Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

L
DENGAN CAD2VD (Coronary Artery Disease 2 Vessel Disease)
DI RUANG KESAWAMURTI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
TANGGAL 22-25 MARET 2021
Disusun untuk memenuhi Mata Kuliah Medikal Bedah

OLEH:
1. Bertha Silvia Juniasi (P07120520045)
2. Risna Damayanti (P07120520046)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI PROFESI NERS


2021
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Tn. L Dengan Coronary Artery Disease 2 Vessel Disease
(CAD2VD) Di Ruang Kesawamurti Rsup Dr. Sardjito Yogyakarta Tanggal 22-25
Maret 2021” disusun untuk memenuhi Tugas Praktik Stase Keperawatan Medikal
Bedah

Disusun Oleh:
1. Bertha Silvia Juniasi (P07120520045)
2. Risna Damayanti (P07120520046)

Telah mendapatkan persetujuan pada :


Hari :
Tanggal :
Tempat : Ruang Kesawamurti RSUP Dr. Sardjito

Oleh :
Pembimbing Lapangan Pembimbing Akademik

(Suko Basuki, S.Kep.Ns) (Ns. Ida Mardalena, S.Kep, M. Si)


LAPORAN PENDAHULUAN
CORONARY ARTERY DISEASE (CAD)
I. KONSEP TEORI

A. DEFINISI

Penyakit arteri koroner/Coronary Artery Disease (CAD) adalah


penyempitan atau penyumbatan arteri koroner, arteri yang menyalurkan
darah ke otot jantung. Bila aliran darah melambat, jantung tak mendapat
cukup oksigen dan zat nutrisi. Hal ini biasanya mengakibatkan nyeri dada
yang disebut angina. Bila satu atau lebih dari arteri koroner tersumbat
sama sekali, akibatnya adalah serangan jantung (kerusakan pada otot
jantung). (Corwin J. Elizabeth, 2013)
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah  penebalan dinding dalam
pembuluh darah jantung (pembuluh koroner). Di dalam kondisi seperti ini,
darah yang mengalir ke otot jantung berkurang, sehingga organ yang
berukuran sekitar sekepalan tangan itu kekurangan darah.
Penyakit jantung koroner / penyakit arteri koroner merupakan suatu
manifestasi khusus dan aterosklerosis pada arteri koroner. Plak terbentuk
pada percabangan arteri yang ke arah arteri kiri, arteri koronaria kanan dan
agak jarang pada arteri sirkumflek. Aliran darah ke distal dapat mengalami
obstruksi secara permanen maupun sementara yang disebabkan oleh
akumulasi plak atau penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang di
sekitar obstruksi arteromasus yang menghambat pertukaran gas dan nutrisi
ke miokardium.
Penyakit jantung koroner/ penyakit arteri koroner (penyakit jantung
artherostrofik) merupakan suatu manifestasi khusus dan arterosclerosis
pada arteri koroner. Unsur lemak yang disebut palque dapat terbentuk
didalam arteri, menutup dan membuat aliran darah dan oksigen yang
dibawanya menjadi kurang untuk disuplai ke otot jantung. Plaque
terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah aterion kiri, arteri
koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran darah ke
distal dapat mengalami obstruksi secara permanen maupun sementara yang
di sebabkan oleh akumulasi plaque atau penggumpalan. Sirkulasi kolateral
berkembang di sekitar obstruksi arteromasus yang menghambat pertukaran
gas dan nutrisi ke miokardium. Kegagalan sirkulasi kolateral untuk
menyediakan supply oksigen yang adekuat ke sel yang berakibat
terjadinya penyakit arteri koronaria, gangguan aliran darah karena
obstruksi tidak permanen (angina pektoris dan angina preinfark) dan
obstruksi permanen (miocard infarct).

B. ETIOLOGI

Penyakit arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka kejadian
paling tinggi ditemukan pada orang kulit putih. Tetapi ras sendiri
tampaknya bukan merupakan bourgeois penting dalam gaya hidup
seseorang. Secara spesifik, faktor-faktor yang meningkatkan resiko
terjadinya penyakit arteri koroner adalah :

1. Berusia lebih dari 45 tahun (bagi pria).


Sangat penting bagi kaum pria mengetahui usia rentan terkena
penyakit jantung koroner. Pria berusia lebih dari 45 tahun lebih banyak
menderita serangan jantung ketimbang pria yang berusia jauh di bawah
45 tahun.
2. Berusia lebih dari 55 tahun atau mengalami menopause dini sebagai
akibat operasi (bagi wanita).
Wanita yang telah berhenti mengalami menstruasi (menopause) secara
fisiologis ataupun secara dini (pascaoperasi) lebih kerap terkena
penyakit jantung koroner apalagi ketika usia wanita itu telah
menginjak usila (usia lanjut).
3. Riwayat penyakit jantung dalam keluarga
Riwayat penyakit jantung di dalam keluarga sering merupakan akibat
dari profil kolesterol yang tidak normal, dalam artian terdapat
kebiasaan yang "buruk" dalam segi diet keluarga.
4. Diabetes.
Kebanyakan penderita diabetes meninggal bukanlah karena
meningkatnya level gula darah, namun karena kondisi komplikasi ke
jantung mereka.

5. Merokok.
Merokok telah disebut-sebut sebagai salah satu faktor risiko utama
penyakit jantung koroner. Kandungan nikotin di dalam rokok dapat
merusak dinding (endotel) pembuluh darah sehingga mendukung
terbentuknya timbunan lemak yang akhirnya terjadi sumbatan
pembuluh darah.
6. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma
langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga
memudahkan terjadinya arterosklerosis koroner (faktor koroner) yang
merupakan penyebab penyakit arteri/jantung koroner.
7. Kegemukan (obesitas)
Obesitas (kegemukan yang sangat) bisa merupakan manifestasi dari
banyaknya lemak yang terkandung di dalam tubuh. Seseorang yang
obesitas lebih menyimpan kecenderungan terbentuknya plak yang
merupakan cikal bakal terjadinya penyakit jantung koroner.
8. Gaya hidup buruk.
Gaya hidup yang buruk terutama dalam hal jarangnya olahraga ringan
yang rutin serta pola makan yang tidak dijaga akan mempercepat
seseorang terkena pneyakit jantung coroner.
9. Stress
Banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa bila menghadapi
situasi yang tegang, dapat terjadi aritmia jantung yang membahayakan
jiwa.
C. PATOFISIOLOGI

Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol, lemak tetimbun di intima


arteri. Timbunan ini akan mengakibatkan terganggunya absorbsi nutrient
sel-sel endotel yang menyusun lapisan dalam pembuluh darah dan
menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol ke lumen
pembuluh darah. Sel-sel endotel pembuluh darah yang terkena akan
mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut.
Selanjutnya lumen bertambah sempit dan aliran darah bisa
terhambat. Pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan
cenderung terjadinya pembentukan bekuan darah. Hal ini menjelaskan
bagaiman terjadinya koagulasi intravaskuler yang diikuti oleh penyakit
tromboemboli.

1. CAD ditandai oleh penyempitan koroner arteri akibat aterosklerosis,


spasme atau, jarang, emboli.
2. Perubahan aterosklerosis pada arteri koroner hasil kerusakan ke
lapisan dalam arteri koroner dengan kekakuan pembuluh darah dan
respon lalai berkurang.
3. Akumulasi deposit lemak dan lipid, bersama dengan perkembangan
plak fibrosa atas kawasan yang rusak di pembuluh darah,
menyebabkan penyempitan pembuluh darah, sehingga mengurangi
ukuran lumen pembuluh darah dan menghambat aliran darah ke
jaringan miokard.
4. Penurunan pengiriman oksigen dan nutrisi ke jaringan menyebabkan
iskemia miokard transien dan nyeri.
5. Penyebab plak arteri mengeras keras, sedangkan plak lembut dapat
menyebabkan pembentukan bekuan darah
D. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis (Anwar, B. 2014):

1. Dada terasa tak enak(digambarkan sebagai mati rasa, berat, atau


terbakar;dapat menjalar ke pundak kiri, lengan, leher, punggung, atau
rahang)
2. Sesak napas
3. Berdebar-debar
4. Denyut jantung lebih cepat
5. Pusing
6. Mual
7. Kelemahan yang luar biasa
E. KOMPLIKASI (Christian, Sandi, dkk. 2013)
1. Aritmia
Merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan. Aritmia yaitu
gangguan dalam irama jantung yang bisa menimbulkan perubahan
eloktrofisiologi otot-otot jantung. Perubahan elektrofisiologi ini
bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman
grafik aktivitas listrik sel. Misalnya perangsangan simpatis akan
meningkatkan kecepatan denyut jantung.
2. Gagal Jantung Kongestif
Merupakan kongesti sirkulasi akibat disfungsi miokard. Disfungsi
ventrikel kiri atau gagal jantung kiri akan menimbulkan kongesti pada
vena pulmonalis sedangkan pada disfungsi ventrikel kanan akan
menimbulkan kongesti pada vena sistemik.
3. Syok kardikardiogenik
Syok kardiogenik diakibatkan oleh disfungsi nyata ventrikel kiri
sesudah mengalami infark yang massif. Timbulnya lingkaran setan
perubahan hemodinamik progresif hebat yang irreversible yaitu
penurunan perfusi perifer, penurunan perfusi koroner, peningkatan
kongesti paru yang bisa berakhir dengan kematian.
4. Disfungsi Otot Papillaris
Disfungsi iskemik atau rupture nekrotik otot papilaris akan
mengganggu fungsi katup mitralis. Inkompetensi katup mengakibatkan
aliran balik dari ventrikel kiri ke atrium kiri sebagai akibat
pengurangan aliran ke aorta dan peningkatan kongesti pada atrium kiri
dan vena pulmonalis.
5. Ventrikuler Aneurisma
Aneurisma ini biasanya terjadi pada permukaan atrium atau apek
jantung. Aneurisma ventrikel akan mengembang bagaikan balon pada
setipa sistolik, teregang secara pasif oleh sebagian curah sekuncup.
Aneurisma ventrikel dapat menimbulkan 3 masalah yaitu gagal jantung
kongestif kronik, embolisasi sistemik dari thrombus mural dan aritmia
ventrikel refrakter.
6. Perikarditis
Infark transmural dapat membuat lapisan epikardium yang langsung
berkontak dengan pericardium menjadi kasar, sehingga merangsang
permukaan pericardium dan menimbulkan reaksi peradangan.
7. Emboli Paru
Emboli paru bisa menyebabkan episode dipsnea, aritmia atau kematian
mendadak. Trombosis vena profunda lebih lazim pada pasien payah
jantung kongestif yang parah
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Analisa gas darah (AGD)
2. Pemeriksaan darah lengkap
3. Hb, Ht

4. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan aktifitas listrik jantung atau gambaran elektrokardiogram
(EKG) adalah pemeriksaan penunjang untuk memberi petunjuk
adanya PJK. Dengan pemeriksaan ini kita dapat mengetahui apakah
sudah ada tanda-tandanya. Dapat berupa serangan jantung terdahulu,
penyempitan atau serangan jantung yang baru terjadi, yang masing-
masing memberikan gambaran yang berbeda.
5. Foto Rontgen Dada
Foto rontgen dada dapat menilai ukuran jantung, ada-tidaknya
pembesaran (Kardomegali). Di samping itu dapat juga dilihat
gambaran paru. Kelainan pada koroner tidak dapat dilihat dalam foto
rontgen ini. Dari ukuran jantung dapat dinilai apakah seorang
penderita sudah berada pada PJK lanjut. Mungkin saja PJK lama yang
sudah berlanjut pada payah jantung.
6. Pemeriksaan laboratorium
Dilakukan untuk mengetahui kadar trigliserida sebagai factor resiko
meningkat. Dari pemeriksaan darah juga diketahui ada-tidaknya
serangan jantung akut dengan melihat kenaikan enzim jantung.
7. Treadmill
Berupa ban berjalan serupa dengan alat olah raga umumnya, namun
dihubungkan dengan monitor dan alat rekam EKG. Prinsipnya adalah
merekam aktifitas fisik jantung saat latihan. Dapat terjadi berupa
gambaran EKG saat aktifitas, yang memberi petunjuk adanya PJK.
Hal ini disebabkan karena jantung mempunyai tenaga serap, sehingga
pada keadaan sehingga pada keadaan tertentu dalam keadaan istirahat
gambaran EKG tampak normal.
8. Kateterisasi Jantung
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan kateter semacam
selang seukuran ujung lidi. Selang ini dimasukkan langsung ke
pembuluh nadi (arteri). Bisa melalui pangkal paha, lipatanlengan atau
melalui pembuluh darah di lengan bawah. Kateter didorong dengan
tuntunan alar rontgen langsung ke muara pembuluh koroner. Setelah
tepat di lubangnya, kemudian disuntikkan cairan kontras sehingga
mengisi pembuluh koroner yang dimaksud. Setelah itu dapat dilihat
adanya penyempitan atau malahan mungkin tidak ada penyumbatan.
Penyempitan atau penyumbatan ini dapat saja mengenai beberapa
tempat pada satu pembuluh koroner. Bisa juga sekaligus mengenai
beberapa pembuluh koroner. Atas dasar hasil kateterisasi jantung ini
akan dapat ditentukan penanganan lebih lanjut.
G. PENATALAKSANAAN (Hendriantika, H. 2012)
1. Aspirin / Klopidogrel / Tiklopidin

Obat-obatan ini mengencerkan darah dan mengurangi kemungkinan


gumpalan darah terbentuk pada ujung arteri jantung menyempit, maka
dari itu mengurangi resiko serangan jantung.

2. Beta-bloker (e.g. Atenolol, Bisoprolol, Karvedilol).

Obatan-obatan ini membantu untuk mengurangi detak jantung dan


tekanan darah, sehingga menurunkan gejala angina juga melindungi
jantung.

3. Nitrates (e.g. Isosorbide Dinitrate)

Obatan-obatan ini bekerja membuka arteri jantung, dan kemudian


meningkatkan aliran darah ke otot jantung dan mengurangi gejala
nyeri dada. Bentuk nitrat bereaksi cepat, Gliseril Trinitrat, umumnya
diberikan berupa tablet atau semprot di bawah lidah, biasa digunakan
untuk penghilang nyeri dada secara cepat.

4. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (e.g. Enalapril,


Perindopril) and Angiotensin Receptor Blockers (e.g. Losartan,
Valsartan). Obatan-obatan ini memungkinkan aliran darah ke jantung
lebih mudah, dan juga membantu menurunkan tekanan darah.
5. Obatan-obatan penurun lemak (seperti Fenofibrat, Simvastatin,
Atorvastatin, Rosuvastatin). Obatan-obatan ini menurunkan kadar
kolesterol jahat (Lipoprotein Densitas-Rendah), yang merupakan salah
satu penyebab umum untuk penyakit jantung koroner dini atau lanjut.
Obat-obatan tersebut merupakan andalan terapi penyakit jantung
koroner.
6. Intervensi Jantung Perkutan

Ini adalah metode invasif minimal untuk membuka arteri


jantung yang menyempit. Melalui selubung plastik ditempatkan dalam
arteri baik selangkang atau pergelangan, balon diantar ke segmen
arteri jantung yang menyempit, dimana itu kemudian dikembangkan
untuk membuka penyempitan.Kemudian, tube jala kabel kecil (cincin)
disebarkan untuk membantu menahan arteri terbuka. Cincin baik
polos (logam sederhana) atau memiliki selubung obat (berlapis obat).
Metode ini seringkali menyelamatkan jiwa pasien dengan serangan
jantung akut. Untuk penyakit jantung koroner stabil penyebab nyeri
dada, ini dapat meringankan gejala angina dengan sangat efektif.
Umumnya, pasien dengan penyakit pembuluh darah single atau
double mendapat keuntungan dari metode ini. Dengan penyakit
pembuluh darah triple, atau keadaan fungsi jantung buruk, prosedur
bedah dikenal dengan Bedah Bypass Arteri Jantung sering merupakan
alternatif yang baik atau pilihan pengobatan yang lebih baik.

7. Operasi
a. Bedah Bypass Arteri Jantung (CABG)

CABG melibatkan penanaman arteri atau vena lain dari dinding


dada, lengan, atau kaki untuk membangun rute baru untuk aliran
darah langsung ke otot jantung. Ini menyerupai membangun jalan
tol parallel ke jalan yang kecil dan sempit. Ini adalah operasi yang
aman, dengan rata-rata resiko kematian sekitar 2%. Pasien tanpa
serangan jantung sebelumnya dan melakukan CABG sebagai
prosedur elektif, resiko dapat serendah 1 persen.
b. Revaskularisasi Transmiokardia

Untuk pasien dengan pembuluh darah yang terlalu kecil untuk


melakukan CABG, prosedur disebut Revaskularisasi
Transmiokardia juga tersedia di NHCS. Pada prodesur ini, laser
digunakan untuk membakar banyak lubang kecil pada otot
jantung. Beberapa lubang ini berkembang ke pembuluh darah
baru, dan ini membantu mengurangi angina
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Wawancara
a. Pengumpulan Data:
Identitas Klien, Identitas Penanggung Jawab, Keluhan Utama,
Riwayat Kesehatan Sekarang, Riwayat Masa Lalu, Riwayat Kesehatan
Kelurga
b. Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan untuk tidur (mungkin di
dapatkan Tachycardia dan dispnea pada saat beristirahat atau pada saat
beraktivitas).
c. Sirkulasi
1) Mempunyai riwayat IMA, Penyakit jantung koroner, CHF,
Tekanan darah tinggi, diabetes melitus.
2) Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin
normal atau terlambatnya capilary refill time, disritmia.
3) Suara jantung, suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin
mencerminkan terjadinya kegagalan jantung/ ventrikel kehilangan
kontraktilitasnya.
4) Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau
muskulus papilaris yang tidak berfungsi.
5) Heart rate mungkin meningkat atau menglami penurunan (tachy
atau bradi cardia).
6) Irama jantung mungkin ireguler atau juga normal.
7) Edema: Jugular vena distension, odema anasarka, crackles
mungkin juga timbul dengan gagal jantung.
8) Warna kulit mungkin pucat baik di bibir dan di kuku.
d. Eliminasi
Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.
e. Nutrisi
Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat
banyak, muntah dan perubahan berat badan.
f. Hygiene perseorangan
atau nyeri dada atau dada berdebar-debar pada saat melakukan
aktivitas.
g. Neorusensori
Nyeri kepala yang hebat, Changes mentation.
h. Kenyamanan
1) Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan
beristirahat atau dengan nitrogliserin.
2) Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang mungkin
menyebar sampai ke lengan, rahang dan wajah.
3) Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang
sangat yang pernah di alami. Sebagai akibat nyeri tersebut
mungkin di dapatkan wajah yang menyeringai, perubahan pustur
tubuh, menangis, penurunan kontak mata, perubahan irama
jantung, ECG, tekanan darah, respirasi dan warna kulit serta
tingkat kesadaran.
i. Respirasi
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok
dengan penyakit pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di
dapatkan peningkatan respirasi, pucat atau cyanosis, suara nafas
crakcles atau wheezes atau juga vesikuler. Sputum jernih atau juga
merah muda/ pink tinged.
j. Interaksi social
Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak
terkontrol.
k. Pengetahuan
Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung,
diabetes, stroke, hipertensi, perokok.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahahan
kontraktilitas, perubahan struktual (kelainan katup,aneurisme
ventrikular).
2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelalahan dan dispnue akibat
turunnya curah jantung.
3. Kelebihan volume cairan b.d Menurunnya laju filtrasi glomerulus
(menurunnya curah jantung) atau meningkatnya produksi ADH dan
retensi natrium dan air
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
kapiler paru, contoh pengumpalan cairan didalam area
interstial/alveoli.
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d Tirah baring., edema,
penurunan perfusi jaringan.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Curah jantung menurun b.d Perubahan kontraktilitas
miokardial atau perubahan inotropik, perubahan frekuensi, irama,
konduksi jantung, perubahan struktural. (mis: kelainan katup,
aneurisma ventrikel)

Tujuan : setalah dilakukan tindakan keperawatan, klien menunjukkan


adanya penurunan curah jantung.
Kriteria Hasil:
a. Frekuensi jantung meningkat
b. Status Hemodinamik stabil
c. Haluaran Urin adekuat
d. Tidak terjadi dispnu
e. Akral Hangat
Intervensi
a. Auskultasi nadi apical,kaji frekuensi,irama jantung.
b. Catat bunyi jantung.
c. Palpasi nadi perifer.
d. Pantau tekanan darah
e. Pantau keluaran urine, catat penurunan keluaran, dan kepekatan
atau konsentrasi urine.
f. Kaji perubahan pada sensori contoh: letargi, bingung, disorientasi,
cemas dan depresi.
g. Berikan istirahat semi recumbent (semi-fowler) pada tempat tidur.
h. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi, oksigen, obat jantung,
obat diuretic dan cairan.
2. Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan, kelelahan, perubahan
tanda vital, adanya dysritmia, dyspnea, pucat, berkeringat.
Tujuan dan kriteria hasil: Klien akan berpartisipasi pada aktivitas yang
diinginkan
a. Memenuhi perawatan diri sendiri
b. Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur,
dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan.
Intervensi
a. Periksa tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas, khususnya bila
pasien menggunakan vasodilator, diuretic
b. Catat respon kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi,
disritmia, dispnea, berkeringat, pucat
c. Kaji penyebab kelemahan contoh pengobatan, nyeri, obat.
d. Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas
e. Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi,
selingi periode aktivitas dengan istirahat
f. Implementasikan program rehabilitasi jantung atau aktivitas.
3. Kelebihan volume cairan b.d Menurunnya laju filtrasi
glomerulus (menurunnya curah jantung) atau meningkatnya produksi
ADH dan retensi natrium dan air.

Intervensi

a. Pantau keluaran urin, catat jumlah dan warna saat hari dimana
diuresis terjadi
b. Hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam.
c. Berikan posisi kaki lebih tinggi dari kepala.
d. Auskultasi bunyi napas, catat penurunan dan atau bunyi napas
tambahan contoh krekels, mengi atau batuk.
e. Berikan makanan yang mudah dicerna, porsi kecil dan sering.
f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi diuetik, cairan
dan elektrolit.
g. Kolaborasi dengan ahli gizi
4. Pertukaran gas, kerusakan, resiko tinggi b.d Perubahan
membrane kapiler alveolus, contoh pengumpulan atau perpindahan
cairan ke dalam area interstitial atau alveoli.

Intervensi:

a. Auskultasi bunyi napas, catat krekels.


b. Anjurkan klien untuk batuk efektif, napas dalam
c. Dorong perubahan posisi
d. Pertahankan tirah baring 20-300 posisi semi fowler.
e. Kolaborasi dengan dokter dalam terapi o2 dan laksanakan sesuai
indikasi.
f. Laksanakan program dokter dalam pemberian obat seperti diuretic
dan bronkodilator.
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d Tirah baring.,
edema, penurunan perfusi jaringan.

Intervensi

a. Lihat kulit catat penonjolan tulang. Lihat adanya edema, area


sirkulasinya terganggua atau pigmentasi atau kegemukan.
b. Pijat area kemerahan
c. Sering rubah posisi di tempat tidur atau kursi. Bantu lakukan
latihan rentang gerak pasif/aktif.
d. Sering berikan perawatan kulit, meminimalkan kelembaban
e. Periksa sepatu atau sandal yang kesempitan, ubah sesuai
kebutuhan
f. Hindarai obat intramuscular.
D. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan


yang dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk
membantu pasien dalam proses penyembuhan dan perawatan serta
masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang sebelumnya disusun
dalam rencana keperawatan.

E. Evaluasi

Evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis, yaitu :

1. Evaluasi formatif
Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi dilakukan
sampai dengan tujuan tercapai.

2. Evaluasi somatif

Evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini menggunakan SOAP.


ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. L
DENGAN CORONARY ARTERY DISEASE (CAD)
DI RUANG KESAWAMURTI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
TANGGAL 22-25 MARET 2021

Hari/Tanggal : Senin, 22 Maret 2021


Jam : 13.30 WIB
Tempat : Ruang Kesawamurti
Oleh : Bertha Silvia Juniasi dan Risna Damayanti
Sumber data : Rekam Medis, Pasien, keluarga, Perawat
Metode : Studi dokumen, Wawancara, Observasi dan Pemerikasaan fisik

A. PENGKAJIAN
1. Biodata
a. Data Paisen

1) Nama Pasien : Tn L

2) Tempat Tgl Lahir : Wonosobo, 31-07-1960

3) Umur : 60 tahun

4) Jenis Kelamin : Laki-laki

5) Agama : Islam

6) Suku / Bangsa : Jawa

7) Alamat : Sleman

8) Diagnosa Medis : CAD2VD

9) No. RM : 01526534

10) Tanggal Masuk RS : 22 Maret 2021


b. Penanggung Jawab / Keluarga
1) Nama : Tn L
2) Umur : 29 Tahun
3) Alamat : Sleman
4) Status perkawinan : Menikah
5) Hubungan dengan pasien : Istri pasien
2. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama saat Pengkajian
Pasien mengatakan nyeri pada daerah dada
sesak napas, sesak napas bertambah ketika banyak bergerak
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Alasan masuk RS
Pasien mengatakan nyeri dada
b) Riwayat Kesehatan Pasien
Keluarga pasien mengatakan pasien dibawa ke Poli Jantung RS
Sardjito Senin 22 Maret 2021 dengan keluhan pasien mengalami
nyeri dada. Kemudian pada hari itu juga pasien di pindahkan ke
ruangan Kesawamurti untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan 5 tahun yang lalu pernah dirwat di RSPAD
karena mengalami serangan jantung dan kontrol rutin selama 2
tahun di RSPAD. Kemudian pada 27 Maret 2018 pasien dilakukan
kateterisasi jantung di RSS.
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarganya yang memiliki
penyakit yang serupa dengan pasien.
3. Kesehatan Fungsional
1. Nutrisi- metabolik
1) Sebelum Sakit
Pasien mengatakan pola makan sebelum sakit sehari 3x (pagi, siang
dan sore). Pasien mengatakan makan 1 piring habis dengan menu
bervariasi nasi putih, tahu/tempe, sayur (oyong, bayam, dll). Dalam
sehari pasien mengatakan minum ± 6-7 gelas/hari.
2) Saat Sakit
Selama Sakit pasien mengatakan makan sesuai diit yang diberikan
rumah sakit yaitu diet DJRchol 1800 kkal dan minum ± 5-6
gelas/hari
2. Eliminasi
1) Sebelum Sakit
Pasien mengatakan BAK normal, urine jernih kekuningan, bau khas
urine. BAB 1x sehari, bau khas feses.
2) Saat Sakit
Pasien mengatakan BAK dengan bantuan selang dengan produksi
urine 400 cc (saat dikaji), warna urine keruh seperti teh, bau khas
urine, BAB 1 kali sehari.
3. Aktivitas /latihan
1) Sebelum Sakit

a) Keadaan aktivitas sehari – hari

Kegiatan sehari-hari pasien adalah duduk-duduk dirumah

b) Keadaan pernafasan

Pasien bernapas secara spontan, tanpa bantuan alat pernapasan.

c) Keadaan Kardiovaskuler

Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit jantung.

2) Selama Sakit
a) Keadaan aktivitas sehari – hari
Pasien mengatakan mudah lelah, merasa sesak napas saat
beraktivitas.
b) Keadaan pernafasan
Pasien bernapas menggunakan bantuan alat pernapasan (O2 nasal
kanul 3 lpm). respirasi 20x/menit, tidak ada suara nafas tambahan.
c) Keadaan kardiovaskuler
Pasien mengatakan nyeri pada daerah dada. (P=iskemia, Q=nyeri
seperi ditusuk-tusuk, R=nyeri pada deerah dada, S=skala nyeri 4,
T=nyeri hilang timbul), EF 45%, hasil pemeriksaan mengalami
kardiomegali, kesimpulan, hasil pemeriksaan EKG NSR, HR
65x/menit.
d) Skala ketergantungan
Penilaian Status Fungsional (Barthel Index)
NilaiSkor
No Fungsi Skor Uraian Hari I Hari II Hari III
1. Mengendalikan 0 Takterkendali / tak teratur (perlu
rangsang defekasi pencahar)
(BAB) 1 Kadang-kadang tak terkendali
2 Mandiri 2 2 2
2. Mengendalikan 0 Takterkendali/ pakai kateter
rangsang berkemih 1 Kadang-kadang tak terkendali
(BAK) (1x24 jam)
2 Mandiri 2 2 2
3. Membersihkan diri 0 Butuh pertolongan orang lain
(cuci muka,sisir 1 Mandiri 1 1 1
rambut, sikat gigi)
4.. Penggunaan jamban, 0 Tergantung pertolongan orang
masuk dan keluar lain
(melepaskan , 1 Perlu pertolongan pada beberapa
memakai celana, kegiatan tetapi dapat mengerjakan
membersihkan, sendiri kegiatan yang lain
menyiram) 2 Mandiri 2 2 2
5. Makan 0 Tidak mampu
1 Perlu ditolong memotong
makanan
2 Mandiri 2 2 2
6. Berubah sikap dari 0 Tidak mampu
berbaring keduduk 1 Perlu banyak bantuan untuk bisa
duduk ( > 2 orang)
2 Bantuan (2 orang)
3 Mandiri 3 3 3
7. Berpindah / berjalan 0 Tidak mampu
1 Bisa (pindah) dengan kursi roda
2 Berjalan dengan bantuan 1 orang
3 Mandiri 3 3 3
8. Memakai Baju 0 Tidak mampu
1 Sebagian dibantu (misal
mengancingkan baju)
2 Mandiri 2 2 2
9. Naik turun tangga 0 Tidak mampu
1 Butuh pertolongan
2 Mandiri 2 2 2
10. Mandi 0 Tergantung orang lain
1 Mandiri 1 1 1
Total Skor 20 20 20

Tingkat Ketergantungan Mandiri


(Sumber Data Sekunder : RM Pasien)
KETERANGAN:
20 : Mandiri 5-8 : Ketergantungan berat 9-11 :Ketergantungan Sedang
12-19 : Ketergantungan ringan 0-4 : Ketergantungan total
d. Istirahat – tidur
1) Sebelum sakit
Pasien mengatakan tidak ada gangguan/ masalah tidur, tidur malam ±
5-6 jam, tidur siang ± 2 jam.
2) Selama sakit
Pasien mengatakan tidak ada gangguan/ masalah tidur. Pola tidur
pasien 2x sehari pada saat siang dan malam hari.

e. Pola Toleransi terhadap stress-koping

Pasien mengatakan dalam mengatasi masalah berusaha menyelesaikan


sendiri dan terkadang dibantu oleh keluarga

f. Pola hubungan peran

Status pasien menikah dan sekarang pasien tinggal bersama dengan istri
dan anaknya.

g. Kognitif dan persepsi

Pasien dan keluarga mengatakan mengetahui mengenai penyakit yang


dialaminya.

h. Konsep diri

1) Gambaran Diri
Pasien menyadari dirinya sedang sakit dan membutuhkan
perawatan di Rumah Sakit.
2) Harga Diri
Pasien mengatakan menerima keadaannya saat ini
3) Peran Diri
Pasien mengatakan seorang suami dan kepala keluarga bagi istri
dan anak- anaknya.
4) Ideal Diri
Pasien mengatakan berharap cepat sembuh
5) Identitas Diri
Pasien adalah seorang PNS
i. Reproduksi dan kesehatan
Tidak terkaji
j. Keyakinan dan Nilai
Pasien mengatakan selama sakit masih dapat sholat sambil tidur serta
selalu berdoa agar cepat kembali sehat.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Keadaan umum: Sedang
2) Kesadaran : compos mentis
3) Tanda Vital :
TD = 146/126 mmHg Nadi= 60 x/menit SpO2: 99%
Suhu= 36 °C RR= 20 x/menit
4) Skala Nyeri (Visual analog) – usia > 8 tahun
Nyeri pada daerah dada

Ket: berikan tanda O


PQRST
P= Iskemia
Q= Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R= Daerah dada
S= Skala nyeri 4
T=Nyeri hilang timbul
b. Pemeriksaan Secara Sistematik (Cephalo – Caudal)
1) Kepala : Simetris, tidak terdapat benjolan, tidak ada bekas luka,
rambut tampak beruban
2) Wajah : Simetris, tampak gelisah, tampak meringis
3) Mata : Simetris, pupil isokor, konjungtiva tidak anemis, sclera
putih
4) Hidung : Simetris, tidak ada benjolan atau masa di sekitar hidung,
tidak ada secret, tidak ada pernapasan cuping hidung
5) Mulut : mukosa bibir lembab, tidak ada lesi
6) Telinga : Simetris, tidak ada serumen, tidak menggunakan alat
bantu pendengaran
7) Leher :Tidak terdapat pembesaran thyroid, tidak
terdapat lesi dan udema di leher, JVP 5+3 cmH2O
8) Dada
a) Inspeksi: Dada tampak simetris, tidak terdapat lesi
b) Auskultasi: Tidak ada suara nafas tambahan (vesikuler)
c) Perkusi: sonor
d) Palpasi: Tidak terdapat nyeri tekan, terdapat kardiomegali
9) Abdomen

a) Inspeksi: Tidak terdapat lesi, tidak terdapat bercak merah


b) Auskultasi Bising usus 13x/menit
c) Perkusi: Suara perkusi abdomen timpani
d) Palpasi: Tidak ada nyeri tekan/lepas.
10) Anus dan Rectum: normal, tidak terdapat lesi, tidak terdapat
pembengkakan.
11) Genetalia: terpasang dower chateter dengan produksi urine 400 cc
(saat dikaji)
12) Ekstremitas
a) Atas
Pasien tampak terpasang IV Plug pada tangan kiri. Tidak ada
edema, tidak ada lesi, CRT < 2 detik, kekuatan otot 5 | 5
b) Bawah
Tidak ada edema, CRT < 2 detik, tidak ada lesi, kekuatan otot
5|5
5. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Normal
Pemeriksaan
22 Maret 2021 Swab Antigen Negatif Negatif
SARS COV-2
23 Maret 2021 S02% 97,4 96,0 – 97,0
Hct 38,0 % 39,0 – 49,0
Hb 12,6 g/dL 13,2 – 17,3
Eritrosit 4,58 10^6µL 4,60 – 6,00
MPV 11,0 fL 7,2 – 10,4
P-LCR 33,8 % 15,0 – 25,0
Eosinofil# 0,28 10^3µL 0,00 – 0,20
PPT 13,7 detik 14,0 – 15,8
SPGT/ALT 49 uL <= 41
Creatinin 0,63 mg/dL 0,70 – 1,20

(Sumber Data Sekunder : RM Pasien )


6. Terapi

Hari / Tanggal Obat Dosis dan Rute


Satuan
Rabu, 17 Nitrokaf Retard 2,5 mg/12 jam PO
Februari 2021
Simvastatin 100 mg/24 jam PO

Miniaspi 80 mg/12 jam PO

Simvastatin 20 mg PO

Candesartan 8 mg PO

(Sumber Data Sekunder : RM Pasien )

7. Diit
DJ Rchol 1800 kkal

ANALISA DATA
Nama : Tn L Tanggal: 22 Maret 2021
Ruang : Kesawamurti Dr. Sardjito

No DATA PENYEBAB MASALAH

1 DS: :
- Pasien mengatakan mudah lelah
- Pasien mengatakan merasa sesak
napas saat beraktivitas
DO:
- K/u sedang
- TD = 146/126 mmHg Resiko Penurunan
- Nadi= 60 x/menit Perubahan kontraktilitas Curah Jantung
- SpO2: 99%
- Suhu= 36 °C
- RR= 20 x/menit
- CRT < 2 detik
- EF 45%
- Hasil pemeriksaan mengalami
kardiomegali
- EKG: NSR, HR 65x/menit,
normoaxis, ms anterolateral
RBBB
2 DS:
- Pasien mengatakan nyeri pada
daerah dada
- PQRST
P= Iskemia
Q= Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R= Daerah dada
S= Skala nyeri 4
T=Nyeri hilang timbul
DO: Agen pencedera Nyeri Akut
- K/u sedang fisiologis (Iskemia)
- TD = 146/126 mmHg
- Nadi= 60 x/menit
- SpO2: 99%
- Suhu= 36 °C
- RR= 20 x/menit
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak gelisah
- EF 45%
- EKG: NSR, HR 65x/menit,
normoaxis, ms anterolateral
RBBB
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASAR PRIORITAS
1. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas dibuktikan dengan pasien mengatakan mudah lelah,
merasa sesak napas saat beraktivitas, TD = 146/126 mmHg, Nadi= 60
x/menit, SpO2: 99%, Suhu= 36 °C, RR= 20 x/menit, CRT < 2 detik,
EF 45%, kardiomegali, EKG NSR, HR 65x/menit, normoaxis, ms
anterolateral RBBB

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (Iskemia)


dibuktikan dengan pasien mengatakan nyeri pada daerah dada,
(P=Iskemia, Q=Nyeri seperti ditusuk-tusuk, R=Daerah dada, S=Skala
nyeri 4, T=Nyeri hilang timbul), K/u sedang, TD = 146/126 mmHg,
Nadi= 60 x/menit, SpO2: 99%, Suhu= 36 °C, RR= 20 x/menit, pasien
tampak meringis dan gelisah, EF 45%, EKG: NSR, HR 65x/menit,
normoaxis, ms anterolateral RBBB
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Nama Pasien / NO CM : Tn L /01526534 Ruang: Kesawamurti

Hari/ Tgl/ DIAGNOSA PERENCANAAN


No
Jam KEPERAWATAN
TUJUAN RENCANA
1
TINDAKAN
Senin, 22 Risiko Penurunan Curah jantung (SLKI, 2018;20) Perawatan jantung (SIKI, 2018;317)
Maret 2021 1 Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Observasi
curah jantung
(08.00 WIB) 4 x 5 jam diharapkan curah jantung meningkat 1. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung
berhubungan 2. Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung
dengan perubahan dengan kriteria hasil:
Indikator Awal Target Capaian 3. Monitor tekanan darah
kontraktilitas 4. Monitor saturasi oksigen
(SDKI, 2016;41) Lelah 3 5 5. Monitor keluhan nyeri dada
Dispnea 3 5 6. Monitor EKG 12 sadapan
Tekanan 3 4
darah Teraupetik
CRT 5 5 1. Berikan diet jantung yang sesuai
Keterangan : 2. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya
Lelah hidup sehat
3. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen
1: meningkat
>94%
2: cukup meningkat
3: sedang Edukasi
4: cukup menurun Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
5: menurun
Dispnea
1: meningkat
2: cukup meningkat
3: sedang
4: cukup menurun
5: menurun
Tekanan Darah
1: memburuk
2: cukup memburuk
3: sedang
4: cukup membaik
5: membaik
CRT
1: memburuk
2: cukup memburuk
3: sedang
4: cukup membaik
5: membaik
Senin, 22 2 Nyeri Akut Tingkat nyeri (SLKI, 2018;145) Manajemen nyeri (SIKI, 2018;201)
Maret 2021 berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 4x5 jam Observasi
(08.00 WIB) agen pencedera diharapkan tingkat nyeri menurun dengan kriteria 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekwensim kualitas,
fisiologis (Iskemia) hasil : intensitas nyeri
(SDKI, 2016;172) Indikator Awal Target Capaian 2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
Keluhan 3 5 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
nyeri
Meringis 3 5 Teraupetik
Gelisah 3 5 Beikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Tekanan 3 4
darah Edukasi
Keterangan: 1. Anjurkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Keluhan nyeri 2.
1: Meningkat Kolaborasi
2: Cukup meningkat Kolaborasi pemberian analgetik
3: Sedang
4: Cukup menurun
5: Menurun
Meringis
1: Meningkat
2: Cukup meningkat
3: Sedang
4: Cukup menurun
5: Menurun
Gelisah
1: Meningkat
2: Cukup meningkat
3: Sedang
4: Cukup menurun
5: Menurun
Tekanan Darah
1: Memburuk
2: Cukup memburuk
3: Sedang
4: Cukup membaik
5: Membaik
D. PELAKSANAAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien / NO CM : Tn L /01526534 Ruang: Kesawamurti

Hari/ No DIAGNOSA JAM PELAKSANAAN EVALUASI PARAF


Tgl dx KEPERAWATAN

Senin, 1 Risiko penurunan 13.30 1. Mengidentifikasi S:


22 Maret curah jantung tanda/gejala primer - Pasien mengatakan mudah lelah
2021 berhubungan dengan penurunan curah jantung - Pasien mengatakan merasa sesak napas
- Memonitor respirasi saat beraktivitas
perubahan
20x/menit - Pasien mengatakan masih merasa nyeri
kontraktilitas 13.35 2. Mengidentifikasi pada daerah dada
tanda/gejala sekunder O:
penurunan curah jantung - K/u sedang
- Melakukan - TD = 140/110 mmHg
pemeriksaan thorax, - Nadi= 70 x/menit
hasil pemeriksaan - SpO2: 99%
kardiomegali - Suhu= 36 °C
13.45 3. Memonitor tekanan darah - RR= 20 x/menit
13.48 4. Memonitor saturasi oksigen - CRT < 2 detik
13.50 5. Memonitor keluhan nyeri - Hasil pemeriksaan mengalami kardiomegali (Risna)
dada - EKG: NSR, HR 65x/menit
16.30 6. Memberikan diet jantung - Diet DJRchol (1800 kcal)
(DJRchol 1800 kcal) - Terpasang 02 nasal kanul 3 lpm
16.45 7. Memfasilitasi pasien A: Masalah risiko penurunan curah jantung belum
dankeluarga untuk teratasi
modifikasi gaya hidup sehat Indikator Awal Target Capaian
- Memberikan edukasi
diet Lelah 3 5 3
16.50 8. Memberikan oksigen untuk Dispnea 3 5 3
mempertahankan saturasi TD 3 5 3
oksigen >94% CRT 5 5 5
16.55 9. Menganjurkan beraktivitas P: Lanjutkan intervensi keperawatan
fisik secara bertahap - Identifikasi tanda/gejala primer penurunan
(aktivitas duduk dan curah jantung
berjalan) - Monitor tekanan darah
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor keluhan nyeri dada
- Berikan diet jantung yang sesuai
- Berikan oksigen untuk mempertahankan
saturasi oksigen >94%

Senin, 2 Nyeri akut berhubungan 13.50 1. Mengidentifikasi lokasi, S:


22 Maret dengan agen pencedera karakteristik, durasi, - Pasien mengatakan masih nyeri pada
2021 fisiologis (Iskemia) frekwensim kualitas, daerah dada
intensitas nyeri - PQRST
- Melakukan pengukuran P= Iskemia
PORST Q= Nyeri seperti ditusuk-tusuk
13.55 2. Mengidentifikasi respon R= Daerah dada
nyeri non verbal S= Skala nyeri 4
14.00 3. Membeikan teknik non T=Nyeri hilang timbul
farmakologis untuk O:
mengurangi rasa nyeri - K/u sedang
- Mengajarkan tehnik - TD = 140/110 mmHg
relaksasi napas dalam - Nadi= 70 x/menit
14.05 4. Menganjurkan teknik non - SpO2: 99% (Risna)
farmakologis relaksasi - Suhu= 36 °C
napas dalam untuk - RR= 20 x/menit
mengurangi rasa nyeri - CRT < 2 detik
16.00 5. Berkolaborasi pemberian - Pasien tampak meringis
analgetik - Pasien tampak gelisah
- Memberikan terapi - Pasien dapat melakukan tehnik relaksasi
Nitrokaf Retard 2,5 mg napas dalam
(PO) - Terpasang 02 nasal kanul 3 lpm
A: Masalah nyeri akut belum teratasi
Indikator Awal Target Capaian
Keluhan 3 5 3
nyeri
Meringis 3 5 3
Gelisah 3 5 3
Tekanan 3 4 3
darah
P: Lanjutkan intervensi keperawatan
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekwensim kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Anjurkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Kolaborasi pemberian analgetik

E. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien / NO CM : Tn L /01526534 Ruang: Kesawamurti
Hari / Tanggal JAM
No Dx.Kep PELAKSANAAN EVALUASI (SOAP) Paraf
/ SHIF (WIB)
Selasa, 23 1 Risiko 10.45 1. Mengidentifikasi tanda/gejala S:
Maret 2021 penurunan primer penurunan curah - Pasien mengatakan masih merasa mudah
curah jantung jantung lelah
10.50 2. Memonitor respirasi 20x/menit - Pasien mengatakan sesak napas
10.55 3. Memonitor tekanan darah berkurang saat beraktivitas
10.56 4. Memonitor saturasi oksigen - Pasien mengatakan tidak ada
11.00 5. Memonitor keluhan nyeri dada keluhan nyeri dada
11.45 6. Memberikan diet jantung O:
(DJRchol 1800 kcal) - K/u sedang
7. Memberikan oksigen - TD = 130/98 mmHg
12.15 untuk mempertahankan - Nadi= 70 x/menit
saturasi oksigen >94% - SpO2: 99%
- Suhu= 36 °C
- RR= 20 x/menit Bertha
- CRT < 2 detik
- Diet DJRchol (1800 kcal)
- Terpasang 02 nasal kanul 3 lpm
A: Masalah risiko penurunan curah jantung
belum teratasi
Indikator Awal Target Capaian
Lelah 3 5 3
Dispnea 3 5 4
TD 3 4 3
CRT 5 5 5
P: Lanjutkan intervensi keperawatan
- Identifikasi tanda/gejala primer penurunan
curah jantung
- Monitor tekanan darah
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor keluhan nyeri dada
- Berikan diet jantung yang sesuai
- Berikan oksigen untuk mempertahankan
saturasi oksigen >94%
Indikator Awal Target Capaian
Keluhan 3 5 4
nyeri
Meringis 3 5 4
Gelisah 3 5 4
Tekanan 3 4 3
2 Nyeri akut 11.50 darah
1. Mengidentifikasi lokasi, S:
karakteristik, durasi, - Pasien mengatakan rasa nyeri pada daerah
frekwensim kualitas, dada berkurang
intensitas nyeri - PQRST
- Melakukan pengukuran P= Iskemia
PORST Q= Nyeri seperti ditusuk-tusuk
2. Mengidentifikasi respon R= Daerah dada
nyeri non verbal S= Skala nyeri 3 (nyeri ringan)
12.05 3. Menganjurkan teknik non T=Nyeri hilang timbul
farmakologis relaksasi napas O:
dalam untuk mengurangi rasa - K/u sedang
nyeri - TD = 130/98 mmHg
12.30 4. Berkolaborasi pemberian - Nadi= 70 x/menit
analgetik - SpO2: 99%
- Memberikan terapi - Suhu= 36 °C
Nitrokaf Retard 2,5 mg - RR= 20 x/menit Bertha
(PO) - Pasien tampak rileks
- Gelisah berkurang
- Pasien secara konsisten melakukan tehnik
relaksasi napas dalam ketika nyeri muncul
A: Masalah nyeri akut belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi keperawatan
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekwensim kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Anjurkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Kolaborasi pemberian analgetik
Rabu, 24 Maret 1 Risiko 13.00 1. Mengidentifikasi tanda/gejala S:
2021 penurunan primer penurunan curah - Pasien mengatakan rasa lelah berkurang
curah jantung jantung - Pasien mengatakan sesak napas
- Memonitor respirasi berkurang saat beraktivitas
20x/menit - Pasien mengatakan tidak ada
2. Memonitor tekanan darah keluhan nyeri dada
3. Memonitor saturasi oksigen O:
4. Memonitor keluhan nyeri dada - K/u sedang
5. Memberikan diet jantung - TD = 126/99 mmHg
17.00 (DJRchol 1800 kcal) - Nadi= 76 x/menit
6. Memberikan oksigen - SpO2: 99%
untuk mempertahankan - Suhu= 36 °C
saturasi oksigen >94% - RR= 20 x/menit
- CRT < 2 detik
- Diet DJRchol (1800 kcal)
- Terpasang 02 nasal kanul 3 lpm Risna
A: Masalah risiko penurunan curah jantung
belum teratasi
Indikator Awal Target Capaian
Lelah 3 5 4
Dispnea 3 5 4
TD 3 4 4
CRT 5 5 5
P: Lanjutkan intervensi keperawatan
- Identifikasi tanda/gejala primer penurunan
curah jantung
- Monitor tekanan darah
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor keluhan nyeri dada
- Berikan diet jantung yang sesuai
- Berikan oksigen untuk mempertahankan
saturasi oksigen >94%
2 Nyeri akut 14.00 1. Mengidentifikasi lokasi, S:
karakteristik, durasi, - Pasien mengatakan rasa nyeri pada daerah
frekwensim kualitas, dada berkurang
intensitas nyeri - PQRST
- Melakukan pengukuran P= Iskemia
PORST Q= Nyeri seperti ditusuk
2. Mengidentifikasi respon R= Daerah dada
nyeri non verbal S= Skala nyeri 1 (nyeri ringan)
3. Menganjurkan teknik non T=Nyeri hilang timbul
farmakologis relaksasi napas O:
dalam untuk mengurangi - K/u sedang
rasa nyeri - TD = 126/99 mmHg
16.00 4. Berkolaborasi pemberian - Nadi= 76 x/menit
analgetik - SpO2: 99% Risna
- Memberikan terapi - Suhu= 36 °C
Nitrokaf Retard 2,5 mg - RR= 20 x/menit
(PO) - CRT < 2 detik
- Pasien tampak rileks
- Pasien tampak tenang
- Pasien secara konsisten melakukan tehnik
relaksasi napas dalam ketika nyeri muncul
A: Masalah nyeri akut teratasi
Indikator Awal Target Capaian
Keluhan 3 5 5
nyeri
Meringis 3 5 5
Gelisah 3 5 5
TD 3 4 4

P: Hentikan intervensi keperawatan


Kamis, 25 Maret 1 Risiko 08.30 1. Mengidentifikasi tanda/gejala S:
2021 penurunan primer penurunan curah - Pasien mengatakan rasa lelah berkurang
curah jantung jantung - Pasien mengatakan sesak napas
- Memonitor respirasi berkurang saat beraktivitas
20x/menit - Pasien mengatakan tidak ada
08.35 2. Memonitor tekanan darah keluhan nyeri dada
08.40 3. Memonitor saturasi oksigen O:
09.00 4. Memonitor keluhan nyeri dada - K/u sedang
- TD = 128/100 mmHg
- Nadi= 88 x/menit
- SpO2: 99%
- Suhu= 36 °C
- RR= 20 x/menit
- CRT < 2 detik Bertha

A: Masalah risiko penurunan curah jantung teratasi


Indikator Awal Target Capaian
Lelah 3 5 5
Dispnea 3 5 5
TD 3 4 4
CRT 5 5 5
P: Hentikan intervensi keperawatan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil uraian yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan
pada Tn L dengan diagnosa medis CAD2VD maka penulis dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Fokus pengkajian pada Tn L yaitu pada sistem kardiovaskuler dengan
data sebagai berikut pasien mengatakan nyeri pada daerah dada,
(P=iskemia, Q=nyeri seperi ditusuk-tusuk, R=nyeri pada deerah dada,
S=skala nyeri 4, T=nyeri hilang timbul), EF 45%, hasil pemeriksaan
mengalami kardiomegali, kesimpulan, hasil pemeriksaan EKG: NSR, HR
65x/menit, normoaxis, ms anterolateral RBBB
2. Diagnosa keperawatan prioritas pada pasien meliputi: Risiko penurunan
curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas, nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (iskemia)
3. Pada kedua diagnosa prioritas yang muncul pada pasien dilakukan
melalui dua jenis tindakan yaitu tindakan mandiri keperawatan dan
tindakan kolaborasi dengan dokter dan ahli gizi.
4. Implementasi keperawatan dilaksanakan selama tiga hari dan semua
tindakan yang di implementasikan kepada pasien berdasarkan pada
rencana tindakan keperawatan yang telah ditetapkan oleh perawat.
5. Dari kedua diagnosa prioritas yang terjadi pada Tn L selama 4 hari
dilakukan perawatan didapatkan dua masalah teratasi. Kondisi Tn L
sudah cukup baik dari sebelumnya.
B. Saran
Hasil studi kasus ini dapat menjadi tambahan ilmu bagi profesi
keperawatan dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan diagnosa CAD2VD (Coronary Artery
Disease 2 Vessel Disease).
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, B. 2014. Dislipidemia sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung
Koroner. www.library.usu.ac.id [diakses 18 Mei 2014].
Christian Sandi, Saryono, Dian Ramawati. (2013). Penelitian Tentang Perbedaan
Kadar Kolesterol Darah Pada Pekerja Kantoran dan Pekerja Kasar.
Corwin J. Elizabeth, ( 2013 ), Buku Saku Patofisiologi, Edisi Revisi 3, Penerbit :
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Hendriantika, H. (2012), Penelitian Tentang Studi Komparatif Aktivitas Fisik
dengan Faktor Resiko Terjadinya Penyakit jantung Koroner.
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai