Anda di halaman 1dari 6

Nama: Fitriah_B974_UMI

STB : 11120191016

TUGAS

1. Apakah bisa membuat VER tanpa ada SPV?

Tidak bisa,

Terperiksa sebagai korban merupakan barang bukti yang dinyatakan dalam

Surat permintaan Visum (SPV) dari penyidik kepolisian. Bila terperiksa datang

tanpa membawa SPV, terperiksa ditangani sebagai pasien dimana semua

bukti-bukti serta tindakan-tindakan medis dicatat dalam Rekam Medis. Jika

SPV datang terlambat, maka Visum et Repertum dibuat di Bagian Ilmu

Kedokteran Forensik berdasarkan data Rekam Medis.

DASAR HUKUM PEMBUATAN VER (PASAL 133 KUHAP)

1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban

baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang

merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan

ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.

2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan

secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk

pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah

mayat.

3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada

rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan

terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak
dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain

badan mayat.
2. Apa yang dimaksud dengan VER?

Visum Et Repertum adalah laporan tertulis untuk kepentingan peradilan atas

permintaan yang berwenang, yang dibuat oleh dokter, terhadap segala sesuatu

yang dilihat dan ditemukan pada pemeriksaan barang bukti, berdasarkan

sumpah pada waktu menerima jabatan, serta berdasarkan pengetahuannya

yang sebaik-baiknya.

Pada korban, luka perlu penjelasan tentang jenis kekerasan, hubungan sebab

akibat dari kelainan, derajat luka, bila korban dirawat berapa lama korban

dirawat dan bagaimana harapan kesembuhannya. Pada korban meninggal

harus dijelaskan sebab dan mekanisme kematian.

3. Apa perbedaan resume medik dan laporan VER?

Surat keterangan medis:

a. Ringkasan rekam medis (medical summary)

b. Ringkasan pulang (discharge summary)

c. Surat keterangan sehat/ sakit

UU NO. 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN

PASAL 52  Hak & Kewajiban Pasien

Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai hak:

a. mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3);

b. meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;

c. mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;

d. menolak tindakan medis; dan

e. mendapatkan isi rekam medis.


Surat Keterangan Medis:

Wajib dibuat oleh dokter

Hak pasien untuk mendapat SKM

VER:

Harus ada permintaan tertulis dari penyidik

Pembuatan VER tidak perlu informed consent

4. Apa yang kalian ketahui tentang rigor mortis

Berasal dari bahasa latin Rigor berarti “stiff” atau kaku, dan mortis yang berarti

tanda kematian (sign of death). Rigor mortis merupakan tanda kematian yang

disebabkan oleh perubahan kimia pada otot setelah terjadinya kematian,

dimana tanda ini susah digerakkan dan dimanipulasi. Awalnya ketika rigor

mortis terjadi otot berkontraksi secara acak dan tidak jelas bahkan setelah

kematian somatis.

Rigor mortis adalah tanda kematian yang dapat dikenali berupa kekakuan otot

yang irreversible yang terjadi pada mayat. Kelenturan otot dapat terjadi selama

masih terdapat ATP yang menyebabkan serabut aktin dan miosin tetap lentur.

Bila cadangan glikogen dalam otot habis, maka energi tidak terbentuk lagi,

aktin dan miosin menggumpal dan otot menjadi kaku.

Rigor mortis akan mulai muncul 2 jam postmortem semakin bertambah hingga

mencapai maksimal pada 12 jam postmortem. Kemudian berangsur-angsur

akan menghilang sesuai dengan kemunculannya. Pada 12 jam setelah

kekakuan maksimal (24 jam postmortem) rigor mortis menghilang


5. Apa yang kalian ketahui tentang multiple cause of death dan multiple damage

 Penerapan analisis Multiple Cause Of Death diperlukan untuk menangkap

berbagai penyakit yang dapat menyebabkan kematian akibat penyakit kronis,

seperti kematian terkait diabetes. Diabetes dikaitkan dengan beberapa kondisi

yang mengakibatkan peningkatan risiko kematian, terutama gangguan

kardiovaskular, gagal ginjal, dan penyakit menular; lebih jauh lagi, baru-baru ini

telah muncul hubungan antara diabetes dan mortalitas dari berbagai bentuk

kanker, dan dari penyakit hati kronis

Multiple cause of death digunakan untuk memahami dan melacak kematian

secara lebih komprehensif karena penyakit kronis yang tidak sering muncul

sebagai penyebab kematian (misalnya Alzheimer, diabetes, pneumonia) ,

untuk memberikan dokumentasi yang lebih baik tentang asosiasi multi morbid

dan kekuatan asosiasi antara kondisi yang menyebabkan kematian (misalnya

dengan memeriksa frekuensi hubungan antara penyakit seperti diabetes dan

penyakit jantung iskemik), dan untuk membantu mengidentifikasi masalah

dengan proses pencatatan dan pengkodean informasi penyebab kematian.

Multiple Cause Of Death telah digunakan untuk melihat penyakit tertentu,

misalnya HIV dan penyakit paru-paru, tetapi meskipun tersedia, hanya sedikit

penelitian yang melihatnya secara luas. Memang tidak ada laporan tabulasi

ringkasan standar tahunan dari data multiple cause of death yang dikeluarkan

oleh NCHS. Hal ini mungkin disebabkan oleh banyaknya informasi yang

muncul ketika kombinasi penyebab kematian dipertimbangkan. Ada banyak

sekali kombinasi kompleks yang dapat diringkas dan mungkin tidak jelas tabel

apa yang menarik secara umum.


 Konsep Proximus Mortis Approach (PMA) digunakan dengan cara

menyebutkan alur patomekanisme keadaan yang menyebabkan suatu

damage/kematian sehingga didapatkan suatu rangkaian yang melatarbelakangi

terjadinya suatu insidens dan dapat ditunjukkan buktinya. Maka, dalam

menyebutkan rangkaiannya, perlu disebutkan terlebih dahulu keadaan morbid

yang paling dekat dengan kematian (proximate to the death) dan selanjutnya

disusul oleh keadaan morbid lain yang juga mempengaruhi secara berurutan.

Cara penulisan kesimpulan dari sebab kematian digunakan cara Multiple

Cause of Death (COD), sebagaimana yang telah dianjurkan oleh WHO.

Sehingga dituliskan keadaan morbid yang berhubungan langsung dengan

kematian (I-a), dan keadaan morbid yang mendahuluinya (I-b,I-c), serta

penyebab yang mendasari terjadinya kematian (I-d). Selain itu dituliskan pula

semua keadaan morbid lain yang tidak mempunyai hubungan langsung

dengan penyebab langsung kematian tersebut, namun berkontribusi terhadap

kematian dari korban (II-a, II-b, II-c, II-d).

Selain itu, penulisan kesimpulan sebab perlukaan/ jejas/ damage

menggunakan cara Multiple Cause of Damage (MCOD). Sehingga dituliskan

terlebih dahulu keadaan morbid yang berhubungan lansung dengan damage

(A-1), dan keadaan morbid yang mendahulinya/ penyebab sebelumnya (A-2,A-

3), serta penyebab yang mendasari terjadinya kematian (A-4). Selain itu

dituliskan pula semua keadaan morbid lain yang tidak mempunyai hubungan

langsung dengan penyebab langsung damage tersebut, namun memberikan

berkontribusi terhadap damage dari korban (B-1, B-2, B-3, B-4 dan

seterusnya).

Anda mungkin juga menyukai