Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

STUDY ISLAM

“SHOLAT”

DOSEN PEMBIMBING

Ahmad luviadi, M. Pd.I

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2

Cyndi Ayu Wahyuni


Fina Elviza
Fadilah Izni Zamzami
Safitri Lestari

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMPUNG


FAKULTAS PSIKOLOGI
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirahim
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Alhamdulillah was
sholatu was salamu ‘ala rasulillah wa ba’ad.

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah Subhanahu


Wata’ala yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada
penulis, sehingga makalah yang bertema kan “Sholat” dapat tersusun dengan baik
dan dapat disajikan dengan baik.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan maupun pengkajiannya


masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari berbagai pihak yang sifat-sifatnya membangun sangat di
harapkan, demi untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Demi kelancarannya mengerjakan tugas ini saya ucapkan terima kasih


kepada Kedua orang tua saya yang telah memberikan motivasi dan
semua teman – teman yang ikut membantu dalam penyusunan makalah
ini.

Semoga Allah Subhanahu Wata’ala senantiasa melimpahkan rahmat dan


taufiqnya kepada kita semua, dan akhirnya mudah-mudahan makalah
ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca
pada umumnya.

Allahumma aamiin ya robbal ‘alamin.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan

BAB II HAKIKAT SHALAT


Hakikat Sholat

BAB III MENGAPA ALLAH MEWAJIBKAN SHOLAT


Mengapa harus Sholat

BAB IV TUJUAN DAN FUNGSI SHOLAT


Tujuan dan Fungsi Sholat

BAB V HIKMAH SHOLAT


Hikmah Sholat

BAB VI ANCAMAN MENINGGALKAN SHOLAT

PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Shalat merupakansalah satuibadah wajib bagi umat muslimdan
shalat merupakan sarana komunikasi antara seorang hamba dengan
Tuhan-Nya sebagai suatu bentuk ibadah yang di dalamnya
terdapatsebuah amalan yang tersusun dari beberapa ucapandan
perbuatan yang diawalidengan takbiratul ikhramdan diakhiri dengan
salam, dan dilakukan sesuai dengan syarat maupunrukun shalat yang
telah ditentukan.

B. Rumusan Masalah
Banyak kita temukan dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah tentang
keutamaan ibadah shalat. Akan tetapi, sungguh mengherankan ketika
kita jumpai kaum muslimin yang tidak mengetahui atau pura-pura tidak
tahu tentang keutamaan dan kedudukan ibadah shalat sehingga
melalaikannya. Bagi sebagian kaum muslimin, shalat adalah ibadah
yang paling tidak menarik, merepotkan, dan melelahkan. Jadilah mereka
tidak mendirikan shalat, tidak menyisihkan waktu untuk mendirikan
shalat, bahkan terkadang mengejek saudaranya yang perhatian dengan
shalat, atau menjadikan shalat sebagai bahan gurauan dan candaan.

C. Tujuan Pembuatan Makalah


Tujuan pembuatan makalah ini agar pembaca dapat mengetahui dan
menambah ilmu tentang sholat.
BAB II
HAKIKAT SHOLAT

A. Hakikat Sholat
Ibnul Qoyyim rahimahullah menguraikan hakikat shalat, “Tidak
dapat diragukan bahwa shalat merupakan perkara yang sangat
menggembirakan hati bagi orang-orang yang mencintainya dan
merupakan kenikmatan ruh bagi orang-orang yang mengesakan Allah,
puncak keadaaan orang-orang yang jujur dan parameter keadaan orang-
orang yang meniti jalan menuju kepada Allah. Shalat merupakan rahmat
Allah yang dianugerahkan kepada hamba-Nya, Allah memberi petunjuk
kepada mereka untuk bisa melaksanakannya dan memperkenalkannya
sebagai rahmat bagi mereka dan kehormatan bagi mereka, supaya
dengan shalat tersebut mereka memperoleh kemulian dari-Nya dan
keberuntungan karena dekat dengan-Nya. Allah tidak membutuhkan
mereka (dalam pelaksanaan shalat), namun justru (hakikatnya shalat
tersebut) merupakan anugerah dan karunia Allah untuk mereka. Dengan
shalat, hati seorang hamba dan seluruh anggota tubuh beribadah.
(Dalam shalat),Allah menjadikan bagian (anugerah) untuk hati lebih
sempurna dan lebih besar, yaitu berupa (hati bisa) menghadap kepada
Rabb nya Subhanahu, bergembira dan merasakan kelezatan berdekatan
dengan-Nya, merasakan nikmat dengan mencintai-Nya, riang gembira
menghadap kepada-Nya, tidak berpaling kepada selain-Nya saat
beribadah (shalat) serta menyempurnakan hak-hak peribadatan kepada-
Nya, sehingga ibadahnya sesuai dengan apa yang Dia ridhoi” (Dzauqush
Shalah, Ibnul Qoyyim. Hal. 8).

B. Kelalaian hati diantara shalat yang satu dengan shalat yang lain
Ibnul Qoyyim rahimahullah menjelaskan tentang hal ini, “(Dalam shalat
lima waktu), diantara dua shalat, pada diri seorang hamba (bisa saja)
terjadi kelalaian, kegersangan, kekerasan dan keberpalingan hati,
ketergelinciran serta kesalahan-kesalahan, hingga (hal ini) menjauhkan
hatinya dari Rabb nya, menyingkirkan dari kedekatan dengan-Nya, (lalu)
jadilah sebuah hati yang terasing dari peribadatan kepada-Nya”
(Asraarush Shalaah, Ibnul Qoyyim. Hal.10).
BAB III
MENGAPA ALLAH MEWAJIBKAN SHOLAT

Allah Ta’ala berfirman,


‫َواﻟْ َﺠﺎ ِر ِذي ا ُْﻟﻘ‬
‫ِﻦ ِإ ْﺣ َﺴﺎﻧًﺎ َو ِﺑﺬي اﻟُْﻘ َﻣﻰ َواﻟَْﻤ َﺴﺎ ِﻛﯿ‬ ‫اﺪﯾِْﻟ‬Tََِ‫ﷲ ُﺗ ْﺸ ِﺮ ُﻛﻮا ِﺑ ِﻪ َ ﻮ‬ َ ‫ﺪوا ا ﱠ‬Tُ‫ﺒ‬Tُ‫َوا ْﻋ‬
‫َْﺮﺑﻰ‬ ْ‫َْﺮﺑﻰ َوﺑﺎﻟ‬
‫ِﻦ َواﻟَْﯿَﺘﺎ‬ ِ ‫ﺷﯿﺎ َوﻻ‬ ً‫َ ْﺌ‬
َ‫ﱠﺼﺎ ِﺣ ﺐ ﺑْﺎﻟ َﺠْﻨ ﺐ َواﺑْ ﻦ َ َﻣﻠَ َﻜ ْﺖ أْﯾ‬ َ ‫ﻨ ِﺐ‬Tُ‫َواﻟْ َﺠﺎ ِر اﻟْ ُﺠ‬
ِ ِ ِ ِ
ُ
‫ﻧ ﻜ ْﻢ‬Tُ‫َﻤﺎ‬ ‫و‬ ‫وا‬
‫اﻟ ﱠﺴﺒﯿ ﻞ‬
‫ ِ َﻣﺎ‬Tِ ‫ﻟ‬
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang tua (ibu dan bapak),
karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang
dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba
sahayamu.” (QS. An-Nisa [4]: 36).

Di dalam ayat ini terdapat sepuluh hak yang wajib kita tunaikan. Oleh karena
itu, ayat ini disebut dengan “huquuqul ‘asyroh” (hak-hak yang berjumlah
sepuluh), yaitu hak Allah Ta’ala, hak kedua orang tua, dan seterusnya sampai
dengan hak hamba sahaya (budak). Dalam ayat ini, Allah Ta’ala memulai
dengan menyebutkan hak-Nya, yaitu (yang artinya),”Sembahlah Allah dan
janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.” Ini adalah bukti
bahwa tauhid merupakan perintah Allah Ta’ala yang pertama kali diserukan
kepada seseorang dan merupakan kewajiban terbesar seorang hamba dalam
sepanjang hidupnya, sebelum menunaikan kewajiban yang lainnya.
Allah Ta’ala berfirman,
‫ﻘ ْﻞ ﻟَ ُﻬ‬Tُ‫ﻼ َﺗ‬Tَ‫ﻼ ُﻫ َﻤﺎ َﻓ‬Tَ‫ْ َ ْ ِﻛ‬
‫ﱟ‬ ُ ‫ﺒ‬Tَ‫ﻜ‬Tِ‫ﺪ ك اﻟ‬Tَ‫ﻧﺎ ِإ ﱠﻣﺎ َﯾْﺒﻠُ َﻐ ﱠﻦ ِﻋﻨ‬Tً‫ﺪْﯾ ِﻦ ِإ ْﺣ َﺴﺎ‬Tَِ‫ﺑﺎﻟْ َﻮاﻟ‬Tِ‫ﺪوا َو‬Tُ‫ﺒ‬Tُ‫ﻻ َﺗ ْﻌ‬T‫َرﱡﺑ َﻚ أَﱠ‬ ‫ﻗ َﻀﻰ‬Tَ‫َو‬
‫َﻤﺎ أ ف‬
‫ﺪ ُﻫ َﻤﺎ أَ ْو‬Tُ‫َﺮ أَ َﺣ‬ ‫ه‬Tُ‫ﻻ ِإﱠﯾﺎ‬T‫ِإﱠ‬
‫َوَﻻ َﺗﻨْ َﻬ ْﺮ ُﻫ َﻤﺎ ْﻞ ﻟَ ُﻬ َﻤﺎ َﻗ ْﻮًﻻ َﻛ ِﺮﯾ ًﻤﺎ‬
‫) َوُﻗ‬23(
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-
duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”
dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia.” (QS. Al-Isra’ [17]: 23).
Dalam ayat ini, Allah Ta’ala juga memulai dengan perintah bertauhid. Dan sekali
lagi, hal ini menunjukkan bahwa tauhid adalah perintah Allah Ta’ala yang terbesar.
Allah Ta’ala berfirman,
‫أَ ْوَ َﻻد ُﻛ ْﻢ ِﻣ ْﻦ ِإ ْﻣَﻼ ٍق َﻧ‬
‫ََِاﺪﯾِْﻟ ِﻦ ِإ ْﺣ‬T‫َِوﺑﺎﻟْ َ ﻮ‬ ‫ﻻ ُﺗ‬T‫ﻜ ْﻢ أَﱠ‬Tُ‫ﻜ ْﻢ َﻋﻠَْﯿ‬Tُ‫م َرﱡﺑ‬Tَ‫َﺣ ﱠﺮ‬ ‫ْﻞ َﺗ َﻌﺎﻟَ ْﻮا أَﺗْ ُﻞ‬ ‫ُﻗ‬
‫ْﺤ ُﻦ َوَﻻ َﺗﻘُُْﺘﻠﻮا‬
‫َﺴﺎًﻧﺎ َﺷﯿًْﺌﺎ‬ ‫ْﺸ ِﺮ ُﻛﻮا ِﺑ ِﻪ‬ ‫َﻣﺎ‬
‫ﻻ ِﺑﺎﻟْ َﺤ‬T‫ﷲ ِإﱠ‬
ُ ‫م ا ﱠ‬Tَ‫ﻻ َﺣ ﱠﺮ‬Tَ‫ﺑﻮا اﻟَْﻔ َﻮا ِﺣ َﺶ َﻣﺎ َﻇ َﻬ َﺮ ِﻣﻨْ َﻬﺎ َو َﻣﺎ َﺑ َﻄ َﻦ َو‬Tُ‫ﻻ َﺗﻘْ َﺮ‬Tَ‫َو‬ ‫ْﺮ ُزُﻗ َوإِﯾﱠﺎ‬ ‫َﻧ‬
‫ﱢﻖ َذِﻟ ُﻜ ْﻢ‬ ‫ﺘﻠُﻮا اﻟﻨﱠﻔْ َﺲ اﻟِﱠﺘﻲ‬Tُْ‫َﺗﻘ‬ ‫ُﻜ ْﻢ ُﻫ ْﻢ‬
)151( ‫ﻘﻠُﻮ َن‬Tِ‫ﻜ ْﻢ َﺗ ْﻌ‬T‫َو ﱠﺻﺎ ُﻛ ْﻢ ِﺑ ِﻪ ﻟَ َﻌﻠُﱠ‬
“Katakanlah,’Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh
Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia,
berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu dan bapak, dan janganlah
kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan
memberi rizki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu
mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang tampak di
antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa
yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab)
yang benar’. Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu
memahami(nya).” (QS. Al-An’am [6]: 151).

Dalam ayat ini terdapat lima wasiat bagi seorang hamba. Yaitu mentauhidkan
Allah, berbuat baik kepada kedua orang tua, tidak membunuh anak-anak kita,
tidak boleh mendekati perbuatan keji, dan tidak membunuh jiwa yang Allah
Ta’ala kecuali dengan alasan yang dapat dibenarkan (Lihat Al-Qoulul Mufiid,
1/20, karya Syaikh Ibnu ‘Utsaimin). Dalam ayat ini, Allah Ta’ala memulai
wasiat-Nya dengan perintah untuk bertauhid.
Allah Ta’ala berfirman,

‫ﺪو ِن‬Tُ‫ﺒ‬Tُ‫ﯿ ْﻌ‬Tَ‫ﻻ ِﻟ‬T‫ﻹﻧ َﺲ ِإﱠ‬Tِْ ‫ْ َوا‬


‫َو َﻣﺎ َﺧَﻠْﻘ ُﺖ اﻟ‬
‫ِﺠ ﱠﻦ‬
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah kepada-Ku”. (QS. Adz-Dzariyat [51]: 56).
A. Shalat adalah kewajiban paling utama setelah dua kalimat syahadat dan
merupakan salah satu rukun islam.

Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda, “Islam itu dibangun di atas


lima perkara, yaitu: bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak
disembah kecuali Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan
Allah, menegakkan shalat, mengeluarkan zakat, mengerjakan haji ke
Baitulloh, dan berpuasa pada bulan Romadhon.”

B. Shalat merupakan pembeda antara muslim dan kafir.

Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda, “Sesungguhnya batasan


antara seseorang dengan kekafiran dan kesyirikan adalah shalat.
Barangsiapa meninggalkan shalat, maka ia kafir”. Salah seorang tabi’in
bernama Abdullah bin Syaqiq rahimahullah berkata, “Dulu para shahabat
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah pernah menganggap
suatu amal yang apabila ditinggalkan menyebabkan kafir kecuali shalat.”

C. Shalat adalah tiang agama dan agama seseorang tidak tegak kecuali
dengan menegakkan shalat.

Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam


bersabda, ”Inti (pokok) segala perkara adalah Islam dan tiangnya
(penopangnya) adalah shalat.”
BAB IV
TUJUAN DAN FUNGSI SHOLAT

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memperumpamakan shalat


dengan perumpamaan yang sangat indah, yang menunjukkan bahwa ia
adalah sebuah kebutuhan dan kegembiraan hati orang-orang yang
beriman, karena dengannya Allah menghapuskan dosa hamba-Nya.
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫َﻻ ُﯾْﺒِﻘﻰ ِﻣْﻦ َدَرِﻧ‬: ‫« َﻗﺎﻟُﻮا‬. ‫ِﻪ ؟‬ ‫ َﻣﺎ ﺗَﻘُﻮلُ ذَِﻟ َﻚ ُﯾْﺒِﻘﻰ أََرأَْﯾﺘُْﻢ ﻟَْﻮ أَﱠن َﻧَﻬًﺮا‬، ‫م َﺧْﻤًﺴﺎ‬T‫ﺴُﻞ ِﻓﯿ ﻪِ ُﻛﻞﱠ َﯾ ٍْﻮ‬Tَِ‫ َﯾﻐْﺘ‬، ‫ﺪُﻛْﻢ‬Tِ‫ِﺑَﺒﺎ ِب أََﺣ‬
‫اﻟَْﺨﻄَﺎَﯾﺎ ﱠﷲُ ِﺑَﻬﺎ‬ ‫ َﯾْﻤُﺤﻮ ا ﱠﺼﻠََﻮا ِت‬، ‫ » ﻓَﺬَِﻟ ﻣﺜﻞ اﻟ َﻚ اﻟَْﺨْﻤ ِﺲ‬:‫ ﻗَﺎَل‬. ‫ِﻣْﻦ َدَرِﻧ ِﻪ ﺷَْﯿﺌًﺎ‬

“Tahukah kalian, seandainya ada sebuah sungai di dekat pintu salah


seorang di antara kalian, lalu ia mandi dari air sungai itu setiap hari lima
kali, menurut Anda, apakah itu akan menyisakan kotorannya ? Para
sahabat menjawab, ‘Tidak menyisakan sedikit pun kotorannya.’ Beliau
bersabda, ‘Maka begitulah perumpamaan shalat lima waktu, dengannya
Allah menghapuskan dosa-dosa (hamba-Nya)’” (HR. Bukhari no. 528 dan
Muslim no. 667).

Oleh karena itu, pantas jika shalat yang dilakukan dengan baik bisa
mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar.

Allah Ta’ala berfirman,

‫ﺮ ﱠﺼ َﻼَة َﺗْﻨَﻬٰﻰ‬T‫َﻋ ِﻦ اﻟَْﻔْﺤَﺸﺎ ِء َواﻟُْﻤْﻨ َِﻜ‬ ‫ِإﱠن اﻟ‬

“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan


mungkar” (Al-‘Ankabuut:45).

Shalat memang membuahkan ketakwaan, karena mendorong pelakunya


untuk senantiasa ingat Allah dari waktu ke waktu, di tengah-tengah
kesibukannya dengan dunia dan di tengah-tengah kelalaian serta
kegersangan hatinya, Allah Ta’ala berfirman,

‫ﺬﻛْ ِﺮي‬Tِ‫َوأَِﻗ ﻢ اﻟ ﱠﺼ َﻼَة ﻟ‬


ِ
“Dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku” (Thaha:14).

Barangsiapa yang mampu memahami dan menghayati dengan baik


lautan mutiara hakikat ibadah shalat, maka shalat dipandangannya
menjadi suatu aktifitas yang sangat menyenangkan dan ini terjadi pada
diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

‫ﺟﻌﻠﺖ ﻗُﱠﺮة َﻋْﯿﻨﻲ ِﻓﻲ اﻟ ﱠﺼ َﻼة‬

Dijadikan sesuatu yang paling menyenangkan hatiku ada pada saat


mengerjakan shalat. (HR. An-Nasaa`i dan Ahmad dan selain keduanya.
HaditsShahih)
BAB V
HIKMAH SHOLAT

A. Mendapatkan cinta dan ridho Allah


Orang yang mengerjakan shalat berarti menjalankan perintah Allah, maka
ia pantas mendapatkan cinta dan keridhoan Allah. Allah Ta’ala berfirman
(yang artinya), “Katakanlah (wahai muhammad): “Jika kamu (benar-
benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mencintai dan
mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS. Ali Imran: 31)
B. Selamat dari api neraka dan masuk kedalam surga
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Barangsiapa mentaati Allah
dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan
yang besar.” (QS. Al Ahzab: 71). Syaikh Abu Bakr Jabir Al Jazairi
Rahimahullahu ta’ala berkata, “Yang dimaksud dengan kemenangan
dalam ayat ini adalah selamat dari api neraka dan masuk kedalam
surga”[8]. Dan melaksanakan sholat termasuk mentaati Allah dan Rasul-
Nya.
C. Pewaris surga Firdaus dan kekal didalamnya
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh beruntung orang-orang
yang beriman … dan orang-orang yang memelihara sholatnya mereka
itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi syurga
Firdaus. mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al Mu’minun: 1-11)
D. Pelaku shalat disifati sebagai seorang muslim yang beriman dan
bertaqwa
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kitab (Al Quran) ini tidak ada
keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (yaitu) mereka
yang beriman kepada yang ghaib yang mendirikan shalat dan
menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada
mereka.” (QS. Al Baqarah: 2-3)
E. Akan mendapat ampunan dan pahala yang besar dari Allah
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya laki-laki dan
perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu’min,
laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta’atannya, laki-laki dan
perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki
dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang
bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan
perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan
yang banyak menyebut (nama) Allah, ampunan dan pahala yang besar.”
(QS. Al Ahzab: 35)
F. Shalat tempat meminta pertolongan kepada Allah sekaligus ciri orang
yang khusyuk
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Jadikanlah sabar dan shalat
sebagai penolongmu. dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh
berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.” (QS. Al Baqarah: 45)
G. Shalat mencegah hamba dari Perbuatan Keji dan Mungkar
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Bacalah apa yang telah
diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan
mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa
yang kamu kerjakan.” (QS. Al Ankabut: 45)
BAB VI
ANCAMAN MENINGGALKAN SHOLAT

Di awal telah dijelaskan bahwa shalat merupakan tiang agama dan merupakan
pembeda antara muslim dan kafir. Lalu bagaimanakah hukum meninggalkan
shalat itu sendiri, apakah membuat seseorang itu kafir?

Perlu diketahui, para ulama telah sepakat (baca: ijma’) bahwa dosa
meninggalkan shalat lima waktu lebih besar dari dosa-dosa besar lainnya.
Ibnu Qayyim Al Jauziyah –rahimahullah- mengatakan, ”Kaum muslimin
bersepakat bahwa meninggalkan shalat lima waktu dengan sengaja adalah
dosa besar yang paling besar dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh,
merampas harta orang lain, berzina, mencuri, dan minum minuman keras.
Orang yang meninggalkannya akan mendapat hukuman dan kemurkaan
Allah serta mendapatkan kehinaan di dunia dan akhirat.”

Adapun berbagai kasus orang yang meninggalkan shalat, kami dapat rinci
sebagai berikut:

Kasus pertama: Meninggalkan shalat dengan mengingkari kewajibannya


sebagaimana mungkin perkataan sebagian orang, ‘Sholat oleh, ora sholat oleh.’
[Kalau mau shalat boleh-boleh saja, tidak shalat juga tidak apa-apa]. Jika hal ini
dilakukan dalam rangka mengingkari hukum wajibnya shalat, orang semacam ini
dihukumi kafir tanpa ada perselisihan di antara para ulama.

Kasus kedua: Meninggalkan shalat dengan menganggap gampang dan tidak


pernah melaksanakannya. Bahkan ketika diajak untuk melaksanakannya, malah
enggan. Maka orang semacam ini berlaku hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang menunjukkan kafirnya orang yang meninggalkan shalat. Inilah
pendapat Imam Ahmad, Ishaq, mayoritas ulama salaf dari shahabat dan tabi’in.
Contoh hadits mengenai masalah ini adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam,
“Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah shalat.
Barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir.”

Kasus ketiga: Tidak rutin dalam melaksanakan shalat yaitu kadang shalat dan
kadang tidak. Maka dia masih dihukumi muslim secara zhohir (yang nampak pada
dirinya) dan tidak kafir. Inilah pendapat Ishaq bin Rohuwyah yaitu hendaklah
bersikap lemah lembut terhadap orang semacam ini hingga dia kembali ke
jalan yang benar. Wal ‘ibroh bilkhotimah [Hukuman baginya dilihat dari
keadaan akhir hidupnya].

Kasus keempat: Meninggalkan shalat dan tidak mengetahui bahwa meninggalkan


shalat membuat orang kafir. Maka hukum bagi orang semacam ini adalah
sebagaimana orang jahil (bodoh). Orang ini tidaklah dikafirkan disebabkan adanya
kejahilan pada dirinya yang dinilai sebagai faktor penghalang untuk mendapatkan
hukuman.

Kasus kelima: Mengerjakan shalat hingga keluar waktunya. Dia selalu rutin
dalam melaksanakannya, namun sering mengerjakan di luar waktunya. Maka
orang semacam ini tidaklah kafir, namun dia berdosa dan perbuatan ini sangat
tercela sebagaimana Allah berfirman (yang artinya), “Maka kecelakaanlah bagi
orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.” (QS.
Al Maa’un [107] : 4-5)
PENUTUP

Semoga Allah tabaraka wata’ala senantiasa memberikan hidayah dan taufiq


kepada kita semua dalam agama yang benar dan sesuai tuntunan Al-Quran dan
Sunnah nabi kita Muhammad Shalallahu’alaihi wassalam.

Demikian, subhanakallahumma wabihamdika ashadualla ilaha illa anta


astaghfiruka wa atubu ilaik, Wassalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh.

Anda mungkin juga menyukai