Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui konsep kelarutan dan pengaruh pH
terhadap kelarutan bahan obat yang bersifat asam lemah.
Umumnya sediaan farmasi bersifat asam dan basa lemah. Kelarutan suatu zat asam atau basa lemah sangat dipengaruhi oleh pH karena untuk menjamin larutan homogen jernih dan efektif terapi maksimumnya. Kelarutan asam – asam lemah meningkat dengan meningkatnya pH larutan, karena berbentuk garam yang mudah larut. Sedangkan kelarutan basa - basa lemah bertambah dengan menurunnya pH larutan. Kelarutan intrinsik, yang kita amati adalah filtrate yang diperoleh dari hasil pengadukan menggunakan shaker dalam rentang periodik tertentu. Berbeda dengan pengamatan kelarutan intrinsik, pada kelarutan semu ini yang kita amati adalah endapan yang diperoleh dari pengadukan. Larutan dapar adalah larutan yang dapat mempertahankan pH nya walaupun ditambahkan sedikit asam dalam larutan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pH larutan dapar antara lain dengan penambahan garam-garam netral ke dalam larutan dapar yang mengubah pH larutan dengan berubahnya kekuatan ion. Faktor lainnya adalah pengenceran. Penambahan air dalam jumlah cukup, jika tidak mengubah pH juga dapat mengakibatkan penyimpangan positif atau negatif sekalipun kecil sekali, karena air selain dapat mengubah nilai koefisien keaktifan ia juga dapat bertindak sebagai asam lemah atau basa lemah. Larutan dapar yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan dapar pospat , di mana larutan ini dapat mempertahankan pH nya sesuai dengan yang kita butuhkan. Percobaan ini dipakai asam benzoat sebagai sampel. Asam benzoat merupakan salah satu contoh bahan obat yang bersifat asam lemah. Sedangkan yang menjadi pelarutnya yaitu campuran larutan dapar fosfat berbagai pH. Hal ini dikarenakan bahan obat yang umumnya bersifat asam lemah / basa lemah mudah berubah-ubah pHnya . Larutan dapar pada mulanya tidaklah dibuat dari basa lemah dan garamnya karena mudahnya menguap dan ketidakstabilan basanya, Peniadaan perubahan pH tersebut dikenal sebagai aksi dapar. Jadi dengan adanya larutan dapar, maka bahan obat akan mencapai pH yang optimum sehingga memperoleh kelarutan yang maksimum. Percobaan dilakukan dengan menimbang asam benzoat sebanyak 100 mg, kemudian dilarutkan dalam flakon dengan larutan dapar pH 3,2; 4,2; dan 5,2 masing-masing 100 mL. Selanjutnya flakon dimasukkan ke shaker pada suhu 300C untuk mendapat penggojokan yang sama dan teratur sehingga larutan bercampur secara homogen. Penggojokan dilakukan dalam periode waktu 30 menit, 60 menit, dan 90 menit sehingga ada 9 flakon yang berisi sampel murni yang akan diuji. Kemudian dilakukan penyaringan. Penyaringan dilakukan karena jika ada endapan di dalam larutan akan mengganggu pembacaan absorbansinya.
Setelah itu dilakukan pengenceran. Pengenceran dilakukan dengan faktor
pengenceran 1000 dengan cara mengambil 1 mL sampel murni hasil penyaringan dan ditambah dapar fosfat sesuai pH masing-masing hingga volumenya 100 mL kemudian diambil lagi 1 mL campuran tersebut dan dilarutkan dengan dapar fosfat sesuai pH masing- masing hingga volumenya 10 mL. Kemudian absorbansinya dibaca pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 227 nm. Hasil absorbansi yang didapat pada pH 3,2 dengan berbagai periode waktu berurutan menunjukkan hasil yang tidak sesuai yaitu 0,065; 0,061; 0,064 sehingga tidak masuk dalam range absorbansi yang baik (0,2-0,8). Pada pH 4,2 didapat hasil yang masuk ke dalam range absorbasi yang baik hanya pada menit ke-60 yaitu 0,6 dengan faktor pengenceran 400. Pada pH 6,2, absorbansi yang didapat pada menit ke-30 adalah 0,44 tanpa pengenceran, menit ke-60 sebesar 2,8 dengan faktor pengenceran 20, menit ke-90 sebesar 0,3 dengan faktor pengenceran 500. Secara teori, jika pH naik maka kelarutan obat juga naik.Karena larutan berada dalam keadaan jenuh yang mengandung molekul tak terion dan bentuk obat yang terion. Kelarutan semu menunjukkan dalam larutan ada bentuk molekul dan ion sehingga makin tinggi pH, maka kelarutan akan meningkat karena selain terbentuk larutan jenuh obat dalm bentuk molekul, kelarutan intrinsik (tidak terionisasi) juga obat terlarut dalam bentuk ion sehingga jumlah ion meningkat. Hal ini kurang sesuai dengan percobaan kami. Ketidaksesuaian ini dikarenakan banyak faktor diantaranya adalah kuvet yang sulit terbaca di spektrofotometer dan larutan dapar yang sudah terkontaminasi. Dari hasil tersebut, dapat ditentukan kadar dan kelarutan intrinsiknya (S 0)sehingga diperoleh obat terlarut dalam bentuk ion (Si).