TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium
(indung telur) paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 -70 tahun. Kanker
ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah
bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru Kanker
ovarium adalah salah satu kanker ginekologi yang paling sering dan penyebab
kematian kelima akibat kanker pada perempuan. (Price, 2016).
Stadium III : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan metastasis
diluar pelvis atau nodus inguinal atau retroperitoneal positif.
B. ETIOLOGI
Penyebab pasti kanker ovarium tidak diketahui namun multifaktorial. Risiko
berkembangnya kanker ovarium berkaitan dengan lingkungan, endokrin dan faktor
genetik (Price,2016).
Faktor lingkungan Kebiasaan makan, kopi dan merokok, adanya asbestos dalam
lingkungan, dan penggunaan bedak talek pada daerah vagina, semua itu
dianggap mungkin menyebabkan kanker.
Faktor endokrinFaktor risiko endokrin untuk kanker ovarium adalah perempuan
yang nulipara, menarke dini, menopause yang lambat, kehamilan pertama
yang lambat, dan tidak pernah menyusui. Penggunaan kontrasepsi oral tidak
meningkatkan resiko dan mungkin dapat mencegah. Terapi pengganti
astrogen (ERT) pascamenopause untuk 10 tahun atau lebih berkaitan dengan
peningkatan kematian akibat kanker ovarium.
Faktor genetik
Kanker ovarium herediter yang dominan autosomal dengan variasi penetrasi
telah
ditunjukkan dalam keluarga yang terdapat penderita kanker ovarium. Bila
terdapat dua
atau lebih hubungan tingkat pertama yang menderita kanker ovarium,
seorang perempuan
memiliki 50% kesempatan untuk menderita kanker ovarium
C. PATOFISIOLOGI
D. KOMPLIKASI
Komplikasi Hal yang paling ditakutkan dari penyakit kista ovarium ialah berubah
menjadi ganas dan banyak terjadi komplikasi.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Metode – metode yang biasa dijadikan diagnosis yang tepat adalah :
1. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah kista berasal
dari ovarium atau tidak dan untuk menentukan sifat- sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor
berasal dari uterus ovarium atau kandung kencing, apakah tumor lasik atau
solid dan dapat dibedakan juga antara cairan dalam rongga perut yang bebas
dan yang tidak.
3. Fotorontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks selanjutnya
pada kista demoroid kadang – kadang dapat dilihat adanya gigi dalam kista.
4. Parasentesis
Fungsi pada asitis berguna untuk menentukan sebab asites yang berguna untuk
mencemarkan kavum peritonei isi kista bila dinding kista tertusuk
6. Pemeriksaan CS -125
Untuk mengetahui apakah terjadi proses keganasan pada kista. Serum CA 125
saat ini merupakan petanda tumor yang paling sering digunakan dalam
penapisan kanker ovarium jenis epitel, walaupun sering disertai keterbatasan.
Perhatian telah pula diarahkan pada adanya petanda tumor untuk jenis sel
germinal, antara lain alpha - fetoprotein (AFP), lactic acid dehidrogenase
(LDH), human placental lactogen (hPL), plasental - like alkaline phosphatase
(PLAP) dan human chorionic gonadotrophin (hCG)
F. PENATALAKSANAAN
Adapun tindakan yang dilakukan pada penanganan kanker ovarium antara lain :
(Smeltzer, 2017).
1. Pentahapan / pengklasifikasian tumor merupakan aktivitas penting yang digunakan
untuk mengarahkan pengobatan
2. Intervensi bedah untuk kanker ovarium adalah histerektomi abdominal total dengan
pengangkatan tuba falopii dan ovarium serta omentum (salpingooofarektomi bilateral
dan omentektomi) adalah prosedur standar unruk penyakit tahap dini
3. Terapi radiasi dan implantasi fosfor 32 (P) interperitoneal, isotop radioaktif, dapat
dilakukan setelah pembedahan
4. Kemoterapi dengan preparat tunggal atau multiple tetapi biasanya termasuk cisplantin,
sikofosfamid, atau karboplatin juga digunakan
5. Paklitaksel (Taxol) merupakan preparat yang berasal dari pohon cemara pasifik,
bekerja dengan menyebabkan mikrotubulus di dalam sel- sel untuk berkumpul dan
mencegah pemecahan struktur yang mirip benang ini. Secara umum, sel-sel tidak
dapat berfungsi ketika mereka terlilit dengan mikrotubulus dan mereka tidak dapat
membelah diri. Karena medikasi ini sering menyebabkan leucopenia, pasien juga
harus minum G-CSF (factor granulosit koloni stimulating)
6. Pengambilan cairan asites dengan parasintesis tidak dianjurkan pada penderita dengan
asites yang disertai massa pelvis, karena dapat menyebabkan pecahnya dinding kista
akibat bagian yang diduga asites ternyata kista yang memenuhi rongga perut.
Pengeluaran cairan asites hanya dibenarkan apabila penderita mengeluh sesak akibat
desakan pada diafragma.
vi