Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

NY S DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN


DI WISMA SEMBODRO RSJ GRHASIA YOGYAKARTA
TANGGAL 31 MEI – 2 JUNI 2021
Disusun untuk memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

OLEH:

1. Bertha Silvia Juniasi (P07120520045)


2. Risna Damayanti (P07120520046)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
RESIKO PRILAKU KEKERASAN

I. Konsep Teori Resiko Prilaku Kekerasan


A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik terhadap diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk
mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif (Stuart
dan Sunden, 1995).
Menurut Keliat (2006) Resiko perilaku kekerasan adalah suatu keadaan
dimana saat ini tidak melakukan perilaku kekerasan tetapi pernah melakukan
perilaku kekerasan dan belum mempunyai kemampuan mencegah atau
mengontrol perilaku kekerasan tersebut.
Resiko perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik dalam diri
sendiri maupun orang lain disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang
tidak terkontrol (Direja, 2011).

B. Faktor Predisposisi
1. Faktor Biologis
a) Genetik
1) Diturunkan melalui kromosom orangtua diduga kromosom 4, 8,
15 dan 22.
2) Perubahan pada kromosom 5 dan 6 (Copel, 2007).
3) Kembar identik kemungkinan 40 - 55 %, dan kembar nonidentik
10 – 15 % (Copel, 2007).
b) Status nutrisi
1) Sering mengkonsumsi makanan dan minuman yang dapt merusak
metabolism tubuh dan menggangu peedaran darah seperti junk
food / pola hidup tidak sehat.
2) Riwayat malnutrisi
c) Kondisi kesehatan secara umum
1) Menderita Skizofrenia tipe paranoid (Copel, 2007).

2) Kelemahan fisik / penyakit fisik swperti adanya tumor otak


3) Gangguan fungsi pancaindera
4) Adanya riwayat penyakit yang mempengaruhi fungsi wicara.
5) Faktor perkembangan terlambat
6) Adanya riwayat hospitalisasi, pembedahan dan tindakan medic
7) Tidak melaksnakan pemeriksaan rutin / general check up terhadap
kesehatan secara umum.
8) Pemeriksaan Magnetik resonance Imaging (MRI), Positif
Emission Tomography (PET) dan Tomografi terkomputerisasi
(CT) memperlihatkan abnormalitas simetrisitas, kepadatan
jaringan, atrofi sebagian serebral, dan pelebaran ventrikel serebral
lateral.
9) Scanning PET menunjukkan penurunan aliran darah dan
penurunan metabolism glukosa di lobus frontal.
d) Sensivitas Biologi
1) Kerusakan system limbic, lobus frontal, lobus temporal dan
ketidakseimbangan neurotransmitter
2) Faktor hormonal
e) Paparan terhadap Racun
1) Penyalahgunaan zat
2) Perokok berat
3) Polusi udara tinggi
4) Riwayat keracunan, terpapar mercury, insectisida dll.
2. Faktor Psikologis
a) Intelegensi
1) Kurang kosentrasi
2) Prestasi akademik menurun (Hefler, 1976 dalam Patilimo, 2003)
b) Ketrampilan verbal
1) Ketidakmampuan Berkomunikasi secara optimal, komunikasi
cenderung dibesar-besarkan.
2) Kesulitan mengungkapkan / mengkronfotasikan kemarahan secara
verbal.
c) Moral
1) Moral mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan
2) Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat
menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan denngan moral
dan rasa tidak berdosa.
d) Kepribadian
1) Mudah putus asa / pesimis
2) Pemurung
3) Tertutup
4) Agresif
5) Mudah tersinggung
e) Pengalaman masa lalu
1) Masa kanak yang tidak menyenangkanyaitu perasan ditolak, dhina
dan dianiaya atau saksi penganiayaan
2) Pernah melihat orangtua melakukan hal yang serupa, sehingga ada
proses copying (meniru) atau modeling (mengidolakan) / sering
mengobservasi kekerasan di rumah atau diluar rumah.
3) Kelalaian orangtua dalam mendidik , sebagian muncul dari niat
baik, namun tetap salah karena ketidaktauan cara menididk dan
sebagian lagi timbul dari sikap orangtua yang ditaktor, otoriter dan
lain-lain (Dimas 2005 dalam Spesialis keperawatan jiwa FIK UI).
4) Keluarga yang penuh konflik, tidak bahagia.

5) Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang bermakna di masa


kanak-kanak.
6) Riwayat ditipu ( Madden dalam ernawati, 2007).
f) Konsep diri
1) Percaya diri kurang
2) Hilangnya harga diri
3) Peran tidak dapat dilakukan, kehilangan peran dalam keluarga
4) Kehilangan fungsi seksualitas sehingga gambaran diri terganggu.
5) Kebutuhan akan status dan pretise yang tidak terpenuhi.
6) Kebutuhan aktualisasi diri tidak tercapai sehingga menimbulkan
ketegangan dan membuat individu cepat tersinggung
g) Motivasi
1)Ketidakpedulian
2)Sikap meremehkan
3)Pesimis dalam menghadapi permasalahan.
h) Pertahanan Psikologi
1)Sangat peka terhadap situasi kehilangan
2)Kebiasaan koping maladaftif
3)Sulit mengembangkan sikap optimis dalammenghadapi
permasalahan.
i) Self Kontrol
1)Fungsi control diri terganggu, individu tidak mampu menahan
diri terhadap negative.
2)Kontrol diri yang diambil orang lain akibat menderita sakit.
j) Pencapaian tujuan terhambat
1)Frustasi akibat tujuan tidak tercapai atau terhambat sehingga
individu merasa cemas dan terancam.
2)Faktor Sosial Budaya

3. Factor social budaya


a) Latar Belakang Budaya
1) Budaya permissive : Kontrol sosial yang tidak pasti terhadap
perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku
kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan
diterima.
b) Agama dan Kenyakinan
1) Keluarga yang tidak solid antara nilai kenyakinan dan praktek,
serta tidak kuat terhadap nilai-nilai baru yang rusak.
2) Kenyakinan yang salah terhadap nilai dan kepercayaan tentang
marah dalam kehidupan. Misal Yakin bahwa penyakit merupakan
hukuman dari Tuhan.
c) Keikutsertaan dalam Politik
1) Terlibat dalam politik yang tidak sehat
2) Tidak siap menerima kekalahan dalam pertarungan politik.
d) Pengalaman sosial
1) Sering mengalami kritikan yang mengarah pada penghinaan.
2) Kehilangan sesuatu yang dicintai ( orang atau pekerjaan ).
3) Interaksi sosial yang provaktif dan konflik
4) Hubungan interpersonal yang tidak bermakna
5) Sulit memperhatikan hubungan interpersonal.
e) Peran sosial
1) Jarang beradaptasi dan bersosialisasi.
2) Perasaan tidak berarti di masyarakat.
3) Perubahan status dari mandiri ketergantungan (pada lansia)
4) Praduga negatif.
f) Adanya budaya atau norma yang menerima suatu ekspresi marah.
C. Faktor Presipitasi
Ancaman terhadap biologis, psikologis dan sosial budaya
yang terjadi pada saat ini, seperti :
1. Ancaman terhadap fisik : pemukulan, penyakit fisik.
2. Ancaman terhadap konsep diri ; frustasi, harga diri rendah, kegagalan
3. Ancaman terhadap psikologi : kehilangan perhatian dan kasih sayang
4. Ancaman sosial ; Kehilangan orang/benda yang berarti

D. Manifestasi Klinik
Menurut Keliat (2006) adalah:
1. Klien mengatakan benci / kesal dengan seseorang
2. Suka membentak
3. Menyerang orang yang sedang mengusiknya jika sedang kesal atau kesal
4. Mata merah dan wajah agak merah
5. Nada suara tinggi dan keras
6. Bicara menguasai
7. Pandangan tajam
8. Suka merampas barang milik orang lain
9. Ekspresi marah saat memnicarakan orang
E. Penatalaksanaan
Adapun penalaksanaan medik menurut MIF Baihaqi, dkk, 2005 sebagai
berikut :
1. Somatoterapi
Dengan tujuan memberikan pengaruh-pengaruh langsung berkaitan
dengan badan, biasanya dilakukan dengan :
a) Medikasi psikotropik
Medikasi psikotropik berarti terapi langsung dengan obat
psikotropik atau psikofarma yaitu obat-obat yang mempunyai efek
terapeutik langsung pada proses mental pasien karena efek obat
tersebut pada otak.
1) Obat anti psikosis, phenotizin (CPZ/HLP)
2) Obat anti depresi, amitriptyline
3) Obat anti ansietas, diazepam, bromozepam, clobozam
4) Obat anti insomnia, phneobarbital
b) Terapi Elektrokonvulsi (ECT)
Terapi ini dilakukan dengan cara mengalirkan listrik sinusoid ke
tubuh penderita menerima aliran listrik yang terputus-putus.
c) Somatoterapi yang lain
1) Terapi konvulsi kardiasol, dengan menyuntikkan larutan
kardiazol 10% sehingga timbul konvulsi
2) Terapi koma insulin, dengan menyuntikkan insulin sehingga
pasien menjadi koma, kemusian dibiarkan 1-2 jam, kemudian
dibangunkan dengan suntikan gluk
2. Psikoterapi
Psikoterapi adalah salah satu pengobatan atau penyembuhan terhadap
suatu gangguan atau penyakit, yang pada umumnya dilakukan melalui
wawancara terapi atau melalui metode-metode tertentu misalnya :
relaksasi, bermain dan sebagainya. Dapat dilakukan secara individu
atau kelompok, tujuan utamanya adalah untuk menguatkan daya tahan
mental penderita, mengembankan mekanisme pertahanan diri yang
baru dan lebih baik serta untuk mengembalikan keseimbangan
adaptifnya.
3. Manipulasi lingkungan
Manipulasi llingkunagan adalah upaya untuk mempengaruhi
lingkungan pasien, sehingga bisa membantu dalam proses
penyembuhannya. Teknis ini terutama diberikan atau diterapkan
kepada lingkungan penderita, khususnya keluarga.
Tujuan utamanya untuk mengembangkan atau merubah/menciptakan
situasi baru yang lebih kondusif terhadap lngkungan. Misalnya dengan
mengalihkan penderita kepada lingkunmgan baru yang dipandang lebih
baik dan kondusif, yang mampu mendukung proses penyembuhan
yang dilakukan.
F. Psikopatologi
Menurut Depkes (2000) mengemukakan bahwa stress, cemas dan
merah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi oleh
setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecamasan yang menimbulkan
perasaan tidak menyenangkan dan terancam. Kecemasan dapat menimbulkan
kemarahan yang mengarah pada perilaku kekerasan.
Respon terhadap marah dapat diekspresikan secara eksternal maupun
internal. Secara eksternal dapat barupa perilak kekerasan sedangkan secara
internal dapat berupa perilaku depresi dan penyakit fisik.
Mengekspresiakan marah dengan perilaku konstruktif dengan menggunakan
kata- kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti orang lain,
akan member perasaan lega, menurunkan ketegangan, sehingga perasaan
marah dapat diatasi.
II. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, klien mampu menjawab semua pertanyaan yang
diajukan.
B. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan
C. Tujuan Khusus
1. Pasien dapat mengidentifikasi prilaku kekerasan
2. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda prilaku kekerasan
3. Pasien dapat menyebutkan jenis prilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya
4. Pasien dapat menyebautkan akibat dari prilaku kekerasan yang
dilakukannya.
5. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah / mengendalikan prilaku
kekerasannya
D. Intervensi Keperawatan
1. Resiko prilaku kekerasan terhadap diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
TujuanUmum:
Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Tujuan Khusus:
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Intervensi:
1) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati,
sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
2) Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
3) Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.

b) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.


Intervensi:
1) Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
2) Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
3) Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan
bermusuhan klien dengan sikap tenang.
c) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Intervensi:
1) Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan
saat jengkel/kesal.
2) Observasi tanda perilaku kekerasan.
3) Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang
dialami klien.
d) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
Intervensi:
1) Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
2) Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan.
3) Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya
selesai?"
e) Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Intervensi:
1) Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
2) Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
3) Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
f) Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon
terhadap kemarahan.
Intervensi:
1) Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
2) Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam
jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.
3) Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau
kesal / tersinggung
4) Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada
Tuhan untuk diberi kesabaran.
g) Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Intervensi:
1) Bantu memilih cara yang paling tepat.
2) Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
3) Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
4) Beri reinforcement positif atas keberhasilan
yang dicapai dalam simulasi.
5) Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih
saat jengkel / marah.
h) Klien mendapat dukungan dari keluarga.
Intervensi:
1) Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat
klien melalui pertemuan keluarga.
2) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
i) Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Intervensi
1) Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi,
efek dan efek samping).
2) Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama
klien, obat, dosis, cara dan waktu).
3) Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat
yang dirasakan.
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA NY S
DENGAN RESIKO PRILAKU KEKERASAN
DI RUANG SEMBODRO RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA
YOGYAKARTA
TANGGAL 31 MEI – 2 JUNI 2021

Hari/Tanggal : Senin, 31 Mei 2021


Jam : 08.00 WIB
Ruang : Sembodro
Oleh : Bertha Silvia Juniasi dan Risna Damayanti
Sumber data : Pasien, Perawat, Rekam Medis
Metode :Wawancara, Observasi, Pemerikasaan fisik dan Studi dokumen

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. S
Umur : 46 Tahun
Tanggal lahir : 15 Mei 1975
Alamat : Bantul
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja
RM : 00097xx
MRS : 17 Mei 2021
Diagnosa medis : Skizofrenia
2. ALASAN MASUK
Pasien mengatakan marah-marah, melempar rumah tetangganya sampai
kaca jendela tetangganya pecah, dan tidak minum obat selama 2 bulan.
3. FAKTOR PREDISPOSISI

a. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?

V Ya Tidak
b. Pengobatan sebelumnya: Berhasil √ kurang berhasil tidak
berhasil

c. Penganiayaan

Aniaya fisik : Tidak ada

Aniaya Seksual : Tidak ada

Penolakan : Tidak ada

Kekerasan dalam : Tidak ada


keluarga

Tindakan criminal : Tidak ada

Jelaskan point a,b,c : pernah mengalami gangguan jiwa di


masa lalu dirawat inap sudah 26 kali di RSJ sejak
tahun 1993, klien tidak pernah mengalami
penganiayaan secara fisik dan seksual, klien
tidak pernah mengalami tindakan criminal,
maupun kekerasan dalam keluarga.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah.
d. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Ya √ Tidak

Hubungan keluarga :-
Gejala :-
Riwayat pengobatan/perawatan : -
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


Pasien mengatakan pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
adalah putus cinta saat masih SMP
Masalah Keperawatan: Koping Individu Tidak efektif.
4. FISIK
a. Tanda vital: TD : 160/84 N :86 S : 36,5 RR :20x/menit
b. Keluhan fisik: Ya √ Tidak
Jelaskan: -

Masalah keperawatan: tidak ada masalah

5. PSIKOSOSIAL
a. Genogram

Keterangan :
: Laki-laki : Tinggal Serumah : Pasien
: Perempuan : Meninggal

: Garis Menikah : Garis Keturunan

Jelaskan : klien tinggal serumah bersama dengan ibunya. Keluarga


tidak ada yang mempunyai riwayat gagguan jiwa.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

b. Konsep Diri
1) Gambaran diri: Klien mengatakan tidak ada bagian tubuh yang tidak
di sukai, Klien menerima semua anggota tubuhnya
2) Identitas: Klien menyadari dia seorang wanita, sudah menikah,
memiliki 2 orang anak 1 laki-laki dan 1 perempuan
3) Peran: klien mengatakan belum puas menjadi seorang ibu karena
belum bisa merawat anak-anaknya dengan baik
4) Ideal diri: klien mengatakan bahwa dirinya menderita skizofrenia
5) Harga diri: klien mengatakan dirinya berharga, harus cepat sembuh
dan pulang.
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah

c. Hubungan Sosial

1) Orang yang berarti: Klien mengatakan orang terdekatnya adalah


ibunya.

2) Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat: Umumnya ia


aktif mengikuti kegiatan kelompok.

3) Hambatan dalam berbuhungan dengan orang Lain : -


Masalah keperawatan: tidak ada masalah

d. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan : klien mengatakan bahwa ia beragama islam.
2) Kegiatan ibadah : klien mengatakan bahwa ia jarang melakukan
shalat 5 waktu karena malas.
Masalah Keperawatan: koping individu tidak efektif

6. STATUS MENTAL
a. Penampilan
Tidak rapi Penggunaan pakaian Cara berpakaian tidak

seperti tidak sesuai biasanya

Jelaskan : klien sudah menggunakan baju dengan sesuai, tetapi


penampilan klien kurang rapi.

Masalah Keperawatan :

b. Pembicaraan
√ Cepat √ Keras Gagap Inkoheren

Apatis Lambat Membisu

Tidak mampu memulai pembicaraan

lelaskan : Umumnya selalu berbicara dengan cepat dan keras. Klien


mendominasi percakapan setelah menjawab satu-dua pertanyaan.

Masalah Keperawatan : Resiko Prilaku Kekerasan


c. Aktivitas Motorik:
Lesu Tegang Gelisah Agitasi

Tik Grimasen Tremor Kompulsif
Jelaskan : klien tampak lesu tidak bersemangat kalau sendirian

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

d. Alam perasaaan
√ Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir Gembira
berlebihan

Jelaskan : umumnya klien mengatakan ingin pulang.

Masalah Keperawatan : Koping individu tidak efektif

e. Afek
Datar Tumpul Labil Tidak sesuai

Jelaskan : emosi klien kadang berubah-ubah, kadang kesal, kadang
sedih.

Masalah Keperawatan : Resiko Prilaku Kekerasan

f. lnteraksi selama wawancara


bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung

Kontak mata (-) Defensif Curiga

Jelaskan : selama berinteraksi klien kooperatif dan kontak mata klien


tajam

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

g. Persepsi
Pendengaran Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghidu

Jelaskan : klien tidak mengalami gangguan halusinasi

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

h. Proses Pikir
sirkumtansial tangensial kehilangan asosiasi

flight of idea blocking pengulangan


pembicaraan/persevara
si
Jelaskan : Proses pikir saat wawancara cukup baik, pembicaraan klien
sesuai dengan yang ditanyakan oleh perawat.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

i. Tingkat kesadaran
bingung sedasi stupor

Disorientasi

waktu tempat orang

Jelaskan : Umumnya sadar sepenuhnya, sadar ia berada di RSJ Grhasia,


mampu menyebutkan waktu saat ini hari Senin tanggal 31 Mei 2021
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah.
j. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang gangguan daya ingat
jangka pendek

gangguan daya ingat saat ini konfabulasi

Jelaskan : Umumnya klien ingat kapan tahun lahirnya. ingat dia sarapan
apa pagi ini, yaitu nasi, ayam, buah, kerupuk dan sayur.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah.
k. Isi Pikir
Obsesi Fobia Hipokondria

depersonalisasi ide yang terkait √ pikiran magis

Waham

Agama Somatik Kebesaran Curiga

nihilistic sisip pikir Siar pikir Kontrol pikir

Jelaskan Umumnya isi pikiran klien hanya keinginan pulang bertemu


dengan ibu.

Masalah Keperawatan: Koping individu tidak efektif

l. Daya tilik diri


mengingkari penyakit yang diderita

menyalahkan hal-hal diluar dirinya

Jelaskan : Klien mengatakan menyadari gejala penyakit (perubahan


fisik, emosi) pada dirinya dan merasa perlu perngobatan.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

7. Kebutuhan Persiapan Pulang


a. Makan

Bantuan minimal Bantuan total

b. BAB/BAK
Bantuan minimal Bantual total

Jelaskan : Klien makan 3x sehari porsi habis dengan nasi, lauk pauk dan
sayuran. Klien mengatakan BAB 1 kali sehari dan BAK 5-8 kali sehari
di WC dan dibersihkan.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah


c. Mandi
Bantuan minimal Bantuan total

d. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal Bantual total

e. Istirahat dan tidur

√ Tidur siang lama : 14.00 s/d 15.00

√ Tidur malam lama : 22.00 s/d 05.00

Kegiatan sebelum / sesudah tidur: merapikan tempat tidur, cuci


muka dan mandi

f. Penggunaan obat

√ Bantuan minimal Bantuan total

g. Pemeliharaan Kesehatan
Perawatan lanjutan Ya tidak

Perawatan pendukung √ Ya tidak

h. Kegiatan di dalam rumah


Mempersiapkan makanan Ya tidak √

Menjaga kerapihan rumah Ya √ tidak

Mencuci pakaian Ya √ tidak

Pengaturan keuangan Ya tidak √

8. Mekanisme Koping
Adaptif Maladaptif

Bicara dengan orang lain Minum alkohol


Mampu menyelesaikan masalah reaksi lambat/berlebih

Teknik relaksasi bekerja berlebihan

Aktivitas konstruktif menghindar

Olahraga mencederai diri

Lainnya: √ lainnya :

Jelaskan : Klien mengatakan apabila mempunyai masalah, klien sering


mengobrol sendiri, marah-marah

Masalah Keperawatan : Koping individu tidak efektif dan resiko


prilaku kekerasan

9. Masalah Psikososial dan Lingkungan:


Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik
Masalah dengan pendidikan, spesifik
Masalah dengan pekerjaan, spesifik
Masalah dengan perumahan, spesifik
Masalah ekonomi, spesifik
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik
Masalah lainnya, spesifik: Tidak ada masalah lain.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
10.Pengetahuan Kurang Tentang:
Penyakit jiwa sistem pendukung
Faktor presipitasi penyakit fisik
√ Koping obat-obatan
Lainnya :
Jelaskan: Umumnya menyadari bahwa dirinya sedang dirawat di rumah
sakit jiwa. Faktor penyebabnya karna tidak bisa mengontrol
emosi
Masalah Keperawatan : Koping individu tidak efektif
11. Aspek Medik
Diagnosa Medik: F.25.0 (Gangguan Skizofrenia)
Terapi Medik :
a. Clozapin 100 mg 2x1
b. Haloperidol 5 mg 2x1
c. Frimania 400 mg

Yogyakarta, 31 Mei 2021

Perawat,

(Bertha Silvia Juniasi) (Risna Damayanti)


ANALISA DATA
Nama : Ny S Tanggal: 31 Mei 2021
No DATA MASALAH

1 DS:
 Pasien mengatakan marah-marah, Risiko Perilaku Kekerasan
melempar rumah tetangganya
sampai kaca jendela tetangganya
pecah, dan tidak minum obat
selama 2 bulan

DO:
- Bicara cepat dan keras
- emosi klien kadang berubah-
ubah, kadang kesal, kadang
sedih.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASAR PRIORITAS


Risiko Perilaku Kekerasan
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Nama Pasien: Ny S
No DIAGNOSA TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS INTERVENSI
1 Risiko Perilaku Setelah dilakukan asuahan 1. Klien mampu membina hubungan Observasi:
Kekerasan keperawatan selama 3x24 jam saling percaya, mengidentifikasi 1. Monitor adanya benda yang
diharapkan: Klien mampu penyebab marah, tanda dan gejala berpotensi membahayakan.
mengontrol emosinya, dan yang dirasakan, perilaku kekerasan 2. Monitor selama penggunaan
mengikuti program pengobatan yang dilakukan, barang yang dapat
secara optimal akibat dan cara mengendalikan perilaku membahayakan.
kekerasan dengan cara fisik pertama Terapeutik:
( latihan nafas dalam). 1. Pertahankan lingkungan
2. Klien mampu mengendalikan perilaku bebas dari bahaya secara
kekerasan dengan cara fisik ke dua rutin.
(evaluasi latihan nafas dalam, latihan Edukasi:
mengendalikan perilaku kekerasan 1. Latih cara mengungkapkan
dengan cara fisik ke dua : pukul kasur perasaan secara asertif.
dan bantal), menyusun jadwal 2. Latih mengurangi
kegiatan harian cara ke dua. kemarahan secara verbal
dan nonverbal.
3. Klien mampu mengendalikan perilaku
kekerasan secara sosial/verbal (evaluasi
jadwal harian tentang dua cara fisik
mengendalikan perilaku kekerasan,
latihan mengungkapkan rasa marah
secara verbal ( menolak dengan baik,
meminta dengan baik, mengungkapkan
perasaan dengan baik), susun jadwal
latihan mengungkapkan marah secara
verbal)
4. Klien mampu mengendalikan perilaku
kekerasan secara spiritual (diskusikan
hasil latihan mengendalikan perilaku
kekerasan secara fisik dan sosial/verbal,
latihan beribadah dan berdoa, buat jadwal
latihan ibadah/ berdoa)
5. Klien mampu mengendalikan PK dengan
obat ( bantu pasien minum obat secara
teratur dengan prinsip 5 benar ( benar
pasien, benar nama obat, benar cara
minum obat, benar waktu dan benar dosis
obat) disertai penjelasan guna minum
obat dan akibat berhenti minum
obat, susun jadwal minum obat
secara teratur)
D. PELAKSANAAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien :Ny S
Hari/ No DIAGNOSA JAM PELAKSANAAN EVALUASI PARAF
Tgl dx KEPERAWATAN

Senin, 1 Risiko Perilaku SP 1 Klien S:


31 Mei Kekerasan 08.30 1. Memonitor adanya benda - Klien mengatakan dirinya sudah
2021 yang berpotensi bisa mengontrol emosinya
membahayakan.
O:
2. Memonitor selama
- Klien tampak tenang
penggunaan barang yang
- Klien kooperatif saat berbincang-
dapat membahayakan.
bincang
3. Mempertahankan lingkungan Bertha
- Tidak ada barang yang
08.50 bebas dari bahaya secara
membahayakan diruangan klien
rutin.
- Klien dapat mempraktikan tehnik
09.10 4. Melatih cara mengungkapkan
napas dalam
perasaan secara asertif
09.30 5. Melatih mengurangi
A : Masalah risiko perilaku kekerasan
kemarahan secara verbal dan
teratasi sebagian Risna
non verbal
-Tehnik napas dalam . P : Lanjutkan intervensi keperawatan
optimalkan SP 1, lanjutkan ke SP 2.

Selasa, 1 Risiko Perilaku 08.45 SP 2 Klien S:


Juni 2021 Kekerasan 1. Memonitor adanya benda - Klien mengatakan dirinya sudah
yang berpotensi bisa mengontrol emosinya
membahayakan.
O:
2. Memonitor selama
penggunaan barang yang - Klien tampak tenang
dapat membahayakan. Bertha
- Klien kooperatif saat kegiatan
08.55 3. Mempertahankan lingkungan berlangsung
bebas dari bahaya secara
rutin.
- Tidak ada barang yang
09.00 4. Melatih mengurangi
membahayakan diruangan klien
kemarahan secara verbal dan
non verbal - Klien dapat mempraktikan latihan
- Pukul bantal atau kasur pukul bantal atau kasur jika rasa
marah muncul
Risna
A : Masalah risiko perilaku kekerasan
teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi keperawatan
optimalkan SP 2, lanjutkan ke SP 3.
Rabu, 2 Resiko Prilaku Kekerasan 09.00 SP 3 Klien S:
Juni 2021 1. Memonitor adanya benda - Klien mengatakan dirinya sudah
yang berpotensi bisa mengontrol emosinya
membahayakan.
O:
2. Memonitor selama
penggunaan barang yang - Klien tampak tenang Bertha
dapat membahayakan. - Klien kooperatif saat kegiatan
08.10 3. Mempertahankan lingkungan berlangsung
bebas dari bahaya secara
rutin. - Tidak ada barang yang
09.20 membahayakan diruangan klien
4. Melatih mengurangi
kemarahan secara verbal dan - Klien dapat mempraktikan latihan
non verbal mengungkapkan perasaan dengan
- Mengungkapkan perasaan baik
dengan baik Risna
A : Masalah risiko perilaku kekerasan
teratasi
P : Hentikan intervensi keperawatan
STRATEGI PELAKSANAAN

TINDAKAN KOMUNIKASI KEPERAWATAN

Masalah : Resiko Prilaku Kekerasan


Pertemuan :I
Tanggal : 31 Mei 2021
Waktu :08.30 WIB

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien tenang, kooperatif, klien mampu menjawab semua pertanyaan
yang diajukan.Diagnosa Keperawatan
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus
a. Pasien dapat mengidentifikasi Perilaku Kekerasan
b. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda prilaku kekerasan
c. Pasien dapat menyebutkan jenis Prilaku Kekerasan yang pernah
dilakukannya
d. Pasien dapat menyebautkan akibat dari Perilaku Kekerasan yang
dilakukannya.
e. Pasien dapat menyebutka cara mencegah / mengendalikan Prilaku
Kekerasannya
4. Tindakan Keperawatan
SP 1 Klien :
Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab marah,
tanda dan gejala yang  dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan,
akibat dan cara mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik
pertama ( latihan nafas dalam).

B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


ORIENTASI
1. Salam terapeutik
“Assalamualaikum, selamat pagi Ibu. Perkenalkan nama saya RD dan
teman saya BSJ mahasiswa Poltekkes Jogja yang akan merawat ibu mulai
hari ini sampai 3 hari kedepan. Hari ini saya dinas pagi dari jam 07.30
sampai jam 2 siang Kalau boleh saya tahu nama ibu siapa?  Dan senang
nya dipanggil apa?”,
2. Evaluasi/ validasi
“Bagaimana perasaan ibu S saat ini?”
3. Kontrak
Topik: “Apakah Ibu tidak keberatan untuk mengobrol dengan kami?
“Apakah ibu masih ada perasaan kesal atau marah?”, “Baiklah
sekarang kita akan berbincang-bincang tentang perasaan marah
yang ibu rasakan”.
Waktu: “ Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Mbah maunya berapa
menit? Bagaimana 10 menit? Bisa?”
Tempat: “ Dimana kita akan berbincang-bincang? Bagaiamana kalau di
depan kamar ibu?

KERJA: (langkah-langkah tindakan keperawatan)


1. Apa yang menyebabkan ibu S marah?
2. Apakah sebelumnya ibu S pernah marah?
3. Apa penyebabnya ibu marah?
4. Samakah dengan yang sekarang?
5. Pada saat penyebab marah itu ada, seperti rumah yang berantakan,
makanan yang tidak tersedia, air tak tersedia ( misalnya ini penyebab
marah klien), apa yang ibu S rasakan?“
6. Apakah ibu S merasa kesal, kemudian dada ibu berdebar-debar, mata
melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”“ apa yang ibu
lakukan selanjutnya”
7. Apakah dengan ibu S marah-marah, keadaan jadi lebih baik?
8. Menurut ibu adakah cara lain yang lebih baik selain marah-marah?
9. maukah ibu belajar mengungkapkan marah dengan baik tanpa
menimbulkan kerugian?
10. Ada beberapa cara fisik untuk mengendalikan rasa marah, hari ini kita
belajar satu cara dulu,
“ begini bu, kalau tanda- marah itu sudah ibu rasakan ibu berdiri lalu
tarik nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan secara perlahan-
lahan dari mulut seperti mengeluarkan kemarahan, coba lagi bu dan
lakukan sebanyak 5 kali. Bagus sekali ibu S sudah dapat melakukan
nya.
“Nah sebaiknya latihan ini ibu S lakukan secara rutin, sehingga bila
sewaktu-waktu rasa marah itu muncul ibu S sudah terbiasa
melakukannya”.

TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subjektif
“ T i d a k t e r a s a k i t a s u d a h b e r b i n c a n g - bincang lama.
Kami senang sekali ibu mau berbincang-bincang dengan kami.
Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang tentang kemarahan
ibu?, ”Coba ibu  S sebutkan penyebab ibu marah dan yang ibu rasakan 
dan apa yang ibu lakukan serta akibatnya.
2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil
tindakan yang telah dilakukan):
“Baik, sekarang latihan tandi kita masukkan ke jadual harian ya Bu,
berapa kali sehari ibu mau latihan nafas dalam ? Bagus.. Nanti
tolong ibu tulis M, bila ibu melakukannya sendiri, tulis B, bila
ibu dibantu dan T, bila ibu tidak melakukan”
3. Kontrak yang akan datang
Topik: “Bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang latihan cara lain
untuk mencegah dan mengendalikan marah ibu S.
Waktu: “Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam 09.00
WIB, bisa?”
Tempat: “Besok kita ngobrol disini atau di meja makan? Terimakasih
sudah berbincang-bincang dengan saya. Sampai ketemu besok
pagi ibu
STRATEGI PELAKSANAAN

TINDAKAN KOMUNIKASI KEPERAWATAN

Masalah : Resiko Prilaku Kekerasan


Pertemuan : II
Tanggal : 1 Juni 2021
Waktu :08.30 WIB

A. Proses Keperawatan
a. Kondisi Klien
Klien mengatakan dirinya sudah bisa mengontrol emosinya
b. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
c. Tujuan Khusus
a. Melatih cara  mencegah/ mengontrol perilaku kekerasan secara
fisik kedua
b. Mengevaluasi latihan nafas dalam
c. Melatih cara fisik ke 2: pukul kasur dan bantal
d. Menyusun jadwal kegiatan harian cara kedua
d. Tindakan Keperawatan
SP 2 klien :
Membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan
cara fisik ke dua (evaluasi latihan nafas dalam, latihan mengendalikan
perilaku kekerasan dengan cara fisik ke dua : pukul kasur dan bantal),
menyusun jadwal kegiatan  harian cara ke dua.

B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


ORIENTASI
1. Salam terapeutik
“Assalamualaikum, selamat pagi Ibu. Masih ingat nama kami berdua?”
bagus Ibu,,,ya saya Bertha dan ini teman saya Risna.”
2. Evaluasi/ validasi
“Bagaimana perasaan ibu S saat ini?, adakah hal yang menyebabkan ibu
marah?”
3. Kontrak
Topik: “sesuai dengan janji kami kemarin, sekarang kami datang lagi.
Baik, sekarang kita akan belajar cara mengendalikan perasaan
marah dengan  kegiatan fisik untuk cara yang kedua.”
Waktu: “ Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Mbah maunya berapa
menit? Bagaimana 10 menit? Bisa?”
Tempat: “ Dimana kita akan berbincang-bincang? Bagaiamana kalau di
depan kamar ibu?

KERJA: (langkah-langkah tindakan keperawatan)


“ Kalau ada yang menyebabkan ibu marah dan muncul perasaan kesal,
selain nafas dalam ibu dapat memukul kasur dan bantal.”“ Sekarang mari
kita latihan memukul bantal dan kasur mari ke kamar ibu? Jadi kalau
nanti ibu kesal atau marah, ibu langsung kekamar dan lampiaskan marah
ibu tersebut dengan memukul bantal dan kasur.Nah coba ibu lakukan
memukul bantal dan kasur, ya bagus sekali ibu melakukannya!”“ Nah cara
ini pun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah, kemudian
jangan lupa merapikan tempat tidur Ya!”

TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subjektif
“ Bagaimana perasaan ibu setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”“
Coba ibu sebutkan ada berapa cara yang telah kita latih? Bagus!”
2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil
tindakan yang telah dilakukan):
“Coba ibu sebutkan ada berapa cara yang telah kita latih? Bagus! Mari kita
masukkan kedalam jadwal kegiatan sehari-hari ibu. Pukul berapa ibu mau
mempraktikkan memukul kasur/bantal? Bagai mana kalau setiap bangun
tidur? Baik jadi jam 5 pagi dan jam 3 sore, lalu kalau ada keinginan marah
sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya Bu.“
4. Kontrak yang akan datang
Topik: “Bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang belajar bicara
yang baik
Waktu: “Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam 09.00
WIB, bisa?”
Tempat: “Besok kita ngobrol disini atau di meja makan? Terimakasih
sudah berbincang-bincang dengan saya. Sampai ketemu besok
pagi ibu
STRATEGI PELAKSANAAN

TINDAKAN KOMUNIKASI KEPERAWATAN

Masalah : Resiko Prilaku Kekerasan


Pertemuan : III
Tanggal : 2 Juni 2021
Waktu :09.00 WIB

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan dirinya sudah bisa mengontrol emosinya, kooperatif
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus
a. Melatih cara  mencegah/ mengontrol perilaku kekerasan secara
sosial/verbal   
b. Mengevaluasi jadual harian untuk dua cara fisik
c. Melatih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak
dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan
dengan baik
d. Menyusun jadwal latihan mengungkapkan secara verbal

4. Tindakan Keperawatan
SP3 klien :
Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara
sosial/verbal (evaluasi jadwal harian tentang dua cara fisik
mengendalikan perilaku kekerasan, latihan mengungkapkan rasa
marah secara verbal ( menolak dengan baik, meminta dengan baik,
mengungkapkan perasaan dengan baik), susun jadwal latihan
mengungkapkan marah secara verbal)

B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


ORIENTASI
4. Salam terapeutik
“Assalamualaikum, selamat pagi Ibu. Masih ingat nama kami berdua?”
bagus Ibu,,,ya saya Bertha dan ini teman saya Risna.”
5. Evaluasi/ validasi
“Bagaimana perasaan ibu S saat ini?, adakah hal yang menyebabkan ibu
marah?”
6. Kontrak
Topik: “sesuai dengan janji kami kemarin, sekarang kami datang lagi,
Bagaimana kalau kita sekarang latihan cara bicara untuk
mencegah marah?”
Waktu: “ Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Ibu maunya berapa
menit? Bagaimana 10 menit? Bisa?”
Tempat: “ Dimana kita akan berbincang-bincang? Bagaiamana kalau di
depan kamar ibu?
KERJA: (langkah-langkah tindakan keperawatan)
“Sekarang kita latihan cara bicara  ibu baik untuk mencegah marah. Kalau
marah sudah disalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan
bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang
membuat kita marah. Ada tiga caranya bu: 1. Meminta dengan baik tanpa
marah dengan suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata
kasar. Kemarin ibu mengatakan penyebab marahnya karena makanan
tidak tersedia, rumah berantakan, Coba ibu minta sediakan
makan dengan baik:” bu, tolong sediakan makan dan bereskan rumah”
Nanti biasakan dicoba disini untuk meminta baju, minta obat dan lain-
lain. Coba ibu praktekkan. Bagus bu. “

Yang kedua : Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan ibu tidak
ingin melakukannya, katakan: ‘maaf saya tidak bisa melakukannya karena
sedang ada kerjaan’. Coba ibu praktekkan . Bagus bu.” Yang ketiga
Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang
membuat kesal ibu dapat mengatakan: ’Saya jadi ingin marah karena
perkataan mu itu’. Coba praktekkan. Bagus.”

TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subjektif
“ Bagaimana perasaan ibu setelah latihan cara mengontrol marah
dengan bicara yang baik?’
2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil
tindakan yang telah dilakukan):
“Coba ibu sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita
pelajari.”“Bagus sekali, sekarang mari kita masukkan dalam jadwal.
Berapa kali sehari ibu mau latihan bicara yang baik? bisa kita buat
jadwalnya, Coba masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya
meminta obat, makanan dll. Bagus nanti dicoba ya bu!”
3. Kontrak yang akan datang
Topik: “ Bagaiaman kalau besok kita akan membicarakan cara lain
untuk mengatasi rasa marah ibu yaitu dengan cara ibadah, ibu
setuju?
Waktu: “Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam 09.00
WIB, bisa?”
Tempat: “Besok kita ngobrol disini atau di meja makan? Terimakasih
sudah berbincang-bincang dengan saya. Sampai ketemu besok
pagi ibu
JADWAL AKTIVITAS HARIAN PASIEN

Nama : Ny S
Ruangan : Sembodro
No Waktu Kegiatan Tanggal Ket.
31/5/21 1/6/21 2/6/21
.
1. 05.00-06.00 Ibadah pagi, mandi M M
2. 06.00-07.00 Sarapan dan minum obat M M
3. 07.00-08.00 Membersihkan tempat tidur M M
dan lingkungan
4. 08.00-09.00 Senam Pagi dan bersosialisasi M M
5. 09.00-10.00 Rehabilitasi - -
6. 10.00-11.00 Terapi aktivitas kelompok M M
7. 11.00-12.00 Terapi individu M M
8. 12.00-13.00 Makan siang dan M M
membersihkan meja makan
9. 13.00-14.00 Istirahat dan ibadah M M
10. 14.00-15.00 Mandi sore M M
11. 15.00-16.00 Terapi modalitas M M
12. 16.00-17.00 Rekreasi, menonton TV, M M
Karaoke
13. 17.00-18.00 Makan malam M M
14. 18.00-19.00 Minum obat M M
15. 19.00-20.00 Membersihkan meja makan M M
dan ibadah
16. 20.00-21.00 Istirahat, tidur M M
Keterangan:
 Tuliskan jadwal kegiatan harian pasien pada kolom kegiatan sesuai dengan
aktivitas yang dijadwalkan pada pasien
 Tuliskan tanggal pada kolom kegiatan
 Berilah kode: M = mandiri, B = bantuan, dan T = tergantung pada setiap
kegiatan yang telah dilakukan pasien pada kolom di bawah tanggal

DAFTAR PUSTAKA

Copel, Linda Carman. 2007. Kesehatan Jiwa dan Psikiatri Pedoman Klinis
Perawat. Jakarta: EGC

Dalmi, Ernawati dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa.
Jakarta: Penerbit Trans Info Media
Keliat, Budi Anna. (2006). Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Jiwa.
Jakarta : FIK, Universitas Indonesia

Keliat, Budi Anna dkk.2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Kominitas CMHN


(Basic Course). Jakarta : EGC

Suliswati dkk.2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC

Tim POKJA SDKI DPP PPNI, 2018. Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia Definisi Dan Indikator Diagnostik, Edisi I Cetakan III.
Jakarta Selatan: Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim POKJA SIKI DPP PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan tindakan keperawatan, Edisi I Cetakan II. Jakarta Selatan:
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim POKJA SLKI DPP PPNI, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi I Cetakan II. Jakarta
Selatan: Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

KESIMPULAN

Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu bentuk kegiatan terapi


psikologi yang dalam sebuah aktivitas dan diselenggarakan secara kolektif dalam
rangka pencapaian penyesuaian psikologis, perilaku,dan pencapaian adaptasi
optimal pasien. Dalam kegiatan aktivitas kelompok, tujuan ditetapkan berdasarkan
akan kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh sebagian besar peserta dan
sedikit banyak dapat diatasi dengan pendekatan terapi aktivitas kolektif.
Dengan pasien memperkenalkan diri didepan pasien lainnnya, pasien bisa
mengenal satu sama lain dan bersemangat untuk menjalani hari-harinya selama
dirumah sakit, dengan melakukan teknik napas dalam juga dapat mengurangi
stress yang dirasakan pasien karena pasien terasa terhibur.
Setelah dilakukan tindakan TAK, ada beberapa klien mampu menyebutkan
nama pasien lainnya, tetapi ada juga klien yang lupa dan ada beberapa pasien juga
yang tidak kooperatif saat kegiatan TAK berlangsung.

DOKUMENTASI

TERAPI KOMUNITAS KELOMPOK (TAK)


Hari I
Hari II

Anda mungkin juga menyukai