Anda di halaman 1dari 6

Volume 2, Nomor 1, April 2013 http://doi.

or
g/10.21009/JPPP

PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KEPUASAN


KERJA PEGAWAI DI KANTOR CABANG
PT. PEGADAIAN (PERSERO)
Sri Wahyu Utami* Herwindo Hariwibowo**

*Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta


**Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta

DOI: https://doi.org/10.21009/JPPP.021.11

Alamat Korespondensi:
sriwahyuutami2706@gmail.com

ABSTRACT
This study aims to research determine the effect of job stress against job satisfaction employees in the branch offices of PT.
Pegadaian (Persero). Variabel studied were job stress as the independent variable (X) and variable job satisfaction as the
dependent variable (Y). The method used in this study is quantitative research. The sample in this study amounted to 31
respondents. Techniques used in the purposive sampling and quota sampling. The data analysis technique are used to test
the hypothesis is a simple regression analysis using SPSS version 17.00. Based on the calculations, the p value for the
correlation of job stress and job satisfaction of 0.001 (p < 0,05). Regression equation, Y = 116,144 – 0,656X and the level
of influence (R Square) of job stress on job satisfaction is 0.284, which means that job stress affects job satisfaction by
28,4% and the remaining 71,6% is influenced by factors other than job stress. Therefore, Ho is rejected and Ha accepted
so it can be concluded that there was a significant influence between job stress on job satisfaction of employees in branch
offices PT. Pegadaian (Persero).

Keywords
job stress, job satisfaction, PT. Pegadaian (Persero)

1. Pendahuluan bekerja mereka mengharapkan akan mendapatkan


kepuasan kerja.
Pegawai adalah makhluk sosial yang menjadi
Kepuasan kerja akan
mempengaruhi kekayaan utama bagi setiap perusahaan. Mereka produktivitas yang sangat
diharapkan perusahaan ini menjadi perencana, pelaksana, dan pengendali dan perusahaan pun memang
membutuhkan yang selalu berperan aktif dalam mewujudkan tenaga kerja yang produktif
untuk dapat tujuan perusahaan. Selain mereka mewujudkan menunjang kehidupan perusahaan.
Umam (2010) tujuan perusahaan, mereka pun memiliki tujuan, mengemukakan produktivitas dapat
dinaikkan pemikiran, perasaan, dan keinginan yang dapat dengan menaikkan kepuasan kerja. Kepuasan
mempengaruhi sikapnya terhadap pekerjaannya. kerja merupakan akibat dari produktivitas atau
Anoraga (2009) mengungkapkan bahwa dahulu sebaliknya. Produktivitas yang tinggi akan orang-orang
beranggapan bahwa satu-satunya menyebabkan peningkatan kepuasan kerja hanya perangsang

72
Sri Wahyu Utami Pengaruh Stres Kerja terhadap Kepuasan Kerja Pegawai
Herwindo Hariwibowo di Kantor Cabang PT. Pegadaian (Persero)

(incentive) untuk bekerja hanyalah jika karyawan mempersepsikan bahwa apa yang uang atau perasaan
takut untuk menganggur. telah dicapai perusahaan sesuai dengan apa yang
Kenyataannya menunjukkan bahwa orang mau diterima, serta diasosiasikan dengan performa bekerja
bukan hanya mencari dan mendapatkan kerja yang unggul. upah saja (unsur ekonomis) akan tetapi
dengan

Howel dan Dipboye, 1986 (dalam Munandar, dalam lima kategori besar, yaitu faktor-faktor
2001) memandang kepuasan kerja sebagai hasil intrinsik dalam pekerjaan, peran dalam organisasi,
keseluruhan dari derajat rasa suka atau tidak pengembangan karier, hubungan dalam pekerjaan,
sukanya tenaga kerja terhadap berbagai aspek dari serta struktur dan iklim organisasi (Hurrel, dkk.
pekerjaannya. Dengan kata lain kepuasan kerja 1988; Munandar, 2001).
mencerminkan sikap tenaga kerja dengan Dalam konteks perilaku organisasi, stres dapat
pekerjaannya. Ada banyak faktor yang dilihat dari sisi negatif maupun sisi positif. Quick
mempengaruhi kepuasan kerja sehingga tidak dan Quick (1984; Waluyo, 2009)
semua orang yang bekerja merasakan kepuasan mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu
kerja. Jika faktor-faktor yang mempengaruhi eustress dan distress. Eustress, yaitu hasil dari
kepuasan kerja terpenuhi maka dapat respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif,
mengakibatkan perasaan kepuasan kerja. Tetapi dan konstruktif (bersifat membangun). Sedangkan
jika faktor tersebut tidak dapat terpenuhi maka distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang
para pegawai akan merasakan ketidakpuasan bersifat tidak sehat, negatif, dan destruktif
kerja. (bersifat merusak).
Munandar (2001) mengemukakan faktor-faktor Berbagai penelitian telah banyak
yang mempengaruhi kepuasan kerja antara lain: mengemukakan bahwa stres kerja memiliki
ciri-ciri intrinsik, gaji yang dirasakan adil, hubungan yang negatif terhadap kepuasan kerja.
penyeliaan, rekan kerja, dan kondisi kerja yang Hal ini berarti penurunan tingkat stres kerja
menunjang. Ketidakpuasan kerja dapat dirasakan memiliki hubungan terhadap naiknya tingkat
para pegawai tidak hanya karena faktor tersebut kepuasan kerja. Walaupun demikian,
tidak dapat terpenuhi tetapi kondisi stres kerja pun pengkategorian jenis stres menjadi eustress dan
dapat mengakibatkan ketidakpuasan kerja. distress dapat mengemukakan bahwa stres dapat
Wahjono (2010) mengemukakan bahwa stres memungkinkan hasil korelasi yang positif antara
dapat menyebabkan ketidakpuasan, terutama stres kerja dengan kepuasan kerja. Ditambah lagi
ketidakpuasan yang berkaitan dengan pekerjaan. hasil korelasi dari penelitian Anitawidanti (2010)
Stres yang dialami dan kepuasan kerja yang yang menunjukkan bahwa variabel stres kerja
didambakan adalah dua kondisi yang bukan saja memiliki hubungan positif dengan variabel
berkaitan, tetapi sekaligus antagonis. Karena kepuasan kerja, yang berarti bahwa jika stres kerja
memang terjadi situasi kompleks antara stres meningkat maka kepuasan kerja juga meningkat.
manusia, pekerjaan dan kepuasan. Stres kerja dalam penelitian yang dilakukan oleh
Robbins (Wahjono, 2010) mengemukakan stres Anitawidanti lebih mengarah pada eustress yaitu
merupakan kondisi dinamik yang di dalamnya stres positif yang diperlukan untuk menghasilkan
individu menghadapi peluang, kendala, atau prestasi yang tinggi. Hal tersebut dapat
tuntutan yang terkait dengan apa yang sangat menimbulkan asumsi bahwa perusahaan tidak
diinginkannya dan yang hasilnya dipersepsikan hanya menciptakan keadaan stres yang menekan
sebagai tidak pasti tetapi penting. Setiap aspek di tetapi ada pula penciptaan keadaan stres yang
pekerjaan dapat menjadi pembangkit stres. Faktor- menyenangkan.
faktor di pekerjaan yang berdasarkan penelitian Hasil penelitian (Munandar, 2001)
dapat menimbulkan stres dapat dikelompokkan ke menunjukkan adanya hubungan berbentuk-U

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 2, No. 1, April 2013 73


Sri Wahyu Utami Pengaruh Stres Kerja terhadap Kepuasan Kerja Pegawai
Herwindo Hariwibowo di Kantor Cabang PT. Pegadaian (Persero)

terbalik antara stres dan unjuk-kerja pekerjaan, bagi pelanggan mereka. Hanya front liners yang
tampak bahwa stres tingkat rendah dan tingkat mempunyai kemampuan dan keterampilan yang
tinggi dua-duanya menghasilkan unjuk-kerja baik yang dapat bergabung dengan Pegadaian.
pekerjaan yang rendah. Dapat dikatakan, situasi Dengan kata lain, yang terbaik dikelasnya yang
stres yang berada di titik optimal merupakan dapat menjadi pasukan terdepan perusahaan.
eustress karena pekerja merasakan situasi tersebut Tuntutan tersebut dapat menjadi stressor bagi
ialah situasi yang menantang. Hal demikian para pegawai frontliners di PT Pegadaian
membuat pekerja merasakan kepuasan kerja. (Persero).
Sedangkan situasi stres yang berada di tingkat Pegawai front liner bekerja bersama dengan
rendah maupun tingkat tinggi membuat pekerja penaksir, penyimpan, pemegang gudang, security
merasakan ketidakpuasan kerja. dan pemasar di kantor cabang/UPC dalam
Tinggi dan rendahnya tingkat stres dipengaruhi melayani nasabah. Banyaknya rekan kerja
oleh situasi kerja. Tiap bagian pekerjaan dalam tersebut tidak sama di semua kantor cabang yaitu
suatu perusahaan memungkinkan perbedaan sesuai dengan besarnya jumlah omset dan kantor
tingkat stres karena berbedanya situasi kerja yang cabang. Ada beberapa kantor cabang yang
dirasakan. Satu bagian pekerjaan pun dapat pegawainya hanya terdiri dari dua orang yaitu
mengalami perbedaan tingkat stres dari waktu ke security dan PAP yang merangkap sebagai
waktu dan ditambah pula bila ada perubahan penaksir.
organisasi dalam pekerjaan tersebut. Cara orang Banyaknya rekan kerja dapat mengurangi
melihat atau menanggapi perubahan, bukan untuk tingkat stres yang dirasakan, dengan syarat jika
mengubah dirinya sendiri, adalah sumber stres terjadi hubungan yang harmonis dengan rekan
(Schutz & Schultz, 2010). kerja yang lain dan rasa solidaritas yang tinggi.
Perubahan organisasi dapat dirasakan oleh Rekan kerja dapat mengurangi beban ataupun
para pegawai yang bekerja di PT. Pegadaian dapat menyelesaikan masalah yang ada secara
(Persero). Hal tersebut dikarenakan berubahnya bersama-sama karena para pegawai di kantor
status badan hukum melalui Peraturan cabang lebih rentan mendapatkan masalah dari
Pemerintah Nomor 51 yang diterbitkan pada 13 pihak luar. Mereka lebih rentan mendapatkan
Desember 2011 yaitu dari Perum Pegadaian masalah dari pihak luar karena merekalah yang
menjadi PT Pegadaian (Persero) (warta berhadapan langsung dengan para nasabah.
pegadaian edisi 160). Seluruh elemen dalam Terkadang ada nasabah yang kurang kooperatif
perusahaan akan bersama-sama menjalani sehingga dapat menimbulkan masalah.
rangkaian perjalanan dalam perubahan ini untuk Kantor cabang yang terdiri dari dua pegawai
menuju ke arah yang lebih baik. Perubahan ini memungkinkan tingkat stres yang lebih tinggi
juga termasuk di jajaran frontliner Pegadaian, dibandingkan kantor cabang yang memiliki
yang lebih professional, serta berorientasi kepada banyak pegawai. Hal tersebut dikarenakan jika
pelayanan nasabah (warta Pegadaian edisi 163). terdapat masalah maka hanya PAP sendirilah yang
Front Liner atau garis depan adalah istilah menangani masalah tersebut. Perkerjaan yang
bagi mereka yang bekerja langsung berhadapan terisolasi, dimana tenaga kerja tidak dapat
dengan para pelanggan pengguna produk dari berbicara dengan tenaga kerja lain selama jam
sebuah perusahaan. Di PT. Pegadaian (Persero), kerja dan bekerja sendiri sepanjang hari yang
petugas garis depan terdiri dari para teller dirasakan tersebut ditambah dengan beban kerja
(sekarang istilahnya PAP, yaitu Pendukung yang harus ia hadapi sendiri dapat menjadi sumber
Administrasi dan Pembayaran) dan pengeluar stres kerja. Hal tersebut dapat membuat semakin
barang. Seorang front liner sekarang ini sudah bertambahnya potensi stres kerja para pegawai PT
harus meninggalkan sesuatu yang biasa-biasa Pegadaian (Persero) di kantor cabang.
saja dan harus menjadi luar biasa karena hal luar Oleh karena itu peneliti ingin meneliti pengaruh
biasa yang dimiliki oleh seorang front liner inilah stres kerja terhadap kepuasan kerja pegawai di
yang akan menciptakan memorable experience kantor cabang PT Pegadaian (Persero).

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 2, No. 1, April 2013 74


Sri Wahyu Utami Pengaruh Stres Kerja terhadap Kepuasan Kerja Pegawai
Herwindo Hariwibowo di Kantor Cabang PT. Pegadaian (Persero)

Berdasarkan uraian di atas maka dapat Variabel-variabel dalam penelitian ini diukur
dikemukakan rumusan masalah penelitian ini dengan menggunakan dua instrumen yaitu
adalah “Pengaruh stres kerja terhadap kepuasan instrumen untuk mengukur variabel stres kerja dan
kerja pegawai di kantor cabang PT. Pegadaian instrumen untuk mengukur variabel kepuasan
(Persero).” kerja. Instrumen untuk mengukur variabel stres
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini kerja peneliti susun berdasarkan faktor-faktor stres
yaitu Ha: terdapat pengaruh stres kerja terhadap kerja yang mengacu pada Hurrell, dkk. (dalam
kepuasan kerja pegawai di kantor cabang PT Munandar, 2001) dan Coope (dalam Umam,
Pegadaian (Persero). Sedangkan hipotesisnya Null 2010). Sedangkan instrumen untuk mengukur
yaitu Ho: tidak terdapat pengaruh stres kerja variabel kepuasan kerja peneliti susun berdasarkan
terhadap kepuasan kerja pegawai di kantor cabang faktor-faktor kepuasan kerja yang dijelaskan oleh
kepuasan kerja dan stres kerja sebagai berikut:

Tabel 1. Tingkat Kepuasan Kerja


Tingkatan Sangat Tidak Puas Tidak Puas Netral Puas Sangat Puas
Responden 3 9 2 14 3
Persentase 10% 29% 6% 45% 10%

Tabel 2. Tingkat Stres Kerja


Tingkatan Sangat Tidak Puas Tidak Puas Netral Puas Sangat Puas
Responden 5 12 0 10 4
Persentase 16% 39% 0% 32% 13%

PT Pegadaian (Persero). Munandar (2001).


Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini ialah analisis regresi linear
2. Metode Penelitian sederhana. Analisis regresi digunakan untuk
memprediksi pengaruh variabel bebas terhadap
Penelitian ini termasuk ke dalam jenis
variabel terikat.
penelitian survei yang berupa penelitian korelasi.
Berdasarkan waktu pengumpulannya data dalam
3. Hasil Penelitian dan Diskusi
penelitian ini termasuk data kerat lintang (cross
section). Hasan (2006) menjelaskan bahwa data Dari perhitungan data variabel kepuasan kerja
kerat lintang adalah data yang terkumpul pada dan stres kerja diperoleh nilai rata-rata dan nilai
suatu waktu tertentu untuk memberikan gambaran simpangan baku tiap variabel. Adapun nilai
perkembangan suatu kegiatan atau keadaan pada tersebut yaitu: nilai rata-rata kepuasan kerja
waktu itu. sebesar 71,35 dan nilai rata-rata stres kerja yaitu
Populasi dalam penelitian ini ialah pegawai sebesar 68,29. Nilai standar deviasi atau
kantor cabang di kantor wilayah IX PT Pegadaian simpangan baku kepuasan kerja sebesar 8,114
(Persero). Unit Pelayanan Cabang (UPC) yang sedangkan nilai standar deviasi stres kerja sebesar
ditentukan untuk menjadi sampel dalam penelitian 6,589. Dengan mengetahui besarnya mean dan
ini ialah UPC Tanjung Priok dengan teknik standar deviasi maka dapat diketahui tingkatan
sampling yaitu teknik purposive sampling dan
kuota sampling.
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa merasakan kepuasan kerja yaitu sebesar 45%
tingkatan kepuasan kerja dari responden dalam sedangkan responden yang paling sedikit yaitu
penelitian ini didominasi oleh responden yang

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 2, No. 1, April 2013 75


Sri Wahyu Utami Pengaruh Stres Kerja terhadap Kepuasan Kerja Pegawai
Herwindo Hariwibowo di Kantor Cabang PT. Pegadaian (Persero)

responden dengan perasaan netral yaitu sebesar responden yang merasakan kepuasan kerja
6%. sedangkan untuk variabel stres kerja di dominasi
Untuk data stres kerja didominasi oleh oleh responden yang tidak merasakan stres kerja.
responden yang Hubungan
Kepuasan Stres
tidak merasakan yang tidak
Kerja Kerja searah antara
stres kerja yaitu
sebesar 39. Pearson Kepuasan Kerja 1 -0,533 kepuasan kerja
Sama seperti Correlation Stres Kerja -0,533 1 dan stres kerja
tingkatan Kepuasan Kerja 0 0,001
kepuasan kerja, mengindikasikan bahwa stres kerja dalam
pada tingkatan stres kerja responden yang paling penelitian ini termasuk ke dalam distress.
sedikit yaitu responden dengan perasaan netral Quick dan Quick (1984; Umam, 2010)

Tabel 3. Korelasi Stres Kerja dan Kepuasan Kerja

Sig. (1-tailed)
Stres Kerja 0,001 0

yaitu sebesar 0% atau tidak ada responden. menjelaskan bahwa distress ialah hasil dari respon
Untuk mengetahui besarnya pengaruh stres terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif,
kerja terhadap kepuasan kerja dapat dilihat pada dan destruktif (bersifat merusak). Jadi jika tingkat
tabel di bawah ini: stres kerja meningkat maka pegawai akan
Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka merasakan sifat stres yang semakin negatif dan
didapatkan koefisien korelasi variabel stres kerja merusak yang berdampak pada rasa ketidakpuasan
dengan kepuasan kerja sebesar -0.533 dan sig. kerja (tingkat kepuasan kerja semakin rendah).
(1tailed) sebesar 0.001. Nilai probabilitas atau sig. Nilai korelasi sebesar -0.533 mengindikasikan
(1-tailed) sebesar 0.001 yaitu lebih kecil dari bahwa hubungan antara variabel stres kerja
tingkat kesalahan (alpha) sebesar 0.05. Hal ini dengan kepuasan kerja bersifat kuat. Hal ini
berarti Ho ditolak atau Ha diterima, maka dapat mendukung hasil penelitian yang dijabarkan oleh
dikatakan bahwa terdapat pengaruh yang Kreitner & Kinicki (2010) bahwa hubungan
signifikan antara stres kerja terhadap kepuasan antara stres yang dirasakan dengan kepuasan kerja
kerja pegawai di kantor cabang PT Pegadaian bersifat negatif dan kuat.
(Persero). Nilai koefisien determinansi (R Square) adalah
Koefisien korelasi variabel stres kerja terhadap 0.284 yang berarti pengaruh stres kerja terhadap
kepuasan kerja sebesar -0.533. Arah korelasi yang perubahan kepuasan kerja sebesar 28.4%
negatif mengandung pengertian bahwa semakin sedangkan 71.6% kepuasan kerja dipengaruhi oleh
rendah stres kerja maka semakin tinggi kepuasan variabel lain selain stres kerja. Banyak variabel
kerja, sebaliknya semakin tinggi stres kerja maka lain yang berkontribusi terhadap variabel kepuasan
semakin rendah kepuasan kerja. Jadi variabel kerja. Kreitner & Kinicki mencoba menjabarkan
kepuasan kerja dan stres kerja memiliki hubungan beberapa variabel yang berhubungan dengan
yang berlawanan (tidak searah). Hal ini pun dapat kepuasan kerja yaitu motivasi, keterlibatan
terlihat dari perbedaan tingkat kepuasan kerja pekerjaan, komitmen organisasi, perilaku warga
maupun tingkat stres kerja responden. Untuk organisasi, absensi, keterlambatan, penarikan
variabel kepuasan kerja di dominasi oleh kognisi, omset, penyakit jantung, stres yang

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 2, No. 1, April 2013 76


Sri Wahyu Utami Pengaruh Stres Kerja terhadap Kepuasan Kerja Pegawai
Herwindo Hariwibowo di Kantor Cabang PT. Pegadaian (Persero)

dirasakan, suara pro-serikat, kinerja, kepuasan Anoraga, P. (2009). Psikologi kerja (Cetakan
hidup, dan kesehatan mental. Kelima). Jakarta: Rineka Cipta.

4. Kesimpulan Hasan, I. (2006). Analisa data penelitian dengan


Penelitian ini mengkaji pengaruh antara stres statistik (Cetakan Kedua). Jakarta: Bumi
kerja terhadap kepuasan kerja pegawai di kantor Aksara.
cabang PT. Pegadaian (Persero). Berdasarkan
hasil penelitian, terdapat pengaruh yang signifikan Kinicki, A, & Kreitner, Robert. (2005). Perilaku
antara stres kerja terhadap kepuasan kerja pegawai Organisasi, Edisi 5/Buku 2, (Erly Suandy,
di kantor cabang PT. Pegadaian (Persero) dengan Penerjemah). Jakarta: Salemba Empat.
arah korelasi yang negatif. Dapat dikatakan bahwa
stres kerja dalam penelitian ini termasuk ke dalam Munandar, A.S. (2001). Psikologi Industri dan
stres yang bersifat merusak (distres). Pengaruh Organisasi. Jakarta: UI-Press.
stres kerja terhadap kepuasan kerja sebesar 28.4% Siap-siap jadi perseroan terbatas. (2012). Warta
sedangkan 71.6% kepuasan kerja dipengaruhi oleh Pegadaian Media Informasi dan
variabel lain selain stres kerja. Komunikasi, 160, 5.
5. Daftar Pustaka
Schultz, D.P. & Schultz, Sydney Ellen. (2010).
Anitawidanti, H. (2010). Analisis hubungan antara Psychology and Work Today (Tenth Ed.).
stres kerja dengan kepuasan kerja New Jersey: Pearson.
karyawan berdasarkan gender Skripsi,
Fakultas Ekonomi, Universitas
Umam, K. (2010). Perilaku Organisasi. Bandung:
Diponegoro, Semarang. Diakses pada
Pustaka Setia.
tanggal 21 April 2012 dari
http://eprints.undip.ac.id/22995/1/SKRIPS
Wahjono, S.I. (2010). Perilaku organisasi.
I_STRES_KERJA_VS_KEPUASAN_KE
Yogyakarta: Graha Ilmu.
RJA.pdf.
Waluyo, M. (2009). Psikologi Teknik Industri.
Yogyakarta: Graha Ilmu

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 2, No. 1, April 2013 77

Anda mungkin juga menyukai