Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aborsi

Pengertian aborsi menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008) adalah


terpencarnya embrio yang tak mungkin lagi hidup (sebelum habis bulan
keempat dari kehamilan).Pengertian aborsi menurut Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana di Indonesia adalah: 1) Pengeluaran hasil konsepsi pada
stadium perkembangannya sebelum masa kehamilan yang lengkap tercapai
(38-40 minggu); 2) Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di
luar kandungan (berat kurang dari 500 gram atau kurang dari 20 minggu).

Pada UU kesehatan, pengertian aborsi dibahas secara tersirat pada pasal 15


(1) UU Kesehatan Nomor 23/1992 disebutkan bahwa dalam keadaan darurat
sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya, dapat
dilakukan tindakan medis tertentu. Maksud dari ‘tindakan medis tertentu,
yaitu aborsi. Sementara aborsi atau abortus menurut dunia kedokteran adalah
kehamilan berhenti sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan
kematian janin. Apabila janin lahir selamat sebelum 38 minggu namun setelah
20 minggu, disebut kelahiran prematur.

2.2 Jenis Aborsi


Klasifikasi abortus atau aborsi berdasarkan dunia kedokteran, yaitu:
1. Abortus spontanea
Abortus spontanea merupakan abortus yang berlangsung tanpa tindakan.
Aborsi ini dibedakan menjadi 4 meliputi:
1. Abortus imminens, pada kehamilan kurang dari 20 minggu terjadi
perdarahan dari uterus atau rahim, dimana janin masih didalam rahim,
serta leher rahim belum melebar (tanpa dilatasi serviks).
2. Abortus insipiens, istilah ini kebalikan dari abortus imminens, yakni
pada kehamilan kurang dari 20 minggu,terjadi pendarahan,dimana
janin masih didalam rahim, dan ikuti dengan melebarnya leher
rahim(dengan dilatasi serviks)
3. Abortus inkompletus, keluarnya sebagian organ janin yang berusia
sebelum 20 minggu, namun organ janin masih tertinggal didalam
Rahim
4. Abortus kompletus, semua hasil konsepsi(pembuahan) sudah di
keluarkan    
2. Abortus provokatus
Abortus jenis provokatus adalah jenis abortus yang sengaja dibuat atau
dilakukan dengan menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup
diluar tubuh ibu atau sebelum berat janin mencapai setengah kilogram.
Abortus provakatus dibagi menjadi 2 jenis:
1. Abortus provokatus medisinalis/artificialis/therapeuticus. Abortus
yang dilakukan dengan disertai indikasi medis. Di indinesia yang
dimaksud dengan indikasi medik adalah demi menyelamatkan nyawa
ibu. Indikasi medis yang dimaksud misalnya: calon ibu yang sedang
hamil tapi punya penyakit yang berbahaya seperti penyakit jantung,
bila kehamilan diteruskan akan membahayakan nyawa ibu serta janin,
sekali lagi keputusan menggugurkan akan sangat dipikirkan secara
matang.
2. Abortus provokatus kriminalis, istilah ini adalah kebalikan dari abortus
provokatus medisinalis, aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya
indikasi medik (ilegal). Biasanya pengguguran dilakukan dengan
menggunakan alat-alat atau obat-obat tertentu.
3. Abortus habitualis
Abortus habitualis termasuk abortus spontan namun habit (kebiasaan)
yang terjadi berturut-turut tiga kali atau lebih.
4. Missed abortion
Kematian janin yang berusua sebelum 20 minggu, namun janin tersebut
tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih, dan terpaksa harus
dikeluarkan. Missed abortion digolongkan kepada abortus imminens.
5. Abortus septik
Tindakan menghentikan kehamilan karena tindakan abortus yang
disengaja (dilakukan dukun atau bukan ahli) lalu menimbulkan infeksi.

2.3 Penyebab Aborsi


Berikut beberapa penyebab aborsi dilakukan:
1. Umur
Umur menjadi pertimbangan seseorang wanita memilih abortus. Apalagi
untuk calon ibu yang merasa masih terlalu muda secara emosional, fisik
belum matang, tingkat pendidikan rendah dan masih terlalu tergantung
pada orang lain masalah umur yang terlalu tua untuk mengandungpun
menjadi penyebab abortus
2. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
Jarak kehamilan yang terlalu rapat menjadi alasan abortus, karena jika
tidak dilakukan abortus akan menyebabkan pertumbuhan janin kurang
baik, bahkan menimbulkan pendarahan hal itu disebabkan karena keadaan
rahim yang belum pulih benar
3. Paritas ibu
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup (anak) yang dimiliki wanita.
Resiko paritas tinggi, banyak wanita melakukan abortus.
4. Riwayat kehamilan yang lalu
Wanita yang sebelumnya pernah abortus, kemungkinan besar akan
dilakukan abortus lagi.

Selain penyebab di atas, aborsi juga dapat terjadi karena beberapa sebab,
yaitu:
a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus
pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan
kelainan ini ialah :
1. Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi
2. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.
3. Pengaruh teratogen akibat radiasi, firus, obat-obatan, tembakaou
dan alkohol
b. Kelainan pada plasenta, misalnya enderteritis vili korialis karena
hipotensi menahun.
c. Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan,
toksoplasmosis.
d. Kelainan traktus genitalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus
pada trimester kedua), retroversi uteri, dan kelainan bawaan uterus.

2.4 Resiko Aborsi


Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi:
1. Resiko kesehatan dan keselamatan fisik
Pada saat melakukan aborsi  dan setelah melakukan aborsi ada beberapa
resiko yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam
buku “Facts of Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu:
1. Kematian mendadak karena pendarahan hebat
2. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
3. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
4. Rahim yang sobek (Uterine Perforation)
5. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan
cacat pada anak berikutnya.
6. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada
wanita)
7. Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
8. Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
9. Kanker hati (Liver Cancer)
10. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan
menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada
saat kehamilan berikutnya.
11. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic
Pregnancy)
12. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
2. Resiko kesehatan mental
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi
kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga
memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang
wanita.
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami
hal-hal seperti berikut ini:
1. Kehilangan harga diri (82%)
2. Berteriak-teriak histeris (51%)
3. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)
4. Ingin melakukan bunuh diri (28%)
5. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)
6. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)

2.5 Hukum Aborsi Menurut Undang – Undang


Beberapa pasal yang mengatur abortus provocatus dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP)
1. Pasal 314
Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat
anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas
nyawa anaknya diancam, karena membunuh anak sendiri, dengan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
2. Pasal 342
Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut
akan ketahuan bahwa akan melarikan anak, pada saat anak dilahirkan atau
tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam, karena
melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana
penjara paling lama sembilan tahun.
3. Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi
orang lain yang turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau
pembunuhan dengan rencana.
4. Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau menatikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun.
5. Pasal 347
1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan
pidana penjara paling lama dua belas tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,
dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
6. Pasal 348
1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang wnita dengan persetujuannya, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,
dikanakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
7. Pasal 349
Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan
salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka
pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga
dan dapat dicabut hak menjalankan pencarian dalam mana kejahataan
dilakukan.
8. Pasal 535
Barangsiapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu sarana untuk
menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa
diminta menawarkan, ataupun secara terang-terangan atau dengan
menyiarkan tulisan tanpa diminta, menunjuk sebagai bias didapat, sarana
atau perantaraan yang dimikian itu, diancam dengan kurungan paling lama
tiga bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992

1. Pasal 15
a. Dalam darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan
atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
b. Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 hanya
dapat dilakukan: berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan
diambilnya tindakan tersebut.
c. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
untuk itu dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta
berdasarkan pertimbangan tim ahli.
d. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau
keluarganya.
e. Pada sarana kesehatan tertentu.
2. Pasal 80
Barangsiapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap
ibu hamil yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 15 ayat (1) dan ayat (92), dipidana dengan pidana penjara paling
lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

2.6 Gambaran Kasus Dan Dilema Etik Keperawatan Dalam Aborsi


Seorang mahasiswi berusia 18 tahun mengeluh terlambat menstruasi 4
bulan. Kepada sahabatnya dia mengatakan sering mual-mual, dia juga
mengaku sering melakukan hubungan intim bersama kekasihnya. Sahabatnya
menyarankan untuk membeli alat tes kehamilan, dan ternyata hasilnya
menunjukkan bahwa dia positif hamil.
Kemudian oleh kekasihnya diajak ke klinik bersalin untuk mengakhiri
kehamilannya. Menurut informasi yang didapat, klinik tersebut sudah biasa
melakukan aborsi. Mereka setuju melakukan aborsi dengan alasan mahasiswa
dan mahasiswi itu masih kuliah dan belum siap untuk menikah.
Akhirnya mereka memutuskan untuk meminta bantuan untuk dilakukan
aborsi. Setelah dicapai kesepakatan dokter menyarankan tindakan aborsi itu
dilakukan keesokan harinya. Aborsi itu dilakukan dokter dengan bantuan
seorang perawat. Sebelum aborsi dilakukan perawat melakukan informed
consent terlebih dahulu, informed consent itu disetujui oleh mahasiswi.
Sebenarnya perawat mengalami dilema etis pada saat melakukan informed
consent. Tapi demi pekerjaan dia menurut saja pada perintah dokter.
Pada saat dilakukan tindakan aborsi terjadi perdarahan yang hebat dan tida
k bisa ditanggulangi sehingga mengakibatkan mahasiswi itu menghembuskan
napas terakhir.

Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa:

Aborsi adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar rahim. Aborsi dibagi menjadi dua yaitu aborsi spontan dan 
provocatus. Aborsi spontan terdiri dari aborsi immines, insipien, inkompletus
komplitus, missed abortion, habitualis, infeksiosa dan septik. Aborsi
provocatus terdiri dari aborsi medis dan riminalis. Penyebab aborsi terdiri dari
alasan medis dan alasan pribadi. Risiko aborsi dibagi menjadi risiko medis dan
risiko psikologis.

Anda mungkin juga menyukai