Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Kista ovarium adalah suatu benjolan yang berada di ovarium yang


dapat mengakibatkan pembesaran pada abdomen bagian bawah dimana pada
kehamilan yang disertai kista ovarium seolah-olah terjadi perlekatan ruang
bila kehamilan mulai membesar (Prawirohardjo, 2017).

Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun besar,


jinak maupun ganas (Wiknjosastro, 2017). Kista indung telur adalah rongga
berbentuk kantong berisi cairan di dalam jaringan ovarium. Kista ini disebut
juga kista fungsional karena terbentuk setelah telur dilepaskan sewaktu ovulasi
(Yatim, 2016).

Kista ovarium (kista indung telur) berarti kantung berisi cairan,


normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium) (Nugroho,
2017).

Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium
(indung telur) paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 -70 tahun. Kanker
ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah
bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru Kanker
ovarium adalah salah satu kanker ginekologi yang paling sering dan penyebab
kematian kelima akibat kanker pada perempuan. (Price, 2016).

Kanker ovarium memiliki 5 stadium yaitu : (Smeltzer, 2017)

 Stadium I : Pertumbuhan kanker terbatas pada ovarium

 Stadium II : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan


perluasan pelvis

 Stadium III : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan metastasis
diluar pelvis atau nodus inguinal atau retroperitoneal positif.

 Stadium IV : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua sisi ovarium dengan


metastasis

B. ETIOLOGI
Penyebab pasti kanker ovarium tidak diketahui namun multifaktorial. Risiko
berkembangnya kanker ovarium berkaitan dengan lingkungan, endokrin dan faktor
genetik (Price,2016).
 Faktor lingkungan Kebiasaan makan, kopi dan merokok, adanya asbestos dalam
lingkungan, dan penggunaan bedak talek pada daerah vagina, semua itu
dianggap mungkin menyebabkan kanker.
 Faktor endokrinFaktor risiko endokrin untuk kanker ovarium adalah perempuan
yang nulipara, menarke dini, menopause yang lambat, kehamilan pertama
yang lambat, dan tidak pernah menyusui. Penggunaan kontrasepsi oral tidak
meningkatkan resiko dan mungkin dapat mencegah. Terapi pengganti
astrogen (ERT) pascamenopause untuk 10 tahun atau lebih berkaitan dengan
peningkatan kematian akibat kanker ovarium.
 Faktor genetik
Kanker ovarium herediter yang dominan autosomal dengan variasi penetrasi
telah
ditunjukkan dalam keluarga yang terdapat penderita kanker ovarium. Bila
terdapat dua
atau lebih hubungan tingkat pertama yang menderita kanker ovarium,
seorang perempuan
memiliki 50% kesempatan untuk menderita kanker ovarium

C. PATOFISIOLOGI

Kanker ovarium bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang


berdekatan dengan abdomen dan pelvis dan sel-sel yang menempatkan diri pada
rongga abdomen dan pelvis. Sel-sel ini mengikuti sirkulasi alami cairan peritoneal
sehingga implantasi dan pertumbuhan keganasan selanjutnya dapat timbul pada
semua permukaan intraperitoneal. Limfatik yang disalurkan ke ovarium juga
merupakan jalur untuk penyebaran sel-sel ganas. Semua kelenjar pada pelvis dan
kavum abdominal pada akhirnya akan terkena. Penyebaran awal kanker ovarium
dengan jalur intraperitoneal dan limfatik muncul tanpa gejala atau spesifik. Gejala
tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu adalah perasaan berat pada
pelvis, sering berkemih dan disuria, dan perubahan fungsi gastrointestinal, seperti
rasa penuh, mual, tidak tidak enak pada perut, cepat kenyang dan konstipasi. Pada
beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina sekunder akibat
hiperplasia endometrium bila tumor menghasilkan estrogen; beberapa tumor
menghasilkan testosteron dan menyebabkan virilisasi. Gejala-gejala keadaan akut
pada abdomen dapat timbul mendadak bila terdapat perdarahan dalam tumor,ruptur,
atau torsi ovarium. Namun, tumor ovarium paling sering tenak pada perut, cepat
kenyang dan konstipasi. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan
abnormal vagina sekunder akibat hiperplasia endometrium bila tumor menghasilkan
estrogen; beberapa tumor menghasilkan testosteron dan menyebabkan virilisasi.
Gejala-gejala keadaan akut pada abdomen dapat timbul mendadak bila terdapat
perdarahan dalam tumor,ruptur, atau torsiovarium. Namun, tumor varium paling
sering terdeteksi selama pemeriksaan pelvis rutin.

D. KOMPLIKASI

Komplikasi Hal yang paling ditakutkan dari penyakit kista ovarium ialah berubah
menjadi ganas dan banyak terjadi komplikasi.

Menurut Prawirohardjo (2017)

komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium yaitu:


1. Perdarahan ke dalam kista Perdarahan kista biasanya terjadi sedikit-sedikit dan
berangsur menyebabkan pembesaran pada kista dan menimbulkan gejala klinik
yang minimal. Tetapi jika perdarahan terjadi tiba-tiba dengan jumlah yang
sangat banyak dapat menimbulkan distensi cepat dan nyeri abdomen secara
mendadak (Prawirohardjo, 2016).
2. Torsio (Putaran Tangkai) Torsio terjadi pada tumor dengan diameter 5 cm atau
lebih. Kondisi yang mepermudah torsio adalah saat kehamilan karena uterus
yang membesar dapat merubah letak tumor dan karena terjadi perubahan
mendadak pada rongga perut saat sesudah persalinan. Putaran tangkai
menimbulkan tarikan ligamentum infundibulopelvikum terhadap peritonium
parietale yang 14 menimbulkan rasa sakit. Jika putaran tangkai berjalan teus,
akan menimbulkan nekrosis hemorargik dalam tumor, jika tidak segera
dilakukan tindakan, dapat merobek dinding kista dengan perdarahan abdominal
atau peradangan sekunder. Jika putaran tangkai terjadi perlahan, tumor melekat
pada omentum (Prawirohardjo, 2017).
3. Infeksi pada tumor Infeksi tumor dapat terjadi apabila dekat tumor terdapat
sumber kuman patogen, seperti appendisitis, divertikulitis, atau salpingitis
akuta (Prawirohardjo, 2017).
4. Robek dinding kista (rupture) Robek dinding kista terjadi pada putaran tangkai,
tetapi dapat pula akibat jatuh, trauma, atau saat berhubungan intim. Kista yang
berisi cairan serus, rasa nyeri akibat robekan dan iritasi peritonium akan segera
berkurang. Tetapi, jika terjadi robekan dinding kista disertai hemorargik akut,
perdarahan akan terus berlangsung ke dalam rongga peritonium dan
menimbulkan nyeri terus menerus disertai tanda abdomen akut (Prawirohardjo,
2016).
5. Perubahan keganasan Perubahan keganasan dapat terjadi pada kista jinak.
Setelah dilakukan operasi pada tumor perlu dilakukan pemeriksaan
mikroskopik terhadap kemungkinan perubahan keganasan. Adanya asites
dicurigai tumor mengalami metastase memperkuat diagnosis keganasan
(Prawirohardjo, 2016).

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Metode – metode yang biasa dijadikan diagnosis yang tepat adalah :

1. Laparaskopi

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah kista berasal
dari ovarium atau tidak dan untuk menentukan sifat- sifat tumor itu.

2. Ultrasonografi

Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor
berasal dari uterus ovarium atau kandung kencing, apakah tumor lasik atau
solid dan dapat dibedakan juga antara cairan dalam rongga perut yang bebas
dan yang tidak.

3. Fotorontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks selanjutnya
pada kista demoroid kadang – kadang dapat dilihat adanya gigi dalam kista.
4. Parasentesis

Fungsi pada asitis berguna untuk menentukan sebab asites yang berguna untuk
mencemarkan kavum peritonei isi kista bila dinding kista tertusuk

5. Pemeriksaan kadar HCG

Untuk menyisihkan ada tidaknya kehamilan

6. Pemeriksaan CS -125
Untuk mengetahui apakah terjadi proses keganasan pada kista. Serum CA 125
saat ini merupakan petanda tumor yang paling sering digunakan dalam
penapisan kanker ovarium jenis epitel, walaupun sering disertai keterbatasan.
Perhatian telah pula diarahkan pada adanya petanda tumor untuk jenis sel
germinal, antara lain alpha - fetoprotein (AFP), lactic acid dehidrogenase
(LDH), human placental lactogen (hPL), plasental - like alkaline phosphatase
(PLAP) dan human chorionic gonadotrophin (hCG)
F. PENATALAKSANAAN

Adapun tindakan yang dilakukan pada penanganan kanker ovarium antara lain :
(Smeltzer, 2017).
1. Pentahapan / pengklasifikasian tumor merupakan aktivitas penting yang digunakan
untuk mengarahkan pengobatan
2. Intervensi bedah untuk kanker ovarium adalah histerektomi abdominal total dengan
pengangkatan tuba falopii dan ovarium serta omentum (salpingooofarektomi bilateral
dan omentektomi) adalah prosedur standar unruk penyakit tahap dini
3. Terapi radiasi dan implantasi fosfor 32 (P) interperitoneal, isotop radioaktif, dapat
dilakukan setelah pembedahan
4. Kemoterapi dengan preparat tunggal atau multiple tetapi biasanya termasuk cisplantin,
sikofosfamid, atau karboplatin juga digunakan
5. Paklitaksel (Taxol) merupakan preparat yang berasal dari pohon cemara pasifik,
bekerja dengan menyebabkan mikrotubulus di dalam sel- sel untuk berkumpul dan
mencegah pemecahan struktur yang mirip benang ini. Secara umum, sel-sel tidak
dapat berfungsi ketika mereka terlilit dengan mikrotubulus dan mereka tidak dapat
membelah diri. Karena medikasi ini sering menyebabkan leucopenia, pasien juga
harus minum G-CSF (factor granulosit koloni stimulating)
6. Pengambilan cairan asites dengan parasintesis tidak dianjurkan pada penderita dengan
asites yang disertai massa pelvis, karena dapat menyebabkan pecahnya dinding kista
akibat bagian yang diduga asites ternyata kista yang memenuhi rongga perut.
Pengeluaran cairan asites hanya dibenarkan apabila penderita mengeluh sesak akibat
desakan pada diafragma.

vi

Anda mungkin juga menyukai