c. Dehidrasi
Dehidrasi ringan (defisit 4% BB)
Dehidrasi sedang (defisit 8% BB)
Dehidrasi berat (defisit 12% BB)
Syok (defisit > 12% BB)
Rehidrasi:
50% 8 jam
50% 16 jam
Contoh:
1. ♂ BB 50 kg dengan peritonitis & mengalami dehidrasi berat. Bagaimana
resusitasi cairan?
= - Pemilihan cairan = RL karena terjadi dehirasi isotonis
- Jumlah perkiraan defisit = 50 kg x 12% BB (dehidrasi berat)
= 6000 ml
- Teknik pemberian cairan = - 50% dari 6000 ml (3000 ml) diberi selama 8
jam pertama, lalu 50% sisanya (3000 ml)
diberi 16 jam berikutnya
- Agar gangguan hemodinamik cepat
kembali: - 1 jam pertama → 20 ml/kgBB =
20 ml x 50 kg = 1000 ml
- 7 jam berikutnya → 2000 ml
- 16 ja berikutnya → 3000 ml
- Setelah 24 jam pertama dilewati →
maintenance
2. ♂ BB 65 kg, diare, dehidrasi sedang
= - Diare = isotonis (cairan kristaloid isotonis)
- Dehidrasi sedang → defisit 8% BB = 8% x 65 kg = 5200 ml
- Cara pemberian (5200 ml)
8 jam pertama: 2600 ml
Tetesan: 2600 x 20 = 108,33 tpm
8 x 60
16 jam kedua: 2600 ml
Tetesan: 2600 x 20 = 54,17 tpm
16 x 60
PERDARAHAN
Keterangan:
- Kristaloid rumus 3 : 1 = untuk mengganti darah dengan kristaloid, beri 3-4x
volume darah
- Koloid rumus 1 : 1 = sama dengan volume darah yang diperlukan
Transfusi Darah
Indikasi transfusi darah:
- Anemia karena perdarahan (batas Hb 7-8 gr/dl)
- Anemia hemolitik (batas Hb 5 gr/dl)
- Anemia aplasti, atau anemia karena sepsis
Ketentuan:
- Hb 5 gr/dl → critical
- Hb 8 gr/dl → tolerable
- Hb 10 gr/dl → optimal
Transfusi dilakukan bila kadar Hb mencapai tahap CRITICAL dan
dihentikan bila kadar Hb sudah memasuki tahap TOLERABLE atau
OPTIMAL
Rumus Perhitungan Darah untuk Tranfusi
Rumus: (Hb normal – Hb saat ini) x BB x jenis darah
2. WB (Whole Blood)
- Terdiri dari sel darah merah, leukosit, trombosit, dan plasma
- Indikasi: pengganti sel darah merah pada pasien perdarahan akut dengan
hipovolemia, untuk meningkatkan jumlah sel darah merah & volume
plasma bersamaan, dan sebagai alternatif jika PRC tidak tersedia.
- Kontra indikasi: pasien dengan anemia kronis & gagal jantung, berisiko
terjadi overload cairan
- Dalam 1 kantung WB: 450 ml darah (63 ml antikoagulan), 1 unit WB dapat
meningkatkan Hb sekitar 1 gr/dl atau hematokrit 3-4%.
- Perhitungan dengan WB dikalikan 6
- Contoh:
♀ BB 65 kg, Hb sekarang 5 gr/dl, mau dinaikkan menjadi 10 gr/dl
= (10 – 5) x 65 kg x 6
= 1950 cc
OBAT-OBAT ANESTESI
a. Sulfas Atropin
- Sediaan: serbuk injeksi ( 1 ml = 1 cc = 0,25 mg) dalam spoit 3 cc →
langsung 2 ampul = 0,5 mg/2 cc
- Dosis: 1 mg IV bolus dapat diulang dalam 3 – 5 menit, dosis total 0,03 –
0,04 mg/kgBB. Untuk bradikardi: 0,5 mg IV bolus tiap 3-5 menit, maksimal
3 mg.
- Indikasi: obat premedikasi untuk mengeringkan bronkus, kurangi
hipersalivasi
- Kontra indikasi: bradikardi dengan irama EKG AV Blok derajat II tipe 2
atau derajat III, glaukoma
- Efek samping: mulut kering, penglihatan kabur, konstipasi, takikardi,
halusinasi
b. Efedrin
- Sediaan: 1 amp = 1 cc = 50 mg, diencerkan dalam 9 cc NaCl dalam spoit
10 cc = 5 mg/cc
- Dosis: 5-10 mg IV
- Indikasi: hipotensi karena vasodilatasi, obstruksi nasal
- Kontra indikasi: hipersensitivitas terhadap obat, glaukoma sudut tertutup,
riwayat PJK & hipertensi.
- Efek samping: hipertensi, aritmia, mual, muntah, gangguan tidur
c. Lidocain
- Sediaan: 1 amp = 2 cc = 40 mg
- Dosis: 1 – 1,5 mg/kgBB bolus IV dapat diulang 3-5 menit
- Indikasi: anestesi infitrasi, blok saraf, anastesi permukaan
- Kontra indikasi: alergi, penyakit parkinson, gangguan jantung
- Efek samping: kejang, mual, muntah, bingung, halusinasi, hipotensi
d. Fentanyl
- Sediaan: 1 amp = 2 cc, diencerkan dengan 8 cc NaCl → 10 cc
- Dosis: 1 – 2 ug/kgBB bolus IV
- Indikasi: nyeri kronik, analgetik pada anestesi regional/general
- Kontra indikasi: riwayat depresi napas, asma akut, ibu hamil & menyusui
- Efek samping: depresi napas, hipotensi, mual, muntah
e. Pethidin
- Sediaan: 1 amp = 2 cc = 100 mg, diencerkan dalam spoit 10 cc → 1 cc =
10 mg
- Dosis: 1 – 2 mg/kgBB, menggigil pasca bedah 0,2 – 5 mg/kgBB
- Indikasi: nyeri hebat, menggigil
- Kontra indikasi: gangguan fungsi ginjal berat
- Efek samping: pusing, mulut kering, euforia, berkeringat, mual, muntah
f. Propofol
- Sediaan: (1 amp = 20 cc → 1 cc = 10 mg) 1 amp → 200 mg dalam spoit
20 cc
- Dosis: 2 – 3 mg/kgBB IV bolus
- Indikasi: induksi anestesi, sedasi penderita yang diberi napas buatan
- Kontra indikasi: risiko kardiovaskular, hipersensitivitas
- Efek samping: pusing, batuk, depresi napas, apneu, hipotensi, bradikardi
g. Ketamin
- Sediaan: vial 1 cc = 10 mg
- Dosis: 1 – 2 mg/kgBB IV untuk induksi
- Indikasi: hipotensi, pengendalian jalan napas sulit
- Kontra indikasi: hipertensi (160/100 mmHg), pembedahan mata tertentu,
penyakit saraf dengan TIK meningkat
- Efek samping: halusinasi, mimpi buruk, takikardi, bingung, mual, muntah
h. Atracurium
- Sediaan: 1 amp = 5 cc = 50 mg
- Dosis: intubasi 0,5 – 0,6 mg/kgBB IV, maintenance 0,1 – 0,2 mg/kgBB IV
- Indikasi: pelemas otot non depolarisasi
- Kontra indikasi: penggunaan berkepanjangan
- Efek samping: bronkospasme, takikardi
TERAPI OKSIGEN
Pada keadaan biasa, udara yang dihirup atau dikeluarkan (volume tidal)
sekitar 500 ml/kali, sedangkan frekuensi napas ± 15x/menit sehingga udara
yang dihirup dalam 1 menit sekita 7500 ml/menit
Syarat pemberian O2:
- Konsentrasi O2 udara inspirasi terkontrol
- Tidak terjadi penumpukan CO2
- Mempunyai tahanan jalan napas yang rendah
- Efisien & ekonomis
- Nyaman untuk pasien
Indikasi: kerusakan O2 jaringan yang diikuti gangguan metabolisme dan
sebagai bentuk hipoksemia
Macam-macam alat terapi oksigen:
a) Nasal kanul: - kecepatan aliran 1 – 5 liter/menit
- FiO2 40%
- Jika > 5 lpm → iritasi & kering mukosa nasal
b) Simple mask: - kecepatan aliran 6 – 10 liter/menit
- FiO2 35% - 60%
- Jika > 6 lpm → penumpukan CO2
c) Non-Rebreathing: - kecepatan aliran 9 - 15 liter/menit
- FiO2 90 – 100%
d) Partial-Rebreathing: 1/3 gas awal ekspirasi masuk ke kantung reservoir
bercampur O2 yang ada
e) Venturi mask: - kecepatan aliran 4 - 8 liter/menit (24% - 35%), 10 – 15
liter/menit (40% - 50%)
- FiO2 dapat dikendalikan