Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH AGAMA ISLAM

( Peran Masjid dalam Membangun Peradaban )

Disusun Oleh :

Husna Syahirah Agustine NIM 205010101111017

M. Adyatma Raka Ramadhan NIM 205010100111040

Nabilla Tiara Muti Valdania NIM 205010100111039

Oktavia Eka Wahyuningtyas NIM 205010101111016

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS HUKUM

JURUSAN ILMU HUKUM

MALANG
2020

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.wb

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya
sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah pendidikan agama islam dengan
judul "Peran Masjid dalam Membangun Peradaban" tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai
pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa maupun aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan
lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi
saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.

Akhirnya kami sangat mengharapkan makalah sederhana ini dapat diambil manfaatnya dan
dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada
makalah-makalah selanjutnya.

Malang, 12 Oktober 2020

Kelompok 4 Agama Islam

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................1

DAFTAR ISI..............................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................3

1. Latar Belakang Masalah.................................................................................................3


2. Rumusan Masalah..........................................................................................................5
3. Tujuan.............................................................................................................................5

BAB II
PEMBAHASAN............................................................................................................6

1. Asal-Usul Masjid Dapat Dijadikan Pusat Peradaban.....................................................6


2. Fungsi Masjid dalam Membangun Peradaban Islam.....................................................9
3. Peran Masjid pada Zaman Sekarang dalam Memajukan Peradaban Islam..................11
4. Peran Masjid dalam Membangun Ekonomi pada Peradabaan Saat Ini........................12

BAB III PENUTUP..................................................................................................................14

1. Kesimpulan...................................................................................................................14
2. Saran.............................................................................................................................14

DAFTAR
PUSTAKA...............................................................................................................15

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Masjid adalah rumah tempat ibadah umat Islam atau Muslim. Masjid artinya tempat sujud,
sebutan lain yang berkaitan dengan masjid di Indonesia adalah musala, langgar atau surau. Istilah
tersebut diperuntukkan bagi bangunan menyerupai masjid yang tidak digunakan untuk salat Jumat,
iktikaf, dan umumnya berukuran kecil. Selain digunakan sebagai tempat ibadah, masjid juga
merupakan pusat kehidupan komunitas muslim. Kegiatan-kegiatan perayaan hari besar, diskusi, kajian
agama, ceramah dan belajar Al-Qur'an sering dilaksanakan di Masjid. Bahkan dalam sejarah Islam,
masjid turut memegang peranan dalam aktivitas sosial kemasyarakatan hingga kemiliteran.

Nabi Muhammad SAW membangun masjid pertama kali pada tahun 1 Hijriyah atau 622
Masehi yang diberi nama dengan masjid Quba. Masjid Quba terletak 5km dari tenggara kota
Madinah. Ketika Nabi memilih membangun masjid sebagai langkah pertama membangun masyarakat
madani, konsep masjid bukan hanya sebagai tempat solat, atau tempat berkumpulnya kelompok
masyarakat(kabilah) tertentu, tetapi juga untuk menjadikan masjid sebagai tempat peradaban umat
islam yang didalamnya bisa terdapat banyak sekali kegiatan yang bisa memajukan islam.

Peradaban Islam adalah bagian-bagian dari kebudayaan Islam yang meliputi berbagai aspek
seperti moral, kesenian, dan ilmu pengetahuan, serta meliputi juga kebudayaan yang memilliki sistem
teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan, dan ilmu pengetahuan yang luas. Dengan kata
lain peradaban Islam bagian dari kebudayaan yang bertujuan memudahkan dan mensejahterakan
hidup di dunia dan di akhirat. Peradaban islam dibagi menjadi dua yaitu zaman keemasan dam zaman
kemunduran. Zaman keemasan adalah ketika Rasulullah SAW masih hidup dan menjadi khalifah,
itulah banyak suka duka dan tumpah darah yang menghantarkan Islam mencapai kejayaan. Setelah
Rasulullah SAW wafat, kemudian dilanjutkan oleh para Khalafaur Rasyidin. Ada 4 Khalafaur
Rasyidin yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Ustman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
Dalam masa itu Islam juga masih meraih kejayaan dengan memenangkan perang. Setelah dipimpin
oleh para Khalafaur Rasyidin, Islam dipimpin oleh para khalifah dari berbagai dinasti. Zaman
kemunduran islam adalah ketika Adanya peperangan yang mengalahkan tentara muslim sehingga
mereka harus Terusir dari benua Eropa. Kerajaan-kerajaan barat bersatu dan mengusir umat Islam dari
Eropa dengan sangat kejam. Selain itu juga, peradaban islam di timur juga dihancurkan oleh bangsa
Mongol yang terkenal kejam dan tidak berperikemanusiaan. Sejak saat itu peradaban Islam
mengalami kemunduran dan bangsa barat mulai mengalami kemajuan dikarenakan ilmu pengetahuan

3
yang mereka peroleh dari bangsa muslim sebelumnya. Mereka menghancurkan semua ilmu
pengetahuan dan menyalin kitab-kitab dan ilmu yang telah dikembangkan oleh para ilmuwan muslim
pada saat itu. Kerajaan-kerajaan tersebut akhirnya melakukan ekspansi dan perluasan wilayah ke Asia
dan Amerika serta benua lainnya untuk menyebarkan agama mereka dan mencari kekayaan.
Meskipun peradaban Islam setelah abad pertengahan mengalami kemunduran akan tetapi Islam tetap
dapat tersebar ke seluruh penjuru dunia dan saat ini Islam adalah salah satu agama yang banyak
berkembang di berbagai belahan dunia.

Dalam hal peradaban islam, tentunya tidak terlepas dari peran masjid dalam membangun
peradaban islam. Karena masjid merupakan pusat kegiatan masyarakat muslim, masjid utamanya bisa
digunakan sebagai tempat ibadah. Namun, selain itu masjid juga bisa digunakan sebagai pusat
pendidikan, pusat dakwah, serta bisa ikut membantu ekonomi ummat. Alasan penulis membuat
makalah tentang “Peran Masjid dalam Peradaban Islam” adalah ingin mengetahui secara mendalam
tentang peran dan fungsi masjid dalam membangun peradaban islam.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana asal-usul masjid dapat dijadikan sebagai pusat peradaban? Apa hubungan
masjid dengan peradaban islam?
2. Apa saja fungsi masjid dalam membangun peradaban islam?
3. Bagaimana peran masjid pada zaman sekarang dalam memajukan peradaban islam saat
ini?
4. Bagaimana peran masjid dalam membangun ekonomi umat ada peradaban saat ini?

1.3 Tujuan Permasalahan

1. Untuk mengetahui asal-usul masjid dapat dijadikan sebagai pusat peradaban dan
mengetahui hubungan antara masjid dengan peradaban islam
2. Untuk mengetahui fungsi masjid dalam membangun peradaban islam
3. Untuk mengetahui peran masjid pada zaman sekarang dalam memajukan peradaban islam
saat ini
4. Untuk mengetahui peran masjid dalam membangun ekomi umat pada peradaban saat ini

4
Bab II

Pembahasan

2.1 Sejarah Masjid sebagai Pusat Peradaban

Dalam sejarah Islam ditunjukkan bahwa masjid merupakan salah satu hal yang disiapkan
oleh Rasulullah SAW dalam membangun peradaban umat manusia, khususnya umat manusia.
Masjid dalam masyarakat Islam berperan penting dalam proses pembangunan peradaban
masyarakat. Bukan hanya sebagai tempat ibadah, namun masjid juga merupakan perekat dan
sumber kebersamaan. Masjid menopang terciptanya kehidupan yang dibangun dengan
komitmen terhadap sistem, akidah dan tatanan Islam. Menumbuhkan ikatan ukhuwwah dan
mahabbah sesame muslim, semangat persamaan dan keadilan, dan semangat belajar bersama
untuk meraih kehidupan yang terbaik.

Sejarah masjid berawal dari ketika Rasulullah melakukan hijrah dan sampai di kota
Yastrib (Madinah), hal pertama yang dilakukan Rasulullah adalah menempatkan asas-asas
penting bagi pembangunan masyarakat. Asas-asas tersebut yaitu; (1) pembangunan masjid,
(2) mempersaudarakan kaum Muhajirin dan kaum Anshar, dan (3) membuat perjanjian yang
mengatur kaum muslimin dan menjelaskan hubungannya degan kaum Yahudi dan lainnya,
yang kemudian dikenal dengan Piagam Madinah.

Apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dengan mendahulukan membangun masjid,
daripada membangun rumah kediaman untuk beliau atau membangun sebuah benteng untuk
mengantisipasi serangan dari musuh. Memberikan arti penting dalam membangun peradaban
Islam. Rasulullah SAW mengutamakan membangun masjid yang dianggap lebih penting
daripada semua itu dalam niatnya berdakwah dan membangun masyarakat madani. Konsep
masjid pada masa itu pun, tidak hanya sebatas tempat salat saja, atau tempat berkumpulnya
kelompok masyarakat tertentu, melainkan masjid menjadi sentra utama seluruh aktivitas
keumatan, yaitu sentra pendidikan, politik, ekonomi, sosial dan budaya sebagai upaya
membangun sebuah peradaban Islam.

Masjid Quba merupakan masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah SAW pada tahun
1 Hijriyah atau 622 Masehi di Quba, sekitar 5 km di sebelah tenggara kota Madinah.
Dalam Al Qur'an disebutkan bahwa Masjid Quba adalah masjid yang dibangun atas

5
dasar takwa (QS. At-taubah:108).  Dari sinilah, benih-benih kemajuan peradaban Islam mulai
bersinar. Pada awal kemunculannya, masjid bukan hanya menjadi tempat beribadah saja,
akan tetapi juga berfungsi sebagai pusat kegiatan pendidikan, tempat pembentukan dan
pembinaan karakter umat, dan lain sebagainya.

Kemudian dilanjutkan dengan mendirikan masjid Nabawi. Masjid Nabawi sendiri


memiliki nilai yang sangat strategis dan sangat menentukan pertumbuhan dan perkembangan
masyarakat muslim pada masa itu. Di masjid itu tidak hanya Rasulullah SAW dan sahabat-
sahabatnya melakukan shalat berjamaah saja, namun di masjid itu segala aktivitas dakwah
dilakukan, mulai dari melaksanakan silaturahim, menyelenggarakan kegiatan proses belajar
mengajar, mengelola baitul mal, menyusun strategi perang, dan melakukan kegiatan sosial
kemasyarakatan.

Dalam sejarahnya tercatat bahwa di zaman Rasulullah SAW masjid telah difungsikan
sebagai; (l) pusat ibadah, (2) pusat pendidikan dan pengajaran, (3) pusat penyelesaian
problematika umat dalam aspek hukum (peradilan) (4). pusat pemberdayaan ekonomi umat
melalui Baitul Mal. (5) pusat informasi Islam, (6) bahkan pemah sebagai pusat pelatihan
militer dan urusan-urusan pemerintahan Rasulullah. Masih banyak fungsi masjid yang lain.
Singkatnya, pada zaman Rasulullah, masjid dijadikan sebagai pusat peradaban Islam.

Selain itu sejarah di tempat lain juga menunjukkan bagaimana masjid berperan dalam
pembangunan peradaban. Sebagai contoh di Kairo yang dikenal sebagai kota ilmu. Kairo
menjadikan masjid sebagai basis politik dan keilmuan. Pada masa Islam, masjid dijadikan
gerakan kemerdekaan dan gerakan keilmuan. Masjid al-Azhar dan beberapa masjid lainnya
merupakan saksi sejarah, betapa peradaban Islam menjadikan masjid sebagai poros
kebangkitan umat.

Lalu di wilayah lain masjid juga memiliki fungsi penting dalam peradaban Islam. Sejarah
peradaban Islam mencatat, aktivitas pendidikan berupa sekolah pertama kali hadir di masjid
pada tahun 653 M di kota Madinah. Pada era kekuasaan Dinasti Umayyah, sekolah di Masjid
pun mulai muncul di Damaskus pada tahun 744 M. Sejak tahun 900 M, hampir setiap masjid
memiliki sekolah dasar yang berfungsi untuk mendidik anak-anak Muslim yang tersebar di
dunia Islam. Setelah mahir membaca dan lincah menulis, anak-anak yang belajar di masjid
dijarkan Alquran ditambah pelajaran berhitung atau aritmatika. Para siswa juga bisa
mempelajari ilmu-ilmu lainnya. Masjid-masjid besar, biasanya juga menawarkan pendidikan
ilmu yang lebih luas lagi. Di masjid-masjid besar itu, para pelajar di zaman kekhalifahan pun

6
bisa mempelajari beragam ilmu seperti tata bahasa Arab, logika, aljabar, biologi, sejarah,
hukum, dan teologi.

Di wilayah Spanyol Muslim, aktivitas pendidikan pada umumnya bertempat di masjid.


Masjid menjadi pusat aktivitas belajar-mengajar di mulai di daerah kekuasaan Dinasti
Umayyah itu sejak berdirnya Masjid Cordoba pada abad ke-8 M. Kerap kali, masjid-masjid
yang menyelenggarakan halaqah kedatangan ilmuwan tamu. Secara khusus, ilmuwan atau
ulama tamu itu akan dipersilakan duduk di samping guru sebagai bentuk penghormatan.
Terkadang, ulama atau ilmuwan tamu itu juga diberikan waktu untuk mengajar.

Aktivitas keilmuan di masjid bahkan bisa melahirkan sebuah pendidikan tinggi atau
universitas. Sejarah mencatat, hingga kini terdapat universitas terkemuka di dunia Islam yang
lahir dan berasal dari aktivitas intelektual di masjid antara lain; Universitas Al-Qayrawwan
dan Al-Zaituna di Tunisia, Al-Azhar di Mesir, Al-Qarawiyyin di kota Fez Maroko, dan
Sankore di Timbuktu.

Masjid-masjid besar yang menyelenggarakan aktivitas pendidikan mampu menarik


perhatian para ilmuwan dan pelajar dari berbagai belahan di dunia Islam. Pada abad ke-12 M,
misalnya, aktivitas keilmuwan yang digelar di Masjid Sankore Timbuktu, Mali Afrika Barat
mampu mendatangkan 25 ribu siswa dari berbagai negara. Pendidikan yang diselenggarakan
di masjid pada masa kejayaan Islam mampu melahirkan sederet tokoh Muslim terkemuka.

Pendidikan Masjid Cordoba Spanyol mampu melahirkan seorang ilmuwan besar bernama
Ibnu Rushdi dan Ibnu Bajja. Sebuah masjid di Basrah, Irak juga mampu melahirkan seorang
ahli tata bahasa Arab terkemuka sepanjang masa bernama Sibawaih. Ia merupakan murid Al-
Khalil Ibnu Ahmad yang mengajarnya di masjid.

Sekolah yang digelar di Masjid Al-Qarawiyyin Fez, Maroko pun mampu melahirkan
ulama dan ilmuwan hebat seperti; Ibnu Khaldun, Ibnu Al-Khatib, Al-Bitruji, Ibnu Harazim,
Ibnu Maimoun, serta Ibnu Wazzan (Leo Africanus). Bahkan di Masjid Al-Qarawiyyin pula
Paus Sylvester II menimba ilmu matematika dan lalu menyebarkannya di gereja-gereja
Eropa. Pamor Masjid Al-Azhar, Mesir pun mampu menarik perhatian ilmuwan seperti Ibnu
Al-Haitham, Ibnu Khaldun, dan Al-Baghdadi.

Pendidikan yang digelar di masjid pada zaman kejayaan Islam ternyata mampu memberi
pengaruh terhadap pendidikan di Eropa. Menurut George Makdisi, guru besar Studi Islam di
Universitas Pennsylvania, pendidikan masjid yang diselenggarakan di era kekhalifahan telah

7
memberi pengaruh kepada peradaban Eropa melalui sistem pendidikan, universalitas, metode
pengajaran, dan gelar kesarjanaan yang diberikan.

2.2 Fungsi Masjid dalam Membangun Peradaban Islam

Sejarah masjid dimulai dari masa Rasulullah SAW. Sejak awal dibangunnya masjid
tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, namun masjid juga berfungsi dalam banyak
aspek lain di dalam pembangunan peradaban manusia. Berikut beberapa fungsi masjid pada
masa Rasulullah SAW, di antaranya:

1. Tempat ibadah umat Islam, seperti shalat, dzikir, dan sebagainya. Masjid pada
masa Rasulullah Saw, berfungsi untuk melaksanakan shalat fardhu lima waktu, shalat Jumat,
berdzikir, dan macam-macam ibadah yang lain. Pada masa Rasulullah, masjid benar-benar
menjadi sentra umat Islam untuk beribadah.

2. Tempat menuntut ilmu umat Islam, yaitu ilmu agama dan ilmu umum. Masjid pada
masa Rasulullah Saw, menjadi sentra kajian agama dan ilmu-ilmu umum umat Islam. Masjid
menjadi tempat umat Islam dalam mendiskusikan ilmu agama dan ilmu umum. Syamsul
Kurniawan dan Erwin Mahrus (2013: 49) memasukkan masjid sebagai salah-satu di antara
fasilitas belajar-mengajar pada masa Rasulullah Saw. Sebagai tempat menuntut ilmu,
Rasulullah Saw memang benar-benar mengoptimalkan fungsi masjid. Di dalam masjid ini,
Rasulullah mengajar dan memberi khutbah dalam bentuk halaqah, dimana para sahabat
duduk mengelilingi beliau untuk mendengar dan melakukan tanya-jawab berkaitan urusan
agama dan kehidupan sehari-hari (Muhammad al Shadiq Argun, tth.: 33). Sistem pendidikan
yang diterapkan adalah sebagaimana yang diterapkan oleh Rasulullah, yaitu berupa halaqah-
halaqah. 9 Sistem ini selain menyentuh dimensi intelektual para sahabat juga menyentuh
dimensi emosional dan spiritual mereka. Di sebelah selatan masjid terdapat satu ruangan
yang disebut al suffah, yakni tempat tinggal para sahabat miskin yang tidak memiliki rumah.
Mereka yang tinggal di al suffah ini disebut ahl al suffah. Mereka adalah para penuntut ilmu.
Di tempat inilah dilangsungkan proses pendidikan kepada mereka dan para sahabat lain.
Dengan demikian, George Makdisi (1990: 4) menyebut masjid juga sebagai lembaga
pendidikan Islam.

3. Tempat memberi fatwa. Pada masa Rasulullah SAW masjid menjadi tempat
mengeluarkan fatwa pada kaum muslimin, utamanya untuk memecahkan problematika

8
keumatan saat itu. Problematika yang dimaksud, tidak hanya menyangkut persoalan agama
tapi juga persoalan keduniawian.

4. Tempat mengadili perkara. Bila terjadi perselisihan, pertengkaran, dan permusuhan di


antara umat Islam, maka mereka harus didamaikan, diadili dan diberi keputusan hukum
dengan adil oleh Rasulullah Saw, yang pelaksanaannya dilakukan di masjid. Upaya-upaya
tersebut dilakukan oleh Rasulullah SAW, agar umat Islam mendapatkan kedamaian jiwa dan
menemukan kenyamanan.

5. Tempat menyambut tamu, rombongan, atau utusan. Menurut sejarah, Rasulullah SAW.
pernah menyambut utusan dari Nashrani Najran di dalam masjid. Rombongan tersebut
berjumlah enam puluh orang, diantaranya adalah empat belas orang yang menjadi pembesar
mereka. Rombongan tersebut memasuki masjid selesai shalat ashar. Mereka menginap di
Madinah beberapa hari untuk berdialog dengan Rasulullah SAW, tentang Isa as.

6. Tempat melangsungkan pernikahan. Aisyah ra. Berkata bahwa Rasulullah Saw.


bersabda, “Beritakanlah pernikahan ini dan selenggarakanlah ia di dalam masjid, lalu
pukullah rebana-rebana” (HR Turmudzi). Dengan demikian, berdasarkan hadits ini, masjid
pada masa Rasulullah SAW, menjadi tempat yang paling suci untuk mengucap janji
pernikahan (baca: akad nikah). Difungsikannya masjid sebagai tempat melangsungkan
pernikahan ditujukan agar pihak keluarga yang melangsungkan acara pernikahan kala itu
dapat menampung banyaknya tamu yang hadir. Selain itu, pasangan pengantin yang
melangsungkan akad nikah di masjid diharapkan lebih dapat menjaga ikatan tali pernikahan
mereka. Demikian pula para saksi, dapat memelihara persaksian atas pernikahan tersebut.

7. Tempat layanan sosial. Dari Utsman bin Yaman, ia berkata, “Ketika para Muhajirin
membanjiri kota Madinah, tanpa memiliki rumah dan tempat tinggal, Rasulullah Saw
menempatkan mereka di masjid dan beliau namai ashabush-shuffah. Beliau juga duduk
bersama mereka dengan sikap yang sangat ramah” (HR Baihaqi).

8. Tempat latihan perang. Pada masa Rasulullah Saw, masjid berfungsi sebagai tempat
latihan perang, baik untuk pembinaan fisik maupun mental. Aisyah ra. Berkata, “Aku melihat
nabi Saw, menghalangi pandanganku dengan sorbannya, padahal aku sedang memperhatikan
orang-orang Habsyi sedang bermain-main di masjid, sehingga aku keluar (hendak melihat
mereka kembali), memperkirakan mereka masih bermain” (HR Bukhari). Ibnu Hajar al-
Asqalani dalam Fathul Bari mengomentari hadits ini, bahwa yang dimaksud “bermain-main”

9
dalam hadits ini, bukan semata-mata “bermain”, melainkan latihan perang, atau permainan
yang didalamnya melatih keberanian bertempur atau menghadapi musuh. Sementara Ibn
Mahlab dalam Fathul Bari berkata, “masjid merupakan tempat untuk memberi rasa aman
kepada kaum muslimin. Perbuatan apapun yang membuahkan kemanfaatan bagi agama dan
bagi keluarganya boleh dilakukan di masjid.

9. Tempat layanan medis atau kesehatan. Rasulullah SA menjadikan masjid sebagai


tempat untuk mengobati orang sakit, khususnya pada masa perang. Aisyah ra. Berkata, “Pada
hari terjadinya perang Khandaq, Sa‘ad ibn Muadz mengalami lukaluka karena dipanah oleh
seorang kafir Quraisy. Kata Khabban bin Araqah, orang tersebut memanah Sa‘ad pada bagian
lehernya. Maka, nabi Saw, membuatkan tenda di masjid, agar beliau bisa beristirahat, karena
jarak yang dekat.”

2.3 Peran Masjid pada Zaman Sekarang dalam Memajukan Peradaban Islam

"Sesungguhnya orang-orang yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-


orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah
orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk."
(QS, At-Taubah (9:18))

Masjid adalah salah satu tempat yang menjadi pusat kegiatan umat muslim, dan
memiliki peranan sangat penting yaitu sebagai sarana dalam terjadinya proses perubahan
sosial, terutama dalam memangun aspek moral dan perilaku yang mencerminkan islam.
Sudah sejak dulu masjid telah dijadikan sebagai salah satu pilar kekuatan masyarakat, baik
secara kualitas maupun secara kuantitas.
Sudah sepantasnya masyarakat memiliki tanggung jawab yang sama dalam menjaga
serta memakmurkan masjid-masjid yang ada disekitarnya. Bisa dengan cara ,enghidupkan
dan mengagungkan suasana masjid dengan kegiatan Pendidikan, pengajian, dan berbagai
kegiatan ibadah lainnya. Tetapi, jiwa dan semangat dalam membangun masjid secara fisik
belum diikuti dengan semangat memakmurkannya. Walaupun bentuk fisik suatu masjid
terlihat sangat besar dan megah, namun jamaah shalat yang mendatangi masjid tersebut
sangat minim jumlahnya, dan begitu pula dengan jumlah jaamah yang mengisi berbagai
kegiatan yang bersifat rohani ummat muslimin dan muslimat.
Kondisi ini patut diperhatikan, karena hal tersebut adalah salah satu strategi dalam
mengembalikan fungsi dan peran masjid sebagai pusat peradaban ummat seperti pada zaman

10
Rasulullah Saw. Maka dari itu, hal ini patut dipikirkan secara bersama sama."Di era kejayaan
Islam, masjid tak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah saja, namun juga sebagai pusat
kegiatan intelektualitas," ungkap J Pedersen dalam bukunya berjudul Arabic Book. Sejak
awal perkembangannya, masjid terbukti memiliki peran yang sangat penting dalam
perkembangan pendidikan di dunia Islam.
Pada zaman kemajuan Islam, anak-anak mulai diajarkan untuk mencari ilmu sejak
mereka menginjak usia lima tahun. Pada fase awal, mereka diajarkan cara untuk menulis 99
nama Allah yang indah atau biasa disebut dengan asmaul husna. Selain itu, anak-anak
Muslim di masa kekhalifahan pun mulai diperkenalkan dengan tulisan ayat-ayat Al-quran
yang sederhana. Setelah mulai pandai membaca dan menulis, anak-anak Islam yang belajar di
masjid diajarkan Al-quran sekaligus ditambah pelajaran berhitung atau aritmatika. Para siswa
juga dapat mempelajari ilmu-ilmu lainnya, karena masjid-masjid besar juga menawarkan
pendidikan ilmu yang sifatnya lebih luas lagi. Di masjid-masjid besar itu, para pelajar di
zaman kekhalifahan pun bisa mempelajari beragam ilmu seperti tata bahasa Arab, logika,
aljabar, biologi, sejarah, hukum, dan teologi.
Pada perkembangannya, para pelajar juga tak hanya menimba ilmu di masjid saja.
Untuk mempraktikan kemampuannya dalam bidang kedokteran, para siswa juga belajar di
rumah sakit. Yang tertarik astronomi juga belajar langsung di observatorium. Tempat belajar
juga bisa dilakukan di madrasah - umumnya tempatnya berdampingan dengan masjid. Selain
itu bisa juga di rumah-rumah para guru.

Format dasar pendidikan di masjid adalah belajar dengan melingkar. Format seperti ini
dikenal sebagai Halaqat al-ilm atau halaqah. Dalam ensiklopedia Islam, Halaqah berari
"kumpulan orang-orang yang duduk melingkar" atau "kumpulan para pelajar di sekitar
seorang guru". Kerap kali, masjid-masjid yang menyelenggarakan halaqah kedatangan
ilmuwan tamu. Secara khusus, ilmuwan atau ulama tamu itu akan dipersilakan duduk di
samping guru sebagai bentuk penghormatan.

Masjid-masjid besar yang menyelenggarakan aktivitas pendidikan mampu menarik perhatian


para ilmuwan dan pelajar dari berbagai belahan di dunia Islam. Pada abad ke-12 M, misalnya,
aktivitas keilmuwan yang digelar di Masjid Sankore Timbuktu, Mali Afrika Barat mampu
mendatangkan 25 ribu siswa dari berbagai negara. Pendidikan yang diselenggarakan di
masjid. Pada masa kejayaan Islam mampu melahirkan sederet tokoh Muslim terkemuka.

11
"Islam juga memberi pengaruh kepada Barat dalam penyelenggaraan pendidikan
universitas yakni dalam kebebasan akademik profesor dan mahasiswa, dalam tesis dokteral
serta yang lainnya," ucap Makdisi. Kini, Masjid menjadi sarana yang aman bagi masyarakat
Muslim, pada zaman itu. Banyak sekali yang menyumbang buku ke masjid, sehingga buku
itu bisa digunakan para siswa untuk menimba ilmu, dan mengakibatnya ilmu yang
terkandung dalam sebuah buku dapat menyebar luas, tak hanya disimpan di rak dan berdebu.

Perintah Allah SWT dan Rasulullah SAW itulah yang dijadikan pegangan para
penguasa Muslim untuk mendukung dan menopang pendidikan. Perpustakaan masjid di era
keemasan telah menjadi lumbung ilmu yang melecut semangat para pelajar serta ulama dan
ilmuwan untuk berlomba-lomba meraih ilmu. Dengan menguasai beragam ilmu pengetahuan
itulah, dunia Islam tampil sebagai penguasa dunia selama beberapa abad.

Sayangnya, kini aktivitas keilmuan yang berpusat di masjid menjadi semakin kering.
Padahal, sejarah telah membuktikan bahwa aktivitas keilmuan di masjid mampu melahirkan
sederet ilmuwan, ulama dan cendekiawan Muslim yang hebat. Yang mampu memberi
kontribusi penting bagi peradaban manusia.

2.4. Peran Masjid dalam Membangun Ekonomi Umat pada Peradaban Saat Ini

Masjid dalam sejarah peradaban Islam merupakan sarana untuk melakukan dakwah
dan pengembangan sumber daya ekonomi umat Islam. Setiap jama’ah dalam membangun
masjid, berorientasi untuk melakukan dakwah dan sekaligus memberdayakan ekonomi
jama’ah dan masyarakat yang ada di sekitar masjid.

Bagi umat Islam, masjid tidak hanya menjadi tempat ibadah namun memiliki
memiliki peran strategis dalam mendorong pengembangan peradaban ummat Islam, salah
satunya dalam perekonomian. 

Terkait dengan potensi ekonomi masjid, sekarang ada beberapa unit usaha jama’ah
masjid antara lain :

1. Koperasi Simpan Pinjam antar pengurus. Ada upaya di antara sesama


pengurus untuk mengatasi kebutuhan harian dan saling membantu mereka
bermufakat mendirikan koperasi simpan pinjam. Koperasi untuk kalangan
intern ini sekalipun belum punya badan hukum tapi eksistensi koperasi ini
cukup membantu kebutuhan pengurus.

12
2. WC Umum. Jasa yang satu ini sangat dibutuhkan masyarakat apalagi apabila
masjid berada di lokasi keramaian pasar. Pengurus beriniasiatif menyediakan
WC umum yang cukup representatif Usaha jasa ini sangat menguntungkan dan
meraup keuntungan yang berlipan ganda.
3. Penitipan Sandal dan Sepatu. Jasa yang satu ini juga lahan potensi ekonomi
yan g sangat potensial kalau dimanag secara bagus dan profesiaonal. Terbukti
infak yang terkumpul pertahunnya mencapai jutaan rupiah.
4. Arisan Jamaah Majlis Taklim. Ada inisiatif dari jamaah wirid majlis taklim
untuk mengadakan arisan. Hal ini masih berjalan dan perputaran uang pada
sekali putaran mencapai puluhan juta.
5. Mart atau toko kebutuhan sehari-hari umat. Masjid telah mengembangkan
toko sebagai sarana pengembangan modal pembiayaan masjid.

Secara umum, yang menjadi harapan bersama adalah bahwa masjid bukan hanya
sebatas pusat kegiatan ibadah bagi para jamaahnya. Masjid diharapkan dapat menjadi pusat
aktivitas sosial dan ekonomi bagi para jamaahnya. Masjid dapat menjadi wadah bagi para
jamaahnya dalam mengembangkan kegitan-kegiatan yang bernilai ekonomis dan
menghasilkan income bagi jamaahnya. Jika selama ini unit-unit usaha yang sudah dirintis
sudah mulai menghasilkan, namun ke depannya diharapkan ada lembaga kuat yang berbadan
hukum yang tangguh dan berdaya saing tinggi sehingga mampu menjadi lembaga ekonomi
masjid yang mampu menjadi kekuatan ekonomi kolektif bagi seluruh jamaah masjid.

Untuk membangun kekuatan ekonomi harus memanfaatkan segala potensi yang


dimiliki oleh masjid, baik itu potensi jamaah, potensi lokasi masjid, potensi ekonomi
masyarakat sekitar masjid, dan potensi-potensi lainnya. Bila kesemua potensi tersebut dapat
dikelola dengan baik, maka problematika pengangguran dan kemiskinan, yang menjadi
musuh utama umat Islam saat ini, akan dapat diminimalisasi dan dapat dipastikan sektor riil
akan bergerak, dan tingkat pengangguran pun dapat diminimalisasi. Karena pihak masjid
dapat mempekerjakan anggota masyarakat yang tidak mendapatkan pekerjaan.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Masjid merupakan lembaga pendidikan Islam yang murni lahir dari umatIslam sendiri


yang pada masa awal menjadi institusi sentral dan menjadi basisutama sebagai tempat ibadah,
pendidikan, pemerintahan sosial dan peran-peranlain yang berhubungan langsung dengan
persoalan-persoalan keumatan. Berbagai fungsi Masjid yang bisa disimpulkan dari
pemaparan diatasantara lain sebagai pusat beribadah (fungsi keagamaan), sebagai pusat
pemerintahan dan peradaban, sebagai pusat persaudaraan (ukhuwah Islamiyah), sebagai pusat
pendidikan, sebagai pengumpulan dana (Baitul mal), sebagai symbol persamaan, sebagai
sarana untuk membangun peradaban.
Ditemukan masjid-masjid kota tak hanya diperuntukan sebagai sarana tempatibadah
tetapi pula dilengkapi fasilitas perpustakaan, ruang administrasi, ruang belajar baca tulis al
Qur`an. Salah satu komponen penting dalam pengembangan masjid adalah RemajaMasjid.
Remaja masjid menjadi penting untuk menghidupkan masjid karena sifatdasar dari remaja
dan pemuda itu sendiri yaitu penuh ide kreatifitas dan inovasi.Sehingga kegiatan masjid akan
lebih beraneka dan tidak monoton serta mampu membangun peradaban.
Hal terpenting adalahmenarik jama‟ah dari kalangan muda. Yang tidak kalah penting
adalah tujuan untuk kaderisasi, generasi muda yang cinta masjid kelak akan menjadi
penerussebagai pengurus masjid. Tidak hanya menjadi pengurus masjid, optimalisasimasjid
untuk menghasilkan generasi cinta masjid diharapkan mampumenghasilkan pemimpin-
pemimpin yang cinta masjid, seperti halnya sahabat-sahabat Rasulullah SAW.

3.2 Saran

Berdasarkan materi yang telah kami paparkan diatas, masih perlu adanya metode
penelitian lebih lanjut akan upaya peningkatan diskusi terhadap pemuda muslin sebagai salah
satu cara untuk memanfaatkan sarana masjid dalam pembangunan peradaban.

14
DAFTAR PUSTAKA

M. Abdzar D. Revitalisasi Peran Masjid sebagai Basis dan Media Dakwah Kontemporer.

Syamsul Kurniawan. 2014. Jurnal Khatulistiwa-Journal of Islamic Studies, Masjid dalam


Lintasan Sejarah Umat Islam.

Hafidhuddin, Didin. 1998. Dakwah Aktual. Jakarta: Gema Insani Press.

Agustianto, “Peran Masjid Dalam Edukasi Ekonomi Syariah”. diakses pada 12 Oktober 2020
dari

https://www.pesantrenvirtual.com/peran-masjid-dalam-edukasi-ekonomi-syariah/

hri. “Peran Masjid dalam Peradaban Islam”. diakses pada 12 Oktober 2020 dari

https://republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/38908/peran-masjid-dalam-peradaban-
islam

Misrawi, Zuhairi. 2010. Al-Azhar: Menara Ilmu, Reformasi, dan Kiblat Keulamaan

Hasyim L Sukarno. 2016. Strategi Masjid dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat. Jurnal
Lentera, 14(2)

https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/38908/peran-masjid-dalam-
peradaban-islam

https://thr.kompasiana.com/cangkoiburong/5cd118936c329d111e5f07d3/menjadikan-masjid-
sebagai-pusat-peradaban-ummat-islam

https://www.academia.edu/5544793/Fungsi_Masjid_Dalam_Membangun_Peradaban_Islam

https://republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/16/03/10/o3tk9w313-masjid-pusat-
pembangunan-peradaban-manusia

https://core.ac.uk/download/pdf/148606366.pdf

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Masjid

https://aldayub.wordpress.com/materi-kuliah/peran-dan-fungsi-masjid/

15
16

Anda mungkin juga menyukai