Disusun oleh:
1. Achmad Roziqin (125100100111002)
2. Ariati Seca Rekso P. (125100100111010)
3. Lisa Fitri Rahayu (125100100111026)
4. Alifa Rahma Safitri (125100100111034)
5. Wahyu Erwin Firmansyah (125100101111014)
6. Sakinah (125100101111020)
7. Galang Kartini P. (125100101111038)
8. Fenny Rosanti (125100101111004)
9. Mezshieshan Pienasthika (125100101111028)
10. Diah Ayu A. (125100101111046)
11. Hani Rachmawati (125100101111056)
12. Puri Indrayana (125100101111064)
13. Afianto Kurniawan (125100107111008)
14. Anisa Leksono (125100107111022)
15. Lestari Puji Astuti (125100107111045)
Cendawan pencemar teridi dari kapang dang khamir, namun yang ebih
dominan adalah kapang. Kapang dapat mencemari bahan pangan atau produk
pangan serta dapat juga mencemari ruangan dan udara. Kapang tersebut dapat
bersifat patogenik, toksikogenik, dan karsinogenik. Kapang yang biasa
mencemari bahan pangan dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu kapang
lapangan, kapang gudang, dan kapang busuk lanjut. Ketiga golongan kapang
tersebut mempunyai ciri serangan yang berbeda.
1. Kapang Lapangan
Kapang lapangan dapat menyerang biji-bijian termasuk palawija saat
tanaman masih tumbuh di lapangan sampai waktu panen. Kapang jenis ini
memerlukan kadar air yang relative tinggi, yaitu 22-25% untuk pertumbuhan.
Kapang ini umumnya tidak tumbuh setelah biji-bijian dipanen karena kadar air
biji akan menurun akibat pengeringan. Selain itu cepat atau lambat Kapang
akan mati saat biji-bijian disimpan di gudang karena menurunnya kadar ai biji
dan suhu yang tinggi di dalam gudang. Golongan kapang lapangan yang
biasa ditemukan adalah Altenaria spp. dan Fusarium spp.
2. Kapang Gudang
Golongan kapang ini tumbuh pada substrat yang mengandung air
cukup tinggi dan pada suhu relative rendah dan kelembaban tinggi antara 70-
85%. Kapang menginfeksi biji-bijian terutama pada bagian calon tunas atau
embrio. Jika biji-bijian disimpan di gudang berkualitas baaik maka tingkat
cemaran kapang akan rendah. Biji yang tercemar kapang berwarna
kecoklatan, kehitaman, kehijauan, dan bulukan. Kapang gudang yang sering
ditemukan adalah Aspergillus spp. dan Penicillium spp.
3. Kapang Busuk-Lanjut
Jenis kapang ini membutuhkan kadar air yang relative tinggi seperti
kapang lapangan untuk tumbuh dan berkembang. Kapang jenis ini ditemukan
pada biji-bijian terutama pada jagung yang dipipil dari tongkolnya dan
disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama. Jagung yang belum dipipil
mempuyai kandungan air relative tinggi dan pada suhu normal biji akan
menjadi keriput atau busuk. Kapang busuk lanjut yang sering menginfeksi biji-
bijian adalh Fusarium spp. dan Chaetomium spp.
Tabel 2: Beberapa macam mikotoksin yang dianggap penting dalam bahan pangan
Pencegahan Sterigmatosistin
Tindakan pencegahannya hamper sama dengan pencegahan jenis
aflatoksin. Dari sekian banyak fungi penghasil sterigmatosistin, maka A.
versicolor adalah fungi yang paling tinggi menghasilkan sterigmatosistin,
kemudian yang kedua adalah A. nidulans. Berikut adalah beberapa tindakan
pencegahan yang dapat dilakukan:
1. Bagi A. versicolor suhu paling baik antara 20-32 oC, dengan optimum 29oC
pada masa inkubasi 20-30 hari, maka bahan pangan pada kondisi
sebagaimana di atas perlu dihindarkan. Penyimpanan bahan pangan di
bawah suhu 20oC sangat dianjurkan.
2. Mengingat Aw A. versicolor sekitar 0,98 maka kondisi bahan pangan
kering umumnya akan terhindar dari pertumbuhan fungi jenis tersebut.
3. Menghindari pertumbuhan mikrobia pada bahan pangan dengan menekan
kelembaban yang rendah dibawah 80%.
4. Membuat pH pada bahan pangan dibawah 4,0 karena pada pH ini
Aspergillus sp. tidak akan tumbuh baik.
5. Menurunkan O2 atau menambahkan CO2 dan atau N2 akan menurunkan
kemampuan jamur membentuk sterigmatosistin.
3. Luteoskirin
Luteoskirin merupakan mikotoksin yang dihasilkan oleh fungi jenis
Penicillium sp., terutama jenis Penicillium islandicum.Dikenal pertama kali
sebagai antibakteria dengan rumus empiria C 30H22O12 dengan berat molekul
574.
Pencegahan Luteoskirin
1. Fungi ini banyak menyerang bahan pangan golongan serealia, maka
penanganan di lapangan, pengolahan dan penyimpanannya perlu
tindakan yang baik dan sempurna. Khususnya pada penyimpanan harus
dihindari keadaan lembab, sebaiknya keringkan segera bahan setelah
lepas panen.
2. Diketahui bahwa inkubasi optimum fungi Penicillium islandicum adalah
30oC dalam waktu 2 minggu. Dalam pencegahan hindari suhu dan waktu
sebagaimana di atas, penyimpanan dingin di bawah suhu 30 oC sangat
dianjurkan. Sangat dianjurkan selalu memeriksa ruang penyimpanan agar
suhu ruang tidak mencapai kondisi optimum pertumbuhan fungi.
Penyimpanan dingin bila dimungkinkan sangat baik dilakukan secara
periodic pada ruang penyimpanan sangat diperlukan.
3. Tidak menggunkaan bahan pangan, khususnya komoditas yang telah
berubah warna (kecoklat-coklatan) dan berbau apek; keduanya sangat
mencirikan telah terjadinya perubahan bahan, kemungkinan kontaminasi
mikrobia. Seperti diketahui, fungi P. islandicum pada waktu muda tidak
berwarna baik hifa maupun konidia, kemudian berwarna hijau dan
akhirnya berwarna coklat.
4. Patulin
Patulin merupakan senyawa yang bersifat antibiotik. Pertama kali
diisolasi dari jamur Penicillium claviforme oleh Chain dkk., pada tahun 1942.
Pada tahun yang sama Hooper dkk., menemukan senyawa sejenis yang
diisolasi dari jamur Penicillium patulum, dan senyawa tersebut diberi nama
patulin. Beberapa nama sinonim dari patulin adalah clavicin, expansin,
myocin, penicidin, leukopin dan tercinin
Biosintesis Patulin
Patulin terbentuk kemungkinan besar dari asetat yang dalam beberapa
tahap kemudian diubah menjadi patulin. Kondensasi satu unit asetil dengan
tiga unit malonil atau lebih baik akan menghasilkan poliketida (pada
pembentukan patulin, terbentuk tetraketida) dengan jalan karboksilasi.
Deoksigenasi bentuk poliketida (tetraketida) akan menghasilkan 6-asam
metal-salisilat. Melalui tahapan oksidasi kemudian dekarboksilasi akan
terbentuk m-kresol. Sedangkan melalui hidroksilasi oksidasi terbentuk
gentisaldehide. Oksidasi gentisaldehid akan mendapatkan patulin. Biosintesis
patulin, melalui jalur asetat-malonat yang kemudian zat antara tetraketida,
yang dengan gugus reaktif metilen mengambil aldol dan menghasilkan
komponen aromatis.
Pencegahan Patulin
1. Mengurangi kemungkinan kontaminan dari lapangan dengan menjaga
kebersihan bahan yang diterima dari pemanenan. Khususnya terhadap
bahan berupa buah-buahan sebaiknya diadakan pembersihan lebih
dahulu sebelum disimpan, disimpan, misalnya dengan pencucian atau
lainnya. Penyimpanan dingin sangat baik dilakukan untuk menghambat
kemungkinan pertumbuhan fungi.
2. Bahan olahan berupa sari buah, dianjurkan diadakan penyaringan dengan
arang aktif untuk mengurangi patulin. Penggunaan arang aktif 5 mg/ml
akan mengurangi patulin yang ada dalam sari buah.
3. Iradiasi sinar gamma sebanyak 200 Krad dapat menghambat
pertumbuhan P. expansum dan P. patulum.
4. Bahan disimpan dalam keadaan dibawah atmosfer (sub-atmosfer) yaitu
sekitar 160 mm Hg akan menghambat pertumbuhan fungi dan penghasil
patulin.
5. Penghilangan patulin dengan pemberian sulfur dioksida (SO 2). Pemberian
SO2 sebanyak 2000 ppm akan mampu menghilangkan 14 ppm patulin
sampai 90% dalam waktu inkubasi 2 hari.
6. Penggunaan khamir lebih dari 2 macam strain dapat dianjurkan, guna
memacu dominasi khamir dari pertumbuhan kontaminan pada fermentasi
buah-buahan.
5. Zearalenon
Zearalenon termasuk mikotoksin, hasil metabolit dari fungi Gibberella
zeae, tahap periteral dari Fusarium graminearum.Mikotoksin ini bersifat
estrogenic terutama pada babi.Zearalenon sekarang diketahui banyak
dihasilkan dari fungi jenis Fusarium sp.
Biosintesis Zearalenon
Penggabungan secara cepat senyawa berlabel (1-14C)-asetat dan (2-
14C)-dietil malonat menjadi zearalenon telah diadakan pengamatan,
disamping lakto mevalonat dan asam sikimat yang ternyata tidak terjadi
penggabungan.Oleh karena itu dalam hal ini biosintesis zearalenon
disimpulkan dari kondensasi unit asetat dan malonat.
Pencegahan Zearalenon
1. Mengatur pertanaman (terutama jagung) sebaik-baiknya, dihindari waktu
cuaca hujan, ketika jagung mulai berbunga. Fusarium sp. Akan tumbuh
cepat pada rambut-rambut jagung dan kemudian akan menyerang bagian
biji bila bahan dalam keadaan lembab.
2. Tidak menyimpan bahan dalam keadaan basah. Penyimpanan bahan
harus dalam keadaan kering, pada kandungan air sekitar 12% diharapkan
sehingga Aw kurang dari 0,60-0,65.
3. Fumigasi, baik di lapangan ataupun dalam penyimpanan dapat dilakukan.
Menurut pengamatan, pemakaian diklorvos dapat mengurangi biosintesis
zearalenon. Menurut pendapat Berisford dan Ayres (1976) fumigasi
dengan menggunakan naled (1,2-dibromo 2,2-dikloroetil dimetil fosfat)
baik dalam bentuk uap cair sebanyak 30-100 ml/l akan mampu
menghambat pembentukan zearalenon yang diproduksi F. graminearum.
4. Pada manusia zearalenon dapat menyebabkan mutagenik.
6. Sitreoviridin
Sitreoviridin adalah salah satu mikotoksin yang didapatkan pada beras
yang ditumbuhi fungi Penicillium citreoviride.Beras menjadi berwarna kuning
yang menjadikan toksik, sehingga penyakit disebut “yellow rice
disease”.Keracunan beras kuning sering terjadi di jepang pada sekitar 1941-
1950.
Biosintesis Sitreoviridin
Sitreoviridin dihasilkan melalui biosintesis jalur asetat-malonat, yang
dibentuk dengan kondensasi atas Sembilan unit asetat dengan metionin
dengan adanya gugus C-metil dan O-metil.Sitreoviridin terdiri dari 3 gabungan
(moiety) ialah kromofor-piron, poliena terkonjugasi dan cincin
hidrofuran.Selain dapat dihasilkan oleh P. citreoviride, dapat pula dihasilkan
oleh P. ocharasalmoneum, P. fellatum dan P. pulvillorum. Reaksi fotokimia
sitreoviridin dengan adanya yod, isositreoviridin yang dalam sinar uv
menunjukan pendar kuning cerah.
Pencegahan Sitreoviridin
1. Menghambat kemungkinan pertumbuhan fungi, terutama pada beras yang
disimpan dalam keadaan lembab. Penyimpanan hendaknya dalam
keadaan kering, demikian pula tempat penyimpanan harus dalam
keadaan bersih, kering.
2. Seleksi dan sortasi pada bahan hasil pangan yang akan disimpan. Pada
beras hindari sekecil mungkin adanya beras yang berwarna (kuning).
3. Pemanasan dapat mengurangi adanya mikotoksin ini. Pada penyinaran
matahari dalam beberapa jam sangat dianjurkan pada beras yang akan
disimpan karena sitreoviridin terdekomposisi, akan kehilangan warna dan
toksisitas.
7. Trikotesena
Trikotesena adalah golongan mikotoksin yang di dalamnya mengandung
inti terpen yang dihasilkan oleh beberapa jenis fungi antara lain Fusarium,
Myrothecium, Trichoderma, Cephalosporium, Verticimonosporium,
Cylindrocarpon dan Stachybotrys.Sampai saat ini telah diidentifikasi kurang
lebih sebanyak 40 macam mikotoksin golongan trikotesena.
Biosintesis Trikotesena
Golongan trikotesena dibentuk melalui biosintesis isoprenoid yang lebih
dikenal dengan jalur mevalonat.Asam mevalonat diturunkan dari kondensasi 3
molekul asetil-koA kehilangan satu molekul air dan karbondioksida terjadi “unit
isoprene”.Dua unit isoprene mengalami kondensasi menghasilkan
geranilfosfat. Pengembangan lebih lanjut unit geranil dengan unit lainnya akan
timbul senyawa C15 seskuiterpen, dan kondesasi lebih lanjut didapat diterpen
dan triterpen. Dari golongan terpen inilah senyawa-senyawa trikotesena
dibentuk. Selain melalui geranilfosfat, dapat pula golongan trikotesena lain
(misal trikotekolon) melalui farnesilfosfat. Dari seskuiterpen didapat antara lain
nivalenol, fusarenon-X dan T-2 toksin. Bila diasetilskirpenol dihasilkan dari
Fusarium scirpi pada tahun 1960, kemudian ditemukan berbagai mikotoksin
sejenis dari fungi Trichoderma, Trichothecium, Myrothecium dan
Cephalosporium mikotoksin trikodermol, trikotesin, diasetilverukarol, verukarin
dan roridin serta lainnya yang diketahui beroksigenasi tinggi dan mengandung
epoksi.
Pencegahan Trikotesena
1. Mengurangi dan menghambat pertumbuhan fungi. Fungi dapat tumbuh
pada suhu 0-35oC, dengan suhu optimum sekitar 20-30oC. Menempatkan
bahan dibawah suhu optimum bila mungkin sangat dianjurkan. Namun
perlu diketahui suhu optimum fungi Fusaria malahan sekitar 8-15 oC.
Dalam hal ini sebaiknya kelembaban hendaknya cukup rendah sehingga
didapat Aw kurang dari 0,70 agar pertumbuhan fungi terhambat. Bahan
hendaknya disimpan dalam keadaan kering.
2. Beberapa jenis trikotesena, antara lain verukarin A, roridin dapat
menyebabkan dermatitis bila terkena kulit, maka penanganan bahan
hendaknya hati-hati atau dihindarkan kontak langsung (misalnya
penggunaan sarung tangan atau lainnya).
3. Pemakaian bahan khemikalia sebagai fungisida atau lainnya dapat
dimungkinkan, namun belum banyak pengamatan tentang hal ini.
Misalnya pertumbuhan Myrothecium sp. dihambat dengan pemberian 0,1
ppm benomyl, sering di lapangan digunakan sebanyak 560 gr/ha.
8. Asam Aspergilat
Asam aspergilat ditemukan dan dinamai demikian oleh White (1940),
merupakan metabolit dari fungi jenis Aspergillus sp., khususnya A. flavus
strain tertentu.
Biosintesis Asam Aspergilat
Asam aspergilat seperti dua senyawa sejenisnya, yaitu asam
neoaspergilat dan asam pulkerimat (dihasilkan dari fungi Candida pulcherima)
dibentuk dari dioksopiperazin.Turunan dari dua molekul L-leusin membentuk
sikloleusilleusin, selanjutnya dibentuk flavakol N-oksida. Hidroksilasi rantai-
rantai samping akan menghasilkan asam neoaspergilat dan asam
hidroksineoaspergilat. Bila asam neoaspergilat dibentuk melalui hidroksilasi
flavakol, maka asam aspergilat alternative kemungkinannya melalui
hidroksilasi metilasi melalui flavakol.
Pencegahan Asam Aspergilat
1. Mengingat kemungkinan beragam mikotoksin ini terdapat pada berbagai
bahan pangan, maka penjagaan kebersihan dan pengendalian
pertumbuhan fungi sangat diperlukan. Pada bahan sebelum disimpan atau
diperlakukan dalam pengolahan sebaiknya diadakan sortasi dengan hati-
hati.
2. Fungi jenis A. flavus merupakan penghasil metabolit utama mikotoksin ini;
usaha pencegahan dapat dilihat pada pencegahan aflatoksin.
9. Asam Penisilat
Asam penisilat tergolong mikotoksin yang dihasilkan oleh jenis fungi
Penicillium maupun Aspergillus.Sering dimasukkan dalam antibiotika, namun
mikotoksin tersebut ternyata dapat menyebabkan penyakit (toksik) maupun
kelainan pertumbuhan.
Biosintesis Asam Penisilat
Biosintesis asam penisilat berasal dari asam orselinat.Seperti diketahui
asam orselinat merupakan asam yang terbentuk melalui asam dehidroasetat
jalur asetat-malonat.
Pencegahan Asam Penisilat
1. Asam penisilat banyak dihasilkan jenis fungi golongan Penicillia dan
Aspergillia pada bahan pangan serealia terutama jagung, maka perlakuan
bahan tersebut di lapangan, dan penyimpanan sebaiknya dalam keadaan
cukup kering untuk menghindari pertumbuhan fungi.
2. Pemanasan atau pemasakan pada suhu mendidih, sekitar 90-100 oC
sangat dianjurkan, karena pada suhu sekita 83-84 oC merupakan titik lebur
asam penisilat sehingga pada suhu pemasakan asam penisilat telah
terdegradasi.
3. Senyawa bergugus –SH (sistein, glutation, dan lainnya) dapat
menginaktifkan gugus cabang metal tak jenuh, sehingga sangat
memungkinkan bahan sejenis mengurangi toksisitas asam penisilat.
12. Dekumbin
Dekumbin sering pula disebut Brefeldin A sesuai dengan nama spesies
fungi yang menghasilkan dari golongan Penicillium. Mikotoksin ini dihasilkan
dari P. decumbens dan P. brefeldianum.
Biosintesis Dekumbin
Belum banyak diketahui.
Pencegahan Dekumbin
Umumnya fungi menyerang jagung yang disimpan, maka pengaturan
ruang simpan antara lain dengan menjaga kebersihan, bahan dalam keadaan
kering dan ruang tidak dalam keadaan lembab sangat dianjurkan.
14. Griseofulvin
Griseofulvin merupakan senyawa yang sering disebut curling factor,
karena menyebabkan menggulungnya hifa fungi lain atau bersifat fungistatik;
diisolasi dari P. janezewski (P. nigricans).
Biosintesis Griseofulvin
Biosintesis griseofulvin melalui jalur asetat-malonat.Jalur yang dilalui di
antaranya ialah griseofenon, A, B dan C serta dehidrogriseofulvin yang
semuanya didapat dari isolasi P. patulum.
Pencegahan Griseofulvin
1. Menghambat pertumbuhan fungi baik di lapangan, pengolahan maupun
tempat penyimpanan. Pengendalian keadaan lingkungan sebagaimana
pada mikrobia lainnya.
2. Hindari makanan yang berfungi, mengingat sifat mikotoksin ini yang
bersifat karsinogenik. Sebaiknya hindari pemakaian bahan fungistatik atau
bahan antimikrobia dari senyawa yang mengandul griseofulvin.
3. Segera bawa ke dokter atau rumah sakit terdekat penderita keracunan
atau yang diduga terkena zat toksik dari fungi, mengingat begitu
kompleksnya macam gejala yang dapat ditimbulkan.
16. Sitrinin
Sitrinin sering disebut mikotoksin beras kuning karena merupakan salah
satu mikotoksin yang dapat menyebabkan warna beras menjadi kuning.
Sitrinin pertama kali ditemukan dari isolasi cair kulturPenicillium citrinum oleh
Hetherington dan Raistrick tahun 1931.
Biosintesis Sitrinin
Biosintesis sitrinin didasarkan suatu pentakiketida pada jalur asetat-
malonat dengan penambahan tiga ekstra karbon (dua gugus metil dan satu
gugus karboksil). Telah ditunjukan bahwa tambahan tiga ekstra karbon
berasal dari C1 unit dengan menggunakan 14CH3-metionin dan 14C-format.
Pencegahan Sitrinin
1. Hindari bahan pangan khususnya jagung dan serealia dari pertumbuhan
fungi golongan Penicillium maupun Aspergillus, karena keduanya
merupakan fungi penghasil sitrinin. Bahan pangan yang disimpan harus
diadakan sortasi dari adanya fungi, pengaturan ruang simpan yang baik
untuk menekan pertumbuhan fungi.
2. Kemungkinan perlakuan pemanasan pada bahan pangan dapat dicoba,
mengingat sitrinin peka terhadap panas.
3. Tidak terbatas pada serealia, maka bahan pangan bergula antara lain
madu, kembang gula, sirup perlu juga dihindarkan dari pertumbuhan fungi.
Tidak menyimpan bahan-bahan tersebut dalam keadaan terbuka adlah
salah satu tindakan pengamanan yang dianjurkan.
4. Berbagai tindakan pencegahan dan penanganan lain sebagaimana
tindakan pencegahan umum pada mikrobia, terutama fungi golongan
Aspergillus dan Penicillium.
17. Okratoksin
Okratoksin adalah jenis mikotoksin yang pertama kali ditemukan pada
bahan pangan jagung di Afrika Selatan yang ditumbuhi spesies Aspergillus
ochraceus, pada tahun 1965.Ternyata mikotoksin tersebut tidak hanya
terdapat pada bahan pangan maupun pakan, tetapi juga sampai beberapa
hasil olahannya.Demkian pula okratoksin tidak hanya dihasilkan oleh A.
ochraceus saja, tetapi dihasilkan oleh fungi jenis Aspergillus lainnya dan juga
jenis Penicillium.
Biosintesis Okratoksin
Okratoksin dibentuk melalui jalur asetat-malonat dalam membentuk
rangka isokumarin berupa senyawa dihidrokumarin karboksilat.Gugus
karboksilat bergabung pada amino nitrogen fenilalanin, membentuk okratoksin
terutama kerja metabolism fungi A. ochraceus. Penggabungan Na36Cl tertinggi
pada kulturA. ochraceus terjadi pada penambahan garam tersebut pada hari
kedua atau ketiga inkubasi.
Pencegahan Okratoksin
1. Menghambat pertumbuhan fungi pada bahan pangan akan lebih baik
mengingat okratoksin stabil dalam pemanasan. Pengendalian faktor
perkembangan fungi terutama pada kandungan air bahan, suhu aerasi,
waktu dan substrat.
2. Pada kopi dengan penggarangan 200 oC selama 5 menit dapat merusak
okratoksin. Namun pada serealia hendaknya perlu hati-hati, kemungkinan
masih ada pada bahan cukup besar (stabil); pemanasan setinggi lebih dari
100oC tidak memungkinkan, karena akan lebih merusak bahan daripada
mikotoksinnya.
3. Pemakaian zat kimia dapat dimungkinkan. Penggunaan diklorvos dapat
menghambat pertumbuhan dan produksi okratoksin pada A. ochraceus.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa intoksikasi
kapang adalah penyakit yang disebabkan karena memakan makanan yang
mengandung toksin yang dihasilkan oleh kapang dalam jumlah yang telah
melampaui ambang batas keamanan.
Gangguan atau penyakit bukan hanya disebabkan oleh kapang, tetapi
juga oleh toksin yang dihasilkan kapang tersebut yang disebut mikotoksin.
Mikotoksin merupakan racun yang dikeluarkan oleh kapang dan bersifat
mengganggu kesehatan. Mekanisme intoksikasi oleh kapang dapat masuk
tubuh melalui membran mukosa, kulit, lendir dan saluran udara. Setelah toksin
dapat masuk ke dalam tubuh mereaka akan melakukan kolonisasi dan
melakukan penyebaran untuk menyerang sistem imun. Setelah toksin yang
dihasilkan kapang dapat menguasai sistem imun, maka penyebaran toksin pun
dimulai dan menyebabkan sakit akibat terakumulasinya toksin dari kapang
didalam tubuh. Kontaminasi mikotoksin yang dihasilkan oleh kapang
Aspergillus spp., Fusarium spp. dan Penicillium spp.
DAFTAR PUSTAKA