nafsu tampak mual. Pada pukul 13.25
makan, makan habis 1 porsi, menimbang Berat Badan anak
Hemoglobin : 13,2-17,3 g/dl, dengan RS : (-), RO : berat badan
mukosa bibir lembab, IMT 18,5- anak 23 kg. Pada pukul 13.05 ahli
22,9 kg/m2, BBI= (8x7-5):2 = 25,5 gizi memberikan diit lunak dengan
kg. RS:- dan RO: diit lunak telah
Rencana Tindakan : diberikan. Pada pukul 13.15
memantau hasil lab dengan RS: (-
77

), RO: hb = 12,2 g/dl. Pada pukul Perencanaan : Rencana tindakan


13.30 menganjurkan pada keluarga dihentikan karena pasien pulang.
untuk memberikan makan sedikit
namun sering dengan RS : ibu 3. Resiko terjadinya perdarahan
klien mengatakan akan b.d trombositopenia ditandai
mencobanya dan RO : keluarga dengan, DS: - dan DO: Trombosit
klien tampak mengerti. Pada 44.000/uL, terdapat ptekie.
pukul 13.35 mencatat porsi makan Tujuan : setelah dilakukan
yang dihabiskan dengan RS: ibu tindakan keperawatan 3 x 24 jam
mengatakan An.A hanya makan 3 diharapkan perdarahan tidak
SDM dan RO: Tampak makanan terjadi.
yang dihabiskan hanya ¼ porsi. Kriteria Hasil : Tanda-tanda vital
Pada pukul 14.00 memberikan normal (TD: 97-112/57-71 mmhg,
obat ranitidin 25 mg melalui IV N: 80-120 x/mnt), jumlah
bolus dengan RS: (-) dan RO: trombosit 150.000-400.000 /ul,
ranitidine 25 mg telah diberikan tidak terjadi epistaksis, melena,
via IV bolus. Pada pukul 02.00 dan hematemesis.
memberikan obat ranitidin 25 mg Rencana Tindakan :
melalui IV bolus dengan RS: (-) a. Monitor ketat tanda-tanda
dan RO: ranitidine 25 mg telah perdarahan dan nilai hasil
diberikan via IV bolus. lab:Trombosit
Evaluasi b. Monitor tanda-tanda vital
Tanggal : 28 Februari 2019 c. Anjurkan pasien untuk
Subjektif : ibu klien mengatakan meningkatkan intake makanan
sudah mau makan dengan ayam dan minum
goreng, An.A mengatakan sudah d. Beri penjelasan tentang tanda-
tidak mual, tidak muntah dan tanda perdarahan
makan habis 1 porsi. Objektif : e. Kolaborasi dalam pemberian
BB anak 23,6 kg, IMT= 14,94 transfusi darah PRC sesuai
kg/m2 (kurus), hb = 13,4 g/dl, kebutuhan (bila perlu).
mukosa bibir lembab, lidah bersih. Pelaksanaan :
Analisa : Tujuan tercapai sebagian Tanggal : 26 Februari 2019
masalah belum teratasi.
78

Pukul 09.10 perawat ruangan dan tangan pada An. A. Objektif :


memonitor tanda-tanda vital tampak ptekie pada badan anak,
dengan RS: - dan RO: Td: 101/73 trombosit 108.000/ uL, TD: 105/70
mmhg, N: 96 x/mnt. Pada pukul mmhg, N: 109 x/mnt., tidak terjadi
13.05 memonitor tanda-tanda epistaksis, melena, dan
perdarahan dan nilai hasil lab hematemesis. Analisa : Tujuan
dengan RS : keluarga mengatakan tercapai sebagian masalah masih
terdapat bintik merah pada kaki berisiko. Perencanaan : Rencana
dan tangan pada An. A.tidak tindakan dihentikan karena pasien
mimisan, gusi tidak berdarah atau pulang.
BAB darah dan RO : terdapat
ptekie pada kaki dan tangan, 4. Ansietas berhubungan dengan
trombosit 44.000 /uL. Pada pukul dampak hospitalisasi dan
13.10 memberikan penjelasan kurang terpapar informasi
tentang tanda-tanda perdarahan ditandai dengan, DS: ibu klien
dengan RS : ibu klien mengatakan mengatakan cemas trombosit
mengerti suster dan RO : ibu anaknya rendah, Ibu mengatakan
tampak kooperatif. Pada pukul tidak mengetahui tentang
14.15 menganjurkan pasien untuk pengertian, penyebab, tanda dan
meningkatkan intake makanan dan gejala, komplikasi dan cara
minum dengan RS: keluarga pencegahan serta penanganannya,
mengatakan iya suster dan RO: ibu ibu klien mengatakan DBD
tampak kooperatif. Pada pukul disebabkan oleh nyamuk dan DO:
16.30 mengukur TTV dengan RS : Ibu tampak khawatir dan terlihat
(-) dan RO : TD : 103/70 mmHg, sedih karena keadaan anaknya,
N : 101x/menit. Pada pukul 04.30 pada saat dikaji, anak tidak
perawat ruangan mengobservasi menangis namun sedikit rewel.
TTV dengan RS : (-) dan RO : TD Anak mau berbicara jika ditanya
: 90/113mmHg, N : 78x/menit. dan diam saja pada saat perawat
Evaluasi melakukan tindakan dan ibu klien
Tanggal : 28 Februari 2019 tampak bingung saat ditanya
Subjektif : Keluarga mengatakan tentang penyakit DBD.
terdapat bintik merah pada kaki
79

Tujuan: setelah dilakukan


tindakan keperawatan 3 x 24 Pelaksanaan :
diharapkan ansietas teratasi dan Tanggal : 26 Februari 2019
pengetahuan keluarga tentang Pada pukul 13.00 mengkaji
DBD bertambah. adanya tanda-tanda perdarahan
Kriteria Hasil: Anak kooperatif, pada anak dengan melakukan
anak tidak rewel dan tidak komunikasi terapeutik dengan RS:
menangis, anak menjawab saat klien mengatakan tangan aku
ditanya, keluarga mampu banyak bintik bintik dan RO: anak
menjelaskan pengertian dari DBD, tersenyum dan kooperatif. Pukul
keluarga mampu menjelaskan 13.10 membina hubungan saling
penyebab dari DBD, keluarga percaya dan pendekatan terapeutik
mampu menyebutkan 4 dari 6 dengan RS: klien mengatakan
tanda dan gejala dari DBD, senang bermain sepeda, bola dan
keluarga mampu menyebutkan 3 berenang dan RO: tampak
dari 5 komplikasi dari DBD, tersenyum dan merespon setiap
keluarga mampu menyebutkan 5 pertanyaan. Pukul 13.15
dari 11 cara pencegahan dari DBD, memonitor tanda-tanda ansietas
keluarga mampu menyebutkan 3 dengan RS : ibu klien mengatakan
dari 4 cara pertolongan pertama cemas trombosit anaknya rendah,
dari DBD. ibu mengatakan anak rewel pagi
Rencana Tindakan : ini dan RO: Ibu tampak khawatir
a. Monitor tanda-tanda ansietas dan terlihat sedih karena keadaan
b. Kaji tingkat pengetahuan anaknya. Pukul 13.25 mengkaji
keluarga tentang DBD tingkat pengetahuan keluarga klien
c. Gunakan pendekatan yang tentang penyakit DBD dengan RS
tenang dan meyakinkan : keluarga klien mengatakan DBD
d. Jelaskan prosedur, termasuk disebabkan oleh nyamuk Aedes
sensasi yang mungkin dialami Aegepty dan RO : tampak
e. Beri pendidikan kesehatan keluarga bingung saat ditanya dan
tentang penyakit DBD tampak antusias ingin tahu. Pada
f. Anjurkan keluarga untuk tetap pukul 14.00 memberikan obat
bersama pasien ranitidin 25 mg melalui IV bolus
80

dan menjelaskan prosedur dengan DBD itu dengan 3M plus yaitu


pendekatan terapeutik RS: (-) dan menutup, menguras, menimbun
RO: ranitidine 25 mg telah dan memakai lotion dan kelambu,
diberikan via IV bolus dan anak keluarga klien menyebutkan cara
tidak menangis. Pukul 16.30 pertolongan pertama penderita
perawat ruangan memonitor tanda- DBD, yaitu penderita diberi
tanda vital sambil memainkan minum yang banyak, penderita
permainan di handphone dengan dikompres agar panasnya turun,
RS: - dan RO: anak tidak penderita diberi obat penurun
menangis saat diperiksa dan anak panas, ecepatnya penderita dibawa
terlihat menikmati permainan di ke rumahsakit, puskesmas atau
handphone nya. Pada pukul 05.00 klinik. Objektif : Keluarga
perawat ruangan mengambil mampu menjelaskan pengertian
sampel darah dengan melakukan dari DBD, keluarga mampu
komunikasi terapeutik dan bekerja menjelaskan penyebab dari DBD.
sama dengan ibu klien untuk keluarga mampu menyebutkan 4
mendampingi klien dengan RS:- dari 6 tanda dan gejala dari
dan RO: anak menangis, darah 3 DBD,keluarga mampu
cc telah diambil. menyebutkan 3 dari 5 komplikasi
Evaluasi dari DBD, keluarga mampu
Tanggal : 28 Februari 2019 menyebutkan 5 dari 11 cara
Subjektif : keluarga klien pencegahan dari DBD, keluarga
mengatakan DBD disebabkan oleh mampu menyebutkan 3 dari 4 cara
virus dengue yang di bawa oleh pertolongan pertama dari DBD,
nyamuk aedes aegepty betina, anak kooperatif, tampak
keluarga klien menyebutkan DBD tersenyum, tidak rewel dan
disebarkan oleh nyamuk betina, menjawab setiap pertanyaan.
keluarga klien menyebutkan tanda Analisa : Tujuan tercapai masalah
dan gejala dari DBD itu demam teratasi. Perencanaan : rencana
naik saat malam hari, ada nya tindakan dihentikan.
perdarahan dan nilai trombosit di
bawah normal, keluarga klien Daftar Pustaka
menyebutkan cara pencegahan
81

Amin & Hardi. (2015). Aplikasi asuhan Organization:


keperawatan berdasarkan https://www.who.int/gho/publicati
diagnosa medis dan Nanda Nic- ons/world_health_statistics/EN_
Noc Edisi revisi jilid 2. WHS2 11_Full.pdf. Pukul 23.00
Yogyakarta: Media Action. WIB.
Desmawati. 2013. Sistem hematologi WHO. (2014). Dengue and severe
dan imunohematologi. Jakarta. dengue. Diakses tgl 9 Februari
Doenges, M.E. (2012). Rencana asuhan 2019 pukul 23.00 WIB. dari World
keperawatan. Jakarta : EGC. Health Organization:
Kementerian kesehatan RI. (2018). http://www.who.int/mediacentre/f
Profil kesehatan Indonesia 2017. actsheets/fs117/en/.
Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Lestari, T. (2016). Asuhan keperawatan
anak. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Marni. (2016). Asuhan keperawatan
anak pada penyakit tropis.
Jakarta: Erlangga.
Ngastiyah. (2014). Perawatan anak
sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Nursalam, Susilaningrum & Utami.
(2013). Asuhan keperawatan bayi
dan anak. Edisi 1. Jakarta:
Salemba Medika.
Suriadi, Y, R. (2010). Buku pegangan
praktis klinik asuhan keperawatan
pada anak. Edisi 2,
Penerjemah Haryanto, EGC,
Jakarta, hal 122.
WHO. (2011). World health statistics
2011. Diakses tgl 9 Februari
2019. from World Health

Anda mungkin juga menyukai